Majalah Bali Post Edisi 8

Page 45

Sekaa Gandrung Remaja Semara Metu Banjar Tembau Kelod.

MPB/ist

Gandrung

Bangun dari ’’Tidur Panjang’’

D

i era 1928 hingga akhir tahun 1957 silam, masyarakat Banjar Tembau Kelod Kelurahan Penatih, Denpasar Timur, memiliki kesenian klasik Gandrung yang sangat memikat. Pada awalnya, tarian yang kemasannya seperti tari Joged Bumbung ini difungsikan sebagai tarian pergaulan dan dipentaskan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi atas hasil panen berlimpah yang dinikmati oleh masyarakat. Namun, pada perkembangan selanjutnya, tarian yang ditarikan oleh penari pria ini juga dipentaskan pada event ritual keagamaan (seni bebali - red) di lingkungan pura di Banjar Tembau Kelod sekaligus menghibur masyarakat yang turun ngayah untuk menyukseskan prosesi ritual keagamaan tersebut. Sayangnya, Gandrung Tembau tak kuasa mempertahankan denyut aktivitasnya. Pesonanya terus meredup dan sekitar tahun 1958, kesenian adiluhung ini tak pernah lagi dipentaskan. Masa kejayaan Gandrung Tembau tinggal kenangan indah semata. Di samping keberadaannya terus terdesak

oleh kesenian-kesenian modern, “kematian” tarian yang diringi instrumen musik bambu berlaras lima nada sejenis tingklik ini diduga lantaran gagal mencetak generasi penerus. “Di tahun 1958, Gandrung Tembau sudah tidak dipentaskan lagi,” kata I Wayan Putra yang saat proses rekonstruksi dilaksanakan menjabat sebagai Klian Banjar Tembau Kelod. Beruntung, para tetua Tembau Kelod memiliki kerinduan untuk membangunkan Gandrung Tembau dari “tidur panjangnya”. Apalagi, masyarakat Tembau masih mewarisi gelungan dan instrumen gamelan Gandrung dalam kondisi lengkap, sehingga proses rekonstruksi sangat memungkinkan untuk dilakukan. Setelah selama 52 tahun tidak terdengar aktivitasnya, Gandrung Tembau akhirnya berhasil dipentaskan kembali pada tahun 2010 dan masyarakat Tembau Kelod bertekad untuk terus melestarikannya. “Sebenarnya, kami ingin merekonstruksi kesenian tetamian leluhur Tembau Kelod sesuai aslinya. Sayangnya, kami kesulitan mencari penari pria sehingga penari Gandrung Tembau di era kekinian ditarikan

oleh penari perempuan. Sebelum ditetapkan sebagai penari Gandrung, para penari mengikuti prosesi pawintenan sebagai sarana memohon taksu dan restu dari Ida Sesuhunan. Saat ini, tari Gandrung ini wajib dipentaskan setiap Tumpek Wayang serangkaian patoyan ring Ratu Ngurah dan Ratu Ayu. Kalau ada krama Tembau Kelod melaksanakan upacara ngotonin, masakapan dan ritual keagamaan lainnya juga sering nyolahang Gandrung,” papar Putra panjang lebar. Menurut Putra, saat ini Banjar Tembau Kelod memiliki enam penari Gandrung yang semuanya penari perempuan. Selain mementaskan Gandrung di wawengkon Banjar Tembau Kelod, mereka juga sering ngaturang ayah masolah di sejumlah pura di Denpasar. Belum lama ini, Sekaa Gandrung Remaja Semara Metu Banjar Tembau Kelod mendapatkan kesempatan pentas pada event Parade Gong Kebyar yang digelar Pemkot Denpasar di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Sumatika 21 - 27 Oktober 2013

45


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Majalah Bali Post Edisi 8 by e-Paper KMB - Issuu