Edisi 04 Februari 2011 | Suluh Indonesia

Page 5

pini

Suluh Indonesia, Jumat 4 Februari 2011

F OKUS Kesadaran Politik Rakyat Itu Perlu ERKALI-KALI telah diungkapkan para tokoh bahwa rakyat harus dibekali pengetahuan politik. Dengan pengetahuan ini rakyat akan mengerti, bagaimana tingkat kekuasaan pemerintah dan seberapa jauh kewenangannya itu telah menyimpang. Di negara berkembang hal ini makin penting karena banyak terjadi penyimpangan kekuasaan di negara berkembang. Apa yang terjadi di Mesir saat ini, boleh dikatakan sebagai sebuah penyimpangan kekuasaan. Terlalu lama di pucuk pimpinan tidaklah memberikan solusi bagi kesejahteraan rakyat, kecuali kekuatan absolut. Dalam beberapa media disebutkan bahwa rakyat Mesir banyak yang jatuh miskin dan korupsi merajalela. Inilah yang menjadi faktor pemicu turunnya rakyat ke jalan untuk menentang pemerintahan Presiden Hosni Mubarak. Di masa lalu, kita di Indonesia sering menyebut-nyebut peran mahasiswa dalam bidang politik kenegaraan. Itu memang benar seperti yang terjadi pada tahun 1966, 1974, 1978 dan 1998. Pada tahun-tahun tersebut, mahasiswa turun ke jalan memprotes kinerja pemerintah. Kita tahu, yang berhasil adalah tahun 1966 dan 1998. Kini, di zaman globalisasi dan kemajuan teknologi kemunikasi itu, tidak harus segala kepeloporan politik ditentukan oleh mahasiswa. Seluruh masyarakat harus tahu masalah politik. Berbicara dan berdiskusi politik bukan masalah yang tabu, tetapi telah menjadi kebiasaan dalam meningkatkan intelektual. Yang kita perlukan porsi berpolitik dan kesadaran tersebut. Berpolitik tidak harus dilakukan dengan kekerasan seperti bentrok dengan pihak keamanan di jalan. Tetapi yang utama terletak pada kemampuan menyadarkan tokoh politik yang berbuat terlalu menyimpang. Menulis surat pembaca di media massa adalah salah satu contoh yang baik. Adu argumentasi kepada sesama merupakan contoh yang lain. Cara seperti ini akan mampu memberikan sentuhan politik yang lembut dan tidak mengandung kekesalan. Kita bisa berargumentasi mengenai persoalan politik. Dengan cara seperti ini pula kesadaran pada aktor politik akan meningkat sejak awal, sehingga dia akan hati-hati dalam menjalankan kekuasaan. Unjuk rasa jalanan memang penting untuk memperlihatkan kekuatan massa. Namun, jelas bukan merupakan pilihan terbaik. Rakyat sesungguhnya telah mempunyai wakilnya di parlemen. Kesadaran politik akan memberikan kesempatan terjadinya diskusi dua pihak antara rakyat dan wakilnya di parlemen. Cara seperti ini akan mampu mencegah terjadinya demonstrasi jalanan yang berpotensi menelan banyak korban. Karena itu, seorang anggota parlemen tidak boleh menutup mata mengenai persoalan seperti ini. Sebelum dia menjadi anggota parlemen secara resmi, dia harus melatih diri agar bisa dekat dan terbuka kepada rakyat. Biasanya persoalan terletak di sini. Tidak adanya pemahaman politik yang baik dari anggota parlemen, membuat jarak antara konstituen dan politisi menjadi renggang. Kondisi inilah yang membuat kekecewaan politik akan menumpuk dan akhirnya berbuah unjuk rasa. Indonesia memerlukan pola tertib dalam berpolitik. Beberapa tahun terakhir ini kekerasan politik di jalanan telah banyak yang membawa korban sia-sia. Kalaupun ada yang cedera, itu berdampak kepada masa depannya, misalnya cacat permanen. Krisis politik di Mesir memberikan pemahaman kepada kita bahwa rakyat memang memerlukan kesadaran berpolitik. Akan tetapi kesadaran itu harus dimanfaatkan secara positif agar tidak menciptakan kekerasan di jalanan. ***

B

Bang D

el

Warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2562

Gong Xi Fa Cai ...

5

Peran Rakyat dan Fokus Oposisi Dalam Perjuangan Politik KERUSUHAN politik di Mesir telah mencapai kondisi konflik dimana kelompok pro-Hosni Mubarak ikut turun ke jalan menghadapi massa yang anti presiden. Perkembangan ini menjadikan kondisi krisis politik di negara itu lebih rumit karena memberikan indikasi bahwa Presiden Hosni Mubarak masih menginginkan kekuasannya tidak terganggu meski ia menyatakan diri tidak akan ikut mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada pemilihan mendatang. Kemungkinan itu akan berlangsung sampai bulan September. Artinya telah ada tanda-tanda presiden tidak ingin memperpanjang kekuasaan setelah 30 tahun memegang kekuasaan. Bagaimanapun, fenomena ini memberikan sumbangan penting bagi pengetahuan politik, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Gejolak politik di Mesir telah memberi gambaran tentang beberapa hal yang cukup menarik dikaji. Gerakan tersebut muncul sekitar dua minggu lalu sebagai pengaruh dari keberhasilan revolusi Tunisia, dimana rakyat berhasil menurunkan Presiden Ben Ali. Yang pertama, kekuasaan absolut harus mendapat koreksi karena kekuasaan seperti ini sudah bukan zamannya di masa sekarang. Kekuasaan ini memicu suburnya korupsi, dan kemiskinan sosial seperti yang diperlihatkan tidak saja di Mesir tetapi juga di berbagai negara lain termasuk Indonesia. Mengambil kasus di Filipina, Indonesia, Tunisia dan kini Mesir (dan mungkin juga dulu Malaysia), kesadaran rakyat adalah faktor utama yang akan mampu mengakhiri kekuasan absolut tersebut. Paling tidak, gerakan sosial di masyarakat ini akan memberikan kesadaran kepada penguasa absolut untuk memikirkan dirinya. Bahwa Hosni Mubarak bersedia tidak mencalonkan diri sebagai presiden lagi sampai dengan kekuasaannya berakhir. Itu menandakan bahwa telah memunculkan kesadaran politik sebagai akibat dari kesadaran sosial dari masyarakat. Gerakan sosial seperti ini cukup berguna, paling tidak demi mencegah terjadinya kudeta militer. Kasus Filipina 1986 Indonesia 1998, Tunisia 2011 memperlihatkan betapa militer ‘bersedia’ menahan diri untuk tidak terlalu larut dalam politik karena fakta telah memperlihatkan bahwa rakyatlah yang telah bergerak. Hingga sekarang, kudeta militer pasti akan mengakibatkan ikut campurnya militer ke dalam politik suatu negara. Keadaan seperti ini masih mempunyai citra negatif bagi kebanyakan negara sebab rezim yang dikuasai oleh militer akan men-

Oleh : GPB Suka Arjawa* jalankan hukum-hukum militer yang bisa melenceng dari khasanah demokrasi rakyat. Padahal, tidak semua rakyat bisa diperintah secara militeristis. Kudeta militer akan mudah terjadi pada pemerintahan absolut apabila penguasa ternyata tidak memberikan jaminan yang pantas kepada militer. Jika rakyat bergerak lebih dulu dalam bentuk gerakan sosial politik terhadap rezim yang absolut, militer pasti akan ‘malu’ untuk mengambil alih gerakan yang telah dipelopori oleh rakyat. Inilah yang terjadi di Filipina dan Indonesia. Dengan demikian, sekali lagi harus dikatakan bahwa sebuah

mempunyai beberapa tokoh oposisi yang kuat, di antaranya Amir Mousa yang pernah menjadi pemimpin Liga Arab. Tetapi ada beberapa tokoh oposisi lain yang juga mempunyai pengaruh besar. Kemungkinan besar masing-masing tokoh oposisi tersebut mempunyai massa yang kuat dan semuanya ingin meraih kekuasaan. Jika fakta ini benar, maka sangat mungkin revolusi akan tidak bisa tercapai. Presiden Hosni Mubarak akan mampu memanfaatkan situasi ini dengan mengulur-ulur waktu sampai energi para demonstran habis, dan memanfaatkan tentara yang mempunyai disiplin

Sebuah kekuasaan yang absolut harus segera dikoreksi. Demi mempertahankan demokrasi, rakyat harus lebih dulu bergerak ketimbang militer. Rakyat harus mempunyai kesadaran politik untuk menghadapi hal itu. Pekerjaan rumah bagi negara-negara berkembang, tempat kekuasaan absolut itu biasa berada, adalah meningkatkaan kesadaran politik masyarakat agar mampu mengoreksi pemerintahnya. kekuasaan yang absolut harus segera dikoreksi. Demi mempertahankan demokrasi, rakyat harus lebih dulu bergerak ketimbang militer. Rakyat harus mempunyai kesadaran politik untuk menghadapi hal itu. Pekerjaan rumah bagi negara-negara berkembang, tempat kekuasaan absolut itu biasa berada, adalah meningkatkaan kesadaran politik masyarakat agar mampu mengoreksi pemerintahnya. Hal kedua yang bisa dilihat dari fenomena politik di Mesir adalah peran kaum oposisi. Berlarut-larutnya konflik jalanan yang terjadi di Mesir memperlihatkan tidak solidnya kekuatan oposisi. Hal ini lagi-lagi memperlihatkan lemahnya sistem politik di negara berkembang. Mesir

kuat untuk menghadang. Kasus Filipina 1986 memperlihatkan bahwa soliditas kaum oposisi memberikan kemudahan bagi fokus perjuangan karena simbolnya telah terfokus pada Cory Aquino. Demikian pula terlihat faktor Soekarno pada keberhasilan revolusi Indonesia. Gerakan oposisi tidak akan terpecah karena seluruh kekuatan telah terfokus pada satu tokoh oposisi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa revolusi yang berhasil hanya memerlukan satu tokoh oposisi, tidak lebih. Kalaupun ada beberapa tokoh oposisi dalam sebuah gerakan revolusi, harus ada kesediaan mengalah demi keberhasilan itu. Ketiga, berlarutnya konflik di Mesir memperlihatkan adanya aktor-aktor luar yang berperan.

√ Kekuasaan absolut harus mendapat koreksi karena kekuasaan seperti ini sudah bukan zamannya di masa sekarang. Kesadaran rakyat adalah faktor utama yang akan mampu mengakhiri kekuasan absolut tersebut.

√ Berlarut-larutnya konflik jalanan yang terjadi di Mesir memperlihatkan tidak solidnya kekuatan oposisi. Hal ini lagilagi memperlihatkan lemahnya sistem politik di negara berkembang.

√ Berlarutnya konflik di Mesir memperlihatkan adanya aktor-aktor luar yang berperan.

Setidaknya, gejolak Mesir ini membuat Israel kebingungan. Dunia telah mengetahui, jika Israel gelisah mereka akan berupaya mencari solusi kepada Amerika Serikat. Mesir merupakan satu-satunya negara yang menjalin hubungan baik dengan Israel. Hosni Mubarak adalah presiden pengganti Anwar Sadat yang ditembak mati tahun 1981. Ia ditembak karena menjadi tokoh yang berbaikan dengan Israel. Kemungkinan, Israel dan Amerika Serikat masih belum melihat tokoh yang mampu menjamin terpeliharanya hubungan baik antara kedua negara sampai saat ini. Ada kesan aktor-aktor luar ini masih kebingungan dalam melihat tokoh pemerintah maupun tokoh-tokoh oposisi. Sikap ini berpengaruh besar secara sosial karena gerakan berlangsung lama dan telah menewaskan puluhan orang. Jika masyarakat Indonesia ingin belajar dari peristiwa yang ada di Mesir, harus dilihat pada faktorfaktor di atas. Masyarakat harus melek politik dalam arti memahami politik yang lebih luas demi mencegah terjadinya kekuasaan yang absolut. Pembatasan presiden menjadi dua periode sudah cukup dan tidak perlu mengamandemen konstitusi apalagi referendum. Kalau kelompok oposisi Indonesia ingin berhasil dalam perjuangan, bentuk oposisi yang solid agar memudahkan identifikasi perjuangan dan indentifikasi simbol. Harus ada yang sadar mengalah dan menerima kekalahannya. Pelajaran penting yang tidak boleh dilupakan, pemerintah harus mandiri tidak tercampurtangannya oleh pihak asing. Hanya dengan cara begitu negara bisa mandiri dalam menentukan sikap. *Penulis, staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Udayana

Suluh Indonesia Mengundang Anda menulis dalam kolom ini. Caranya: Kirim Tulisan Anda ke alamat Gedung Pers Pancasila Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat atau Kirim ke E-mail: info@bisnis-jakarta.com. Panjang Tulisan Maksimal 7.000 karakter. Tulisan akan dimuat juga secara sinergis dengan Kelompok Media Bali Post.

SURAT A NDA Hapus Budaya Pelonco KECEWA pada kegiatan perpeloncoan yang masih ada di negeri ini. Jika kita melihat secara jujur apakah, Kegiatan tersebut berpengaruh pada prestasi seseorang?. Jika memang ya kenapa sampai seanarkis itu. Saya pernah saksikan sebuah OSPEK di sebuah Universitas ternama di Jakarta yang saya tak perlu disebutkan sebab sudah beredar jelas di media masa diantaranya aksi bugil yang dilakukan para calon Mahasiswa atas perintah seniornya. Kenapa budaya saling ‘menghabisi’, menelanjangi itu masih ada. Ya, walaupun tujuannya untuk menguatkan mental ataupun fisik saya rasa tak perlu hingga ‘sebegitu menyiksa manusia’. Jika memang sudah melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan dan moral lebih baik di tiadakan saja daripada membuangbuang waktu dan biaya. Inilah salah satunya sebuah budaya ‘pembodohan’ yang masih tersisa dalam

peradaban hidup manusia modern. Saya sangat bingung kenapa Mahasiswa yang melakukan tindakan bodoh ini. Hanya karena memegang jabatan sebagai senior di kampus atau BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sudah sewenang-wenangnya menyuruh manusia melakukan tindakan seperti binatang. Wah mau jadi apa nanti bangsa ini jika di pimpin oleh mereka nanti. Kuliah itu tak murah, Sudahlah kawan-kawanku yang budiman para Mahasiswa yang terhormat agar jangan teruskan budaya OSPEK yang anarki dan ada berbau kekerasan sedikitpun.Mari kita belajar dengan kebijaksanaan tanpa cara hujat menghujat atau adu otot. Sudahlama kita belajar lewat jalan kekerasan sejak berbagai orde zaman pemerintahan namun itu semua bukanlah jalan yang cerdas bukan?. Indah Wulandari Sunter, Jak-ut

Menunggu Solusi yang Tepat PERSOALAN yang membelit Jakarta kian runyam. Sejumlah rencana mengurai masalah utama seperti kemacetan, banjir, tata kota, transportasi belum menunjukkan perbaikan berarti. Butuh waktu memang. Tapi sampai kapan? Sementara, penumpukan beban Jakarta terus terjadi. Bila tanpa penanganan signifikan, percayalah Jakarta menjadi kota amburadul. Tak perlu diskripsi panjang untuk menggambarkan semua permasalahan Jakarta. Musim hujan adalah waktu yang pas. Maka, bagi anda yang jarang keluar rumah, sekali-kali luangkan waktu menyusuri Jakarta di pagi hari atau sore. Dengan gampang anda akan segera mengatahui kondisi Jakarta yang sesungguhnya. Macet mungkin sudah menjadi masalah laten. Lebih buruk lagi, kerusakan jalan kian melebar. Bila hujan, kondisi lebih parah lagi.

Kemacetan menjadi-jadi saat hujan deras. Selain karena genangan juga lubang jalan yang menganga. Bila beruntung anda yang menggunakan kendaraan akan lolos dari kubangan yang tertutup air. Sudah puluhan korban dari pengendara yang terjelembab akibat kondisi seperti ini. Perbaikan memang telah dilakukan, tetapi tidak permanen. Lihat saja tambalan lubang jalan itu mudah terkelupas dan kembali menganga. Mengharapkan adanya transportasi yang tepat untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Saya berharap akan segera terwujud transportasi umum yang bisa mengurangi kemacetan Jakarta. Semoga banjir tak terlalu parah di Jakarta. Sofyan Petukangan Selatan, Jak-Sel

Hentikan Penyusutan Taman Kota TAMAN kota, bagi warga Jakarta merupakan sebuah kemewahan. Arus urbanisasi, peningkatan jumlah penduduk, pemanfaatan lahan komersil maupun tempat tinggal menjadi faktor makin menyusutnya jumlah taman kota, lapangan bermain maupun lahan hijau. Di sisi lain, warga Jakarta harus menahan derita akibat polusi dari asap knalpot kendaraan maupun makin panasnya matahari akibat banyaknya rumah kaca yang menghias Ibu Kota. Di Jakarta, banyak tamantaman yang sudah beralih fungsi menjadi tempat berdagang asongan dan kaki lima, pos polisi, lahan parkir, gardu PLN, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), bahkan banyak disalahgunakan sebagai tempat prostitusi di malam hari. Itu terjadi karena banyak taman yang hanya berisi semak-semak belukar, tidak teru-

rus dan terkesan menyeramkan. Sayang sekali, keindahan dan kenyamanan kota yang harusnya bisa diperoleh dari taman, tidak lagi kita peroleh. Padahal, kalau saja dibenahi fungsi taman banyak sekali manfaatnya. Bisa menjadi tempat rekreasi, hiburan bermain keluarga, anak-anak maupun dewasa, sarana olahraga, arena diskusi, tempat bersosialisasi, dan banyak lagi kegunaan fungsi lainnya. Sebagai Ibu Kota negara, harus diakui Jakarta memiliki beban amat berat dan persoalan yang multikompleks. Benturan kepentingan pun sulit dihindari. Sebagai Ibu Kota negara, Jakarta memiliki fungsi politis sebagai kota pemerintahan pusat, memiliki fungsi ekonomis sebagai pusat kota bisnis, tetapi juga dituntut memiliki fungsi ekologi. Iren Eva Wildasafa Kebon Jeruk Jak-Bar

Sampaikan saran, kritik dan keluhan mengenai kebijakan Pemerintah, fasilitas umum atau lainnya ke: PO BOX 6233 JKBKG, Jakarta 11062, redaksi: Jl Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. Fax: 53670771 atau e-mail: info@bisnis-jakarta.com. Lampirkan foto copy KTP/SIM/Paspor yang masih berlaku dan cantumkan nomor telepon yang bisa dikonfirmasi.

Pemimpin Umum : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Umum/Redaksi/Penanggung Jawab : Wirata, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rina Ratna, Kontributor Bekasi : Muhajir, Nendi Kurniawan, Safa Aris Muzakar, Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk, Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Suluh Indonesia membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 04 Februari 2011 | Suluh Indonesia by e-Paper KMB - Issuu