Edisi 01 Mei 2017 | Balipost.com

Page 8

BANGLI

8

Senin Umanis, 1 Mei 2017

Penempatan Ulang Pedagang Pasar Kidul

Pemkab Nyatakan Tak Memungkinkan

Bangli (Bali Post) Permintaan kalangan legislatif agar Pemkab melalui Disperindang memindahkan para pedagang kain dan pakaian di Pasar Kidul ke lantai satu sulit terwujud. Disperindag menilai penempatan pedagang kain di lantai satu kurang tepat mengingat area ini bukan di-setting untuk pedagang kain atau pakaian. Kepala Disperindag Bangli I Nengah Sudibia, Minggu (30/4) kemarin, mengatakan tempat bagi pedagang di lantai bawah sudah dilengkapi meja-meja beton alias memang diperuntukkan bagi pedagang bahan kebutuhan pokok. ‘’Coba dilihat di bawah (lantai satu - red), tempat berjualan para pedagang sudah berisi beton permanen. Kalau tidak melihat bagaimana kondisi di lapangan dan hanya meminta pemindahan, itu susah. Jika pedagang kain dibawa ke bawah, jelas tidak memungkinkan,’’ tegas Sudibia. Untuk menata ulang lantai satu pun tidak bisa seenaknya dilakukan. Sudibia menegaskan, penataan ulang termasuk membongkar meja beton di lantai satu itu ada prosedurnya. ‘’Meja-meja beton tersebut baru saja dibangun masak dibongkar lagi?’’ ucapnya. Sudibia menjelaskan, penataan pasar termasuk penempatan pedagang kain atau pakaian di lantai dua sejak awal memang sudah diperhitungkan. Dia pun menegaskan akan tetap mempertahankan kondisi saat ini sembari menunggu rampungnya pembangunan pasar di terminal. ‘’Mengingat nanti juga akan ada pembangunan pasar di terminal, kita belum bisa secara sepenuhnya untuk mengatur penempatan para pedagang secara maksimal. Bahkan ada beberapa pedagang masih berjualan di atas trotoar lantaran belum ada tempat untuk mereka. Intinya nanti kita pasti akan lakukan pengelolaan terkait penempatan pedagang,’’ katanya sembari menyatakan, sepinya pengunjung di lantai dua lantaran kondisi ekonomi yang lesu. (kmb41) MASIH BERJUALAN - Meski sudah dilarang, namun sejumlah pedagang acung masih nekat berjualan di Penelokan, Kintamani.

Bali Post/nan

PENGASPALAN - Satgas TMMD berupaya keras menuntaskan pekerjaan pengaspalan jalan di Banjar Buayang, Desa Landih.

TMMD Ditutup 4 Mei

Pengaspalan Jalan di Landih Dikebut

Bangli (Bali Post) Satuan tugas (satgas) mempercepat proses pengaspalan jalan di Banjar Buayang Desa Landih. Hal ini mengingat pelaksanaan program fisik TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) akan berakhir pada 4 Mei. Dandim 1626/Bangli Letkol Inf. Susanto Lastua Manurung, Minggu (30/4) kemarin, mengatakan proses pengaspalan yang dilakukan sudah memasuki tahap akhir. Dari total panjang jalan 1,335 kilometer, tinggal 200 meter saja yang belum diaspal. ‘’Kita sudah minta satgas yang dibantu warga supaya proses pengaspalan jalan segera diselesaikan mengingat sisa jalan yang belum diaspal hanya 200 meter saja. Jadi, pengaspalan itu harus sudah selesai sebelum upacara penutupan dilakukan. Karena program TMMD ke-98 akan berakhir pada 4 Mei mendatang,’’ ungkapnya. Dia menjelaskan, selain kegiatan fisik, anggota TNI juga memberikan pengobatan gratis kepada puluhan warga. Kegiatan dilakanakan di Balai Banjar Buayang. Di kegiatan ini pihaknya bekerja sama dengan Denkesyah Singaraja. Dua dokter dan empat perawat diterjunkan untuk melayani warga. ‘’Puluhan warga mulai dari anak-anak hingga orangtua sejak pagi hari sudah berada di balai banjar untuk mendapatkan pengobatan gratis ini. Warga yang datang berobat kebanyakan mengeluh batup pilek, demam dan pusing-pusing,’’ kata Lastua Manurung. Lebih lanjut dipaparkannya, pihaknya juga melakukan kunjungan sosial ke salah satu rumah warga yang bernama Pak Gampil dan Sukarya. ‘’Dalam kunjungan itu kita memberikan bantuan berupa sembako dan alat pembersih rumah,’’ jelasnya. (kmb41)

Penelokan Masih Dipenuhi Pedagang Acung

Bangli (Bali Post) -

Upaya Pemkab Bangli untuk mensterilkan objek wisata Penelokan, Kintamani dari keberadaan pedagang acung belum membuahkan hasil. Meski sudah sempat beberapa kali dilakukan penertiban, objek wisata andalan Pemkab Bangli tersebut masih tetap dipakai oleh para pedagang acung untuk mengais rezeki. Bahkan sejumlah pedagang acung beroperasi di bawah spanduk larangan yang dipasang pemkab. Berdasarkan pantauan, Minggu (30/4) kemarin, sejumlah pedagang acung masih terlihat menjajakan barang dagangannya ke wisatawan di Penelokan. Tak hanya pedagang suvenir, sejumlah tukang tato keliling pun masih banyak yang berkeliaran menawarkan jasanya di kawasan tersebut. Padahal di

areal tersebut Pemkab Bangli sudah memasang spanduk larangan untuk para pedagang acung agar tidak beroperasi di objek-objek wisata, taman dan tempat umum lainnya dengan cara menyodorkan langsung kepada calon pembeli. Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Sekretaris Dinas Satpol PP dan Damkar Ka-

bupaten Bangli Dewa Agung Suryadarma mengatakan, untuk mensterilkan kawasan objek wisata Penelokan dari keberadaan pedagang acung, pihaknya sudah menyiagakan petugas di areal setempat. Hanya dari informasi yang diperolehnya, kembalinya para pedagang acung berjualan ke objek wisata tersebut

Penjualan Anjing Kintamani

Warna Putih Masih Jadi Favorit Pembeli

Bangli (Bali Post) Pemberlakuan Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Pelestarian Anjing Kintamani tak banyak berpengaruh terhadap permintaan anjing ras Kintamani dengan warna bulu putih, hitam, cokelat dan anggrek. Dari empat warna bulu yang diakui dan dilindungi perda, masyarakat masih cenderung memilih anjing Kintamani dengan warna bulu putih sebagai hewan peliharaan. Wakil Ketua Kelompok Ternak Sari Kembang di Banjar Paketan Desa Sukawana, Kintamani, Ketut Kari, Minggu (30/4) kemarin, mengungkapkan dari empat jenis warna anjing Kintamani, yang paling banyak diminati para pencinta anjing adalah yang warna bulunya putih. Sementara warna lainnya masih jarang dicari meski ketiga warna tersebut sudah diakui dan dilindungi perda. Diungkapkan Kari, saat ini permintaan anjing Kintamani relatif stagnan. Tidak ada peningkatan permintaan yang signifikan dari sebelum maupun pascadiberlakukannya perda tersebut. Demikian juga dengan harga jualnya saat ini masih berada di kisaran harga Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta per ekor untuk umur sekitar dua bulanan. Harga tergantung kualitas anjing. Peternak anjing lainnya, Ketut Nonog, juga mengakui bahwa sejak perda terbaru tentang kawasan pelestarian anjing Kintamani diberlakukan, permintaan terhadap anjing Kintamani masih tetap sama. Hanya, sekarang perhatian pemerintah terhadap pelestarian dan peningkatan kualitas anjing Kintamani di Banjar Paketan lebih meningkat. Contohnya dengan rutinnya pelaksanaan vaksinasi massal di Sukawana. Selain itu sejak diberlakukannya perda tersebut, anjing Kintamani kini sudah bisa menjadi hewan peliharaan favorit masyarakat. Disinggung mengenai kendala yang dihadapi peternak di Banjar Paketan dalam memelihara anjing, Nonog menyebut salah satunya soal tingginya harga pakan. Saat ini peternak kebanyakan memberikan pakan jadi dengan campuran poral dibandingkan ketela. ‘’Kalau dulu makannya ketela. Gampang kita cari. Sekarang sudah jarang masyarakat tanam ketela sehingga kita beli makanan jadi. Per ekor biaya pakannya sekarang ratarata Rp 10 ribu per hari,’’ ujarnya. (kmb40)

Bali Post/ina

Bali Post/nan

CONTOH PENGELOLAAN - Dewan meminta pemkab menjadikan pengelolaan Objek Wisata Desa Penglipuran yang memaksimalkan peran desa adat sebagai contoh untuk diterapkan di semua objek wisata di Bangli.

Kelola Sektor Pariwisata

Pemkab Diminta Maksimalkan Peran Desa Adat

Bangli (Bali Post) Pengelolaan sektor pariwisata tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Guna memaksimalkan pengelolaan khususnya terhadap objek wisata, Pemkab Bangli diminta memaksimalkan peran desa adat. Wakil Ketua DPRD Bangli I Komang Carles, Minggu (30/4) kemarin, menjelaskan pengelolaan objek wisata yang ada di Bangli selama ini masih belum maksimal. Untuk itu, dia memandang perlunya desa adat berperan aktif mengelola objek wisata di wilayahnya. ‘’Jadi tidak bisa oleh pemda saja. Semua pihak harus ikut berperan untuk mengangkat pariwisata Bangli. Peran desa adat sangat dibutuhkan dalam hal ini agar pariwisata di Bangli lebih maju lagi ke depannya,’’ ungkap Carles. Carles mencontohkan, Desa Wisata Penglipuran telah berkembang cukup pe-

sat. Pengelolaannya juga tergolong bagus. Hal ini, menurutnya, tidak bisa dilepaskan dari peran desa adat yang sangat serius dalam menata kawasan wisata tersebut. Dari aspek kebersihan, misalnya, peran desa adat sangat besar. Di sana seluruh warga sangat menjaga kebersihan desanya. Selain karena sudah ada aturan adat, hal ini juga didorong kesadaran menjaga kebersihan lingkungan masyarakat yang sudah tinggi. ‘’Jadi wajar kalau Penglipuran menyandang objek wisata terbersih. Itu kan juga salah satu magnet untuk menarik wisatawan,’’ katanya. Dikatakannya lebih lanjut, pihaknya berharap semua objek wisata yang ada di Bangli mengikuti pola pengelolaan Objek Wisata Desa Penglipuran. Dengan pengelolaan seperti itu, pihaknya meyakini pariwisata di Bangli akan lebih baik dari sekarang.

Selain itu pembinaan terhadap pelaku pariwisata juga harus terus digenjot. Pasalnya selama ini mereka masih terkesan jalan sendiri-sendiri. ‘’Jika pengelolaan pariwisata sudah bagus, jelas para pengunjung akan semakin tertarik untuk berkunjung. Apalagi objek wisata yang bersih, tertata dan asri jelas akan memancing kedatangan pengunjung. Intinya masyarakat desa dan pemerintah harus bersinergi untuk memajukan pariwisata di Bangli,’’ ungkapnya. Di sisi lain, Carles juga mendorong semua instansi yang mengelola potensi sumber pendapatan daerah menerapkan sistem manajemen berbasis informasiteknologi (IT). Sistem berbasis IT selain sebagai bentuk transparansi juga dinilai mampu mengantisipasi kebocoran anggaran dan menguapnya potensi pendapatan daerah. (kmb41)

disebabkan adanya izin yang diberikan perbekel setempat. ‘’Bupati sebenarnya sudah tegas melarang. Tapi dari info terakhir, kepala desanya katanya mengizinkan lima orang pedagang berjualan bergantian,’’ terangnya. Terkait informasi tersebut, pihaknya mengaku akan mencari tahu kebenarannya dengan melakukan koordinasi langsung dengan perbekel setempat. Koordinasi dilakukan agar tidak muncul benturan antara kebijakan pemerintah dengan pihak desa. Dalam koordinasi tersebut pihaknya juga akan kembali menegaskan agar pedagang

acung tidak berjualan di tempat itu. ‘’Kita akan koordinasikan dulu biar jangan nanti kita melarang tapi kades memberikan izin,’’ tegasnya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pemkab Bangli sudah sempat melakukan penertiban pedagang acung di Penelokan, Januari lalu. Para pedagang acung yang keberadaannya kerap mengganggu kenyamanan wisatawan diarahkan untuk pindah ke sejumlah lokasi yang disediakan pemkab yakni di lantai dua dan tiga Pasar Seni Geopark, tempat peninjauan serta di belakang Museum Geopark. (kmb40)

Bangli (Bali Post) Nasib sejumlah siswa SD yang berasal dari Banjar Batih Desa Siakin Kecamatan Kintamani tak seberuntung siswa lainnya yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk bisa menempuh pendidikan di sekolah, mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh yakni 5 hingga 6 kilometer setiap harinya dengan berjalan kaki. Bhabinkamtibmas Desa Siakin Bripka I Made Agus Sukranata mengungkapkan, meski harus berjalan jauh setiap hari, sejumlah siswa dari Banjar Batih tetap menjalaninya dengan penuh semangat. Hal itu dibuktikannya saat dirinya melakukan kegiatan sambang, Sabtu (29/4) lalu. Dalam kegiatan tersebut Bripka Agus sempat menjumpai anak-anak yang sedang berjalan dari sekolah menuju rumah masing-masing. Para siswa itu masih bisa tertawa lepas. Mereka becanda di sepanjang jalan untuk melepas lelah. Bripka Agus mengatakan banyak tingkah lucu yang dibuat anak-anak selepas

pulang sekolah. Salah satunya seperti yang dilakukan salah seorang siswa laki-laki yang melepas seragamnya di jalan. ‘’Saat saya tanya kenapa, si anak menjawab agar baju seragam sekolahnya tidak cepat kotor,’’ ujarnya. Bripka Agus mengakui bahwa keadaan ekonomi dari sejumlah anak yang ditemuinya dalam kegiatan sambang saat itu kebanyakan dari keluarga miskin. Mereka tidak bisa diantar-jemput oleh orangtuanya karena orangtuanya sibuk bekerja. ‘’Mereka biasanya hanya diantar pagi oleh orangtuanya, namun saat pulangnya harus berjalan kaki mengingat kesibukan orangtua mereka di kebun,’’ terangnya. Dalam kegiatan sambang yang dilakukannya, Bripka Agus mengaku memberikan motivasi kepada siswa yang dijumpainya untuk selalu semangat belajar. Dia selalu berpesan ke para siswa untuk tidak menjadikan jarak sebagai alasan putus sekolah, sehingga ke depan bisa menggapai cita-cita yang diinginkan. (ina)

Siswa di Siakin Jalan Kaki 6 Km ke Sekolah

Bali Post/ina

BERJALAN KAKI - Sejumlah siswa SD dari Banjar Bantih Desa Siakin berjalan kaki hingga 6 kilometer demi mengikuti pendidikan di sekolah.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.