Majalah Edisi 226 | balipost.com

Page 39

PA R I W I S ATA

Dia menilik dengan berpikir maju, obsesi tak hanya jadi pegawai negeri atau perusahaan. Sebab jadi pegawai dari sisi pendapatan jelas terbatas. Tetapi kalau mau jadi wirausaha dengan pendapatan tak terbatas, impian jadi orang kaya akan terwujud. Tentunya dengan tak henti-hentinya meningkatkan kemampuan diri, disiplin, dan peka melihat peluang. Dengan aplikasi IT di era digital akan mempercepat sukses dalam bisnis. Direktur Politeknik Nasional Denpasar, juga Bisma Informatika Indonesia, I Made Adi Purwantara menyampaikan kalau ingin sukses sukseslah yang luar biasa. Maka itu kuasailah IT secara cerdas dan bijak. Seperti perusahaan besar di dunia, yakni Amazon, Mikrosoft, dan lainnya. Perusahaan tersebut jadi besar karena berbasis IT. Wajar saja kalau kemudian ada istilah siapa yang menguasai teknologi, dialah yang menguasai dunia. Jangan jadi korban karena pemanfaatan IT yang tidak positif. Tidak ada alasan bagi anak-anak yang belajar komputer atau bidang IT lainnya untuk putus asa. Tetapi harus optimis berusaha karena dengan begitu akan berbuah hasil. Moderator seminar Made Sarjana menyampaikan, untuk jadi pebisnis sukses amati tren. Terkait bisnis digital 2021 Google memprediksi dunia akan tersambung semua. Jika mampu pasarkan produk, dampaknya akan bersifat mendunia. Sebaliknya, banyak perusahaan yang bangkrut karena terlambat aplikasikan pola bisnis online. Karena itu, berbisnis kekinian harus berbasis IT. Kalau dulu pola bisnis masih konvensional sekarang harus online. Contoh bisnis yang memanfaatkan aplikasi online yakni Gojek, Uber,dan lainnya yang sukses diterima pasar. Amati tren, tiru, dan modifikasi hal penting yang bisa dilakukan dalam merancang bisnis berbasis IT. Narasumber lainnya dari Stikom Bali, Panji Agustino menyampaikan, belanja online kini sudah biasa. Tinggal modal gadget pesan dan barang dikirim. Di sini ada peluang pasar online yang begitu besar untuk digarap pebisnis. Di dunia pemanfaatan internet sudah mencapai 4 miliar orang dengan manfaatkan smartphone atau gadget. Ini peluang pasar online yang besar dan luas. Fenomena kenapa banyak bisnis tutup itu salah satu dampak perubahan pemanfaatan bisnis digital. Saat ini revolusi 4.0 yang berbasis digital. Era digital ini akan jadi pesaing dan pengganti era konvensional sehingga dapat disebut dengan istilah bisnis pengganggu. l Gunawan/Bisnis Bali

Menata Biang Kerok Perang Tarif Hotel

P

ertumbuhan pariwisata Bali, dekade terakhir telah dibarengi dengan sejumlah masalah. Kemacetan, sampah, dan perang tarif diantara pengusaha akomodasi pariwisata. Ini dipicu oleh pertumbuhan pariwisata yang belum tetata dengan baik. Seperti halnya keberadaan hostel atau rumah yang dioperasionalkan layaknya hotel. Kondisi tersebut mendapat perhatian serius pemerintah Kabupaten Badung. Sebab, keberadaan usaha ini dinilai menjadi salah satu biang kerok terjadinya perang tarif. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Badung, I Made Badra, mengatakan tengah berupaya untuk dapat menata keberadaan hostel dan akomodasi lainnya. Penataan ini akan dilakukan setelah kondisi pariwisata pascaerupsi Gunung Agung pulih. “Industri pariwisata, khusus di Badung dan Bali saat ini perlu pemulihan pascaerupsi Gunung Agung. Ke depan kami pasti melakukan penataan pariwisata, sehingga berkualitas dan sustainable,” ujarnya. Menurutnya, seluruh akomodasi pariwisata, baik hotel, vila, hostel dan lainnya akan ditata dengan standar Sistem Manajemen Pengamanan Hotel (SMPH). Sehingga, keberadaan usaha ini memberikan dampak positif bagi pariwisata, khususnya di Badung. “Kami sedang dalam progres untuk menata hotel, villa hostel dan lainnya dengan standar sesuai SMPH dan kelas hotelnya,” tegasnya. Seperti diketahui, jumlah hostel diperkirakan puluhan yang menyebar di Gumi Keris, seperti Badung Selatan dan sebagian di Kuta Utara seperti Canggu dan Kerobokan. Mereka menawarkan penginapan bagi wisatawan dengan harga yang sangat murah kisaran antara Rp 75 ribu – Rp 100 ribuan. Hostel biasanya menyasar turis-turis dengan kemampuan keuangan paspasanya atau sering disebut backpaker. Kadang turis yang tinggal dalam satu kamar tidak saling mengenal. Ponda menyebut jumlah hostel di Badung diperkirakan mencapai puluhan, dan sama sekali tidak memiliki izin. “Hostel, condotel perlu ditata dibenahi agar sinergitas dan saling mendukung jangan sampai merusak harga,” tegas pejabat asal Kuta itu. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, A.A. Ngurah Alit Wiraputra, juga mengakui akomodasi yang dijual murah itu menyasar wisatawan backpacker, di mana mereka hanya berbekal tas ransel dengan budget yang rendah. “Kehadiran rumah kos-kosan, tapi beroperasi layaknya hotel ini jelas merugikan pengusaha. Selain juga pemeritah, karena mereka tidak membayar pajak,” ujarnya. Dia mengatakan, keberadaan kos-kosan yang beroperasi layaknya hotel ditawarkan dengan harga yang fantastis murah, yakni di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 4 juta per bulan. Praktik seperti ini, sangat mempengaruhi anjloknya akupansi hotel di Badung. “Secara akumulasi wisatawan asing ke Bali naik, namun karena adanya kos-kosan, vila bodong dan pertumbuhan kamar hotel yang tidak terkendali akibatnya okupansi hotel jeblok,” ungkapnya. Dikatakan, anggota Kadin Badung yang bergerak di sektor perhotelan sangat terbebani dengan kondisi tersebut. Sebab, di tengah tingginya tingkat kunjungan wisatawan asing akupasi hotel justru mengalami kemunduran. l Parwata 9 - 15 April 2018

39


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.