METHODA 45 NEW

Page 1

METHODA

Edisi 45, Februari 2011

Buletin

METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

Jendela

Menggali Potensi Kritis Mahasiswa

WACANA

Menuhankan Agama; Sebuah nyanyian kematian.

Sebagai sebuah manifestasi nilai keTuhanan, agama selayaknya mendamaikan. Namun, ketika agama hanya sebuah konsep nilai nan rigid, hanya dipahami sebagai bentuk penghukuman...

REFLEKSI

Relevansi Organisasi Ekstra Kampus Hiruk pikuk kegiatan mahasiswa menjadi bagian dari aktualitas intelektual mereka sebagai insan akademis, idealisme menjadi arus utama atas pola dan perilaku

RESENSI Menakar Sastra Psikologi dalam Telaah Fiksi

Adalah keniscayaan, dalam semesta imajinasi, para sastrawan adalah TuhanTuhan kecil yang selalu bergairah meniupkan nyawa dan meng-alurkan hidup tokoh-tokoh ceritanya.

KAMPUSIANA Lembaga Layangkan Surat Penertiban PKL ke Satpol PP Wawan salah satu pedagang di IAIN SNJ beserta PKL lainnya dengan didampingi Hendi selaku Ketua Badan Komunikasi Ikatan PKL Kota Cirebon, segera mendatangi kantor Satpol PP Kota Cirebon untuk melakukan dialog. Hendi menuturkan, “Saya kaget ketika mengetahui pihak rektorat melayangkan surat tersebut, ... Baca Hal 4

Beasiswa 2011 Berlaku Hanya Untuk Sampai Semester VI Dilain kesempatan Prof. Dr. H. Abdus Salam DZ., M.M selaku Pgs. Purek II menjelaskan, “Beasiswa tahun sekarang hanya berlaku sampai semester VI dan tidak sampai semester VIII seperti tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan... Baca Hal 4

Keberadaan Kelas Khusus Kurang Diperhatikan Lembaga Drs. Mustofa menyatakan, “Saya prihatin dengan kondisi seperti ini, tersendatnya program kelas khusus dikarenakan pergantian pemimpin dalam hal ini Rektor”.

KUTIPAN

6 Kecamatan di kabupaten Majalengka yang menjadi tempat kkn gelombang I mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

KKN 2011 Habiskan 575 Juta IAIN Cirebon-FatsOeN, sebanyak 1.037 mahasiswa IAIN SNJ yang terdiri dari berbagai Fakultas dan Jurusan yang berbeda akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang terbagi dua gelombang. Gelombang I dilaksanakan Februari-Maret dan gelombang II Juli-Agustus 2011. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan KKN dua periode ini mencapai 575 juta yang akan ditempatkan pada 68 Desa di 6 Kecamatan wilayah Majalengka. Ahmad Yani, M.Ag, selaku sekretaris P3M dan ketua panitia KKN menjelaskan, “ Dana KKN bersumber dari anggaran DIPA yang dikelola langsung oleh P3M dan diperkirakan dana tersebut akan defisit, karena melihat tempat yang lumayan jauh serta untuk alokasi 2 kali periode KKN. Jumlah uang segitu tidak mungkin bisa buat jas, paling cuma kaos untuk mahasiswa dan dari P3M sendiri tidak membebankan biaya KKN pada mahasiswa”, ungkapnya. (07/02) “KKN merupakan agenda rutin setahun sekali di IAIN Syekh Nurjati. Namun untuk tahun ini KKN diadakan dua gelombang. Hal ini untuk memindahkan jadwal KKN bulan Agustus dengan harapan tepat waktu dan cukup luang. Manfaat Kuliah Kerja Nyata untuk memfasilitasi mahasiswa semester atas agar tidak menunggu setahun sekali dalam melaksanakan KKN, arena dari tahun ke tahun jumlah peserta KKN semakin banyak”, tambahnya. Terkait lokasi, Yani pun menjelaskan, “Mengenai

tempat kenapa di Majalengka Selatan karena memang secara periodik berdasarkan pemetaan Badan Perencanaan PemBangunan Daerah (BAPPEDA) setempat untuk tahun ini mendapatkan giliran KKN di wilayah tersebut, ini berdasarkan kesepakatan kerjasama antara PemKab Cirebon dan P3M IAIN Syekh Nurjati terkait KKN. Kuliah Kerja Nyata tahun ini akan lebih baik dari sebelumnya, karena dari segi persiapan bisa dibilang sempurna. Mulai dari pendaftaran, workshop, pembekalan teknis dan ada waktu luang untuk persiapan kami”, tambahnya. Nur salah satu peserta KKN mengeluhkan, “Di kelompok saya dosen pembimbingnya tidak masuk-masuk, dengan alasan ada kepentingan mendesak. Selama workshop pembekalan 4 hari tetap saja tidak hadir”, ujarnya. Menanggapi pemberitaan ini Yani menegaskan, Mengenai dosen pembimbing yang tidak hadir dalam workshop KKN, mungkin mereka mempunyai kesibukan. Namun P3M sudah mengantisipasi untuk menanganinya, yakni dengan menyiapkan dosen pengganti”, tegasnya. Jadwal KKN 2011 17 Januari 01 Februari 05 Februari

28 Januari pendaftaran 03 februari calon DPL 08 februari Pembekalan peserta calon KKN

Berasal dari dokumen P3M Syekh Nurjati Cirebon (Apip.Ika.Prima)


Dari Redaksi Editorial

METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

Karikatur

kalo dbikin diagram venn, gini katanya...

Mengkonstruksi kembali Sikap Kritis Mahasiswa Assalamualikum Wr. Wb Salam Pers Mahasiswa Berkarya adalah menegaskan eksistensi Sebaris kalimat yang selalu melecuti semangat kami untuk kembali berkarya setelah tiga bulan lamanya vacum dari penerbitan. Berbagai kegiatan yang memang sudah menjadi agenda seperti Penerimaan Anggota Baru (PAB), Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD), dan lainnya, seolah merampok perhatian dan konsentrasi kami. Akhirnya, setelah semuanya rampung, walau tetap ada berbagai kendala yang menghambat, dengan penuh rasa syukur, kami bisa menerbitkan METHODA edisi sekarang (45/ Bulan Februari). Untuk kembali menegaskan eksistensi kami sebagai alat kontrol sosial, METHODA edisi sekarang menyoroti berbagai kasus yang terjadi di kampus kita (IAIN Syekh Nurjati Cirebon), mulai dari masalah keuangan, politik, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahan yang memang membutuhkan perhatian kita sehingga kampus tidak dijadikan ladang bisnis atau permainan politik oleh segelintir orang (baja: oknum pejabat kampus). Adalah ironi. Ada yang memudar dari kehidupan kampus kita, sesuatu yang berharga, unsur yang menjadi harapan dalam hiruk pikuk demokrasi, dan rasa yang pernah menjadikan mazhab frankfurt sebagai kelompok yang paling

berpengaruh. Ia bernama “kritisisme”. Ketika rasa kritis mahasiswa mulai luntur oleh berbagai kepentingan, kita mestinya khawatir dengan kehidupan politik di kampus ini. Kehidupan politik tanpa kritik adalah ladang gambut bagi tumbuhnya berbagai tindakan amoral; Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Inilah yang mengharuskan kita untuk tetap memelihara sikap kritis kita. Kritik dalam kehidupan demokrasi ialah sebuah unsur yang wajib. Ia hadir sebagai alat kontrol bagi pemerintah. Begitu pula dalam kehidupan kampus, sikap kritis menjadi perlu keberadannya. Alfanya sikap kritis secara tidak langsung membiarkan dan menyuburkan berbagai tindakan dan kebijakan (oleh para pejabat kampus) yang akan merugikan kita semua. Mulailah menjadi kritis, bukan demi ego atau kelompok, melainkan demi perbaikan dan kemajuan kampus kita. Pada akhirnya adalah sebuah harapan. Semoga apa yang kami sajikan dalam METHODA edisi sekarang menjadi bermanfaat, baik bagi pembaca, terlebih bagi kebaikan kampus kita sendiri. Dan semoga berbagai permasalahan yang berhasil kami sajikan dalam edisi ini bisa menjadi peletup rasa kritis kita yang telah lama mengendap dalam benak kita semua. Semoga. Wassalamualaikum Wr. Wb

khiF

Salam Redaksi Assalamualaikum, Wr.Wb Teriakan ‘Salam Pers Mahasiswa’ sambil mengepalkan tangan kiri ke atas, merupakan ungkapan bentuk semangat Tim Redaksi dalam menerbitkan METHODA pada kali ini. Kerja keras merupakan tantangan sekaligus makanan sehari-hari, terlebih pada beberapa minggu yang lalu. Rapat demi rapat telah kami lakukan untuk merancang secara maksimal penerbitan METHODA. Kami mohon maaf kepada seluruh pembaca, atas tidak terbitnya METHODA selama tiga edisi kemarin, dikarenakan ada beberapa kendala yang sedikit banyak menghambat dalam proses penerbitan. Dalam penerbitan kali ini pun kami dihantui beberapa kendala, diantaranya waktu yang mepet, KKN, percetakan, pendanaan, deadline menjadi istilah yang membuat kami hampir frustasi. Namun pada intinya kami ingin memberikan pelayanan terbaik bagi pembaca setia METHODA.

Penawaran Menarik untuk promosi produk dan usaha anda

METHODA

Pilihan Cerdas Untuk Beriklan

DITERBITKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA FATSOEN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

Kerabat Kerja Penanggung Jawab Try Lestari (PU LPM fatsOeN) Pemimpin Redaksi M. Syahri Romdhon Sekretaris Redaksi Juwariyah Redaktur Pelaksana Rima Editor Reporter Apip, Asep, Fajri, Reni, Dea, Khafid, Utiyah, Siti Nurazizah, Jubaedah, Euis Susanti, Ika, Martono, Fitri, Sumarjo, Hilmi, Prima, Ayub, Azka, Supendi, Eva, Rif’at, Soleh, Fajar, Sadam, Verawati, Sujono Fotografer Reza Sirkulasi iklan Ibnu Desain grafis dan Layout Fihk.tauvhk Redaksi METHODA menerima tulisan berupa Artikel/Opini, Cerpen dan Puisi dari Pembaca. Kirimkan ke alamat Redaksi: Tepi Barat Graha Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jl. Perjuangan By Pass Cirebon 45132. e-mail: lpm_fats@yahoo.com.


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

OPINI

fatsbook

DANA PRAKTIKUM SEOLAH TAK BERTUAN Assalamualaikum wr.wb Nampaknya permasalahan dana praktikum yang dibayar oleh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, masih menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Sebenarnya kami hanya menginginkan transparansi dari pihak lembaga; untuk apa dana praktikum itu?. Saya pernah mendengar dari salah satu dosen, dana praktikum itu digunakan untuk perawatan laboratorium komputer, laboratorium biologi, honor dosen PBB (Pusat Bahasa dan Budaya), dan ada pula yang mengatakan untuk honor dosen luar biasa pun diambil dari dana tersebut. Entah benar atau tidak, faktanya seperti itu, karena saat ini muncul suara sumbang, mengatakan bahwa dosen luar biasa belum mendapatkan hak honornya selama enam bulan. Jika hal tersebut benar adanya, sungguh membuat kita miris, Lembaga seolah tidak membutuhkan tenaga dosen luar biasa. Kawan-kawan mahasiswa, harusnya kita peka terhadap masalah ini, jangan sampai kita hanya rajin membayar dana praktikum, tapi tidak tahu untuk apa penggunaannya. Kita harus selalu ingat betapa susah payahnya orang tua, mereka harus mengucurkan tak sedikit keringat untuk mendapatkan beberapa lembar rupiah, tentu untuk membiayai kuliah sang anak. Contoh nyata lainnya, ketika pada awal bulan Nopember 2010, mahasiswa Tarbiyah Matematika semester III melakukan kunjungan belajar ke Pusat

Info kritik Saran Tanggapan Unek-Unek

Pengembangan Pemberdayaan dan Pelatihan Tenaga Kerja (PPPTK ) Metematika Yogyakarta, mereka harus rela mengeluarkan uang sebesar 200 ribu rupiah. Padahal, kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan praktikum. Dirasa hal ini penting, panitia mengajukan proposal permohonan bantuan dana kepada lembaga. Tapi Alhamdulillah pihak lembaga tidak mengeluarkan satu rupiah pun untuk kegiatan tersebut. Intinya, untuk apa sih dana praktikum? Wong mahasiswanya mau praktek aja harus bayar lagi ko. Kepada pihak-pihak terkait, kami sangat berharap untuk adanya kejelasan mengenai dana praktikum itu. Kalau pun memang harus ada dana praktikum, harus diimbangi dengan kegiatan dan fasilitas praktikum yang memadai. Kalau dirasa dengan adanya dana praktikum ini membuat mahasiswa bergejolak dan pihak lembaga menjadi tidak nyaman dengan kritik mahasiswa perihal itu, tidak usah ragu untuk hapuskan dana praktikum. Toh nyatanya tidak semua mahasiswa menikmati praktikum. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada Tim Methoda, yang sudah memberikan ruang untuk saya berani menggoreskan tinta, demi sebuah keadilan yang dicita-citakan selururuh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Apa yang sedang anda pikirkan? Kirimkan info, kritik, saran, tanggapan, atau sekedar unek unek anda mengenai segala persoalan seputar kampus ke:

081 312 497 797

jangan lupa untuk mencantumakn identitas anda

Bagikan Fihk tauvhk Temen temen juga dapat langsung menulis unek-unek di Facebook LPM FatsoeN Cirebon dengan meng-add terlebih dahulu di lpm_fats@yahoo.com February 22 at 15:42 pm

Like

Comment

Lpm Fatsoen Cirebon yap betul 7 minutes ago · Like

Wassalamualaikum wr.wb Mahasiswa Fakultas Tarbiyah

HIMKA Mengadakan Limas Jabar

Fats0en-, Senin (21/2) di gedung IAIN Cirebon Center (ICC) diadakan Limas Jabar (Liga Matematika se-Jawa Barat) yang diadakan oleh HIMKA (Himpunan Mahasiswa Matematika). Acara yang bertemakan “Merangkai bilangan, gali potensi, raih prestasi dalam kompetisi”, diadakan dari tanggal 21-26 Februari 2011 dengan beberapa lomba yang diadakan seperti LCTM (Lomba Cepat Tangkas Matematika) tingkat SMP/MTs se-Jawa Barat, Olimpiade Matematika tingkat SD/MI dan SMA/MA se-Jawa Barat, LCAPM (Lomba Cipta Alat Peraga Matematika) tingkat SMA/MA se-Wilayah III Cirebon, dan LHCM (Lomba Hitung Cepat Matematika) tingkat SMP/MTs se-Wilayah III Cirebon. Lebih lanjut, Syarif Abdurrakhman selaku ketua

pelaksana menuturkan, tujuan diadakannya acara Limas Jabar ini untuk membantu pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan dan mencari bibit unggul dari tiap tingkatan sekolah, khususnya dibidang Matematika. “Adapun bagi pengurus Himka sendiri, melalui acara Limas Jabar ini agar bisa lebih kreatif dalam melaksanakan program Himka selanjutnya” tutur Syarif lebih lanjut. Acara yang dibuka oleh Suklani M.Ag selaku Pudek III Fakultas Tarbiyah itu diikuti oleh 143 peserta untuk olimpiade tingkat SD/MI, 72 peserta untuk olimpiade tingkat SMA/MA, 21 peserta untuk lomba LCTM tingkat SMP/MTs, 53 peserta LHCM tingkat SMP/MTs, dan LCAPM tingkat SMA/MA diikuti oleh 11 peserta.

Yuli, salah seorang peserta Limas Jabar menuturkan kebahagiaannya bisa mengikuti acara ini, “Seneng banget bisa ikut acara ini, acaranya berjalan baik walaupun ada beberapa gangguan teknis seperti mic yang kurang lancar suaranya”. Siswi dari SMP Santa Maria ini juga menuturkan, dengan persiapan yang hanya sekitar satu minggu ia tetap optimis bisa meraih juara 1 dalam event ini. Senada dengan anak didiknya, Maria, selaku pengajar dari SMP Santa Maria, saat ditemui Methoda ketika mendampingi anak didiknya di IAIN Cirebon Center (ICC), juga menuturkan apresiasinya pada acara ini. “Acaranya cukup berjalan lancar, walaupun ada beberapa soal yang berbeda dengan kurikulum yang terlampir dalam acara ini, namun secara keseluruhan acara ini sangat baik.” Dengan persiapan dalam waktu singkat, ia tidak memasang target ini, “yang penting anak-anak bermain maksimal,” tuturnya. Menanggapi komentar Maria, mengenai kurang sesuainya soal yang dilombakan dengan kurikulum yang telah diberitahukan kepada peserta lomba, Reza Oktaviani M.Pd selaku dosen Jurusan Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati menuturkan, memang ada beberapa soal yang kurang sesuai dengan kurikulum yang telah panitia berikan kepada peserta sebelumnya, hal ini dapat menjadi bahan koreksi untuk lebih baik lagi dalam melaksanakan program Himka selanjutnya. Reza menambahkan, “acara yang rutin diadakan oleh Himka ini, bertujuan untuk memajukan pendidikan dengan mencintai ilmu matematika yang banyak orang justru menakutinya”. (aji,khafid)


KAMPUSIANA

METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

Lembaga Layangkan Surat Penertiban PKL IAIN SNJ ke Satpol PP

IAIN Cirebon-FatsOeN, kekhawatiran tengah menyelimuti Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengadukan nasibnya di depan kampus IAIN Syekh Nurjati. Hal ini terjadi pasca pihak rektorat melayangkan surat kepada Satpol PP Nomor: In. 14/ Hm. 00. 1/ KB/ 0314/ 2011 perihal penertiban PKL di depan kampus. pihak rektorat menganggap keberadaan PKL mengganggu kebersihan, keindahan dan ketertiban lalu lintas depan kampus.

Menanggapi berita ini, Wawan salah satu pedagang di IAIN SNJ beserta PKL lainnya dengan didampingi Hendi selaku Ketua Badan Komunikasi Ikatan PKL Kota Cirebon, segera mendatangi kantor Satpol PP Kota Cirebon untuk melakukan dialog. Hendi menuturkan, “Saya kaget ketika mengetahui pihak rektorat melayangkan surat tersebut, sedangkan sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada kami”, tuturnya. Hendi masih menambah-

kan, “Seharusnya rektorat bermusyawarah terlebih dahulu dengan kami (PKL), jangan langsung kirim surat seperti ini ke Satpol PP”, tambahnya kecewa.saat ditemui Methoda. (14/2) Dilain pihak, Drs. Ihwan Fauzi selaku Kasubag umum IAIN Syekh Nurjati menjelaskan ketika beberapa perwakilan PKL mendatangi rektorat, “Memang lembaga melayangkan surat kepada Pimpinan Satpol PP Kota Cirebon untuk membantu menertibkan ruas trotoar sepanjang areal kampus, karena keberadaannya telah merusak keindahan, dan memberikan kesan kumuh, pun mengganggu ketertiban lalu lintas”, jelasnya. Kamis (17/2) Amin, salah seorang PKL menuturkan, “Jika pihak rektorat ingin menertibkan PKL yang ada di depan kampus seharusnya melakukan musyawarah terlebih dahulu. Jangan ambil keputusan sepihak saja”, ke-

luhnya. Lebih lanjut Amin menjelaskan, “Permasalahan PKL ini berawal dari beberapa pedagang yang tidak menghiraukan aspek ketertiban, diantaranya mereka berjualan di trotoar dekat gerbang utama”, jelasnya. Hal ini nampaknya menjadi salah satu pertimbangan pihak rektorat untuk melakukan penertiban. Tak jarang terjadi insiden kecil diakibatkan banyaknya kendaraan mahasiswa yang terparkir di dekat gerbang utama. Padahal beberapa waktu yang lalu telah disepakati bahwa radius 3 Meter dari gerbang utama ke samping merupakan area bebas PKL. Namun, satu bulan setelah kesepakatan itu dijalankan, beberapa pedagang tetap nekat berjualan di area tersebut. “Meski ini kesalahan kami, tapi kami mohon kebijakan dari rektorat, karena kami disini sedang mencari nafkah”, tandasnya. (Apip/ Asep/ Aji )

menjelaskan, “Semua UKM telah diberi jatah dana untuk kegiatannya yang diatur Pgs. Purek III, akan tetapi dalam kinerjanya dibantu oleh DEMA dan pembagian dananya sesuai dengan alokasi yang telah disepakati. Jika banyak UKM yang merasa dana kegiatannya kurang, hal ini disebabkan kegiatan UKM lah yang melebihi dari perjanjian. Perlu diketahui juga bahwa dana kegiatan mahasiswa yang ditanggugjawabi Purek III telah mendapat tambahan dana, jadi anggaran untuk UKM itu banyak melebihi yang telah dianggarkan. Kekeliruan lembaga ialah tetap menandatangani proposal yang diajuakan oleh UKM, padahal sebenarnya mereka tidak berhak menyetujui kalau memang dananya sudah habis”, ungkap Maksum. (10/02) Rabu 16 Februari. Lembaga bersama seluruh organ intra mengadakan pertemuan di rektorat lantai 3 mengenai prosedural pengajuan proposal kegiatan dan kejelasan pencairan dana kegiatan mahasiswa, namun pertemuan itu belum menghasilkan keputu-

san, karena pejabat yang bersangkutan belum bisa hadir. Pertemuan ke-2 pun dilaksanakan pada 18 Februari, lagi lagi pejabat yang bersangkutan tidak bisa hadir. Juju salah satu perwakilaan UKM menanyakan, “Kenapa Pgs. Purek III tidak mau mengACC dan tidak hadir dalam pertemuan ini, padahal sudah dua kali pertemuan diadakan”, tandasnya. Aditia Oktaviyanto selaku ketua DEMA pun menjawab, “Beliau selalu sibuk, sehingga belum bisa menghadiri pertemuan ini dan permasalahan kenapa tidak mau ACC, mungkin ada permasalahan tersendiri dengan UKM yang bersangkutan sehingga beliau tidak meng-ACC”, jelasnya. Aziz Mustaqim, S.E selaku bendahara keuangan lembaga menambahkan, “Dana sudah bisa di cairkan mulai 22 Februari dengan ketentuan harus ada SK pendirian UKM dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, Apabila Purek III tidak mau menyetujui maka langsung di ACC oleh Rektor”, tambahnya. ( Try.Ayu.Meli.Utiyah )

Dana UKM Tak Kunjung Cair IAIN Cirebon-FatsOeN, dana Unit Kegiatan Mahasiswa selama beberapa bulan belum bisa dicairkan. Prof. Dr. H. Maksum, MA selaku rektor definitif IAIN Syekh Nurjati Cirebon didampingi Pgs. Purek III Prof Dr. H. Cecep Sumarna, M. Ag saat mengadakan pertemuan di ICC pada 20 Desember lalu yang dihadiri DEMA, SEMA, UKM, BEMF dan BEMJ menegasakan, “Dana UKM dan lainnya bisa dicairkan kembali tahun 2011”, tegasnya. Meski anggaran dana kegiatan mahasiswa 2011 sudah bisa dicairkan namun sampai saat ini UKM yang akan mengajukan dana masih belum bisa untuk mencairkannya. Seperti yang dituturkan salah satu ketua UKM berinisial TL, “Saya coba mengajukan proposal dana untuk kegiatan tapi dari lembaga belum bisa untuk mencairkannya, padahal proposal pengajuan dana saya sudah di ACC Pgs. Purek II dan III”, tandasnya. (08/02) Prof. Dr. H. Abdus Salam DZ., M.M selaku Pgs. Purek II menuturkan, “Anggaran 2010 yang kami ajukan ke pusat untuk se-

mua pendanaan baik kemahasiswaan, tunjangan kepegawaian seperti gaji dosen, tunjangan sertifikasi, karyawan maupun yang lainnya itu dibuatnya tahun 2009 dan dari pusat mencairkan sebesar 41 Milyar. Untuk dana kemahasiswaan sendiri mendapatkan jatah ± 151 juta, namun dana tersebut tidak sedikit dibantu dari dana IKOMA dengan pengajuan secara insidental. Sedangkan untuk anggaran 2011, pusat mencairkan ± 50 Miliyar”, jelasnya. (11/02). Saat ditanya kenapa pengajuan proposal dana kegiata mahasiswa tidak bisa dicairkan? Salam pun menambahkan, “Dana dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) sudah habis, sedangkan dana dari IKOMA yang notabene sangat membantu kegiatan mahasiswa ini sudah tersendat oleh pembangunan fisik, seperti pembanguna graha mahasiswa yang menghabiskan 1,2 Milyar, pembenahan fakultas – fakultas di luar proyek, dan lainnya”, tambahnya. Menanggapi hal ini, Maksum yang dilantik rektor definitive pada 6 Januari 2011

Beasiswa 2011 Berlaku Hanya Untuk Sampai Semester VI IAIN Cirebon-FatsOeN, lembaga membuka pendaftaran beasiswa prestasi periode 2011. Beasiswa ini ditujukan khusus bagi mahsiswa dari kalangan menengah ke bawah yang memiliki prestasi. Pendaftaran dibuka dari 3 Pebruari sampai 11 Februari dengan ketentuan, mengisi formulir pendaftraan, photocopy IP, KTM, SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), surat tidak sedang menerima beasiswa dari instansi lain dan bukti pembayaran SPP. Dilain kesempatan Prof. Dr. H. Abdus Salam DZ., M.M selaku Pgs. Purek II menjelaskan, “Beasiswa tahun sekarang hanya berlaku sampai semester VI dan

tidak sampai semester VIII seperti tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan semester II dan VI lebih banyak dibandingkan semester VIII yang relatif sudah aman. Kami pun tidak mau kejadian tahun sebelumnya terulang lagi, yakni mahasiswa yang dapat beasiswa di semester VIII dan IX dialihkan untuk pembayaran wisuda dan ada juga yang dilimpahkan kepada orang lain, karena merasa sudah tidak ada persangkutan atau sudah lulus tetapi masih dapat beasiswa. Dengan demikian kegunaan beasiswa tidak sesuai, yang seharusnya untuk alokasi pembayaran SPP selama satu tahun”, tandasnya.

Hal senada masih dilanjutkan Salam, “ Sumber uang diperoleh dari kas Negara yakni dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) dan APBN. Periode 2009-2010 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa sekitar 1.600, namun ada dana lebihan dari Pemda dan kami menjaring 80 mahasiswa lagi. Jadi tahun lalu jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa sebanyak 1.680. Sedangkan tahun ini diberikan beasiswa untuk 1.800 mahasiswa. Nominal beasiswa yang diberikan sebesar 1,2 juta”, tegas Salam. Ia juga menjelaskan, “Tahun ini akan ada perbaikan sistem pencairan, karena

2009 terjadi ketidak lancaran. Seharusnya beasiswa untuk tahun 2009 justru cair di tahun 2010. Kali ini anggaran 2011, maka beasiswa khusus untuk tahun 2011 dan uang sudah dicairkan 8 Februari. Selain beasiswa prestasi ada juga beasiswa yang berasal dari luar seperti Indocemen, Supersemar dan lainnya. Namun saya tidak ikut serta mengenai beasiswa yang berasal dari luar. Kami hanya membantu membuat surat pengantar saja, selebihnya mahasiswa yang mengurus sendiri”, terangnya. (Ibnu. Eva. Fera)


KAMPUSIANA

METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

Keberadaan Kelas Khusus Kurang Diperhatikan Lembaga IAIN Cirebon-FatsOeN, Program kelas khusus yang semula sudah diterapkan dibeberapa Jurusan kini mulai tak tercium keberadaannya. Padahal 2008 lalu di Jurusan Tadris Matematika, Biologi, PAI, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan MEPI sudah diadakan program ini. Mereka mengharapkan kepada lembaga untuk kelas khusus diaktifkan kembali. Dr. Ilman Nafi’a M.Ag salah satu pengajar kelas khusus menjelaskan, “Saya sebenarnya ingin program kelas khusus ini tetap berjalan efektif. Karena programnya sangat bagus dalam menggali potensi mahasiswa. Metode belajar yang digunakan pun menggunakan dua bahasa sebagai pengantarnya, yakni Arab dan Inggris. Dan program ini bisa menjadi keunggulan

tersendiri bagi mahasiswa dan kampus nantinya”, tuturnya. Ketika disinggung perihal anggaran untuk biaya operasional kelas khusus, Ilman menambahkan, “Saya kurang mengetahui perihal itu secara detail. Namun ketika masa pergantian kepemimpinan dari STAIN menjadi IAIN, anggaran yang semula untuk biaya operasional kelas khusus habis tanpa ada kejelasan. Sementara honor tenaga pengajar kelas khusus satu semester terakhir tidak ada tambahan, alias honor kelas umum”, tandasya Secara terpisah, koordinator dosen kelas khusus Drs. Mustofa menyatakan, “Saya prihatin dengan kondisi seperti ini, tersendatnya program kelas khusus dikarenakan pergantian pemimpin dalam hal

ini Rektor”. Senada dengan Ilman, dirinya merasa kecewa karena program kelas ini tidak dapat berjalan efektif, dan ketika disinggung mengenai anggara, Mustofa mengaku tidak mengetahui hal itu. “Kalau Saya hanya koordinator, jadi tidak tahu masalah keuangan”, paparnya. Mustofa pun menambahkan, “Program kelas khusus ini selain melatih dan mengembangkan potensi mahasiswa yang menguasai bahasa asing, juga menjadikan ajang berlatih para dosen untuk mengajar menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Karena bahasa adalah ilmu yang membutuhkan latihan untuk bisa fasih. Untuk kelanjutan program ini berharap pihak lembaga lebih memperhatikan lagi, sehingga dapat diaktifkan kembali”,

tambahnya. Iis Sugiarti mahasiswi angkatan 2009 memaparkan, “Peluang yang saya harapkan bisa menggunakan bahasa asing dalam belajar matematika kenyataannya harus vakum karena hal yang tidak jelas. Upaya untuk menghidupkan kelas khusus terus dilakukan oleh mahasiswa yakni dengan tetap menggunakan bahasa Inggris saat diskusi di kelas, meski program ini entah akan berlanjut atau tidak. Harapan saya semoga program ini dapat berjalan lagi pada tahun ajaran 2011, tentunya dengan fasilitas dan tenaga pengajar yang berkualitas”, ujarnya dengan sedikit kecewa. (Aji)

Rektor Definitif IAIN Syekh Nurjati Berinisial ‘M’ IAIN Cirebon-FatsOeN, tahap pemilihan rektor definitif IAIN Syekh Nurjati sudah dititik akhir. Selang waktu tiga bulan setelah dialihkannya Pgs. Rektor ke Prof. Dr. H. Maksum, MA Oktober lalu, memutuskan beliau sebagai rektor definitif IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hal ini berdasarkan keterangan yang diperoleh Methoda dari bagian Kepegawaian IAIN SNJ, “Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor: B. II/ 3/ 16520/ 2010, menetapkan Prof. Dr. H. Maksum, MA sebagai rektor definitif dan SK pengangkatan ini dilayangkan oleh Menteri Agama pada 6 Desember lalu, sedangkan pelantikannya dilaksanakan 6

Januari 2011”, tutur salah satu staff bagian Kepegawaian. (10/02/11) Sebelumnya 25 Oktober 2010, di gedung rektorat lantai 3 diadakan acara Sertijab Pgs. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Prof. Dr. H. Matsna HS, MA ke Prof. Dr. H. Maksum, Muhtar MA yang dihadiri Kepala Biro Kepegawaian Kementerian Agama Republik Indonesia Dr. H. Mahsusi, MM. Surat keputusan yang dibacakan Drs. Ihwan Fauzi pada saat acara berlangsung menetapkan, “Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor: B. II/ 3/ 15747/ 2010 yang ditanda tangani Menteri Agama Suryadharma Ali di Jakarta pada 20 Ok-

tober 2010 menunjuk saudara Prof. Dr. H. Maksum, MA untuk di samping jabatannya tersebut juga melaksanakan tugas jabatan sebagai pengganti sementara rektor IAIN Syekh Nurjati. Keputusan ini berlaku sejak 22 Oktober 2010 sampai dengan dilantiknya rektor IAIN Syekh Nurjati yang definitif dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya”, jelasnya. Dalam pidatonya Maksum menuturkan, “Insya Allah saya ingin mengerjakan tugas ini bersama-sama dengan siapa saja yang ada disini. kita harus punya komitmen bersama untuk menjadikan IAIN SNJ yang lebih baik, maju, unggul dan

Buku Intensif Bahasa Inggris-Arab Hadir Dengan Lembaran Photocopy-an IAIN Cirebon-FatsOeN, mahasiswa tingkat satu dan dua IAIN Syekh Nurjati Cirebon dikecewakan karena tidak dibagikannya buku paket intensif. Perkuliahan awal intensif, buku paket belum bisa dibagikan sehingga memaksa mahasiswa mem-photocopy dengan menggunakan uang pribadi. Seperti yang dikeluhkan Sheila mahasiswa bahasa Inggris angkatan 2010 mengatakan, “Saat pendaftaran ulang mahasiswa baru diwajibkan membayar biaya placement tes sebesar Rp. 150 ribu. Uang itu digunakan untuk buku paket, tapi kenapa sampai sekarang kami harus photocopy sendiri, padahal saya sudah bayar tapi tidak dapat-dapat bukunya, ujarnya (10/02). Saat dikonfirmasikan Abu Nashor, LC selaku Dosen PBB mengatakan, “Tidak dibagikannya buku intensif dikarenakan buku paket tidak sesuai dengan prosedur

Irjen, jumlah halaman buku maksimal 200 lembar dan buku yang dicetak sebanyak 500 eksemplar. Sedangkan jumlah mahasiswa semester 1 dan 3 melebihi 1.000 mahasiswa. Selain itu, akibat adanya gejolak politik yang terjadi rektorat setelah peralihan STAIN menjadi IAIN mengakibatkan pembuatan buku intensif untuk semester 1 dan 3 tidak diadakan. Namun setelah beberapa kali pertemuan, pihak PBB (Pusat Bahasa dan Budaya) membagikan photocopy-an buku intensif yang telah diringkas oleh Drs. Bisyri Imam selaku ketua PBB dan dana yang dikeluarkan untuk photocopy sebesar 13 juta”, ujarnya. Nashor pun menambahkan, “Untuk semester 2 dan 4, kami sudah merencanakan adanya buku paket intensif dan bukan lagi photocopy-an. PBB juga sudah menyerahkan buku paket kepada percetakan

untuk diperbanyak. Rencananya buku intensif akan dibagikan kepada mahasiswa 14 Februari. Semoga hal ini dapat terlaksana agar mahasiswa dapat belajar dengan maksimal dan mendapatkan hasil yang maksimal pula,” tambahnya.

berkembang”, paparnya. (25/10/10) Saat ditanyakan alasan penunjukkan Maksum, Mahsusi menjelaskan, “Dari serangkaian tes dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Kementerian Agama saat pendaftaran bakal calon rektor IAIN SNJ Cirebon periode 2010-2014, komulasi nilai beliau yang paling tinggi diantara balon yang lainnya. Dan SK sudah selesai definitif, namun belum disahkan karena saat itu terbentur PP Nomor: 66”, tandasnya. (Try. Ayu)

Hadir mengobati kerinduan

Sampai berita ini diterbitkan, mahasiswa belum memperoleh buku paket yang rencana akan dibagikan tanggal 14 Februari dari pihak PBB, namun sebagai gantinya mereka diberikan buku mufradat bahasa Arab yang merupakan program baru dari PBB. (Dhea.Jubaedah)

METHODA


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

WACANA

Menuhankan Agama; Sebuah nyanyian kematian. Sebagai sebuah manifestasi nilai keTuhanan, agama selayaknya mendamaikan. Namun, ketika agama hanya sebuah konsep nilai nan rigid, hanya dipahami sebagai bentuk penghukuman (pada diri sendiri dan orang lain), tanpa menimbulkan banyak kegaduhan, ia akan ditinggalkan umat. Kemudian Sepi dan mati.

Pernahkah Tuhan tertawa? Pada akhirnya, hidup beragama tak sesederhana menyulut dupa, menggelar sajadah, ataupun bernyanyi-nyanyi di Minggu pagi. Sebagai sebuah epifani Tuhan, agama memiliki eksistensinya sebagai sebuah paket keselamatan di dunia dan akhirat; cinta kasih (Kristen), kebijaksanaan (Conficous), kesederhanaan (Hindu-Budha), serta rakhmat bagi seluruh alam (Islam). Pembicaraan tentang sejarah agama, adalah pembicaraan tentang luka dan duka. Data-data sejarah sukar menyembunyikan berbagai bentuk kekerasan yang mengatasnamakannya. Sebuah keniscayaan, pada akhirnya agama merupa sesuatu yang kejam dan garang; mendehumanisasikan. Berbagai tragedi kemanusiaan yang berlatar agama kerap terjadi mengikuti denyut kehidupan beragama; Pengeboman, pembunuhuan, pembakaran tempat ibadah, dll. Serupa tutur dari seorang amin Khulli, “pada suatu masa, sebuah pemikiran adalah kekafiran dan pada masa lain, ia adalah sebuah keimanan�. Agama (tepatnya, apa yang dipikirkan sebagai agama) mesti membayar mahal semua itu. Adalah sesuatu yang sukar tuk menerjemahkan sejarah kelam agama sebagai sebuah kesalahan. Ketika realita memaparkan berbagai bentuk kekerasan yang mengatasnamakan agama, kemudian dengan seketika semua nampak suci dan sakral. Lantas, ia menjadi sebuah ideologi tertutup yang membutakan. Pada akhirnya, agama tidak lagi menjadi alat menuju Tuhan, ia telah merupa Tuhan itu sendiri; Kita bisa melakukan apapun demi apa yang kita yakini sebagai perintah agama (Absolutisme), merasa paling mewakili Tuhan (Eksklusifisme), dan berbagi aksioma lain yang hanya sekedar isme nan fanatik dan egois. Sampai sekarang, ketiak agama masih merupakan tempat yang nyaman untuk berlindung. Berpahala dan diridhoi dalam darah dan nyeri. Menuhankan agama adalah sumber dari malapetaka. Ketika semua umat meyakini bahwa keyakinan terhadap agamanya adalah suara Tuhan yang harus didengar dan diiamani oleh umat agama lain, terjadilah apa yang pernah ditakuti oleh cendekiawan muslim Indonesia, Nurcholis Madjid, sebagai bentuk klaim kebenaran beragama. Itulah yang kemudian menjadi embrio dari faham-

faham fundamentalis yang akan melahirkan faham-faham primordial (sempit) serta sebuah manifestasi dari potensi konflik (laten) yang akan pecah seiring denyut kehidupan beragama. Kesakralan agamapun hilang tergantikan oleh kegarangan dan kekejaman. Agama tidak lagi lindap, ia kan gersang dan menggerahkan. Sehingga kita tak mesti heran, sejarah agama adalah sejarah kelam perdamaian (walaupun tidak semuanya), yang pada kenyataannya merupakan esensi dari agama itu sendiri. Pendahulu kita selayaknya tuntas mencontohkan bagaimana misi agama diharmoniskan dengan sikap toleransi. Dalam peristiwa penaklukan mekah yang dilakukan pasukan Nabi Muhammad SAW, tak ada setetes darahpun yang mesti dikurbankan. Seorang spiritual China bernama Conficous, yang karena kebijaksanaannya Ia bisa mendapat kekuasaan yang kemudian memberinya kesempatan untuk mengajarkan konsep hidup kepada rakyatnya, meminjam istilah dari Goenawan Muhammad, bukan oleh darah dan besi. Serta Sidharta Ghautama, seorang yang tercerahkan, yang kemudian mendapat kepercayaan karena kesederhanaannya. Dan masih banyak lagi, bagaimana sebuah agama bisa mendapat perhatian umat tanpa harus keluar dari esensinya, perdamaian. Fundamentalisme Faham tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis dari menuhankan agama. Mengutip pernyataan dari Ulil AbsharAbdalla, intelektual Jaringan Islam Liberal (JIL), Fundamentalisme merupakan lubang hitam agama yang secara membabi buta menolak apapun yang merupakan warisan modernitas (Lubang Hitam AgamaMengkritik fundamentalisme Agama, Menggugat Islam Tunggal). Itulah sebabnya, penganut faham ini menolak demokrasi sebagai sistem pengaturan kehidupan sosial, karena demokrasi adalah sebentuk subversia atau kudeta terhadap kekuasaan Tuhan yang mutlak dan menggantinya dengan kekuatan rakyat. Menurut Ulil, terdapat dua model fundamentalisme, yaitu rejeksionis dan eskapis-pietistik. Model yang kedua menghendaki suatu cara hidup yang lain, yang berbeda dari cara hidup sekuler. Inilah jawaban atas problem keterasingan yang

dialami manusia modern (Edi Ekopriyono, The Spirit Of Pluralism). Menilik sejarah, Fundamentalis agama lahir akibat perasaan was-was dan khawatir akibat pesatnya fahamfaham yang bernafaskan modernitas, salah satunya adalah sekulerisme. Sebuah Fobia keimanan (faithfobia), para fundamentalispun lantas menyerukan untuk kembali kepada simbol-simbol agama yang dulu menjadi ciri dari agama masing-masing (sebagai bentuk usaha pencarian rasa aman); jilbab, memanjangkan jenggot, memakai kalung salib, mengucapkan salam secara agama, dll. Sampai pada fase kembali pada simbol, fundamentalisme bukan menjadi sumber masalah (problem sourch) dan gerakan yang membahayakan. Namun ketika terjadi penolakan terhadap kelompok lain, pemaksaan kehendak dan keyakinan, maka fundamentalis berubah menjadi gerakan yang membahayakan. Inilah sebuah gerakan fundamentalis rejeksionis yang mesti ditolak. Fundamentalisme rejeksionis sangat bertentangan dengan pluralisme bangsa ini (Indonesia). Itulah yang mengakibatkan terjadinya kekacauan (khaos) kehidupan, menjadi pemicu dan pemacu konflik dengan latar keagamaan. Faham ini memandang kehidupan dengan “kaca mata kuda�. Merasa benar sendiri, merasa paling diridhoi oleh Tuhan, merasa akan selamat sendiri, dan memandang kelompok lain sebagai salah dan kafir. Fundamentalisme semacam inilah yang kemudian banyak menyumbang konflik dan teror. Sebuah faham yang dapat menjangkit umat agama manapun. Bagi mereka, agama sudah menjadi tujuan, bukan lagi alat guna mendekatkan diri kapada Tuhan. Keberagamaan mereka hanya berkutat pada ritus-ritus dan simbol (aksidensi,kulit), hingga melupakan apa yang sebenarnya menjadi alasan agama itu ada (esensi, isi). Itulah kenapa kita lebih sering mendengar perdebatan perihal memanjangkan jenggot dari pada menghilangkan korupsi, memakai jilbab dari pada menghapus kemiskinan, dan perdebatan berbau identitas daripada kualitas. Jenis fundamentalisme yang dipaparkan Ulil sebenarnya sama-sama

berbahaya. Fundamentalisme rejeksionis jelas sangat berbahaya karena agresif dan mengancam ketentraman masyarakat. Namun, fundamentalisme eskapis-pieteistik pun tidak kalah berbahayanya karena faham ini sebenarnya merupakan embrio dari rejeksionis. Fundamentalis eskapis-pietistik baru merupakan potensi konflik (laten), sedangkan fundamentalisme rejeksionis adalah potensi konflik yang sudah manifes (Edi Ekopriyono, The Spirit Of Pluralism), dan juga merupakan pangkal dari sikap eksklusifistik (merasa spesial dan benar sendiri). Mengatasi masalah ini tentu tidaklah mudah, akan tetapi salah satu yang harus dikembangkan dalam kehidupan keberagamaan adalah pluralisme. Seorang pluralis melihat, memahami, menghayati, dan bahkan mengamini pemahaman orang lain dari sudut pandang orang tersebut. Seorang pluralis tidak secara tekstual tetapi secara kontekstual mempelajari dan memahami ajaran agamanya. Dalam perspektif John Titaley, kitab-kitab agama apapun adalah ajaran yang ditulis dalam konteks kosmologi pada saat itu, yang belum tentu cocok dengan kosmologi pada saat ini. Jika umat beragam bisa pluralis dalam setiap bentuk ekspresi keTuhanannya, Fundamentalis yang akan muncul bukanlah rejeksionis ataupun eskapis-pietistik, melainkan fundamentalisme humanistik. Faham ini meyakinkan bahwa kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan dan meletakan perdamaian pada tingkatan tertinggi adalah hakikat keberagamaan. Fundamentalisme Humanistik yang dimaksud di sini adalah faham dan gerakan yang tidak melihat melihat orang lain atau kelompok lain sebagai musuh melainkan sebagai mitra, partner dan bahkan sahabat seperjalanan menuju Tuhan. Relasi dengan orang lain tidak didasarkan pada agama yang dipeluk melainkan pada perilaku nyata terhadap upaya peningkatan harkat manusia. Bukankah agama itu ada untuk kemaslahatan umat manusia? Bukan untuk saling mencaci maki, mengkafirkan terlebih saling membunuh. Untuk siapakah agama? Selayaknya, atas segala kekuasaan yang dimiliki Tuhan, Ia memang tak mesti butuh agama. Jika agama tak pernah adapun, Tuhan tak kan pernah rugi. Dalam sebuah kritik bersambung ke hal 11


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

REFLEKSI

Relevansi Organisasi Ekstra Kampus

Oleh: Nurul Fajri

Hiruk pikuk kegiatan mahasiswa menjadi bagian dari aktualitas intelektual mereka sebagai insan akademis, idealisme menjadi arus utama atas pola dan perilaku mereka khususnya untuk masalah sosial, responsibility sosial yang diemban mahasiswa sebagai golongan intelek. Elite mahasiswa dikuasai oleh mereka yang berada di sebuah organisasi kemahasiswaan di luar kampusnya. Kreativitas. Dalam konteks sejarahnya, sudah tidak diragukan lagi bahwa mahasiswa memiliki andil yang cukup besar dalam proses perubahan bangsa ini. Mulai dari pra kemerdekaan, orde lama, orde baru, sampai saat ini yaitu orde reformasi dimana mahasiswa selalu menemukan momentum di dalamnya. Bahkan mahasiswa selalu menjadi motor penggerak bagi terciptanya transformasi sosial di setiap zamannya.

mereka diartikulasikan melalui berbagai aktivitas masif yang berbasis massa maupun kelompok. Fenomena aktivitas mahasiswa di luar waktu perkuliahan merupakan bumbu penyedap dari dinamika mahasiswa, pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa di negeri ini telah menorehkan tilas, sehingga organisasi kemahasiswaan kerap memiliki rasa kebanggaan tersendiri, bagi para pegiatnya. Patronase golongan dalam jajaran birokrat kampus terasa kental dalam atmosfer demokrasi kampus. Fanatisme golongan yang vertikal sedikitnya memben-

tuk karakter mahasiswa dalam menggunakan hak politiknya sebagai bagian dari civitas akademik. Perpindahan kekuasaan menjadi salah satu momen hancurnya kepercayaankepercayaan mahasiswa yang di bangun melalui semangat demokratis. Mengingat kepentingan “telah” menjadi arus utama dalam sebuah gerakan politik di kampus. Dinamisator atmosfer politik kampus sebagian besar berasal dari kelompok mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan khususnya organisasi ekstra. Tuas kendali stabilisator pun berada pada pucuk-pucuk pimpinan organisasi

ekstra kampus, di tengah persoalan internal yang melilit IAIN Syekh Nurjati, keberadaan (baca:pengaruh) organisasi ekstra semakin terasa, namun apakah organisasi ekstra telah menjalankan fungisnya dalam membentuk intelektual akademik yang bermartabat? Tarik menarik kekuatan untuk berkuasa menggurat pada seluruh urat civitas akademik. Suasana perang dingin antara kekuatan-kekuatan besar organisasi ekstra kampus menyebabkan panasnya atmosfer kampus, aktivis, birokrat, dan pejabat tidak lagi mempertimbangkan kemaslahatan. Tabik!

Segenap Keluarga Besar LPM FatsOeN mengucapkan

Selamat dan Sukses

Mohon Do’a Restu

Atas Wisudanya aa teteh alumni :

Aldhie Ramdani | Yuyun Yuanita | ida nursa’adah | Shabrina | Gilang kenari | Lili sururi asipi | Rosilawati

Semoga menjadi cendekia yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama SEMINAR NASIONAL & FESTIVAL PASAR DINAR DIRHAM 15-16 MARET 2011 DI IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

GRATIS!

“MENGEMBALIKAN PERADABAN ISLAM YANG HILANG; PENGENALAN DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI SALAH SATU SISTEM TRANSAKSI YANG MUDAH DAN HANDALTERHADAP HIPER INFLASI”

Kepada Seluruh Civitas Akademika. Pramuka IAIN Syekh Nurjati akan mengikuti

Perkemahan Wirakarya (PW) PTAI Se-Indonesia Tahun 2011 di IAIN Ambon, oktober 2011

FESTIVAL PASAR DINAR DIRHAM

PENDAFTARAN SEMINAR DAN FESTIVAL PASAR MULAI TANGGAL 1 MARET 2011 DI SEKERTARIAT PANITIA

(DIREKTUR WAKALA INDUK NUSANTARA)

KONTRIBUSI PEDAGANG: RP.50.000,-

(NUMISMATIS INDONESIA)

FASILITAS: TENDA, MEJA (1 BUAH) KURSI (2 BUAH)

PENYELENGGARA: PUSAT KAJIAN PERADABAN DAN BUDAYA (PKSB) & MAHASISWA JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)

FASILITAS PESERTA SEMINAR: KONSUMSI & ERTIFIKAT

PERSYARATAN PESERTA: FOTO COPY KTP & PAS FOTO 3 X 4 (1 LMBR) PEMBICARA BPK. ZAIM SAISI

BPK.SUFYAN AL-JAWI

SULTAN ARIEF NATAADINGRAT, SE (SULTAN KASEPUHAN)

RABU, 16 MARET 2011 HALAMAN FAKULTAS ADAB DAKWAH USHULUDIN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

SEKERTARIAT: IAIN SYEKH NURJATI, FAKULTAS ADAB DAKWAH USHULUDDIN JL. PERJUANGAN BY PASS SUNYARAGI CIREBON HP. 081 320 000 230 E-MAIL: PKSB_IAINCIREBON@YAHOO.COM


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

WAWANCARA

“MENJADI PEMIMPIN ADALAH SEBUAH PILIHAN BAGI PARA PEREMPUAN” Terpilihnya DR. Septi Gumiandari, M.Ag sebagai Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah untuk menggantikan posisi Almarhum Prof.DR.Abdul Latief, M.Pd. memberikan kesan tersendiri bagi civitas akademika, terutama para mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Para mahasiswa cenderung mengagumi sosok perempuan yang lahir pada tanggal 06 September 1973 ini, karena keramah-tamahannya, prestasinya dan kerja kerasnya. Gelar sarjana Agama (S1) diperolehnya dari Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab, IAIN Sunan Gunung Djati Cirebon (1992-1996) dengan predikat cumlaude. Mantan ketua KOPRI (Korp PMII Putri) ini juga meraih gelar Magister di IAIN Sunan Ampel Surabaya (lulus 1998). Kemudian, gelar Doktor diperolehnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2008 setelah mendapatkan scholarship dalam program PIES (Partnership in Islamic Education Scholarships) untuk menulis disertasi di Department of Political and Social Change, RSPAS, ANU Canberra Australia. Kali ini, reporter Fats0en (Reni Fitriani*) berhasil mewawancari DR. Septi Gumiandari, M.Ag, seusai kedatangannya dari Bogor. Berikut petikan wawancaranya : Selamat siang, sebelumnya saya mengucapkan selamat atas terpilihnya anda sebagai Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah. Oh iya. Terima kasih. Sebenarnya, sejak kapan anda menjabat sebagai Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah? Saya menjabat menjadi Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah sejak bulan Januari 2011 hingga terbentuknya dekan defintif, Maret nanti. Posisi saya sebenarnya hanyalah menggantikan posisi Almarhum Prof. DR. Abdul Latief, M.Pd. Proses apa yang sudah anda lewati sampai anda bisa terpilih menadi Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah, menggantikan posisi Almarhum Prof. DR. Abdul Latief, M.Pd? Posisi Pgs. dalam struktur kelembagaan di IAIN dipilih langsung oleh Rektor tanpa melalui proses seleksi yang panjang sebagaimana halnya struktur jabatan definitif yang nanti akan terbentuk. Jadi, saya dipilih secara langsung, sebagaimana halnya pgs lainnya. Bagaimana perasaan anda ketika menjabat? Awalnya merasa berat, karena tidak terbiasa dalam struktur, tapi berikutnya yah biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa dan spesial. Hal yang terberat bagi saya terkait dengan jabatan ini adalah saya harus ‘ngantor’ dari pagi hingga sore. Padahal, saya terbiasa ‘mobile’ kemana-mana, sehingga terkadang merasa terbatasi saja langkah saya untuk beraktifitas dengan melakukan pekerjaan rutinitas teknis yang menoton itu. It’s not my life. Itu saja mungkin yang bisa saya katakan. Apa yang melatar belakangi anda, sampai anda bersedia menggantikan posisi Alm. Prof. DR. Abdul Latief, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah?

Sebenarnya, saya bukanlah tipe pejabat struktural. saya lebih suka menjadi free academic researcher ketimbang jabatan politis ini. Dalam konteks kemahasiswaaan, saya mungkin lebih suka menjadi volunteer seperti kalian he…he… Dalam pandangan saya, itu lebih menyehatkan dan mencerdaskan secara psikologis dan spiritual. Apalagi banyak orang yang berambisi untuk mendapatkan posisi pgs. Dekan Tarbiyah ini. Karenanya, saya sempat kaget juga ketika saya di-SK-kan menjadi pgs. dekan. Ada rasa tidak enak dengan para pejabat senior yang sudah lama ‘melirik’ posisi ini sejak jauh-jauh hari he..he.. Tapi sebagai PNS, saya wajib melaksanakan amanat ini, suka maupun tidak suka. PNS itu kan harus ‘nrimo’ segala perintah atasan untuk ditempatkan dimanapun dan kapanpun, apalagi alasan Pak Rektor saat itu, adalah demi akselerasi kepemimpinan di IAIN ke depan. Disamping itu, Positive thinking saya terhadap keputusan Rektor kala meng-SKkan saya adalah bahwa belum pernah ada pejabat perempuan yang menduduki posisi inii sebelumnya, karena selama ini posisi ini sering diklaim sebagai miliknya lakilaki. Karenanya, Pak Rektor itu sebenarnya sensitif gender sekali lho he..he.. Selain itu, tentunya saya adalah salah satu perempuan yang memenuhi kualifikasi untuk menjabat posisi ini. Program-program apa yang sudah anda lakukan selama anda menjabat? Secara umum saya berusaha melaksanakan program–program yang sudah berjalan, karena Pgs. tidak bisa membuat keputusan-keputusan strategis. Untuk itu, yang ibu lakukan adalah (1) koordinasi dan konsolidasi dengan seluruh komponen dan level di Fakultas untuk melakukan berbagai kegiatan akademik yang bersifat rutin dan regular, (2) Restrukturasi di tingkat karyawan, supaya ada proses re-freshing , (3) Evaluasi berbagai kegiatan yang sudah berjalan dan ( 4) Memfasilitasi dan mempersiapkan berbagai kegiatan untuk pengu-

sulan Dekan definitif, jadi bahasa sekarang itu pengusulan atau pertimbangan tidak ada pemilihan karena semua penetapannya akan dilakukan Rektor Sebelum anda menjabat, apa pandangan anda terhadap Fakultas Tarbiyah ? Fakultas Tarbiyah adalah icon bagi eksistensi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dibanding Fakultas lainnya, ia adalah Fakultas paling awal, terlama, dan memiliki dosen serta mahasiswa yang paling ‘gemuk’ secara kuantitas. Ia memiliki banyak keunggulan, indikatornya terlihat, banyak proyek yang didapat oleh Fakultas Tarbiyah yang mampu mensejahterakan para dosennya. Diantaranya, program Dual Mode System (DMS) dan kualifikasi PAIS. Disamping itu, ia sebenarnya mempunyai potensi sumber daya manusia yang cukup memadai, namun belum terorganisir dan teratur dengan baik.

Harapan apa yang ingin anda wujudkan akan kemajuan Fakultas Tarbiyah ? Ada banyak harapan menari-nari dalam sel-sel otak saya terkait dengan kemajuan Fakultas Tarbiyah. Untuk saat ini, yang mungkin saya ungkapkan dan sesuai dengan konteks momen ini hanyalah : Kita harus betul-betul mewujudkan seluruh komponen di Faklutas Tarbiyah menjadi civitas akademika (komunitas akademik) ketimbang politis, sehingga tercipta iklim akademik yang memadai yang terinspirasi dari semangat untuk menciptakan peradaban Islam yang beradab (civilized moslem civilization). Kejadian yang lalu terkait dengan tindakan anarkis perihal kepemimpinan di kampus adalah bukti konkrit dimana atmosfir akademis itu mulai digiring ke arah politis. Siapapun itu, baik guru besar, dosen, karyawan hingga mahasiswa harus mulai me-

nyadari secara kritis bahwa IAIN ini milik kita semua. Bila kita menciderai salah satu di antara kita dengan membuka aib mereka di depan publik, berarti pula membuka aib kita sendiri. Orang di luar kampus hanya akan mencitrakan IAIN sesuai dengan citra yang kita buat. Berhentilah menciptakan jurang pertikaian antar civitas akademika hanya karena persoalan politis yang temporer ini. Perubahan alih status dari STAIN ke IAIN harus menjadi cambuk bagi peningkatan kualitas sehingga Civitas akademika, khususnya Fakultas Tarbiyah, menjadi individu-individu yang mempunyai prestasi yang unggul, citra sosial harum, dan moralitas yang luhur. Apa tanggapan anda dan keluarga akan tanggung jawab anda yang baru ini, apalagi anda juga memiliki peran yang cukup penting sebagai ibu rumah tangga ? Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), saya harus mematuhi berbagai kewajiban yang berlaku, salah satunya adalah kesiapan menjalankan tugas yang telah ditetapkan pimpinan. Sebagai ibu rmah tangga, saya juga harus menjalankan peran sebagai ibu dari anak-anak dan istri bagi suami saya. Namun Alhamdulillah, semuanya bisa berjalan baik tanpa banyak masalah, tentu berkat pengertian, kerjasama seluruh anggota keluarga. Suami saya adalah seorang yang sangat ‘melek’ akan arti kesetaraan. Segala aktifitas dikerjakan secara bersama-sama. Hal-hal yang oleh orang lain dipetakan menjadi peran ibu atau bapak saja, menjadi hal yang tidak terpetakan bagi kami berdua. Kadang saya mengerjakan apa yang selama ini menjadi stigma pekerjaan laki-laki, begitupula sebaliknya, suami saya mengerjakan apa yang selama ini distigmakan sebagai pekerjaan perempuan. Karena memang gak ada segregasi itu. Segregasi itu sengaja dibuat oleh budaya patriarkhal untuk mendomestifikasi peran perempuan. Sekali lagi, It is a gender, not sex. Karena gender adalah konstruksi manusia, sedang sex itu lah yang given dari Allah. Menyusui, melahirkan, menstruasi itulah sex yang tidak bisa digantikan dan dialih perankan. Sedang peranbersambung ke hal 11


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

CERPEN

Berziarah ke Makam Tuhan : Balada kematian Sang Agung Oleh Asep Andri*

Telah banyak jiwa merindu dalam sepi, tetapi hanya sunyi yang menghirup bau dupa.

Balada I Hilangkah Ia?... Lantas Sepongah nalar selusuri relung sejarah, dalam rindu yang menggebu ataukah hasrat yang menyayat?; melewati perdu keangkuhan lembah Sinai hingga sempat ciumi amis Tanah terjanji, Tuhan kian saja asing. Sepongah nalar kini tersesat dalam rimbun al-kitab. Lebat. Gelap. Tercium bau nafas Tuhan di sana. Ia berontak dari kekang yang mencekram. Tak ia temukan sepotong Tuhan pun. Hanya sayup desah yang menuai resah. Lekas ia beranjak. Sepongah nalar kini menembus labirin ruang dan masa. Ia menjemput arakan salib yang tengah dipanggul seonggok tubuh ringkih. Berpeluh lusuh. Berkuyup darah. Menuju sebuah bukit penghabisan, bukit Golgota. Tempat dimana Tuhan pernah tersedu menangis. Pun meringis. “Ah, mestikah Tuhan secengeng itu?”. Ucap sepongah nalar. Lantas beringsut. Ia melesat. Kini Ia tengah selusuri lekuk tubuh Tuhan yang membatu. Dingin nan angkuh. Berselimut kelambu dupa. Tuhan terkulai dalam nyanyian do’ado’a yang kian sendu. “Mungkin Tuhan lelah, hingga Ia terlelap”. Cibir-nya. Lalu senyap.

Ia

sambangi

hiruk

pikuk

seteru. Ketika nama Tuhan diobral, hingga apapun nampak halal; Di antara reruntuhan mesjid-mesjid yang terbakar, luluh-lanta Greja karena ledakan, hingga simbah darah yang memerah basah akibat tebasan pedang Tuhan. Sepongah nalar tak menemukan sua-nya dengan Tuhan. “Sebuah keimanan, atau Dendamkah?” Tanyanya. Semua gagap. Pun tetap senyap. Pada suatu waktu, Ia pernah melihat Tuhan diseret dalam arak-arakan kampanye. Riuh yang tak ditemukan dalam ritus ibadah. Berpeluh. Sesak. Wajah Tuhan tersablon dalam tiap helai pamflet dan bendera partai. Tuhan pun dijual dalam etalase retorika. Visi Misi. Mimpi-mimpi. Janji-janji. “Mengislamkan mempolitikan islam?. serupa”. Ia meracau.

politik semua

atau nampak

Dalam relung hati, sepongah nalar termangu. Dadanya membiru atas jejak redam rindu. Kemana ini akan beradu?. “Tuhan, mestikah Kau malu?, ku rindu dekap-Mu. Kapan kita kembali lagi bersenandung dalam degup jantung dan menari dalam harmoni. Bahkan, kurindu bau nafas-Mu yang selalu meluruh lelahku”. Gumamnya. Kemudian sunyi.

Balada II Pada waktu yang ternubuatkan, Sepongah nalar mendapati Tuhan terkulai. Degup jantung-Nya kan selambat putaran tasbih dan sesayup lantunan dzikir. Lantas hilang. Terganti sepi. Sunyi. Tuhan ditemukan meregang. Meringkuk busuk. Bau bacin menyeruak seolah mampu layukan semerbak kembang. Busuk-Nya meronta dalam hidung. Napas kan tersengal laik dua lengan berurat mengerat leher. Pengap. “Ya, Tuhanpun membusuk.” Ungkapnya. “Sang sakral, yang begitu laris dalam kedukaan, telah lama meregang. Ia yang ternyata mengisi bulir tasbih kita,

muara dari derasnya do’a-do’a kita, pun penjamin tiap kesabaran kita, ternyata telah membusuk merupa jasad yang sunyi. Menyendiri. Siapa yang menebas-Nya?, hingga amis darah menyeruak. Membasahi sakramen-sakramen pemujaan kita. Dzikir kita begitu basah oleh darah Tuhan. Sembahyang kita menggigil karenanya. Tak perlu berdalih, tangan kita kuyup memerah. Di balik iman-iman kita yang tak memadai, terselip sebilah pedang, bercucur darah Tuhan. Saatnya kita menyadari, kita semua telah membunuh-Nya. Kita adalah pembunuh Tuhan” Sepongah Nalar melirih. Perih. Dengan bola mata yang masih meleleh dan dada berdarah karena tersayat rindu, ia seret jasad Tuhan. berderu tangis. Menuju lahat. Sepongah nalar masih menyeret. Sendiri; Melewati meja-meja kerja pejabat yang nampak berkarat, kamar hotel yang bau senggamanya masih basah, kerlip diskotik, lengang mesjid. Ia masih menyeretnya. Sendiri. Telah nampak sekumpulan umat bersorban dan berjubah putih. Dengan rambut ikal panjang. Jenggot yang tergerai. Dengan membawa pedang yang berkuyup merah. Mereka tengah menggali lahat. Sebuah lubang untuk Tuhan. Sepongah nalar kemudian heran. “Mereka tengah mengamini Tuhan” pekiknya. Hanya gaung yang meraung.

Balada III Semesta berkabung. Tak ada lagi yang akan mengabulkan do’ado’a kita. Dzikir menjadi tabu. Ritus ibadah merupa tanpa makna. Ia telah beristirahat dengan damai. Sebuah lubang telah mendekapnya. Ia tak mesti lagi murka. Firman-firmannya kini hanya untuk dirinya, ia tak mungkin kecewa. Tak mungkin. Di depan makam Tuhan yang bernisan hasrat serta bertirai khilaf dan maaf, sepongah nalar berucap:

“Akan kita saksikan, banyak orang kan melepas rindu dalam remang lampu tempat ibadah. Syair puja semilir berkumandang tanpa purnama. Dalam bilik-bilik surau, pada keangkuhan gereja, di antara senyap vihara, dan dari segala tempat yang pernah Tuhan singgahi, orang-orang dengan bola mata meleleh, kan tersungkur memanggil-manggilNya. Bukan dalam do’a, atau sekedar menunaikan jadwal ibadah, tapi mereka sedang menziarahi Tuhan. Kan kau dapati mesjid-mesjid menjadi lengang. Bau sungil menyeruak dan ranum melati menyumpal lubang hidung. Kumandang adzan kan tergantikan kicauan burung-burung pemakaman. Iqomah tak lebih dari risik pohon besar diterpa angin. Sajadah kan merupa hamparan bunga tujuh rupa diatas lahat. Mesjid bukan lagi penampung ritus ibadah kita, ia kan menjadi makam-makam tuhan. Makam sunyi. Dalam ziarah, kan kita temukan nilai-nilai Tuhan yang telah lama mendingin. Nilai-nilai yang selama ini hanya terselip pada rimbun lafadz-lafadz al-kitab. Atau sekedar barang antik yang hanya di pajang para pendakwah dalam etalase khotbah. Nilai-nilai yang kemudian kita warisi dari Tuhan. Hingga kita kan merupa manusia sempurna. Dan sesal Tuhan menjadi mustahil. Tak kan pernah ada para penghunus pedang, pembakar rumah ibadah, atau penabuh genderang perang. Mari Berziarah ke Makam Tuhan”. Paparnya. Kemudian Sepi. *Penulis adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Semester 4. Mendapat juara I lomba menulis karya fiksi se-Kabupaten Cirebon tahun 2003. Dan meraih Juara II menulis Karya Ilmiah seKabupaten Cirebon tahun 2005. Pernah bergiat di majalah dinding (Mading) SMA N 1 Pabedilan dan sekarang menjadi reporter (Lembaga Pers Mahasiswa) LPM FatsOen IAIN Syekh Nur jati Cirebon


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

PUISI RUANGKU DAN KELANANYA Masuklah… Bukalah pintu kenaifan itu Silahkan masuk, selamat datang pada ruangku Inilah ruangku Kau bisa liat, rasanya usang Lihat dinding disebelah kananmu Aku sudah merayapinya dengan buta Dan kupeluk, dan kujilat, lalu kunistakan Namun tak satu jua orang perhatikan Dikirimu ada lemari tempatku taruh hati Ternyata hati lebih luas ketimbang angkasa Bukalah lemarinya… Jangan kaget kalau kau liat darah Dan sepi dan keruh dan tangis dan hibur Pada peraduan pilu Hatiku sungguh luas bukan??

Lalu diatasmu ada atap yang tak bisa kujangkau Setiap kudekati atap itu, ia gopoh menjauh Diriku memang terlalu rendah untuk menjangkau tempat yang tinggi Lalu ada lampu yang sinarnya begitu indah Indah bukan?? Warnanya berkelip menyongsong fajar Engkau pasti bahagia melihatnya Namun entah mengapa, mata ini selalu buta untuk dekatinya

Tuhan sungguh baik padaku Di tengah kepusingannya, aku diberi hati yang pengecut Hingga aku khianati dunia; Seorang pengecut memang selalu berkhianat!

Mengapa kau palingkan wajah?? Jijik melihatku?? Julurkan lidahmu jika kau cium aroma kebencian Inilah aku… Pakaianku habis kuangkat dari kekaraman Dan kujemur di tali-tali angin Aku makan daun-daun belas kasih

Dekap-Mu

Cirebon 120211 Khafid Mardiyansyah

10

Dalam remang tirai itu, imanku kian lamur. Kuraba lekuk tubuh-Mu dalam tarian syahdu. Do’a pun mewujud desah yang nampak pasrah. tubuh kita kini memerah basah Senggama kita pun lekas purnama Di atas sajadah, 03:15 WIB. 18 januari 2011

Laksana debur ombak mengikis karang. ku telanjangi-Mu selapis demi selapis. Seteru rindu dimulai, nafas kita kian asma berpeluh rasa. ku balut ranum bibir dalam dzikir yang menggigil.

RESENSI Menakar Sastra Psikologi dalam Telaah Fiksi Oleh Asep Andri*

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Isi Adalah keniscayaan, dalam semesta imajinasi, para sastrawan adalah TuhanTuhan kecil yang selalu bergairah meniupkan nyawa dan meng-alurkan hidup tokoh-tokoh ceritanya. Karya sastra terasa hidup karena ia memang memiliki dunia dan Tuhannya sendiri‑‑teks dan sang pengarang. Hingga para tokohnya nampak benar-benar hidup; ia berwatak, memiliki nasib, emosi, dan lain sebagainya. Sejenak, setelah kita rampung pada lembaran terakhir sebuah karya sastra ­­‑‑ novel ataupun cerpen— sering kita ingin benar-benar bertemu dengan tokoh yang sudah kita baca tadi; mungkin dengan ikal, tokoh dalam novel Laskar Pelangi, dengan Yang Kuei-Fei dalam Gelang Giok Naganya Leny Helena, dll. Berlimpahnya unsur psikologi dalam sebuah karya sastra, ketika kita ingin benarbenar memahami, terlebih mengapresiasinya, tidaklah sempurna jika hanya menggunakan kacamata sastra semata. Akan terjadi ketimpangan, hingga pesan yang diusung dalam karya sastra yang bersangkutan itu pun akan sulit dicerna. Inilah kemudian yang melatarbelakangi seorang penulis Guru Besar Universitas Indonesia (UI) bernama lengkap Dr. Hj. Albertine Minderop, MA untuk menyusun dan menerbitkan buku berjudul Psikologi Sastra. Selama ini telaah karya sastra melalui pendekatan psikologi sastra sering diperdebatkan karena kerapkali hakekat sastra menjadi hilang, telaah sastra seakan menjadi sekedar telaah psikologi. Oleh karena itu, agar telaah sastra psikologis tidak meninggalkan hakikat analisis suatu karya sastra, maka pencerminan berbagai konsep

: Psikologi Sastra : Albertine Minderop : Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Cetakan pertama Juli 2010 : 328 Halaman

psikologi di atas perlu disampaikan melalui metode perwatakan yang biasa digunakan dalam telaah sastra. Metode-metode tersebut misalnya, telling (langsung), showing (Tidak langsung), gaya bahasa (Figuratif): Simile, metafor, personifikasi, dan sudut pandang (point of view) Buku yang berjudul Psikologi sastra ini merupakan kumpulan hasil penelitian tentang analisis karya-karya sastra inggris dan Amerika terkenal serta psikologi kepribadian. Menilik cara pemaparannya dan bahasanya yang ilmiah populer, buku ini ditujukan untuk masyarakat perguruan tinggi maupun masyarakat umum yang tertarik dengan dunia sastra dan psikologi. Walaupun contoh-contoh kasus yang digunakan berupa karya sastra berbahasa Inggris, namun buku ini dapat pula digunakan untuk menganalisa karya sastra, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa asing lainnya. Karya sastra berbahasa Inggris yang kemudian dipilih sebagai bahan telaah dalam buku ini merupakan karya-karya bermutu kelas dunia. Lantas, penulis yang menyelesaikan S1 pada jurusan sastra Inggris ini menampilkan beberapa kasus para tokoh fiksional yang mencerminkan konsep-konsep unsur psikologi sastra. Karya tokoh yang dimaksud terdapat dalam karya-karya sastra Inggris dan Amerika ciptaan Nathaniel Howthorne, Eugene O’Neil, Theodore Dreiser, dan D.H. Lawrence. Dalam buku ini dibahas pula para tokoh yang mencerminkan beberapa konsep yang terdapat dalam psikologi sastra, misalnya konsep-konsep: Oedipus Complex, Electra Complex, Naluri Kematian, rasa bersalah, agresivitas, halusinasi, konflik batin, rasa

malu, dan sebagainya. Selain itu, dibahas pula pencerminan teori kebutuhan bertingkat dari Abraham Maslow yang mencangkup kebutuhan Fisiologis, rasa aman, rasa memiliki dan dicintai, rasa harga diri, dan aktualisasi diri. Hitam putih sebuah buku adalah keniscayaan. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh buku ini yang memang menambah point kemenarikannya. Layout yang menarik. Pemilihan huruf dan pemilihan kertas (khususnya bagian sampul) yang memberi kesan mewah buku tersebut; kertas sampul yang mengkilat, jenis dan ukuran huruf yang pas, serta ketebalan dan ukurannya yang tidak berlebihan. Dalam paparan isinya, penulis menggunakan dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Bahasa Inggris digunakan untuk teks kutipan yang penulis ambil dari referensinya, dan bahasa Indonesia digunakan untuk teks penjelas dari kutipan tersebut. Inilah yang menambah keistimewaan buku ini. Selain kita akan tahu teks asli yang dijadikan referensi, sekaligus kitapun bisa belajar untuk memahami teks yang berbahasa asing (Inggris) tersebut. Penjelasan metode telaah yang disajikan dalam buku ini menambah daftar keunggulan yang dimilikinya. Hal ini diperkuat oleh contohcontoh kasus dalam karya sastra yang menjadikan isi dari buku ini bukan sekedar kumpulan teori yang hampa, namun terasa sangat aplikatif dan mudah dimengerti. Namun jelas, ini bukan sebuah buku yang sempurna. Kertas bagian dalam yang digunakan bukanlah kertas yang cocok untuk sebuah buku yang lumayan tebal (328 hlm). Jenis kertas yang kasar dan buram diperparah oleh sifatnya yang mudah sobek menjadi kekurangan tersendiri. Konsekuensinya, kita mesti hati-hati memperlakukannya agar tidak cepat rusak. Dari paparannya (dalam bahasa Indonesia), banyak kosa kata dan frasa yang diulang-ulang hingga terasa sedikit menjenuhkan. Keawetan dari buku ini pun kian diragukan ketika menilik kualitas perekat (lem) yang digunakan. Jika kita tidak hati-hati, lembaranlembarannya pun bisa tercerabut atau terlepas.

Terlepas dari itu semua, buku yang baru dicetak pertamakalinya ini merupakan buku yang spesifik dan mendalam dalam memaparkan sebuah metode penelaahan karya sastra. Buku ini bisa menjadi rujukan lengkap, khusus untuk tema psikologi sastra. Berbeda dengan buku yang sejenisnya, seperti yang pernah ditulis oleh Endah Tri Priyatni yang berjudul Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi kritis, walaupun nampak begitu luas pembahasannya, namun buku yang diterbitkan oleh Penerbit Bumi Aksara ini nampak kurang mendalam dan sedikit menyajikan teori. Akibatnya, terasa dangkal dan sekedar pengenalan saja. Berbeda dengan Psikologi Sastra yang fokus pada karya sastra novel, buku mbak endah ini berusah menjadi sebuah buku yang luas jangkauannya­­--membahas berbagai karya sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Novel) namun tidak diimbangi dengan bahasa yang ilmiah dan metode yang aplikatif sehingga menambah kekurang-kekurangan yang dimiliki buku tersebut. Namun, tidak berarti akan tidak ada manfaat jika membacanya, karena buku tersebut cukup mampu menjadi bekal bagi para pembaca sastra agar lebih apresiatif dan kritis dalam menikmati karya sastra. Dengan berbagai kekuarangan yang diidap buku Psikologi sastra ini, semoga akan memicu dan memacu bagi siapa saja untuk kemudian bisa turut memperbaiki nya dalam karyanya masingmasing suatu saat nanti. Pada akhirnya, walaupun para sastrawan adalah Tuhan-Tuhan kecil bagi karyanya, namun mereka tetaplah Tuhan awan yang tidak mampu meniupkan nyawa dan meng-alurkan hidupnya sendiri. Pasti. *Penulis adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Semester 4. Mendapat juara I lomba menulis karya fiksi se-Kabupaten Cirebon tahun 2003. Dan meraih Juara II menulis Karya Ilmiah se-Kabupaten Cirebon tahun 2005. Pernah bergiat di majalah dinding (Mading) SMA N 1 Pabedilan dan sekarang menjadi reporter (Lembaga Pers Mahasiswa) LPM FatsOen IAIN Syekh Nur jati Cirebon.


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

11

sambungan dari hal 6

bahkan mengamini pemahaman orang lain dari sudut pandang orang tersebut. Seorang pluralis tidak secara tekstual tetapi secara kontekstual mempelajari dan memahami ajaran agamanya. Dalam perspektif John Titaley, kitab-kitab agama apapun adalah ajaran yang ditulis dalam konteks kosmologi pada saat itu, yang belum tentu cocok dengan kosmologi pada saat ini. Jika umat beragam bisa pluralis dalam setiap bentuk ekspresi keTuhanannya, Fundamentalis yang akan muncul bukanlah rejeksionis ataupun eskapis-pietistik, melainkan fundamentalisme humanistik. Faham ini meyakinkan bahwa kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan dan

meletakan perdamaian pada tingkatan tertinggi adalah hakikat keberagamaan. Fundamentalisme Humanistik yang dimaksud di sini adalah faham dan gerakan yang tidak melihat melihat orang lain atau kelompok lain sebagai musuh melainkan sebagai mitra, partner dan bahkan sahabat seperjalanan menuju Tuhan. Relasi dengan orang lain tidak didasarkan pada agama yang dipeluk melainkan pada perilaku nyata terhadap upaya peningkatan harkat manusia. Bukankah agama itu ada untuk kemaslahatan umat manusia? Bukan untuk saling mencaci maki, mengkafirkan terlebih saling membunuh. Untuk siapakah agama? Selayaknya, atas segala kekuasaan

yang dimiliki Tuhan, Ia memang tak mesti butuh agama. Jika agama tak pernah adapun, Tuhan tak kan pernah rugi. Dalam sebuah kritik Ludwiq feurbeuch: manusia melahirkan agama, namun agama tidak melahirkan manusia, melainkan mengalienasikannya. Saatnya menegaskan bahwa agama bukanlah Tuhan, dan Ia pun tak tergadai oleh asap dupa, bulir tasbih, ataupun syair agung yesus. Dan bukan tidak mungkin, jika agama terus menunjukan kegarangan dan kekejamannya, ia akan sepi dan mati. Namun yang menarik, ketika manusia berfikir, menurut Milan Kundera, “Maka Tuhan tertawa”. Mungkin saja, Tuhan tak seserius yang kita pikirkan.

lebih mencerahkan dan memberdayakan. Bukan berarti saya tidak bisa melakukannya, begitu pula perempuan-perempuan lainnya. namun ini hanya masalah pilihan saja.

merupakan pilihan sadar saya saja, yang memang, untuk saat ini, saya ingin lebih fokus pada upaya pemberdayaan diri dengan menelaah, meneliti dan menulis buku. Jabatan struktural, dalam mental set saya saat ini, kurang memberi ruang bagi obsesi yang saya harapkan.

*Penulis adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Semester 4. Mendapat juara I lomba menulis karya fiksi se-Kabupaten Cirebon tahun 2003. Dan meraih Juara II menulis Karya Ilmiah seKabupaten Cirebon tahun 2005. Pernah bergiat di majalah dinding (Mading) SMA N 1 Pabedilan dan sekarang menjadi reporter (Lembaga Pers Mahasiswa) LPM FatsOen IAIN Syekh Nur jati Cirebon

[sambungan dari hal 9]

peran lainnya, why not…? Lalu, bagaimana cara anda membagi waktunya? Yang terpenting adalah komunikasi dengan keluarga. Kualitas waktu yang kita luangkan untuk keluarga itu lebih bermakna ketimbang kuantitas waktu. Yang jelas, seluruh anggota keluarga saya sudah memahami dan mengerti kapan waktu bersama, kapan waktu saya harus bekerja dan seterusnya. Saya dan suami adalah soulmate yang kompak. Bahkan ia adalah orang pertama yang paling mensupport saya akan aktifitas saya di ruang publik, termasuk mendorong saya untuk tugas studi ke luar negeri selama 1 tahun kemarin. Yang saya yakini, jarang ada laki-laki yang memiliki integritas kepribadian seperti dia he..he.. Sekarang kan sedang gencar-gencarnya pencalonan dan pemilihan dekan, apakah anda tertarik untuk mencalonkan diri? Untuk saya sendiri, bila saya boleh memilih, saya lebih memilih menjabat di lembaga atau pusat-pusat saja, ketimbang menjabat di struktur. Meski gengsinya tampak kalah dan mungkin dianggap ‘kering’ dari segi kesejahteraan, tapi secara akademis,

Bagaimana pandangan anda jika ada perempuan menjabat atau menjadi pemimpin? Di satu sisi, saya merasa bangga bila ada teman-teman perempuan yang bisa menjabat khususnya dalam jabatan struktural ini, tapi di sisi lain, saya hanya takut, mereka akan terkondisi dengan rutinitas itu dan menjadi sangat mekanis, karena memang pemekaran pengembangan keilmuan bisa menjadi mandeg, minimal jalan di tempat, kalau hanya terjebak dengan rutinitas struktur tersebut. Karenanya, yah… memang harus ada banyak penyegaran bagi mereka yang terbiasa duduk di bangku struktural. Dalam kajian Gender mainstreaming, tidak pernah ada paksaan bagi kaum perempuan untuk seluruhnya tampil ke dunia publik dan meninggalkan peran domestiknya. Semua terserah kaum perempuan sebagai entitas yang memiliki kesadaran kritis untuk memilih. Termasuk dalam konteks jabatan saya ini. Bila saya memilih untuk tidak mencalonkan diri, itu bukan berarti mundur dari arus utama kajian gender, tapi

Sebenarnya tahapan apa saja yang harus dilewati untuk menjadi dekan? Sesuai dengan Statuta IAIN Syekh Nurjati Cirebon, persyaratan calon dekan adalah; (1) Beragama Islam dan berakhlak mulia; (2) Berusia maksimal 61 tahun; (3) Berijazah Doktor; (4) Jabatan fungsional minimal Lektor kepala; (5) Menyatakan kesediaan menjadi dekan; (5) Merencanakan dan membuat visi dan misi serta program empat tahun kedepan serta mempresentasikannya di depan publik. Prosesnya, bakal calon dekan diusulkan oleh Senat fakultas dan kemudian akan ditetapkan oleh Rektor. Harapan saya, Rektor memilih dan menetapkan Dekan Fakultas Tarbiyah yang terbaik yang tidak mempunyai masalah baik secara personal, sosial ataupun institusional. Untuk itu, dekan kita harus cerdas, jujur, bersih, bertanggungjawab dan beretos kerja tinggi. Apa harapan anda terhadap Dekan Fakultas Tarbiyah yang akan datang?

Dekan Tarbiyah kedepan harus mempunyai citra yang baik, baik secara personal, sosial, ataupun institusional. Terakhir, apa pesan anda kepada para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, khususnya para mahasiswa Fakultas Tarbiyah, yang mana mereka adalah calon tenaga pengajar? Saya berharap mereka menyadari bahwa masa depannya sangat bergantung kepada usaha-usaha yang mereka lakukan sekarang ini. Jadi, belajarlah keras untuk mewujudkan cita-cita. Jangan bergantung pada siapapun, termasuk dosen dan pejabat kampus. Man/woman without ambition is like a bird without wings. Tumbuhkan auto sugensti anda tanpa bergantung pada apapun, termasuk sistem yang ada. Kalau anda mutiara, maka anda akan selalu berkilau dan menarik siapaun untuk menggunakan potensi anda. Terima kasih atas waktunya. Senang bertemu dengan anda. Iya, sama-sama. Good Luck!. [Reni] *Mahasiswi Jurusan Tarbiyah, TBI-D/VI aktivis Fats0en, Divisi Riset dan Data LITBANG.

[sambungan dari hal 12] AGUNG SUCIPTO, S.Pd.I IKAH FARIHAH SYAHRUL HUDA OKI SOPIAWIGUNA, S.Pd.I MUHAMMAD GHOZALI NUR FAIZAH, S.Pd.I RAHMAT HIDAYAT AZWAR ANAS ROTIM SANUBI AHMAD ROJAI MUKARROMAH MUHAMMAD NASIF ABDURROHMAN SULAIMAN HAKIM, S.Pd.I [PGMI] JAZIROH, S.Pd.I DEDE RODIYAH, S.Pd.I ELA MELAWATI, S.Pd.I EUIS MUMUN MUNASYIFAH, S.Pd.I RATNA LESTARI, S.Pd.I NURSHOLIHAT, S.Pd.I IJAH FAIJAH, S.Pd.I DAETI, S.Pd.I DIAN RUSDIANAH, S.Pd.I SUSI SUSILAWATI, S.Pd.I EEN NURFAUZI, S.Pd.I LILIH NURLATIPAH, S.Pd.I TATI SUMIATI, S.Pd.I

DAIYATUL ISTIQOMAH, S.Pd.I DHANI RUSDIANA RAMDHAN, S.Pd.I ELI KHOIRIYAH, S.Pd.I SOFWAN, S.Pd.I SRIYATI, S.Pd.I NURAETIN, S.Pd.I KAMAH, S.Pd.I MUSBIKAH, S.Pd.I YAYAH FITRIYANI, S.Pd.I NUR AULIA, S.Pd.I AMINAH, S.Pd.I NURKHASANAH, S.Pd.I ETI SUSIATI MIRATUL JANNAH, S.Pd.I NURLAELA, S.Pd.I SITI NUR LAELI SUMIARSIH ATINI, S.Pd.I UKHANA IBNU FAJAR DZULFIKAR, S.Pd.I MOHAMMAD FARIKHIN, S.Pd.I JA’FAR SHODIQ UMI KHOZANAH, S.Pd.I SURNI ARIGIANTO MERAH AGUS MUFTI ALI SANDI ALKIS PRAWIRA

BADRI [MEPI] NUR’AENI, S.E.I VICKY HANGGARA, S.E.I RU’AENI, S.E.I IRA BEANI RAMADHAN, S.E.I EVA WIDIYANTI, S.E.I SHABRINA, S.E.I RADEN GINA MARISA, S.E.I KARYONO, S.E.I ARIE SURYANI ABDURROHIM, S.E.I SYARIFAH NOFIYANI, S.E.I NURLAELA SAELAH NURLAELA, S.E.I MUHAMMAD ZIYAD NUR UBAYDILLAH ERNI SUMARNI FIFY FIKRIYAH FATIMAH FANIYATI, S.E.I HANAFIA FERDIANA AAS NURAISAH AYU DAMAYANTI FATIMAH, S.E.I ERWINA NUR RAHAYU LELA MAWLANDARI FRIDA NURUL HIDAYATY

YULIANA SAGITA NITA MEILITA AISYAH RAHMAH FIRDAUSI FAUZIAH SHOFIYANI CUT MUTIARA SARI KHUSNI TAMRIN AYU SUSANA YULIANI SILFIA LINGGA ASTARINA PUTRI ANNISA WURI HENDWINA WINA YUSLIANI RATIKA DEWI SOPINAH ANA NURHASANAH AI RATNA JUAMI MELAWATI WIDANENGSIH VENNY MEITAWATI WULANDARI INDRA CAHYANA, S.E.I INA LAKSANAWATI MUHAMMAD FAIZAL REZA NURPATONI ARIF FIRMANSYAH HARI JUHARI ANA ISTIADAH LILIF KHOLIFATUL MUAWIYAH EVA LATIFAH, S.E.I SUIRAH

AKHYADI YAYAT HIDAYATUDDIN MOHAMMAD EKO SUHARTONO AGUS IMAM SUHERMAN SAMSUL MA’ARIF KPI ASEP SAEFULLAH, S.Sos.I ROUDLOTUR ROKHMAH, S. Sos.I RATNA HANDAYANI, S.Sos.I NUNUNG MASITOH, S. Sos.I BEDOFINA FUTROZIA, S.Sos.I ATIN JANNATI LESTARI UTAMI, S.Sos.I KRISNA NURDIANSYAH, S. Sos.I ASNA SORAYA, S. Sos.I NOVITA FEBRIYANI, S. Sos.I ULUL AZMI MOHAMAD SAFI’I BEBEN NURWADI, S.Sos.I SOFWATI HAYATI YUYUN SRI WAHYUNINGSIH, S.Sos.I HOLIS WENDRA HERNIWAN NURKHASANAH

[AF] HISYAM MA’MUN JAENUDIN IBNU FARHAN WEDI AHMAD TAUFIK

[AAS] FIRMAN ADHARI, S.H.I AHMAD GHUFRON HAMBALI HARIROTUL JANNAH YAYAH ZAKIYAH, S.H.I BUONO BAYU AJI ABDULLAH FAUZAN SUPARYONO, S.H.I [PGMI] JAZIROH, S.Pd.I DEDE RODIYAH, S.Pd.I ELA MELAWATI, S.Pd.I EUIS MUMUN MUNASYIFAH, S.Pd.I RATNA LESTARI, S.Pd.I NURSHOLIHAT, S.Pd.I IJAH FAIJAH, S.Pd.I DAETI, S.Pd.I

DIAN RUSDIANAH, S.Pd.I SUSI SUSILAWATI, S.Pd.I EEN NURFAUZI, S.Pd.I LILIH NURLATIPAH, S.Pd.I TATI SUMIATI, S.Pd.I DAIYATUL ISTIQOMAH, S.Pd.I DHANI RUSDIANA RAMDHAN, S.Pd.I ELI KHOIRIYAH, S.Pd.I SOFWAN, S.Pd.I SRIYATI, S.Pd.I NURAETIN, S.Pd.I KAMAH, S.Pd.I MUSBIKAH, S.Pd.I YAYAH FITRIYANI, S.Pd.I NUR AULIA, S.Pd.I AMINAH, S.Pd.I NURKHASANAH, S.Pd.I ETI SUSIATI MIRATUL JANNAH, S.Pd.I NURLAELA, S.Pd.I SITI NUR LAELI SUMIARSIH ATINI, S.Pd.I UKHANA


METHODA EDISI 45/ FEBRUARI 2011

12

SELAMAT DAN SUKSES atas terselenggaranya

Wisuda Sarjana Program Strata I dan Pasca Sarjana

Angkatan III tahun 2011, Kamis 24 Februari 2011 bertempat di gedung Pancaka Braja PERTAMINA Klayan Cirebon

[PASCASARJANA] DIDI ROHYADI HIDAYAT, M.Pd.I DIDI EFFENDI KAMBALI NUGRO WICOKRO SLAMET SUPRIYADI BASUNI AEP SAEPUDIN NUROHMAN TEDI YAYAN SUPYAN BADRUZAMAN AHMAD HASAN FARIDI JUMHAER KOSASIH MUHAMAD SHOLEH RUYATI SASTRA SATORI ILYAS NANA SUDIANA SUKARDI AGUS YUDIANTO MASKURI WARTO SUHARTO WOWO NARYO NANA SUPRIATNA MAWARDI APIP MUBAROK KHUMAEDI ABDULLAH ZEN WAWAT ROHMAWATI DWI ANITA ALFIANI SAEFULLAH YUDI MILADI DIKRULLAH [PBI] RUHAENI, S.Pd.I DEWI SULASTRI, S.Pd.I AGUS ROFI’I, S.Pd.I LILI KARLINAH, S.Pd.I WITI NURINDAH FITRI, S.Pd.I SARIP, S.Pd.I ENI SUHERNI, S.Pd.I SUSWATI, S.Pd.I FAQICH YATOEL JANNAH, S.Pd.I FERI NOVITA, S.Pd.I AS’AD SAMSUL ARIFIN, S.Pd.I ARIF NURHIDAYAT, S.Pd.I MIRA NURYANTI, S.Pd.I ROSIDIN, S.Pd.I USRIYAH, S.Pd.I IWAN SOFWAN, S.Pd.I AGUSTINA FITRIANI, S.Pd.I LIA RISLIANTINI, S.Pd.I NYIMAS SRI RAHAYU, S.Pd.I TARWI, S.Pd.I RINI TASRINI, S.Pd.I SITI MASITHOH, S.Pd.I ANIS AKMALIYAH, S.Pd.I IIM FATIMAH FEBRIANTI, S.Pd.I APRIYANTI, S.Pd.I MUHAMMAD ALI YUSUF, S.Pd.I SRI FITRIYANI, S.Pd.I IKE TRISNOWATI, S.Pd.I YOPA SUKNUR MADYAWATI, S.Pd.I SURYANI, S.Pd.I NINEU NURHERAWATI, S.Pd.I KHAERUL ANAM, S.Pd.I MAYKI BAEHAQIE, S.Pd.I SITI MARYAM, S.Pd.I ISTILAPAH, S.Pd.I GILANG KENARI, S.Pd.I INDAH SETIAWATI, S.Pd.I SINTA ROSTIKA DEWI, S.Pd.I

FATKHURROHMAN WIJAYANTI, S.Pd.I IDA NURSA’ADAH, S.Pd.I NUR VIVI HAEFAH MAEMUNAH, S.Pd.I NINA FATIMATUZAHRO, S.Pd.I AHMAD AGUS SALIM, S.Pd.I EVA HUMAIROH IMA HUSNUL KHOTIMAH, S.Pd.I LILI SURURI ASIPI, S.Pd.I NURRIZKA HAMAMI NOVIA PURWANTI, S.Pd.I IKA SARTIKA, S.Pd.I NUR AZHARUDIN MOHAMMAD SYIHABUDDIN, ERNAWATI, S.Pd.I AYU RAHAYU, S.Pd.I GENDIS DWI PUTRI FAZRY MUZZAFFAR IBRAHIM NISA ULFAIQOH NURJAYANI, S.Pd.I DWI AGUSTIAWATI DEWI NOVIANTI, S.Pd.I NURKAROMAH ROLLINA, S.Pd.I MIRAWATI YUSANTI, S.Pd.I LULU UL AZIZAH, S.Pd.I IBNU GUNAWAN NURLAELA BARIYAH, S.Pd.I HARUN AL-RASID, S.Pd.I JOHARUDIN SURUDIN, S.Pd.I NUKE NURHASANAH TUKAH, S.Pd.I NAYLATUL ‘IZZAH, S.Pd.I SOFYAN ANDRIANSYAH SITI SOLEHAH HARYONO, S.Pd.I ADITIYA FIRMANSYAH, S.Pd.I BADROENI YENI RAKHMAWATI, S.Pd.I NIA KRISTINIA MAGHFIROH ANITA YULIUS BUANA, S.Pd.I FARIHAH ASTRI YULIANTI AKHMAD SALIM MOHAMMAD RAMDAN ASSIDIQ ASRIHANI YULIANTI, S.Pd.I AGUS RIYADHI, S.Pd.I FAWAZ RIDHO SANDY SUAWANDI IKA MUDRIKAH, S.Pd.I FITRIYAH SILKYASIH IKA YUNIAWATI NINGSIH, S.Pd.I IMAM GHOZALI, S.Pd.I ROSILAWATI, S.Pd.I MIRAH, S.Pd.I NUR JANAH, S.Pd.I HERU HANDOKO, S.Pd.I SYUKRIATIL FITRIYAH, S.Pd.I TA’DIYANAH DIANA MAHENDRA, S.Pd.I ADI RAMAYADI DIAN NURHAERANI SITI NUR FAUZIYAH AYU ASMININGRUM IZMULLABIB NURYATI ERLIN SITI HERLINA ENDANG RAHAYU IKA KHAERUNNISA ALDHIE RAMDHANI BUDI SANTOSO NENENG DWI MARTIANI SYAFRUDDIN, S.Pd.I SULVIYANA NUR SURYANINGSIH, S.Pd.I AMALIA, S.Pd.I

KHOERUZZAMAN TUTI ALAWIAH DIDI ROSANDI CHUSNUL CHOTIMAH, S.Pd.I RIKEU SUCI LESTARI, S.Pd.I NURLAENI, S.Pd.I ABDUL SOMAD RAHMAWATI DODI NURWANSYAH, S.Pd.I NURUL KHOTIMAH NUR’AENI, S.Pd.I NENENG NURHALIMAH, S.Pd.I KHABIBAH RIKA IQLIMA IIS ZAHROTUL UYUN ETI NURMAYANTI, S.Pd.I NUR AFIFAH, S.Pd.I KHUSNUL KHOTIMAH, S.Pd.I NURHAYATI, S.Pd.I YUNITA SUSIANA, S.Pd.I AYU ALIMAH, S.Pd.I YANTO, S.Pd.I ELIS PUSPITAWATY, S.Pd.I UUM HEROYATI, S.Pd.I KORI AINA, S.Pd.I AFIIF, S.Pd.I HALIMAH, S.Pd.I FITRIAH, S.Pd.I DEVI PUSITA, S.Pd.I KHAERUL ANWAR, S.Pd.I LAILATUL MAQFIROH [PAI] FITRI RAHMAWATI, S.Pd.I PIPIT NURFITRIANI, S.Pd.I NUROHMAN, S.Pd.I AAP HAERANI, S.Pd.I MUHAJIRIN, S.Pd.I MOHAMMAD ARIF NURHIDAYAH, S.Pd.I AHMAD MUJANI, S.Pd.I MUHAMMAD IHSAN NUGRAHA, S.Pd.I SA’IDAH, S.Pd.I SITI SHOFATI, S.Pd.I DIAH SETIASIH, S.Pd.I ENIH HARTINI, S.Pd.I EVA HUDZAIFAH, S.Pd.I AHMAD FAIRUZ, S.Pd.I BADRUZZAMAN, S.Pd.I USWATUN HASANAH, S.Pd.I KHOIRUNNISA MASDUKI GHOZALI, S.Pd.I SITI MA’ANI, S.Pd.I MUFLIKHAH, S.Pd.I SITI SALMAH, S.Pd.I SUSI MEIDIASTUTI IWAN PERMANA, S.Pd.I MUHAJIRIN YUDI JAYIDIN NINING NADZIFAH LATHIFUL KHOER MEITA FITRI ANDRIYANI DIDI CAHYADI BENI ADAM, S.Pd.I NISFY RENGGANIS SITI AYATI SITI MAEMUNAH MUHAMMAD FAIZIN, S.Pd.I M. NURUDDIN KODIJAH, S.Pd.I SYAIFUL HIDAYAT AMIR MUHAMMAD, S.Pd.I KHALIMATUSSA’DIYAH, S.Pd.I ENENG SRI WIDYAWATI IFAH LATIFAH

IMAS KOMALASARI, S.Pd.I TOIPAH KIKI MUSTAQIMAH WINDI DEVIYATNO RUYATI TA’TI UBUDIYAH MOHAMAD IKHWANUDIN, S.Pd.I SISKA WIYANANINGSIH ISTIQOMAH EDY MARYADI ASEP SAPRUDIN MUHAMAD ABDUL ROSID JUNAEDI AMIR AMRULLAH ETI SUHAETI KURNADI SITI BARKAH ALFIYAH NADIROH ROHENI ARIEF WAHYU BUDIMAN, S.Pd.I AZIZAH, S.Pd.I ROBEAH FERAWATI SUBANDI, S.Pd.I SITI AMINAH DANU NUGRAHA WASTIPAH, S.Pd.I NELY WILAYAH MOHAMMAD FAHDI, S.Pd.I SHOCHIFATUL ILMI NOVIATI KHASANAH IPAN NAFY MAOLA FAJAR SIDIQ ABU THOLIB, S.Pd.I CICIH TITI KADARSIH PIPIH INDAH PERMATASARI ACHMAD SHODIQIN [IPA BIO] MOCHAMAD SUGENG TRESNO A, S.Pd.I EUIS NURKHOLISOH, S.Pd.I NURHAYATI, S.Pd.I NURHASANAH, S.Pd.I RISMA YULIANA, S.Pd.I HERNA RIANI, S.Pd.I NUR NISWATUL MAULA, S.Pd.I MASTUTI, S.Pd.I WIWIN WINARSIH, S.Pd.I EVA NOVIANA OMIH KAROMI, S.Pd.I USWATUN KHASANAH, S.Pd.I SIVIX HARLENA, S.Pd.I TRI MARLIANI, S.Pd.I DONY DEVA HINDIARSYAH, S.Pd.I SUDARNI, S.Pd.I MARATUS SOLIKHAH, S.Pd.I SUHADAH, S.Pd.I ILMIYATI, S.Pd.I IKA PUSPITA, S.Pd.I NURMALASARI, S.Pd.I CASINI, S.Pd.I DESI KURNIASIH, S.Pd.I IIN MUCHINAH, S.Pd.I SRI NURHAYATI, S.Pd.I MASNUNAH, S.Pd.I SHOIMATUZZAHRO, S.Pd.I NENENG SARIAH, S.Pd.I SITI ZAYINAH, S.Pd.I AENI RISNAWATI, S.Pd.I RESTU INDAH PURNAMA, S.Pd.I DONY DEVA HINDIARSYAH, S.Pd.I AFRIZAL HARRIS AHMAD BAIHAQI, S.Pd.I MUHIBBURROHMAN AKHMAD SOFYAN, S.Pd.I ANI ROZANI, S.Pd.I NURWAHYUNI, S.Pd.I

WARNADI, S.Pd.I TENI WIDIAWATI, S.Pd.I ANI KURNIASARI AAN NURHASANAH, S.Pd.I HENDRA SUMANTRI WASILATUS SALAMAH YONI FATHUROHMAN DIANA ADANG WAHIDIN, S.Pd.I AAN PATHIYAH MUNAWAROTUL FITRIAH KALIM, S.Pd.I SITI HAMIDAH ENI TRIYANI EKKI YULIANAWATI DEBY SHOBIBUR ROKHMAH WATI SUNIATI AFIFAH TUZZAZILAH MUSYAROFAH, S.Pd.I NINA, S.Pd.I FARIDAH, S.Pd.I MASKUROTUL FAOZIAH, S.Pd.I TETY ELISA, S.Pd.I SYAEFUL FALAH FAILASUF ATIN SUPRIATIN, S.Pd.I GITA NOORFITRI INDIHASTI, S.Pd.I SYAIFULLAH RAHMAWATI NURKHASANA NOVI ROSILIYANA ISKAK, S.Pd.I SURACHMAN ARRUSMAN, S.Pd.I TATI KUSMIATI, S.Pd.I USEP HUSNI MUBAROK, S.Pd.I WINANTO TRI HAPSORO, S.Pd.I MUHAMMAD JATMIKA, S.Pd.I SYAEFUR ROHMAN MURTINI, S.Pd.I PUTRI AGUSTINAWATI YEYEN HENDIYANI YUYUN KARIMAH NUR JOHARIAH ISNAENI, S.Pd.I ANI ROHANI HIDAYAT ILHAM AMALIA SALEH, S.Pd.I SRI WIDIANTI, S.Pd.I AMALIA AINUN NI’MAH ADE ADHA HILMANUDDIN, S.Pd.I ASEP AHMAD FAUJI MUSTAFID, S.Pd.I YUYU NURKHASANAH, S.Pd.I ENDANG ISTOPA, S.Pd.I FIKRIYAH, S.Pd.I IRFAN SYATIBI, S.Pd.I [MTK] SRI HAYATI, S.Pd.I LUKMANUL HAKIM, S.Pd.I ZAQIYA, S.Pd.I FENTI APRIYANTI, S.Pd.I NURMILAH, S.Pd.I ELIS HERLINA, S.Pd.I DEWI NURHASANAH, S.Pd.I AAN ANI, S.Pd.I MUHAMMAD IMRONI, S.Pd.I IIS ISMAWATI, S.Pd.I SUMI SUSANTI, S.Pd.I UMROH, S.Pd.I ESIH TARNASIH, S.Pd.I HANIYATI, S.Pd.I MIRAH HABIBAH, S.Pd.I NURAENI, S.Pd.I WENI, S.Pd.I

YEYEN YULIANINGSIH, S.Pd.I JAJA PURNAMA, S.Pd.I DEDI ERAWAN, S.Pd.I SUPRIYATNO, S.Pd.I KARSIH, S.Pd.I SUGIANTO ARIFIN, S.Pd.I NUR’AFIFAH, S.Pd.I HIKMATUL INABAH, S.Pd.I EKA APRIANA, S.Pd.I WATI, S.Pd.I DYAH INTAN SARI, S.Pd.I II PITRIASARI, S.Pd.I LIA LISTIAWATI, S.Pd.I AGUS MUHAMAD ISA, S.Pd.I LIA DALIAH, S.Pd.I RIA INDRIANI, S.Pd.I YUYUN YUANITA KASIM, S.Pd.I IKAH ATIKAH, S.Pd.I SITI MU’MINATUS SHOLIHATH, S.Pd.I DESY LUSIYANA, S.Pd.I CIAH ROYANAH, S.Pd.I SARIAH, S.Pd.I ABDUL KARIM, S.Pd.I ATIATUN AFIYAH, S.Pd.I SITI MARYANA, S.Pd.I IKA KAMILATUL HUDA, S.Pd.I IMAM NURROHMAT ZAMZAMY, S.Pd.I SUSI SUSILAWATI, S.Pd.I YULIA KARTIKA SARI, S.Pd.I TUTI SUMIARSIH, S.Pd.I TURYANI MUNAJI, S.Pd.I ROS NIA NINGRUM DEDE SUKAYAT, S.Pd.I NUNUNG NURHABIBAH, S.Pd.I ENTIN JUMIYATIN, S.Pd.I AYIEP ROSIDIN SUSELI, S.Pd.I SANIRI INGGRI HERLIYANTI, S.Pd.I RANI YUSTRIANI, S.Pd.I NUNUNG NURBAETI, S.Pd.I HIDAYATUL MUSTAQIM SITI MASLAHA, S.Pd.I ARIF AMALUDIN, S.Pd.I NANI FITRIANI MUHAMAD YUNUS DUL SARIPUDIN, S.Pd.I NENI ANIN ADE MUZLIFAH IIN KHURIN’AIN SITI SYARIFAH, S.Pd.I MACHMUD ARBA’I, S.Pd.I SAEFUL AMAR, S.Pd.I ABDUSSHOMAD, S.Pd.I NUAH NURWANA AENI NURHIDAYAH SUNAMI, S.Pd.I RAHMAT HIDAYAT, S.Pd.I KHUMAEROH MUNIROH APRIYANI TEDI TURANGGA ERNAWATI NENENG HASRIYANI MIMIN MINTARSIH, S.Pd.I SUMIYATI, S.Pd.I AHMAD YANI SUTARMAN, S.Pd.I EKA SITI JULAEKHA [IPS] YUYUN YUNINGSIH, S.Pd.I ENENG NINING ROSMAWATI, S.Pd.I ROJANAH, S.Pd.I

SURYATI, S.Pd.I AFIFAH, S.Pd.I RIYANTI, S.Pd.I WAKHUTOH, S.Pd.I IBNU MUHAIMIN, S.Pd.I AHMAD YANI, S.Pd.I ROSIANA JUBAEDAH, S.Pd.I LENI HIKMAH, S.Pd.I ERLINA FITRIAWATI, S.Pd.I NURHASANAH, S.Pd.I DEWI AYU NURKHASANAH, S.Pd.I KOKOM NUR’AQLIYAH, S.Pd.I HETTY RAHMAWATI, S.Pd.I EVA SYARIFAH, S.Pd.I ARI ROSYAD SHOLEH, S.Pd.I FATHONAH, S.Pd.I MOHAMMAD ADITIA SUMARDIANA, S.Pd.I EVI FATMAWATI, S.Pd.I SITI MARIYAH, S.Pd.I NURIDA FITRIANI, S.Pd.I NUNUNG NURHAYATI, S.Pd.I SURAHMAN, S.Pd.I KHASANUDIN, S.Pd.I MUKHAMMAD LUBAB, S.Pd.I RANI PURWATI, S.Pd.I ABDUL LATIF, S.Pd.I ABRORI MINHAD, S.Pd.I NADHROH WATI, S.Pd.I DESY WIDAYANTI UJANG ABDUL AZIZ A’AH WARSI’AH MASLIKHAH, S.Pd.I SRI SATIYANI, S.Pd.I DIAN ANGGRAENI, S.Pd.I ZUHARI, S.Pd.I MU’AWANAH NENI ISNAENI HANIFAH, S.Pd.I SYAFI’I, S.Pd.I DEDI SETIANA ANIS MULYASARI, S.Pd.I CATI, S.Pd.I AGUS SAEFUL ANWAR UMAR MUHAMMAD, S.Pd.I NUR SAEFULLOH, S.Pd.I ARIFIN, S.Pd.I SITI ROMLAH, S.Pd.I ROMU’AH SRI PITRIANINGSIH KUMALA DWI UTAMI, S.Pd.I NAHDIATUZZANAH ERNI YANTI, S.Pd.I ERLINA UCU SUJINAH, S.Pd.I FAUZAN KHOLILURROHMAN, S.Pd.I DWI KUNTO HAPSORO, S.Pd.I JAZIROTUL CHOYIMAH, S.Pd.I AKSAN DONI, S.Pd.I RATNASARI SUTEJA FERI FRANBUDI, S.Pd.I IKE MAYASARI, S.Pd.I SAEFUL IMAM, S.Pd.I FARHATIN NIHAYATI, S.Pd.I IBNU ABAS DANI TAFTAZANI, S.Pd.I ASEP SAEFULLAH, S.Pd.I NITA PITALASARI BADIATUL KHASANAH

[PBA] ATE JALALUDIN, S.Pd.I NANA MAULANA, S.Pd.I RATINI, S.Pd.I SUMI YULIANTI, S.Pd.I IBNU ANSOR

bersambung ke hal 11

Semoga menjadi Insan yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.