Bali Post - Sabtu, 25 07 2009

Page 6

6

OPINI Harian untuk Umum

Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila

Terbit Sejak 16 Agustus 1948

Tajuk Rencana Menjaga Keamanan dari Sisi Ekonomi MELEDAKNYA bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, mengingatkan kita pada tragedi bom Bali. Semua merasa sedih. Tak ada yang bisa disalahkan, apalagi dikambinghitamkan. Meledaknya bom, lebih dilihat sebagai tragedi kemanusiaan, yang diakibatkan ulah manusia pula. Sejumlah pimpinan negara sahabat mengutuk peristiwa tersebut. Bahkan, para menteri luar negeri ASEAN mengecam serangan bom di Jakarta dan mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memerangi teroris. Dukungan tersebut tentu sangat positif. Tidak saja bagi Indonesia juga dalam rangka pemberantasan terorisme di dunia. Sebab, sudah banyak bukti tindakan-tindakan yang tak berperikemanusiaan tersebut berdampak sangat kompleks. Selain tak tercipta rasa aman bagi warga negara bersangkutan, juga menimbulkan ketakutan bagi wisatawan untuk datang ke Indonesia. Demikian pula peledakan bom di dua hotel tersebut termasuk peledakan bom sebelumnya, sangat berpengaruh pada sendi-sendi ekonomi dan investasi. Artinya, ke depan Indonesia akan semakin sulit mengubah citra tidak aman. Hal ini tentu sangat terkait dengan menurunnya jumlah wisatawan, larinya modal dari Indonesia ke luar negeri dan seretnya aliran modal dari luar ke Indonesia. Untuk itu, semua komponen harus mendukung secara penuh upaya pemerintah Indonesia untuk membawa pelaku ke pengadilan dengan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya. Namun di balik dukungan tersebut, pemerintah Indonesia juga seharusnya melakukan evaluasi terhadap kinerja lembaga-lembaga penegak hukum dan intelijen. Badan Intelijen Negara (BIN) perlu melakukan evaluasi terhadap kinerjanya sehubungan tidak terdeteksinya aksi peledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott. Mungkin benar sinyalemen yang mengatakan mereka terlalu fokus pada isu-isu pemilihan presiden, sehingga ancaman terorisme jadi terlewatkan. Dengan kejadian tersebut intelijen khususnya Badan Intelijen Negara (BIN) mesti melakukan evaluasi. Pelemahan daya deteksi ini mesti dievaluasi penyebabnya. Harus dilihat pula kondisi di dalam, apakah penu-

S URAT

runan kemampuan disebabkan semangat kerja atau lainya seperti anggaran? Hal ini mesti menjadi perhatian semua pihak. Jangan sampai masalah anggaran, menyebabkan peran lembaga vital seperti BIN terabaikan. Untuk itu, aparat keamanan harus bekerja ekstra untuk kembali menunjukkan secepatnya kemampuan dan meyakinkan dunia bahwa masalah keamanan di Indonesia akan bisa diatasi. Harus diakui tragedi ini menjadi titik kulminasi bagi para elite pemerintahan dan bangsa Indonesia secara umum. Dalam kondisi seperti itu sudah saatnya penyatuan barisan para elite dan stakeholder negeri ini untuk membangun bangsa ini secara bersama-sama. Ketidakpuasan terhadap ketimpangan pendapatan, tidak semestinya disikapi secara anarkis. Ketimpangan pendapatan, semestinya disikapi dengan kerja keras bagi seluruh komponen bangsa. Demikian pula pemerintah harus memberikan ruang yang seadiladilnya kepada setiap warga untuk mendapat kehidupan yang layak. Program-program yang peduli pada masyarakat kecil seperti transmigrasi, pendidikan dan UMKM harus dihidupkan. Korupsi yang selama ini masih menjadikan masyarakat apatis harus diberantas, serta penegakan hukum yang sama kepada setiap warga negara. Sebab, menghadapi terorisme melibatkan banyak aspek. Ini semata-mata bukan masalah agama. Faktor ekonomi dan pendidikan juga harus mendapat perhatian. Sebab, dalam sebuah studi disebutkan terorisme merupakan bentuk-bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan oleh personal ataupun komunal. Proposisi semacam ini harus dimaknai sebagai sebuah perspektif dari dinamika dan perkembangan terorisme itu sendiri. Dengan tinjauan berbagai aspek itu akan dapat ditemukan titik pemahaman dari trageditragedi terorisme yang telah banyak memakan korban. Demikian pula penguatanpenguatan solidaritas sosial mesti ditingkatkan untuk mewujudkan kewaspadaan akan ancaman. Sebab luasnya wilayah Indonesia, membutuhkan peran serta masyarakat untuk secara bersama-sama menjaga keamanan.

PEMBAC A

Persyaratan : Sertakan Fotokopi KTP atau SIM

Proyek Got Gatsu VI Resahkan Warga Proyek perbaikan got di Gatsu VI C yang dimaksudkan mengatasi masalah banjir tahunan di lingkungan tersebut, ternyata bagi penghuni kawasan Gatsu VI E dengan tekstur wilayahnya yang lebih rendah justru akan menjadi daerah buangan banjir tersebut. Sebab, selain tidak mendapat jatah perbaikan got, keadaan sepanjang badan Jalan Gatzu VI E memang rendah ke tengah, sehingga jika turun hujan limpahan air hujan dipastikan akan tumpah menggenangi kawasan ini. Ditambah kondisi aspal Jalan Gatsu VI E yang sudah rusak akibat banjir tahun lalu, dan cara kerja pelaksana proyek yang membuang tanah galian got seenaknya ke lahan ko-

song sampai menutup saluran got yang sudah sempit, semakin membuat warga setempat menjadi resah. Atas keadaan itu, kami atas nama warga Gatsu VI E mohon perhatian dan penanganan semestinya kepada pihak pemerintah, khususnya Dinas PU Kota Denpasar agar masyarakat tidak dibuat resah, mengingat tanda-tanda musim hujan sudah mulai nampak. Jangan sampai proyek yang bertujuan untuk memecahkan masalah di satu wilayah, justru malah membawa atau membuat masalah di lain tempat. I Gusti Ketut Widana Jl. Gatot Subroto VI E/7 Denpasar

Hati-hati Menjual Mobil Saya ingin berbagi pengalaman dengan pembaca Bali Post agar mereka berhati-hati untuk modus operasi makelar mobil, ceritanya sebagai berikut: Minggu lalu saya pergi ke Carrefour untuk melihat pameran mobil Nissan dan tertarik ingin membeli mobil Nissan, dan saya katakan kepada sales yang berinitial YT bahwa saya ingin menjual mobil Kia Sportage agar dapat membeli mobil Nissan. Jika dapat dibantu mencari pembeli mobil saya. Kemudian, Senin pagi sales tersebut menghubungi saya dan mengatakan bahwa ada pembeli yang ingin melihat mobil, dan akhirnya datang melihat mobil, tapi sayang sekali pembeli ini mencari otomatis, bukan manual. Siang hari saya dihubungi sales tersebut dan mengatakan ada pembeli yang lain ingin melihat mobil saya, pembeli yang berinisial WY datang dan menawar mobil tidak sesuai dengan harga yang saya beritahukan kepada YT, pembeli ini agak memaksa dan saya diberi uang muka Rp 2 juta dan pelunasannya hari Jumat. Waktu itu, sempat saya katakan bahwa apakah ini dipakai sendiri atau dijual lagi, beliau mengatakan akan dipakai sendiri. Lalu saya menghubungi penyewaan mobil dan menghubungi dealer kapan pastinya mobil saya dapatkan. Sore hari WY menghubungi saya lagi dan mengatakan bahwa istrinya sudah membeli mobil di dealer, dan membatalkan pembelian mobil dan meminta uang muka. Saya katakan bahwa tidak bisa dong uang mukanya diminta, tapi masih saja tetap ngotot akhirnya dia mengatakan bahwa akan menghubungi saudaranya. Setelah 30 menit saudara WY yang berinsial GD menghubungi saya dan ingin melihat mobil, saya katakan bisa besok siang dan janjian ketemu di Baker’s Corner ternyata bukan GD, tetapi

yang datang AG, setelah saya tanya lebih lanjut ternyata namanya adalah DW dan menawar sangat murah. Saya tegaskan bahwa saya tidak berkenan dengan penawarannya. Beliau mengatakan pikir-pikir dulu, tetapi saya tegaskan sekali lagi tidak. Setelah beberapa hari tidak ada telepon baik dari WY, GD dan DW akhirnya saya putuskan untuk menghubungi dealer Nissan dan bercerita kejadian yang saya alami. Mereka membantu dan berusaha menelepon tetapi harga yang ditawarkan di bawah standar, dikarenakan mereka menghubungi dealer mobil bekas dan berita penjualan mobil sudah diketahui oleh mereka. Kamis malam pukul 19.00 WY menelepon saya, dan menanyakan mengenai mobil saya katakan bahwa ‘’Anda sudah membatalkan dan saudara yang dikatakan ternyata yang datang orang lain dan saya pikir Anda tidak serius membeli mobil saya.’’ Tetapi dia tetap ngotot akan membeli mobil saya, emang agak sulit menjelaskan kepada seseorang yang tidak menghargai komitmen dan etika bisnis. Akhirnya saya hubungi beberapa teman dealer dan menceritakan apa yang saya alami, ternyata dari masukanmasukan mereka saya berhasil mengungkapkan modus operasi para makelar mobil ini, mereka memang sengaja melakukan modus ini untuk menjatuhkan harga mobil penjual. Oleh karena itu, saya mengimbau kepada masyarakat, khususnya pembaca Bali Post hendaknya hati-hati bila ingin menjual mobil. Dan, semoga cerita ini menjadi pengalaman yang baik dan tidak terjadi kepada Anda. Terima kasih. Rosalina Norita Jl. D. Buyan Barat Dalam I/E-5-22 Taman Griya, Jimbaran

Sabtu Wage, 25 Juli 2009

Teror Jakarta, Ujian bagi Para Elite Bom Jakarta kembali meledak dalam situasi negara yang rumit, di tengah ketegangan politik yang masih memanas terkait dugaan kecurangan pasca-pilpres, fase transisi politik yang belum stabil. Serangan bom di dua tempat penting, Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta, setidaknya telah menelan puluhan korban, sembilan orang tewas dan melukai 53 orang. idak ayal, tragedi ini menjadi titik kulminasi bagi para elite pemerintahan dan bangsa Indonesia secara umum. Dalam kondisi seperti itu sudah saatnya penyatuan barisan para elite dan stakeholder negeri ini harus dilakukan. Jika tidak, wajah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini akan semakin buram di mata dunia internasional. Travel warning ke Indonesia akan mudah diterapkan oleh negara-negara yang merasa bangsanya tidak dijamin keselamatannya ketika berada di Indonesia. Saat ini, menghadapi terorisme harus melibatkan banyak aspek. Ini sematamata bukan masalah agama, seperti biasa mencuat dalam satu dekade terakhir ketika bersinggungan dengan terorisme di bawah komando Amerika Serikat dan sekutusekutunya. Perangkat kekerasan (militer) ala Amerika dalam memerangi terorisme ternyata sudah klasik dan dijamin tidak bisa menyelesaikan masalah. Namun justru menambah lahirnya bentuk terorisme baru yang semakin runyam. Sejauh ini, para praktisi perdamaian dunia seperti Anna Costin dan Herbert H. Blumberg telah mencoba mengangkat isu terorisme ke dalam ranah yang lebih beragam demi mengetahui persoalan elementer yang melatari praktik sebuah teror. Ranah psikologi yaitu peace psychology, juga menjadi salah satu pengkajinya, karena dalam studi ini terorisme juga merupakan bentuk-bentuk perilaku kekerasan (violence behavior) yang dilakukan, baik oleh personal ataupun komunal. Proposisi semacam ini harus dimaknai sebagai sebuah perspektif dari dinamika dan perkembangan terorisme itu sendiri. Dari itu kita bisa menemukan titik pemahaman dari tragedi-tragedi ter-

T

Oleh Bje Soejibto orisme yang telah jamak memakan korban. Para ilmuwan pun sepakat bahwa terorisme adalah suatu hal yang kompleks. ‘’Pekerja teror’’ bukan hanya sosok yang (dituduh) mempunyai disorder personality. Kompleksitas terorisme bisa kita lihat dari komentar W. Reich (Costin, 2006) yang mengatakan bahwa ‘’kita bisa paham psikologi terorisme jika kita tahu latar (kondisi) sosial-politik, dan agamanya’’. Konteks sosial-politik dan ekonomi dalam perspektif terorisme global dewasa ini menemukan pembenarannya. Kasus teror di Indonesia lebih banyak dilatari oleh persoalan politis dan ekonomi daripada masalah agama. Agama lebih banyak menjadi self-defense terakhir untuk meyakinkan mereka dalam melakukan teror. Dalam konteks teror di Indonesia, khususnya tragedi JW Marriott dan Ritz-Carlton, aspek politik dan dominasi (mainstream) kekuasaan negara (state) patut ditelisik. Terorisme ataupun kekerasan terjadi akibat tercerabutnya identitas beberapa pihak baik personal, komunal maupun sebuah golongan. Ketika suatu golongan teralinasi, dan menerima perlakuan tidak adil dari negara (state) dengan menggunakan sistem legal-formal dan alat dominasi kekuasaan, perlawanan terakhir (last fight) adalah lahirnya kekerasan sebagai wujud pencarian identitas personal ataupun komunalnya. Seperti dikatakan oleh sosiolog kenamaan James Scott, bahwa the most powerful weapon of the powerless is violence. Ataupun komentar pakar teroris Amerika Bard O’Neill, jika perang gerilya merupakan senjata kaum lemah, maka terorisme merupakan senjata umat manusia ter-

lemah if guerilla warfare is the weapon of the weak, then terrorism is the weapon of the weakest. Melihat fenomena seperti ini, komentar resmi SBY di Istana tidak mempunyai arti penting sebagai presiden, alih-alih untuk memberikan dukungan kepada korban, keluarga dan warga negara Indonesia secara umum. Justru, dengan mengaitkan kepada masalah hasil pilpres, SBY semakin menjadi uringuringan dan lebih-lebih mereka yang ikut berkompetisi dalam pilpres kemarin. Wajar komentar SBY banyak memantik tanggapan, karena semakin memperkeruh masalah di tengah tragedi teror dengan masalah politik praktis yang justru kontraproduktif. Fenomena ini menunjukkan indikasi keterpecahan para elite kita sendiri. Dalam pendek kata, ada gejala kerapuhan dan kemandekan sistem kerja sama dalam sebuah negara, sehingga banyak hal terjadi secara kecolongan dan pihakpihak berwajib tidak bisa mengantisipasinya secara maksimal. Kita semua mafhum bahwa tragedi teorisme seperti ini telah menjadi ancaman global di abad ke-21. Semua negara diserukan agar menyatukan persepsi tentang against terrorism. Namun, rasanya, global warning macam itu masih belum memantik kesadaran bagi kalangan elite negara. Kita kerap melupakan hal-hal insidental yang dalam praktiknya mengakibatkan kefatalan yang multi-efek bagi negara dan bangsa. Keterpecahan Para Elite? Negara ini mempunyai sistem pertahanan standar dan pasti kuat jika dijalankan menurut koridor dan kinerjanya. Namun, ketika

’’

Kita semua mafhum bahwa tragedi teorisme seperti ini telah menjadi ancaman global di abad ke-21. Semua negara diserukan agar menyatukan persepsi tentang against terrorism. Namun, rasanya, global warning macam itu masih belum memantik kesadaran bagi kalangan elite negara. Kita kerap melupakan hal-hal insidental yang dalam praktiknya mengakibatkan kefatalan yang multi-efek bagi negara dan bangsa.

’’

satu elemen dari perangkat itu tidak berfungsi semestinya, berarti ia sama saja laksana sampah yang hanya menambah sesak sistem negara kesatuan ini. Teror Jakarta kemarin memunculkan indikasi tentang ketidakberesan kinerja Badan Intelijen Negara atau adanya ketidakjalanan sistem negara yang dihuni para elite, yang harus siaga menjalankan tugas menjaga stabilitas dan keamanan negara dan bangsa. Pretensi ini muncul dari pernyataan resmi presiden sendiri. Meskipun memang secara gradual, gejala ketidakkompakan elite sudah mulai muncul di internal pemerintahan sejak perhelatan pemilu 2009 yang diduga banyak rekayasa kecurangan. Ketika kondisi ini terus berlanjut dalam satu tubuh dan sistem kenegraan maka kekhawatiran akan tersumbatnya mekanisme negara bisa saja terjadi. Ketika lembaga negara satu sama lain sudah sama-sama antipatik, seperti lembaga Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mulai di-

Bom Meledak Lagi, Bali Harus Waspada

S

Penulis, aktivis perdamaian di Peace Generation, PSKP UGM Yogyakarta.

POJOK

DEBAT PUBLIK etiap peristiwa pengeboman terjadi untuk kesekian kali, selalu mengisyaratkan pesan bahwa di mana pun dan kapan pun itu, sebuah bencana tak akan pernah berhenti mengintai. Akan tetapi bukan untuk maksud dimaklumi, apalagi kemudian hanya sekadar diperingati, melainkan untuk tujuan meningkatkan kewaspadaan sembair terus mulatsarira, sambil bertanyatanya ‘’di mana sesungguhnya letak benang kusut persoalan, sehingga jalan meledakkan bom seakan menjadi harga mati yang tak dapat ditawar lagi’’. Hidup adalah perjuangan (struggle of life). Setiap orang wajib hukumnya untuk memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita atau tujuan hidupnya. Akan tetapi tujuan perjuangan yang baik, apalagi diyakini mulia harus dilandasi oleh cara yang baik, benar dan juga mulia. Filosof besar Mahatma Gandhi pernah berujar, ‘’Cara pada akhirnya menentukan segalanya, begitu cara yang digunakan, begitulah tujuan yang dicapai. Tidak ada dinding pemisah antara cara dan tujuan. Sang Pencipta memberikan kepada kita kemampuan mengatur cara, ini pun terbatas, tidak mengenai pencapaian tujuan. Realisasi dari tujuan biasanya tercapai sebanding dengan cara pelaksanaan-

musuhi dan digembosi, permasalahan baru pun bisa muncul dan todong-menodong atau saling klaim bisa terjadi lebih ramai lagi, dari badan internal negara sendiri. Jika tidak cepat diselamatkan oleh hukum dan sistem negara yang transparan dan kuat, reformasi jilid kedua, atau entah apa pun namanya, bisa saja terjadi di tengah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang semakin memilukan ke depan. Sebelum kasus ini menjalar jauh kepada persoalan lain yang justru makin memperkeruh keadaan, Presiden Yudhoyono dan para elite harus menyatukan tekad dalam rekonsiliasi bagi masa depan negeri ini. Jangan sampai ada klaim ketidakpercayaan di antara para elite. Jika ada masalah dan konflik itu adalah hal normal sebagai bagian dari proses demokratisasi yang mempunyai kapasitas dan ranah hukum sendiri dalam proses penegakannya.

Oleh I Gusti Ketut Widana nya’’. Maknanya, tujuan bukanlah segala-galanya dan tidak sepatutnya dicapai dengan menghalalkan bermacam cara. Apalagi dengan cara menebar teror dalam segala bentuknya seperti kebencian, kekerasan, kejahatan, dan pembantaian dengan nyawa sebagai taruhannya. Cara itu apa pun dalihnya, lebih-lebih dengan mengusung doktrin agama dan menyebut nama Tuhan sebagai pengobar nafsu kebencian, sesungguhnya mereka yang menempuh jalan bom bunuh diri itu telah berbuat Himsa Karma, dan sama sekali tidak akan mendatangkan pahala surga, malah dosa besar yang harus ditanggungnya. Sebab, di satu sisi, perbuatan bom bunuh diri itu sendiri sudah masuk kategori ulah pati yang jelas-jelas dilarang agama mana pun, karena merupakan perbuatan dosa. Lalu ditambah lagi dengan akibat perbuatannya yang membuat orang lain menjadi terluka, sakit, cacat hingga meninggal dunia, dan itu menimpa juga sesama saudara seagamanya, bisa dibayangkan betapa tak terkiranya dosa-dosa yang harus ditanggungnya. Akan tetapi, keyakinan teguh seseorang, meski sebenarnya sangat salah, tidak mudah

digoyahkan. Boleh jadi kata pelaku teroris berpendapat persetan dengan dosa, yang penting aksi teror tak akan pernah kendor dilakukan. Ini berarti, peristiwa mengerikan dengan cara pengeboman, termasuk bom bunuh diri seperti yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (17/7) lalu, bukan tidak mungkin akan terus mengintai dan membayangi setiap keteledoran atau kelengahan kita. Lebih-lebih bagi Bali sebagai pulau surga para wisatawan, terutama tamu asing yang selama ini terang-terangan dijadikan sebagai target utama aksi terorisme yang memposisikan diri sebagai pihak anti Barat. Karena itu, sadar bahwa dunia pariwisata merupakan denyut nadi bagi sebagian besar kehidupan masyarakat Bali, maka langkah antisipasi berupa peningkatan kewaspadaan di segala wilayah harus terus digelorakan. Bukan lantaran peristiwa pengeboman

terjadi lagi, tetapi semestinya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari para pemilik tanah, kontrakan, penginapan, pintu-pintu masuk Bali, dan yang tak kalah pentingnya adalah meningkatan kewaspadaan di kalangan petugas keamanan tradisional seperti pecalang sebagai elemen jaga bhaya di palemahan masing-masing banjar atau desa pakraman. Kata orang bijak, mencegah jauh lebih baik hasilnya daripada mengobatinya. Selain itu, sikap cuek atau masa bodoh masyarakat Bali yang cenderung terlena dengan gaya hidup kekiniannya, perlu dikoreksi lagi untuk kemudian direvitalisasi dengan terus menggelorakan semangat jengah untuk tetap satya nindihin gumi Bali. Sekarang saja, tanpa disadari, cepat atau lambat, bumi Bali telah dipenuhi oleh para pendatang yang belum tentu sama visi dan misinya untuk ngajegang Bali. Kalau bukan orang Bali sendiri yang bertekad untuk mengamankan Bali dari segala ancaman, termasuk dari kemungkinan meledaknya bom untuk kesekian kalinya, lalu siapa lagi?

SBY ajak JKMega rekonsiliasi. - Bukan untuk bagi-bagi jabatan. *** Bupati se-Bali sepakat hadang Perda RTRWP Bali.

- ‘’Unjuk rasa raja-raja kecil’’. *** AS tawarkan bantuan ungkap bom Mega Kuningan, Jakarta Selatan. - Sekalian bawa investor untuk pulihkan ekonomi.

Topik Debat Publik: Bom meledak lagi. Panjang tulisan maksimal 3.500 karakter, kirim ke E-mail: balipost@indo.net.id. Tulisan paling lambat 31 Juli 2009.

Perintis : K.Nadha, Penanggung Jawab: ABG Satria Naradha Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab: Wirata Redaksi: Alit Purnata, Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry, Martinaya, Mawa, Palgunadi, Sri Hartini, Suana, Sueca, Sugiartha, Sutiawan, Wirya, Yudi Winanto Anggota Redaksi Denpasar: Dira Arsana, Giriana Saputra, Iwan Darmawan, Mas Ruscitadewi, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subagiadnya, Subrata, Suentra, Sumatika, Gregorius Rusmanda, Asmara Putra, Diah Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa . Bangli: Pujawan, Buleleng: Adnyana, Gianyar: Agung Dharmada, Karangasem: Budana, Klungkung: Bali Putra Ariawan, Tabanan: Surpi. Negara: IB Surya Dharma. Jakarta: Bambang Hermawan, Nikson, Suharto Olii, Indu P. Adi, Ahmadi Supriyanto, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S. Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo. NTB: Agus Talino, Syamsudin Karim, Izzul Khairi, Raka Akriyani, Nur Haedin, Suyadnya. Surabaya: Bambang Wilianto. Pusat Data dan Informasi: Alit Purnata, Mas Ruscitadewi, Nik Winadi, Adi Susyani. Kantor Redaksi: Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon (0361)225764, Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001. Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602, Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Bagian Iklan: Suryanta, Bagian Sirkulasi: Budiarta, Marketing/Pengaduan Pelanggan: Kariawan, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A, Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00, Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan : Iklan Mini: minimal 2 baris maksimal 10 baris, perbaris Rp 30.000,- Iklan Umum: < 100 mmk Rp 37.000 per mmk, >100 mmk Rp 40.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp 28.000 per mmk. Advertorial Rp 20.000 per mmk. Iklan Warna: 2 warna Rp 50.000, 4 warna Rp 58.000 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 15.00. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jl.Kepundung 67A Denpasar 80232 Tel: 225764, Facsimile: 227418. Harga Langganan: Rp 90.000 sebulan, Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 3.500. Terbit 7 kali seminggu. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP, Penerbit: PT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an Pt.Bali Post. Sumbangan untuk orang sakit Rek. BPD Capem Kamboja, Denpasar No. 037.02.02.00016-8 A/n Simpati Anda, Dana Punia Pura Rek.BPD Capem Kamboja, Denpasar No. 037.02.02.00017-1 A/n Dana Punia Pura. WARTAWAN BALI POST SELALU MEMBAWA TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bali Post - Sabtu, 25 07 2009 by e-Paper KMB - Issuu