The Planners #4 (Bahasa)

Page 19

J

akarta, sebagai pemilik budaya Betawi, memiliki potensi yang cukup besar dalam industri pariwisata budaya Betawi. Tidak hanya budaya, Jakarta juga memiliki kedudukan yang strategis sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia sehingga seharusnya Budaya Betawi dapat dikembangkan menjadi sebuah industri pariwisata yang baik. Melihat adanya potensi pariwisata dengan basis budaya, industri pariwisata d e n ga n b a s i s B u d aya B e t a w i direalisasikan dengan Perkampungan Budaya Betawi di daerah Setu Babakan. Dalam pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dibutuhkan perencanaan yang matang. Perkampunga Budaya Betawi sudah direncanakan dari tingkat propinsi, yaitu dalam RTRW DKI Jakarta hingga Master Plan Kawasan yang disusun oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta. Tetapi, dalam melakukan kegiatan perencaan biasanya terdapat berbagai macam masalah. Sebagai contoh sebut saja situasi lapangan yang berbeda dengan data di atas kertas. Contoh lain misalnya visualisasi tata ruang yang sering mengutamakan keindahan, kreativitas, dan daya imajinasi dari perencana yang berbeda. Selain dua yang telah disebutkan sebelumnya, masih banyak masalah-masalah lain dalam melakukan kegiatan perencaan. Hal inilah yang terjadi dengan pengembangan Perkampungan B u d aya B etaw i . Wa l a u s u d a h direncanakan dalam RTRW dan sudah ada Master Plan yang disusun oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta, masih terdapat beberapa hal yang direncanakan tetapi masih belum terealisasi di lapangan.

Realita Lapangan Perkampungan Budaya Betawi memiliki luas wilaya keseluruhan seluas 289 Ha. Luasan yang sangat besar ini belum dapat termanfaatkan sepenuhnya. Menurut pengelola Perkampungan Budaya Betawi, pemerintah baru menguasai 65 Ha dari keseluruhan Perkampungan Budaya Betawi. Walau wilayah yang dikembangkan masih sedikit, seharusnya perkembangan di kawasan Perkampungan Budaya Betawi seharusnya dimaksimalkan di wilayah yang dapat dikembangkan. Tetapi fakta berkata lain. Pengembangan pada Perkampungan Budaya Betawi terasa stagnan bahkan menurun tanpa adanya inovasi yang menonjol. Bagaimana tidak, pengembangan Perkampungan ini telah berjalan dari tahun 2000 sampai tahun 2003. Setelah tahun 2003 pembangunan yang ada hanya sebatas maintenance tanpa adanya perkembangan yang menonjol.tidak hanya pengunjung yang merasakan, menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta setelah penetapannya, tahun 2001, kegiatan pariwisata yang ada di perkapungan stagnan, bahkan menurun tanpa adanya inovasi dan perkembangan yang menonjol. Walaupun tidak begitu berkembang, masih terdapat beberapa hal yang terdapat di rencana tetapi belum terealisasikan. Melihat keadaan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat ke s e n j a n ga n a nta ra re n ca n a Perkampungan Budaya Betawi dengan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) sendiri.

19

t e p anners


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.