5
opini
Selasa, 13 Desember 2016
Pengedar pun Kian Menggila kan dalam coran pipa dan lainnya. Akhir pekan lalu, kita dikagetkan dengan modus menyimpan sabu di balik lukisan. Untuk yang terakhir ini tak tanggung-tanggung, kuantitasnya mencapai 26,7 kilogram narkoba jenis sabu
TIAP saat kita selalu dikejutkan oleh cara-cara pengedar narkoba untuk memasukan barang haram itu ke Indonesia. Sebut saja cara lewat perantara kurir, via jasa penitipan barang, lewat kapsul yang ditelan, via buah-buahan, dimasu-
dengan nilai sekitar Rp27 miliar yang diselundupkan dari Guangzhou, Tiongkok. Rencananya sabu itu akan diedarkan di Indonesia. Bersama barang bukti ikut diciduk dua orang tersangka. Apa yang dilakukan oleh tersangka, makin me-
nunjukan jika jaringan narkoba internasional terus merajalela di Indonesia. Para pengedar kian menggila. Berbagai jenis cara akan dilakukan agar barang penghancur manusia itu bisa masuk dan beredar di tengah masyarakat. Melihat dari masifnya upaya dan jumlah barang yang diselundupkan ke In-
donesia, memperlihatkan jika hukuman yang telah dijatuhkan pada pelakupelaku sebelumnya, tidak membuat mereka jera. Bahkan ada kesan, makin keras hukuman yang akan diterapkan, maka akan semakin deras pula upaya penyelundupan yang akan mereka lakukan. Trend penyelundupan narkoba ke
Pemuda dan Kesadaran Bela Negara MENGAPA harus bela negara? Bukankah kita sudah merdeka puluhan tahun lamanya? Apa negara kita sedang dijajah atau bagaimana? Nah, mungkin pertanyaan itulah yang menyelinap dalam pikiran kita ketika membaca judul tulisan di atas.
Oleh: Raja Dachroni
Raja Dachroni
Direktur Gurindam Research Centre dan Dosen Ilmu Pemerintahan STISIPOL Raja Haji
Secara fisik atau konstitusi kita memang sudah merdeka, tapi bukan berarti ancaman dan tantangan itu tidak ada sama sekali, harus kita sadari perjuangan melahirkan bangsa Indonesia itu tidak mudah, pun demikian dengan merawatnya menjadi negara yang tetap utuh. Secara konsepsi, bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Disamping itu, dalam Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 berbunyi :”tiap – tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara dan Pembukaan uud 1945 alinia IV: Melindungi segenab bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maknanya, alasan per-
Kolom Publik SERING kita mendengar ketika seseorang menuai hasil panen, namun, tidak seindah yang dibayangkan diawal. Mereka mempunyai sejenis kartu mati sebagai kata kunci, yakni memang sudah “takdir”. Sebuah kata yang diyakini mampu menjawab sederet pertanyaan terkait dengan ketidak berhasilan atas usahanya, terlebih dikuatkan dengan dalih bahwa nasib seseorang sudah digariskan oleh Allah Swt dizaman lauhulmahfud. Sepintas memang tidak ada yang salah dengan ungkapan tersebut, namun, sesungguhnya bila kita cermati lebih jauh istilah “takdir” tersebut tidak lebih adalah kemasan bahasa yang terkesan tidak bisa menerima bantahan karena masuk teritorial tauhid. Dari sisi syari’at, siapapun
tama mengapa kita harus membela negara adalah alasan yang sangat konstitusional bahwa setiap warga negara punya kewajiban untuk membela negara. Alasan kedua adalah alasan ancaman. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia adalah negara yang super kaya dan ada upaya yang begitu terstruktur, sistematis dan massif untuk menghancurkan generasi mudanya. Secara umum, ada empat ancaman yang bisa kita lihat dalam bentuk dan sifatnya. Pertama, ancaman militer yaitu ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenab bangsa. Kedua, ancaman non militer yaitu ancaman yang tidak menggunakan kekuatan senjata tetapi jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenab bangsa. Ketiga, ancaman tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain berupa agresi atau invasi yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan keu-
tuhan wilayah NKRI. Keempat, ancaman non tradisional yaitu ancaman yang dilakukan oleh aktor non negara berupa aksi teror, perampokan dan pembajakan, penyulundupan, imigrasi gelap, perdagangan narkotika dan obat – obatan terlarang, penangkapan ikan secara ilegal, serta pencurian kekayaan negara. Terkait point keempat ini adalah ancaman yang serius bagi pemuda kita khususnya terkait narkotika dan obat-obatan terlarang. Tahun 2016 ini tercatat sekitar 5,1 Juta penduduk atau 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia melakukan penyalahgunaan narkoba. 15.000 jiwa meninggal setiap tahun dan sangat berbahaya dibandingkan dengan jumlah korban melebihi teroris (Sumber: Jurnal Data P4GN) sebagaimana yang dikutip oleh Panglima TNI saat memaparkan materi ancaman NKRI di salah satu stasiun televisi swasta. Sebagian besar dari korban penyalahgunaan narkoba adalah generasi muda. Padahal kita bisa memastikan bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Bagaimana kemudian kita tidak
khawatir terkait kondisi ini. Membela negara dari ancaman diatas tentunya sudah seharusnya kita sadari bersama bangkit untuk melawan ancaman yang sudah ada di depan mata dan pemudalah yang menjadi garda terdepan atau pelopor mewaspadai atau menangani ancama yang begitu tampak jelas di depan mata kita semua. Menggugah Kesadaran Bela Negara Pemuda Dibalik kewajiban dan tanggungjawab untuk membela negara kita juga dihadapkan dengan realitas pemuda saat ini yang mengalami beragam permasalahan. Selain permasalahan penyalahgunaan narkoba, pemuda kita juga dihadapkan dengan permasalahan degradasi moral, acuh terhadap persoalan lingkungannya termasuk persoalan bangsa, pergaulan bebas dan beragam persoalan pelik lainnya. Padahal, di satu sisi pemuda adalah generasi yang sangat potensial yang memiliki potensi dan semangat penuh cita-cita, memiliki idealisme, memiliki semangat yang menggelora (Enerjik), memiliki kekuatan fisik yang terbaik dan independent bebas dari kepentingan yang berbau poli-
Takdir dan Hasil AKhir kita haruslah maksimal dalam ikhtiyar, melihat hal ini muaranya lebih kepada penolakan/menghindar dari lisensi kegagalan. Terlepas dari kaidah bahwa apapun yang terjadi dimuka bumi akan berjalan sesuai dengan rencana Allah SWT, sebenarnya tidak bisa dipungkiri bahwa, seberapa banyak/seberapa besar yang dihasilkan dari suatu usaha, sesungguhnya itu berbanding lurus dengan seberapa besar seseorang berupaya. Ibarat spedo meter sebuah mobil, diposisi angka berapa jarum itu berada adalah berbanding lurus dengan seberapa kuat seorang driver menginjak gas, seberapa besar balon itu mengge-
lembung juga berbanding lurus dengan seberapa banyak angin yang dimasukan. Sebuah konsep yang sangat sederhana dan sangat logis. Sehingga satu konklusi atau kesimpulan yang sangat bermakna bisa diambil dari konsep tersebut, bahwa manusia tidaklah di benarkan menyerah dan pasrah dalam usahanya sebelum diawali dengan ikhtiyar dengan maksimal, Tapi justru kesan yang muncul adalah berlindung dibalik ungkapan takdir atas ketidak suksesannya. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa lakon setiap orang sangatlah bervariatif, kesuksesan seseorang juga beraneka warna, ada yang sangat sukses,
ada yang impas bahkan ada juga yang gagal/pailit, dan disana takdir memang perperan, namun satu hal yang kita tidak boleh lupa, selain urusan kematian, rizqi dan jodoh seseorang, keberhasilan kita dalam mewujudkan sebuah impian atau harapan, Allah memberi keluasan kepada kita dengan takdir mu’alaqnya. Bahasa sederhana, sejauhmana keberhasilan seseorang itu seimbang dengan sejauhmana usahanya. Dengan demikian maka menjadi jelas apa tugas kita sebagai makhluq dihadapan Allah Swt dalam urusan impian, harapan dan cita-cita. Membuat perencanaan dan menjalankan apa yang direncanakan, memaksimalkan ikhtiyar serta meluruskan niat dengan terus
tik praktis. Nah, pemuda dalam hal ini harus disadarkan bahwa dirinya memiliki potensi yang sangat besar dan bisa menjadi garda terdepan dalam membela atau menggugah kesadaran bela negara dari beragam ancaman yang kita sebutkan dimuka. Melihat hal ini ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pemuda. Pertama, menyadari benar bahwa pemuda menjadi target ancaman yang ada terhadap keutuhan NKRI maka dari itu pemuda harus bangkit dan melawan upaya-upaya untuk merusak bangsa ini dengan terus melakukan kegiatan-kegiatan positif yang bisa menumbuhkembangkan rasa nasionalisme kita sebagai sebuah bangsa. Kedua, memetakan ancaman yang terus berupaya merusak tatanan ideology, politik, budaya, sosial terhadap bangsa ini serta ikut dalam agenda-agenda pembelaan negara tentunya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimilikinya. Ketiga, mampu menjadi pemuda kreatif dan menumbuhkembangkan beragam kreatifitas pemuda dalam upaya membela negara dari beragam ancaman yang dimaksud. Ini era digital, era media sosial sehingga sebenarnya tidak begitu sulit bagi pemuda untuk menyiarkan sikap pembelaannya terhadap upaya-upaya untuk merusak keutuhan NKRI dan negeri ini. Semoga kita pemuda Indonesia tersadarkan dengan kondisi ini dan bisa bangkit untuk sama-sama berjuang membela negara. Merdeka!***
Oleh. Drs. Subhan Muhsin melaksanakan evaluasi adalah tindakan yang pas untuk kita lakukan. Biarlah Allah Dzat yang maha bijaksana yang akan mengekskusi, Dia lebih mengetahui keputusan apa dan bagaimana yang akan di ambil, tidak ada satupun alasan buat kita untuk tidak bisa menerima, positif thinking, husnudzon dan terus semangat itulah sikap yang harus kita terima setelah Allah memberi keputusan, kita harus meyakini bahwa keputusan atau ketentuan Allah adalah yang terbaik buat kita, inilah konsep qona’ah yang sesungguhnya. Semoga kita termasuk orang yang terus bersemangat demi untuk meraih suatu impian yang mendapat ridha dari Allah subhanahuwataala. Aamiin. ***
Indonesia tiap hari bukannya main turun, namun malah sebaliknya. Kita tahu, untuk kasus yang terakhir ini, pelaku akan dijerat dengan pasal 112 jung to pasal 114, UU Nomor 35 Tahun 2009, tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman mati. Mencermati kondisi ini, kita sangat berharap masyarakat kian sadar dan paham kalau narkoba itu sudah begitu menggurita di tengah-tengah kita. Para pemainnya seperti hilang satu tumbuh sepuluh. Hal ini meski diwaspadai utuh. Sebab, jika sedikit lengah, maka, orang-orang tercinta akan "hilang". Ambil contoh saja sabu yang diamankan akhir pekan kemarin itu.
Jika sampai beredar, sedikitnya 5 juta warga akan dihancurkannya. Jutaan orang akan dirusaknya. Kembali, ini merupakan sinyal merah yang wajib diwaspadai. Kalau melihat cara-cara yang dilakukan oleh pengedar, sangat mungkin 50 orang meninggal setiap harinya karena narkoba. Bahkan, angka itu bisa lebih. Sebab itu, sosialisasi perangi narkoba yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan organisasi anti narkoba lainnya, hendaknya bisa dipahami benar. Jangan setelah ada korban di tengah keluarga, baru kita paham. Hendaknya, sebelum terjadi, lakukan antisipasi dengan cepat. ***
C akap B ijak "KEBANGGAAN kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh" (Confusius, Filsuf)
“CINTA adalah bagai mawar liar, indah dan tenang, tetapi mampu menumpahkan darah demi mempertahankannya” (Mark A. Overby, Penulis)
Resensi Petunjuk demi Petunjuk Judul: Indonesia X-Files Penulis: Dr ABdul Mun'im Idries SPf Penerbit: Noura Books Cetakan: I Juni 2014 Tebal: 188 Halaman
SELAIN lebih tipis dari seri pertamanya, Indonesia X-Files 2 tak ditulis dengan gaya bertutur. Saat tubuhnya semakin lemah oleh gangguan batu empedu, ia tetap bersemangat berbagi pecahan-pecahan informasi. Sebagai pelengkap, dilampirkan pula petikan wawancaranya dengan sejumlah media massa. Lewat Indonesia X-Files 2 ia memaparkan pandangannya tentang hubungan sebab-akibat aneka kejadian yang ada di sekitar kita, seperti kejahatan seksual, bunuh diri, dan penyalahgunaan obatobatan. Isinya masih relevan dengan kondisi masa kini, terutama tentang aborsi dan bunuh diri. Ia berharap, pembaca dapat belajar untuk menghindari diri dan keluarganya dari hal-hal yang tak diinginkan tersebut. Pada bab pertama, Mun'im mengingatkan masyarakat, dokter pun bisa berbuat salah. Ketika terbukti melakukan pelanggaran kode etik kedokteran, Majelis Kode Etik Kedokteran akan menyerahkan keputusannya kepada ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sanksinya ditetapkan oleh ketua IDI, entah berupa teguran lisan, tertulis, hingga reedukasi. Di bab kedua, Mun'im menunjukkan integritasnya sebagai dokter. Ia
tak takut untuk berbeda pandangan dengan sejawatnya dalam kasus aborsi. Mun'im menjelaskan, aborsi berbeda dengan pembunuhan anak. Ia juga menolak aborsi dilegalkan. "Ya, enggak boleh. Jangan, dong. Kok, dilegalkan, ikuti saja ketentuan KUHP dan UU Kesehatan. Cuma perbaiki UU Kesehatan. Yang memberikan indikasi medis harus dokter yang lain, bukan dokter yang sama. Biar masyarakat tidak meniru atau melakukan aborsi, polisi harus tetap menyelisik dan pengadilan menghukum mereka yang bersalah melakukan aborsi dan melanggar hukum." (hal 23). Di bab ketiga, Mun'im mengajak masyarakat untuk menghindari keputusasaan yang berakhir dengan bunuh diri. Lantas, di bab keempat, ia memaparkan tentang perlunya penggalian kuburan (ekshumasi) dan pembedahan mayat di tempat yang sama. Tentang penyusunan laporan hasil visum et repertum, ia mengingatkan sejawatnya agar terbiasa mengutarakan opini dalam bahasa yang dapat dimengerti hakim. Pembaca mungkin akan merasa tak terpuaskan keingintahuannya dengan membaca Indonesia X-Files 2. Kasus yang dijadikan contoh tidak terulas gamblang. Mun'im seolah pergi menyimpan banyak informasi yang belum diketahui publik. Masih adakah catatannya yang terserak untuk buku seri berikutnya? (rpc)
√ Dewan Sangkal Miliki Proyek -Cuma duitnya yang diambil!
√ Target Bintan Ikut Liga PSSI -Bermimpilah terus setinggi langit. REDAKSI menerima kiriman artikel opini, surat pembaca, essai, dan informasi dengan syarat tidak menghina, memfitnah atau menghujat seseorang atau kelompok serta tidak berbau SARA. Setiap surat dilengkapi identitas diri dan dikirimkan ke Redaksi Harian Umum HALUAN KEPRI, Bengkong Garama, Telp. (0778) 427000 (hunting), Faks. (0778) 427784, E-mail: redaksi@haluankepri.com Redaksi berhak mengolah ulang isi
P P o j o k
Editor: Fery Heriyanto, Layout: Hestu Purwanto