1 minute read

Terima kasih Tuhan

Kata-kata ini bagi saya menjadi ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan dan merangkum apa yang akan saya tulis. Hal ini tidak terlepas dari proses panjang yang dijalani umat Stasi Bonoharjo waktu itu (sekarang paroki adminsitratif). Proses panjang tersebut bermula dari sebuah niat baik yang disampaikan oleh Bapak Sriyanto bahwa orang tuanya (mbah Hadi Suwito) berniat untuk menghibahkan sebidang tanah bagi Gereja. Tanah yang akan dihibahkan memang tidak terlalu pas untuk mendirikan gedung gereja karena letaknya yang tidak strategis.

Selanjutnya dalam pembicaraan bersama beberapa orang dan pengurus stasi, muncullah gagasan untuk ditukar guling dengan tanah yang ada di belakang sekretariat/ pastoran Bonoharjo. Saya sempat masih mengikuti dan menemani proses tukar guling tanah yang pada waktu itu belum sangat jelas karena masih adanya kendala-kendala. Proses selanjutnya saya sudah tidak mengikuti dan menemani karena saya mendapat tugas baru menjalani tahun Sabatikal dan selanjutnya ditugaskan di Paroki Metro Lampung Keuskupan Tanjungkarang sebagai misionaris domestik.

Advertisement

Selama saya di Lampung beberapa kali saya melihat postingan dan berita terkait rencana pembangunan Gerera di Bonoharjo. Disinilah saya semakin yakin untuk menulis TERIMA KASIH TUHAN. Tuhan punya rencana atas umatNya, sehingga segala yang sudah diperjuangkan dengan penuh daya upaya pada akhirnya dapat berhasil dengan berdirinya Gedung Gereja Bonoharjo yang sungguh agung dan megah.

Akhirnya saya menyampaikan proficiat, selamat, dan acungan jempol untuk semuanya saja terlebih Romo Paroki dan panitia. Semoga dengan berdirinya Gedung Gereja yang baru, semakin menghadirkan kasih Tuhan sendiri yang lebih nyata di tengah umat dan masyarakat. Matur nuwun lan Berkah Dalem.

*): Pastor Paroki St. Theresia Jombor Klaten, Jawa Tengah, pernah berkarya di Bonoharjo pada tahun 2008-2015

Proses pembuatan kursi utnuk umat tahap pembuatan patung Bunda Maria yang terbuat dari batu

This article is from: