7 minute read

Feature

Foto : Linda

Advertisement

Foto : Linda

“Unand mengontrol cara mereka memberi barang dan mengarahkannya. Dana itu diatur sekian persen untuk barang, sekian persen untuk pemeliharaan, honorbarang, sekian persen untuk pemeliharaan, honor tenaga kerjanya.”

Amperra Warman -Kepala BirKepala Biro Perencanaan, Pengembangan, dan KerjasamaKerjasama-

komputer yang berfungsi untuk pemograman, kondisinya berbeda dengan labor-labor lainya. Laboratorium komputer ini baru saja selesai direnovasi pada awal semester genap dan kondisi semua alat-alat laboratorium layak pakai. Terlihat begitu kontras dengan laboratorium fakultas lainnya.

Berdasarkan ungkapan dari mahasiswa dari jurusan yang berbeda, Wakil Rektor (WR) I Mansyurdin menanggapi hal tersebut saat diwawancarai oleh kru Genta Andalas di ruangannya, Selasa (11/2/2020). Mansyurdin menjelaskan keterbatasan alat laboratorium disebabkan dana yang tidak memadai untuk melengkapi kebutuhan akan peralatan laboratorium. Dana yang tersedia sedikit, sementara Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang dibayarkan oleh mahasiswa tergolong kecil serta tidak adanya bantuan dana dari pusat. Untuk menangani hal ini Unand memakai skala prioritas. “Jika semuanya akan dibenahi maka dana yang ada tidak akan cukup untuk memfasilitasinya,” kata Mansyurdin. WR II Wirsma Arif Harahap mengatakan jika Unand tidak sepenuhnya mampu mendanai seluruh kebutuhan laboratorium di fakultas. Perlu adanya bantuan dari fakultas untuk mencari dana tambahan, baik dari alumni, orang tua mahasiswa, maupun pihak lainnya. “Dana bantuan dari orangtua mahasiswa yang ingin mendonasikan, tapi tidak wajib,” kata Wirsma di ruangannya, Jumat (21/2/2020). Untuk mengadakan barang di laboratorium ada dua dana yang didapatkan oleh universitas, yaitu dari pemerintah dan UKT mahasiswa. Pengadaan barang untuk laboratorium sendiri, perlu dilakukan konsultasi dengan Dekan, selanjutnya dilaporkan ke bagian keuangan.

Pembaharuan Alat Tidak Merata Unand sudah melakukan beberapa upaya dalam memenuhi kebutuhan labor, sayangnya hal itu tidak dapat dilakukan serta merta. Perlu pendanaan yang lebih dan masing-masing fakultas juga harus serius menanggapi situasi laboratorium. Kondisi FMIPA misalnya, beberapa alat bahkan ada yang dibawa dari kampus lama Unand saat masih berlokasi di Air Tawar sekitar tahun 1990-an. Alat yang berasal dari Air Tawar inilah yang diutak-atik oleh dosen sehingga dapat digunakan kembali dalam aktivitas praktikum. Hal ini disampaikan oleh Dekan FMIPA Safni saat ditemui kru Genta Andalas, Selasa (25/2/2020).

Kebutuhan labor akan peralatan untuk praktikum bukanlah hal yang bisa disediakan dalam jumlah yang sedikit, peralatan yang disediakan haruslah disesuaikan dengan jumlah praktikum dan kebutuhan labor itu sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2019 lalu beberapa laboratorium telah mendapat penambahan alat, namun hal itu belum mencukupi kebutuhan yang diperlukan laboratorium. Salah satu laboratorium yang telah mendapat penambahan alat adalah laboratorium teknologi benih, seperti oven, timbangan, kulkas, dan lainnya sudah tersedia di laboratorium. “Walaupun sudah ada penambahan tapi masih kurang dalam menunjang praktikum dan penelitian,” jelas Ahli Teknis Laboratorium Teknologi Benih Hartilida, Jumat (21/2/2020).

Laboratorium lain yang telah ditambah alatnya adalah laboratorium dasar, sebanyak 10 mikroskop telah disalurkan oleh pihak rektorat. Namun, jika dibandingkan dengan jumlah praktikan yang banyak masih tergolong kurang. Di lain sisi perlu ada pembenahan dan perbaikan untuk alat-alat yang rusak. Tentu saja praktikum tidak akan berjalan dengan lancar jika peralatan yang digunakan telah rusak.

Kepala Laboratorium Biologi Laboratorium Dasar Feskhaharny Alamsjah mengatakan mikroskop seringkali mengalami kerusakan, baik karena kesalahan mahasiswa maupun karena termakan usia. Selain itu ruang steril untuk pengembangan jamur yang dibutuhkan oleh umumnya mahasiswa saintek tidak ada di laoratorium biologi. “Kalau bisa kita ada laminar air flow dan tempat steril untuk pembiakan jamur,” katanya saat ditemui di Laboratorium Dasar, Selasa (11/2/2020).

Selain peralatan dan bahan, teknisi laboratorium sangat diperlukan dalam manajemen perawatan alat-alat di laboratorium, karena tidak semua mahasiswa paham dan mengerti cara pengoperasian alat-alat di laboratorium. Menurut Erlanda, teknisi yang tersedia untuk setiap laboratorium saat ini masih sangat minim, perlu adanya penambahan untuk membantu mahasiswa dalam kegiatan di laboratorium. “Masih ada mahasiswa yang tidak mengerti penggunaan alat tersebut, jadi saat dipakai karena tidak tahu cara penggunaannya jadi rusak,” kata Erlanda.

Hal serupa juga disampaikan oleh Safni, ia berharap agar ke depannya Unand dapat menutupi kekurangan analis, sehingga tidak ada lagi analis yang memegang banyak laboratorium, melainkan hanya satu laboratorium saja. Sementara dari segi ketersediaan alat, hendaknya hal tersebut menjadi pikiran bersama, tidak bertumpu hanya pada satu fakultas aja. Meskipun fakultas memiliki wewenang otonom untuk mengadakan alat-alat yang rusak maupun yang tidak lengkap karena sudah diberikan dana sebesar 70 persen dari 100 persen dari dana yang ada pada universitas. Namun peran dari pihak universitas atau rektorat juga diperlukan dalam hal ini, karena fakultas tidak bisa berdiri sendiri dalam mengerjakan pengadaan alat yang biayanya tidaklah murah. “Karena kalau bisa ditingkatkan dengan baik, manfaatnya juga dapat dirasakan mahasiswa,” katanya.

Lebih lanjut Safni mengatakan untuk mencapai akreditasi internasional seperti yang dicita-citakan Unand maka fasilitas laboratorium harus menjadi prioritas oleh petinggi Unand, karena salah satu syarat yang harus dipenuhi fakultas adalah alat-alat dasar dalam pelaksanaan praktikum. Kualitas dan ketersediaan alat ikut menentukan kelayakan untuk go internasional. “Ada beberapa alat yang tidak lengkap dan rusak, itu harus dibenahi karena merupakan salah satu syarat dalam akreditasi internasional,” katanya.

UKT Naik T idak Menjamin Fasilitas Membaik

Kondisi laboratorium yang terus menjadi sorotan membuat Unand harus mencari jalan agar segala kekurangan yang ada bisa terpenuhi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menaikkan biaya perkuliahan bagi mahasiswa mandiri. Kenaikan ini dimaksudkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, tidak terkecuali peralatan laboratorium. Hal ini disampaikan oleh Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unand periode 2015-2019 Syafwardi. “Kita beli alat-alat labor tentukan harganya tidak sama setiap tahunnya, jadi kenaikan yang ada bersifat menyesuaikan sesuai kebutuhan,” ungkapnya pada 9 Juli 2019 lalu.

Sangat disayangkan, setelah kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sejumlah laboratorium di Unand masih dalam status mengkhawatirkan. Bahkan ada yang belum mendapat pembaharuan alat. Nada kekecewaan ini disampaikan oleh Nisa, dalam melaksanakan praktikum mahasiswa diharuskan membeli bahan praktikum secara pribadi. Seharusnya bahan praktikum telah disediakan oleh laboratorium, apalagi UKT untuk mahasiswa baru tahun 2019 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. “Faktanya dengan naiknya UKT ini tidak memenuhi kelengkapan labor,” katanya.

Mengenai hal ini Zakia tidak menampik jika dalam pelaksanaan praktikum mahasiswa diminta mengeluarkan uang untuk melengkapi bahan yang akan digunakan. “Memang ada beberapa alat yang di dalam pembelian dibebankan kepada mahasiswa seperti testube, cawan petri, dan alat-alat kecil lainnya,” tuturnya.

Unand mengontrol segala hal Foto : Linda mengenai peralatan labor, semua yang dilakukan haruslah diketahui Unand dan harus mendapat izin dari Unand. “Kalaupun mereka memungut biaya, biaya itu masuk ke dalam rekening rektor dan keluarnya untuk keperluan mereka juga,” jelas Kepala Biro Perencanaan, Pengembangan dan Kerjasama Amperra Warman di ruangannya, Jumat (7/2/2020).

Pihak yang berurusan langsung dengan laboratorium adalah kepala laboratorium. Hubungan dengan rektorat biasanya berupa perbaikan serta pengadaan alat. Sedangkan untuk laboratorium yang ada di fakultas merupakan wewenang penuh dari fakultas dan dananya dikelola oleh fakultas itu sendiri.

Mansyurdin mengatakan perbaikan dan pengadaan barang-barang di laboratorium tergantung kepada dana yang dimiliki oleh fakultas yang bersangkutan, namun proses pengadaannya tetap melalui universitas. Adapun untuk prosedur perbaikan laboratorium yang diajukan ke rektorat dilakukan oleh kepala laboratorium dengan mengajukan surat kepada rektorat dan akan dimasukkan ke dalam anggaran rektorat, untuk kemudian ditindaklanjuti. Aturan perbaikan serta pengadaan barang laboratorium tertuang dalam Peraturan Presiden No 6 tahun 2018 bahwasannya pengadaan itu ada lembaga yang akan menanganinya. Unit Lembaga Pengadaaan (ULP), merupakan perpanjangan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan barang Pemerintah (LKPP) pusat. Cabangnya di setiap unit organisasi lembaga ada satu.

Prioritaskan Laboratorium Fak ultas yang Produktifyang Produktif

Skala prioritas merupakan hal utama yang diperhatikan dalam pembagian dana. Dalam menangani hal ini Unand memprioritaskan bagi fakultas yang mau maju untuk akreditasi internasional. Pihak rektorat mampu memfasilitasi dua sampai tiga prodi dalam setahun untuk prodi yang mau akreditasi internasional. Bagi fakultas yang mau maju AUN-QA maka untuk sarana dan prasarana laboratorium dan proses pembelajarannya bidang satu akan mengadakan. “Unand punya kebijakan untuk mendorong sebanyak-banyaknya akreditasi internasional, jikalau akreditasi internasional maka semua prosesnya berstandar internasional juga. Sudah disampaikan dalam rapat, siapa yang mau AUN-QA maka mereka yang didahulukan,” papar Mansyurdin.

Dengan kata lain Unand akan memberikan perhatian lebih kepada fakultas yang berkeinginan untuk go internasional, serta memilki laboratorium yang produktif dan memiliki program. “Laboratorium lain yang tidak mempunyai program, tidak ada anggaran untuk itu,” kata Mansyurdin.

Laboratorium menjadi penunjang bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu atau teori yang didapatkannya selama pembelajaran saat kuliah. Diperlukan sarana dan prasarana yang mumpuni agar tercapainya mahasiswa yang berkualitas. Saat ini, laboratorium Unand belum layak sepenuhnya dalam memfasilitasi kebutuhan mahasiswanya. Kendala dana masih menjadi alasan utama para petinggi universitas saat ditagih janjinya untuk melengkapi sarana dan prasarana.

Di beberapa fakultas, laboratoriumnya memang telah diperbaiki dan peralatannya pun sudah mencukupi, namun di fakultas lainnya masih sangat diperlukan perhatian lebih dalam pembenahan. Sehingga pemerataan kelengkapan peralatan labor sesuai kebutuhan praktikum perlu masih menjadi PR besar yang harus diperhatikan oleh Unand.  Linda, Suhada, Ariesta, Linda, Suhada, Ariesta, ‘Ain, Aat, Tiwi, Gifra, Yova, Acha, Geliz

This article is from: