DIMENSI
6 RAMALAN
BINTANG
Bintang Anda tambah naik, sinarnya cemerlang. Banyak kesempatan untuk maju, mengejar prestasi dan keuntungan. Jangan malas dan bimbang ragu. Carilah terobosan, memanfaatkan waktu dan kesempatan dalam kesempitan. Keluarga bisa diajak konsultasi, diberi kesibukan atau kesempatan berkarya. Asmara: Kejadian yang tak diinginkan harus dihadapi dengan tenang serta lapang dada. Apa yang sudah Anda dapatkan, hendaknya bisa dipertahankan dan dimanfaatkan demi tujuan masa mendatang. Salah melangkah berarti penderitaan yang berkepanjangan. Musyawarahkan dengan Ortu dan pakarnya. Binalah kedamaian, saling pengertian dengan keluarga. Asmara: Sesal kemudian tiada guna. Oleh sebab itu pikirkan masak-masak. Banyak pegang uang, jadinya banyak teman yang mendekat. Coba kalau Anda susah, mereka tutup telinga dan tutup mata, tidak mau tahu. Oleh sebab itu batasi pergaulan dan pusatkan perhatian pada kegiatan Anda. Keluarga diminta ngirit, kebutuhan yang tidak penting ditunda dulu. Asmara: Hati-hati, ada musuh dalam selimut. Jangan banyak ngomong. Yang tertutup mulai terbuka, yang gelap mulai terang, yang sulit dapat kemudahan. Oleh sebab itu sembahyang jangan ditinggalkan. Kalau Anda masih mau ikhtiyar, apa saja bentuknya, bisa berhasil. Keluarga kalau mau mandiri, cari tambahan rezeki, laksanakan. Asmara: Jangan minta yang lebih, ikuti alur sesuai dengan naluri. Anda harus mantap dalam berkarya, melaksanakan rencana yang sudah disepakati. Laksanakan dengan sungguh hati, jangan setengah-setengah. Nanti hasilnya hanya payah dan gelisah. Konsekuen, berani rugi, hadapi sendiri. Keluarga tidak perlu ikut campur. Cari kegiatan sendiri-sendiri. Asmara: Jangan tergiur tawaran atau rayuan. Anda harus punya pegangan, supaya tidak dipermainkan. Minggu ini ada saja orang yang usil dan jahil. Merongrong keberhasilan Anda. Tetaplah teguh iman, kuat pendirian, tegas dalam bertindak, jangan lengah sedikitpun. Jangan spekulasi dan kongsi baru. Keluarga cenderung boros, jangan disuruh pegang keuangan. Asmara: Bernasib gelap, apa yang Anda idam-idamkan belum bisa terwujud. Sudah banyak pengetahuan dan pengalaman yang berharga. Kejadian untung rugi, susah senang, bisa diambil hikmahnya. Susun rencana ke depan, jangka panjang dan pendek. Lalu segera dilaksanakan. kalau keluarga juga diberi kesempatan untuk melaksanakan ide-idenya hasilnya tambah memuaskan. Asmara: Percuma disesali, bikin stres. Adakan perubahan atau ganti doi. Rasa-rasanya minggu ini posisi Anda di bawah dan bisa kalah. Banyak perjuangan yang gagal atau mengalami rugi. Jerih payah Anda sia-sia. Oleh sebab itu bersabarlah sejenak, istirahat sambil evaluasi serta introspeksi diri. Sebaiknya serahkan pada keluarga yang punya kewibawaan. Asmara: Sedang prihatin, ada ujian dan cobaan hidup. Kalau mau mengembangkan sayap keluar daerah, cari kenalan baru, tentu akan menyenangkan dan untung besar. Muncul inspirasi baru yang bisa menambah kemajuan dan semangat. Tukar pikiran supaya usaha dan rezeki lancar. Keluarga mendukung dan semakin harmonis. Asmara: Keterbukaan bisa mengatasi kesulitan. Yang jujur dan setia. Selalu waspada dan hati-hati dalam menghadapi orang maupun menentukan keputusan. Pendirian jangan berubah, kerja yang rajin, bisa menabung, rencana mencapai finish sukses. Semangat-semangat, jangan lengah. Keluarga jangan ada yang iri hati, cemburu maupun perselingkuhan. Bisa menjauhkan rezeki. Asmara: Jangan sampai gagal, atau untuk selamanya. Tidak serakah. Masih ada harapan, potensi terpendam harap segera dikeluarga. Tujuan utama jangan goyah, jangan tergantung pada orang lain. Belajarlah mandiri, kerja sendiri dan mengatasi sendiri. Mintalah pendapat ortu dan orang-orang yang sudah banyak pengalamannya. Kelurga ikut mendoakan, jangan menambah masalah. Asmara: Takutlah kepada Tuhan. Karmanya lebih gawat dari perbuatan. Perjalanan hidup dan rezeki semakin lancar, bersyukurlah dengan berbuat amal atau selametan. Kalau Anda merasa jenuh, carilah kesibukan lain yang positif. Tapi yang sudah ada jangan ditutup. Berkumpullah dengan keluarga, bersenda gurau, rekreasi. Bisa membangkitan semangat baru. Asmara: Pikiran perlu diistirahatkan. Percuma berdebat. Lebih baik cari hiburan, biar segar bugar.
Diasuh Oleh
Putri Wong Kam Fu Berlaku:
12 s.d. 18 Desember 2010
Minggu Wage, 12 Desember 2010
MIMBAR AGAMA
Jangan Berhenti Berbuat Baik SEBAGAI umat Buddha banyak perbuatan baik yang bisa kita kembangkan dalam kehidupan ini. Para Buddha di masa silam dan juga Buddha Gotama telah berhasil menyempurnakan sepuluh kebajikan dalam kehidupan sebelumnya sehingga bisa jadi seorang sammasambuddha. Beliau juga menunjukkan bahwa kita juga seharusnya melakukan hal yang sama. Kalau pun kita belum bisa melakukan perbuatan baik untuk menyempurnakan sepuluh paramita, setidaknya coba lakukan perbuatan baik dalam kehidupan ini. Ini bukan hal yang mudah. Bagi saya, berbuat baik tetap merupakan perbuatan yang sulit dilakukan. Kadang kesempatan untuk berbuat baik terbuka lebar namun kita tidak ingin melakukan. Di waktu yang lain, kita ingin melakukan perbuatan baik namun tidak ada tempat untuk melakukan. Beberapa tahun silam, saya pernah berniat untuk memberikan uang logam kepada anak jalanan, pengemis, pengamen, atau siapa saja yang meminta di dekat mobil saya, terutama di pintu pengemudi.
Saya telah mempersiapkan diri dengan mengumpulkan uang logam pecahan limaratus rupiah dalam jumlah yang agak besar. Hasilnya...ketika saya kembali ke rumah tidak ada satu keping pun uang logam yang berhasil saya berikan? Memang terasa agak aneh untuk ukuran kota besar. Hampir di setiap lampu merah kita bisa melihat pengamen, anak jalanan, dan pengemis. Namun kenyataannya demikian, tidak ada satu pun yang mendekat ke mobil saya. Ketika sampai di perempatan jalan, lampu hijau menyala sehingga saya harus menjalankan kendaraan. Di perempatan yang lain, tidak ada pengamen yang minta. Mereka hanya berdiri di pinggir jalan atau berbincang dengan kawannya. Barangkali itu merupakan hari yang sangat kurang beruntung bagi saya untuk berbuat baik. Di bulan Kathina, banyak orang yang berbuat baik kepada Sangha. Tidak cukup hanya sekali berbuat baik. Ada umat Buddha yang berkalikali, pindah dari satu vihara ke vihara yang lain. Bahkan ada
Redaktur Khusus MIMBAR
BUDDHA Dhana Putra yang pindah ke kota lain untuk berbuat baik. Dan kini, ketika masa Kathina telah berakhir, apakah Anda masih melakukan perbuatan baik dalam bentuk berdana? Ada umat yang menyadari pentingnya berbuat baik, misalnya dalam hal berdana. Mereka datang ke vihara untuk memberikan dana makanan kepada anggota sangha. Namun jumlahnya tidak sebanyak mereka yang berdana di bukan Kathina. Kalau kita mau mencari informasi, kesempatan untuk berbuat baik terbuka lebar setiap saat. Beberapa hari lalu saya mendapat infomasi bahwa sebagian masyarakat di daerah Gunung Merapi masih membutuhkan bantuan bahan makanan. Mereka belum bisa bekerja secara maksimal.
Ladangnya masih porak-poranda karena dipenuhi dengan berbatuan hasil letusan merapi. Tidak bisa bercocok tanam, tidak bisa berternak. Berarti tidak ada yang bisa dikonsumsi. Pesan tersebut disertai dengan ajakan untuk menyerahkan bantuan secara langsung, sekalian berwisata di daerah bencana. Kesempatan untuk berbuat baik terbuka lebar. Anda tidak perlu jauh-jauh mencari hingga ke luar kota. Jika mau, lihatlah kehidupan di sekitar kita. Mungkin ada yang membutuhkan dana makanan, biaya pendidikan sekolah, biaya perawatan karena sakit, dan sebagainya. Anda melakukan perbuatan baik dengan berdana, secara tidak langsung berusaha untuk menyempurnakan dana parami. Umat awam juga bisa menyempurnakan sila parami dengan menjalankan pancasila Buddhist dalam kehidupan sehari-hari. Di hari tertentu, misalnya di hari uposatha, bertekad melatih diri untuk menjalankan sila lebih banyak ûmisalnya atthasila (delapan sila). Pada saat itu, berusaha sebaik mungkin, memegang
teguh tekad yang sudah dibuat. Jangan tergoda dengan segala kondisi yang bisa membatalkan tekad Anda. Perbuatan baik lain yang bisa dilakukan adalah melatih pikiran dengan bermeditasi. Banyak umat yang enggan melakukan dengan alasan tidak ada waktu. Seorang guru meditasi dari Thailand mempunyai ungkapan yang tepat untuk hal ini; meditasi adalah latihan untuk mengamati napas. Kalau Anda tidak punya waktu untuk bermeditasi, apakah Anda punya waktu untuk bernapas? Luangkan waktu untuk diri Anda sendiri. Bukan untuk menghibur diri dengan menyaksikan pertunjukan, sinetron, dan sebagainya. Namun waktu untuk membaca paritta dan bermeditasi; mengulang kembali ajaran Buddha dan melatih pikiran. Lakukan perbuatan baik lain yang bisa dilakukan dalam kehidupan Anda sehari-hari. Jangan hanya menunggu waktu yang tepat dan hanya di ladang yang subur. Jangan pernah berhenti untuk menanam kebajikan, melatih diri, dan melakukan kebajikan lainnya.
”Desa Kala Paatra” Dasar Berdana Punia Daatavyam iti yad daanam diyate nupakaarine. desa kala ca paatre ca. tad daanam saatvikam smrtam. (Bhagavad Gita XVII.20) Maksudnya: Dana punia yang diberikan dengan tulus ikhlas dengan tidak mengharapkan hasilnya. Hal itu diyakini sebagai kewajiban suci dan diberikan kepada orang yang tepat (paatra). Pemberian yang demikian itu disebut Satvika Daana. Penggunaan istilah Desa Kala Paatra di kalangan umat Hindu umumnya dan masyarakat Bali khususnya sudah sangat populer. Bahkan ada sarjana yang menganggap itu suatu adagium asli Bali. Konsep Desa Kala Paatra yang dipahami pada umumnya tidak seperti pengertiannya dalam pustaka suci seperti Bhagavad Gita dan Sarasamuscaya. Umumnya Desa Kala Paatra itu dipahami sebagai pedoman menerapkan agama Hindu dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu. Desa diartikan tempat, Kala waktu dan Paatra keadaan. Demikianlah pemahaman Desa Kala Paatra umat Hiindu pada umumnya di Bali. Pengertian Desa Kala Paatra menurut Sloka Bhagavad Gita XVII.20 di atas sangat berbeda dengan pengertian umum. Dalam Bhagavad Gita
XVII.20 dinyatakan bahwa Desa Kala Paatra sebagai pedoman untuk ber-daana punia. Daana punia yang benar dan baik itu disebut Satvikadaana. Dana punia yang benar dan baik itu adalah harus sesuai dengan petunjuk rohani yang berlaku di tempat tersebut. Petunjuk rohani yang berlaku setempat itulah disebut Desa. Sedangkan Kala artinya daana punia yang benar itu dilakukan pada waktu Satvika Kala. Waktu Satvika itu saat masih pagi. Sedangkan Paatra artinya daana punia itu harus diberikan pada orang yang tepat dan baik. Kalau diberikan pada orang yang tidak baik dan tidak tepat disebut Tamasika Dana. Dalam Bhagavad Gita XVII.22 orang yang tidak tepat itu disebut Apaatra. Orang yang tepat diberikan daana punia disebut Paatra dinyatakan dalam Sarasamuscaya 271 sbb: paatra ngarania sang yogia wehana daana, artinya: Paatra namanya orang yang sepatutnya diberikan daana punia. Dalam Sarasamuscaya sloka 181 juga sudah dinyatakan dengan istilah Supaatra yang juga artinya orang yang baik dan seyogianya diberikan daana punia. Dalam kamus Sansekerta kata Paatra itu banyak artinya. Tapi dalam kaitannya dengan Desa Kala Paatra dalam Bhagavad Gita dan Sarasamuscaya sudah
Oleh I Ketut Wiana sangat jelas artinya yaitu orang yang seyogianya diberikan daana punia. Sedangkan untuk menyukseskan pengamalan agama atau dharma sudah sangat jelas dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra VII,10 ada lima dasar pertimbangan agar pengamalan agama atau dharma sukses. Dalam sloka Manawa Dharmasastra VII.10 disebut Dharmasidhiartha artinya suksesnya tujuan dharma atau agama. Ada lima dasar pertimbangan yang dinyatakan dalam sloka tersebut yaitu Iksha, Sakti, Desa, Kala dan Tattwa. Iksha artinya pandangan masyarakat, Sakti kemampuan masyarakat, Desa aturan rohani yang berlaku setempat, Kala artinya waktu. Tattwa artinya kebenaran Weda. Maksudnya Tattwa kebenaran Weda itulah diterapkan sesuai dengan Iksha, Sakti, Desa dan Kala. Hal ini menyebabkan bentuk luar tradisi beragama Hindu berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainya. Meskipun Tattwa Hindu itu dapat disesuikan dengan Iksha, Sakti, Desa dan Kala tapi Tattwa-nya yang mutlak tak boleh berubah. Bagaikan makan nasi boleh pakai piring, pakai daun, kertas minyak maupun pakai rantang. Yang penting isinya sama yaitu nasi. Demikianlah Tattwa intisari Weda boleh
dikemas dengan tradisi India, tradisi Kalimantan, tradisi Jawa, tradisi Bali dllnya. Yang penting isinya Tattwa inti Weda. Karena itu istilah Desa Kala Paatra itu dikembalikan hanya sebagai dasar melakukan Satvika Daana. Kuningan Hari Anugerah Persembahan banten saat Hari Raya Kuningan menurut lontar Sunarigama harus dipersembahkan sebelum mata hari tegak (tajeg surya). Kuningan itu adalah hari anugerah. Daana Punia dari Tuhan disebut anugerah, harus diberikan berdasarkan Desa Kala dan Paatra. Pagi sebelum matahari tegak di atas kepala adalah saat Satvika Kala. Pagi itulah anugerah Kuningan diturunkan oleh Hyang Widhi Wasa pada umatnya berupa rasa aman (Raksanam) dan kesejahteraan atau Dhanam. Hal ini dilambangkan oleh “Sampian Kuningan”. Ter, Tamiang, Kolem lambang Raksanam sedangkan Sampian Endongan lambang Dhanam atau kesejahteraan ekonomi. Kemenangan itu hanya dapat dicapai dengan perjuangan yang serius yang di simbolkan saat perayaan Sugian, Embang Sugi, Penyajahan, Penampahan dan Galungan. Rentetan perayaan tersebut simbol-simbol dengan makna perjuangan dengan kekuatan rohani dan jasmani. Sugian Jawa dan Sugian Bali meng-
ingatkan umat agar menyucikan bhuwana agung dan bhuwana alit. Maksudnya lestarikan lingkungan hidup dan bangun diri yang sehat lahir batin. Embang Sugi untuk menjernihkan alam pikiran (anyekung jnyana nirmala kna). Redite Paing Dungulan Sang Butha Galungan mulai turun. Selanjutnya Butha Dungulan disimbulkan turun pada Soma Pon Dungulan, sedangkan Sang Butha Amangkurat turun saat Anggara Wage Dungulan yaitu saat hari Penampahan Galungan dengan banten Sesayut Pamiak Kala Lara Melaradan sebagai banten utama. Budha Kliwon Dungulan puncak perjungan melawan Adharma sebagai Hari Galungan. Kemenangan menurut konsep Galungan Kuningan ini terwujudnya hidup bersama dengan aman damai dan sejahtera. Meskipun hidup dalam negara merdeka tanpa ada penjajah tetapi kalau hidup bersama itu rusuh seperti bermu suhan dengan saudara,tidak ada keadilan ekonomi, birokrasi pemerintahan tidak melayani rakyat. Wakil rakyat hambur-hamburkan uang rakyat dengan alasan studi banding. Beda pendapat diatasi dengan cara-cara anarkhis, dimana-mana ada kerusuhan. Kalau keadaan yang demikian itu masih terjadi artinya kita belum menang namanya.
Gamelan Bali Mendunia Tanpa Tanda Tanya PADA awalnya, mebarung gamelan menguak dari Buleleng. Dari desa-desa di Bali Utara itu, sekitar tahun 1930an, merebak ke seluruh Bali. Sejak Pesta Kesenian Bali (PKB) digelar tahun 1979, duel gamelan dan tari ini sangat populer di tengah masyarakat Pulau Dewata. Tetapi, kini, pentas secara kompetitif gamelan ini mulai merambah pulau Jawa. Pada tanggal 2627 Nopember lalu misalnya, masyarakat pecinta seni Jawa Tengah, terpana oleh sajian mebarung gamelan Bali yang digelar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Empat grup gamelan, tiga dari tanah Jawa dan satu dari Bali, tampil adu tangguh. Penonton tampak menikmatinya dengan begitu antusias bak suasana pentas mebarung di Bali. Pada malam pertama (26/ 11), pentas secara berhadapan tim gamelan ISI Surakarta dengan ISI Yogyakarta. Sajian konser gamelan dan tari yang ditampilkan mirip dengan festival atau parade Gong Kebyar di arena PKB. Ada tampilan dua konser tabuh dan suguhan nomor tari atau sendratari. Demikian pula mebarung pada malam kedua (27/11) yang menampilkan ISI Denpasar dan grup gamelan Puspa Giri Semarang menyuguhkan materi seni karawitan dan tari yang diwajibkan panitia. Tak dinyana, penampilan tiga grup gamelan Bali dari Jawa tidak kalah tangguh dengan sajian para mahasiswa ISI Denpasar. Tradisi mebarung gamelan di Bali dan gebrakan mebarung gamelan Bali di Jawa tak bisa dilepaskan dari pesatnya perkembangan Gong Kebyar. Ansambel gamelan yang lahir di Bali Utara pada tahun 1915 ini, kini hampir dimiliki
Bali Post/ist
MEMUKAU - Grup gamelan Gong Kebyar ISI Surakarta tampil dengan busana Jawa dan tim Gong Kebyar ISI Yogyakarta memukau penonton saat menyajikan Tari Tarunajaya. oleh setiap banjar atau desa di Bali. Belakangan, tak sedikit dari pribadi-pribadi, sanggarsanggar seni, kantor-kantor pemerintah dan swasta yang memiliki barungan gamelan yang biasanya dimainkan oleh sekitar 30-40 orang penabuh ini. Sedang di Jawa, sekolahsekolah atau institut-institut seni dan sanggar-sanggar tari juga mengkoleksi dan mempelajari salah satu gamelan yang paling populer ini. Selain itu, kini gamelan Gong Kebyar telah menyebar ke pelosok Nusantara yang dibawa atau diprakarsai oleh para transmigran asal Bali. Ritual agama Hindu di pura pura di daerah transimigrasi di Sulawasi, Kalimantan, Sumatera misalnya telah lazim disertai dengan gemerincing permainan
gamelan Gong Kebyar. Di tengah masyarakat Bali, Gong Kebyar berfungsi fleksibel menyertai berbagai kepentingan pentas seni, baik presentasi estetik murni maupun persembahan dalam konteks ritual keagamaan. Gamelan ini sangat umum dikenal, baik oleh msyarakat Bali sendiri maupun oleh para peminat musik luar Bali. Gamelan ini kini malahan sudah menyebar ke luar negeri, di Amerika Serikat ada grup gamelan Gong Kebyar Sekar Jaya dan di Jepang ada grup Sekar Jepun yang sangat aktif menggelar pementasan. Gaya permainan musik kebyar yang cepat, energik, atraktif, ramai dengan variasi jeda-jeda yang diungkapkanádengan penuh daya pikat, bergairah, diang-
gap mewakili dan menjadi ciri khas musik Bali secara keseluruhan. Fenomena semakin banyaknya sebaran Gong Kebyar di Nusantara bahkan ke seantero jagat memunculkan sebuah wacana yang didiskusikan dalam sebuah seminar pada tanggal 26 Nopember di ISI Surakarta, menjelang pentas Mebarung Gong Kebyar. Tiga pakar seni dan budaya tampil sebagai nara sumber yakni Prof. Dr. Rahayu Supanggah,S.Kar., Prof. Dr. I Wayan Rai,S.M.A., dan Prof. Dr. Ida Bagus Yudha Triguna membahas topik “Musik Bali Mendunia?”, (dengan tanda tanya). Para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen serta para peminat seni, mengikuti dengan tekun seminar setengah hari yang berlangsung hangat itu. Prof. Rahayu Supanggah memaparkan secara komprehensif eksistensi gamelan Bali dalam percaturan musik dunia. Komposer yang dikenal telah kenyang berkolaborasi dengan para pemusik kontemporer dunia ini menekankan pentingnya sanggaan budaya pada ekspresi musik. Ia melihat keberadaan gamelan Bali dikawal ketat dan kental oleh faktor kultural masyarakat Bali. Sementara itu, Prof. Yudha Triguna memandang ritual keagamaan masyarakat Bali yang mengusung satyam, siswam, sundaram menjadi sandaran utama ketulusan berkesenian, termasuk ngayah menyuguhkan gamelan, adalah berkontribusi besar pada strategisnya fungsi gamelan pada kehidupan relegi dan konteks sosial budaya orang Bali. Prof. Wayan Rai memaparkan dengan gamblang faktafakta telah menyebarnya
gamelan Bali ke penjuru negara di dunia. Jalur-jalur penyebaran gamelan Bali, ungkap Rai, adalah melalui misi-misi kesenian sejak tahun 1929 (Paris Exposition) hingga kini seperti konser gamelan ISI Denpasar di Moscow, Rusia, tahun 2010. Dipaparkan pula oleh rektor ISI Denpasar ini bahwa catatan perjalanan, rekaman, film, organisasi non profit, perwakilan Indonesia (KBRI dan KJRI), dan kurikulum gamelan di universitasuniversitas juga tak kalah perannya mengenalkan gamelan Bali di manca negara. Ditegaskannya, di samping Gong Kebyar, ansambel gamelan Bali yang lainnya seperti Semara Pagulingan, Gender Wayang, Angklung dan Gambang misalnya juga mulai diminati oleh pemusik dunia. Paparan ketiga nara sumber tentang posisi gamelan Bali, baik di Bali sendiri, di penjuru Nusantara, dan di tengah masyarakat dunia, disimpulkan dengan lugas oleh rektor ISI Surakarta, Prof. Dr. T. Slamet Suparno,S.Kar.,M.S. saat menutup seminar, bahwa “Musik Bali memang telah mendunia, tanpa tanda tanya”. Sebagai pengejawantahan mendunianya musik Bali, pada malam harinya, Slamet Suparno dengan bangga ikut bermain gangsa untuk tim Gong Kebyar ISI Surakarta. Dosen ISI Surakarta, Prof. Dr. Pande Made Sukerta,S.Kar., M.Si yang mengkoordinasikan Mebarung Gong Kebyar tersebut mengungkapkan bahwasannya untuk penyelenggaraan berikutnya, akan mengundang grup-grup gamelan Bali di seluruh Nusantara sebelum nantinya menggelar Mebarung Gong Kebyar Se-Dunia. z kadek suartaya