Edisi 07 Januari 2018 | Balipost.com

Page 16

Daerah

16

Minggu Paing, 7 Januari 2018

TAHUN FENOMENAL

Kasih dan Cahaya Suci Tuhan

FIGUR

Jiwa Wirausaha Lewat Seni

SENI budaya Bali menjadi media ampuh bagi sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter. Melalui seni banyak hal yang bisa diperoleh. Menurut Kepala SMP Dwijendra Denpasar Dra. Ni Wayan Nadi Supartini, M.Pd., melalui seni kita belajar melatih siswa disiplin, memperhalus budi serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Mengapa tidak, melalui pagelaran seni siswa mulai terpikirkan perlunya usaha untuk menata rias wajah bagi penari. Sebab, hampir semua penari serta pendukungnya memerlukan ilmu tata rias wajah dan busana. Atau bisa muncul ide membuka usaha penyewaan pakaian tari. ‘’Itulah yang membuat sekolah kami mempercayakan OSIS menggelar lomba tari Condong dan Baris siswa SD se-Bali, agar mereka mendapat inspirasi membuka usaha di kemudian hari,’’ tegas Nadi Supartini, Sabu (6/1) kemarin. Bukan tak mungkin, pagelaran seni juga memotivasi siswa lainnya untuk merencanakan planing kewirausahaan yang lebih besar. Misalnya menjadi event organizer artis nasional dan dunia, serta usaha penyewaan sound system dan perangkat musik lainnya. Ini yang disebut menyelam sambil minum air dan mengambil batu. (sue)

DALAM rangka menyambut Tahun Baru 2018, Ratuaji Ida Bagus D. Argawana bersama para praktisi penyembuh Yayasan Mahattama Giri Kusuma mengadakan bakti sosial penyembuhan dengan Cinta Kasih dan Cahaya Suci Tuhan. Kegiatan penyembuhan tanpa obat diadakan pada Minggu (7/1) hari ini bertempat di Asrham Giri Kusuma, Jalan By-pass Ngurah Rai, Tohpati No.18 Denpasar, utara barat Desa Budaya Kertalangu. Bagi masyarakat yang mempunyai keluhan penyakit, masalah keluarga, finansial dan keturunan silakan datang langsung ke alamat tersebut. Di samping kegiatan penyembuhan, Yayasan Giri Kusuma juga mengadakan lokakarya “Meditasi Love and Light”, meditasi kesehatan dan keselarasan jiwa untuk mendapatkan ketenangan, kedamaian dan keharmonisan dan pemograman energi pintu rezeki dengan biaya Rp 400.000 peserta sudah mendapatkan baju kaos, materi dan tuntunan meditasi, konsumsi, sertifikat dan pelatihan gratis selama 8 x pertemuan. Untuk informasi silakan hubungi 081353128887, demikian informasi ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Mahattama Giri Kusuma, Kt. Suprapta, S.Sos., M.M. (ad336)

Ratuaji Ida Bagus D.Argawana

RSUD Wangaya Peringati HUT Ke-97

Optimalkan Peran Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

RUMAH Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya memperingati HUT yang ke-97 tahun 2018. Perayaan yang dikemas dengan sederhana ini mengangkat tema “Optimalisasi Peran Serta RSUD Wangaya Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Kota Denpasar Sejak Usia Dini Sampai Lansia”, dilaksanakan Sabtu (6/1) di RS setempat. Hadir dalam kesempatan tersebut, Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara, Ketua TP PKK Kota Denpasar Ny. Selly Dharmawijaya Mantra, Ketua WHDI Kota Denpasar Ny. Antari Jaya Negara, Ketua DWP Kota Denpasar Ny. Kerthi Rai Iswara, para mantan Direktur RSUD Wangaya serta seluruh pimpinan dan staf RSUD Wangaya. Perayaan dibuat secara sederhana mengingat saat ini Bali tengah perihatin dengan kondisi saudara-saudara yang mengalami musibah erupsi Gunung Agung. Kendati demikian, suasana perayaan tidak mengurangi makna dan kemeriahan. Kegiatan diawali dengan senam bersama, yang diikuti semua undangan dan pegawai RSUD Wangaya, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Dirut RSUD Wangaya dr. Setiawati Hartawan, serta penyerahan penghargaan kepada para pegawai yang pensiun di tahun 2017 dan pemberian penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi di lingkungan RSUD Wangaya. Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara mengatakan RSUD

HUT - Serangkaian peringatan HUT ke-97, RSUD Wangaya menggelar berbagai kegiatan dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Dirut RS Wangaya. Wangaya sebagai rumah sakit (RS) tertua di Bali dan satusatunya RS milik Pemerintah Kota Denpasar, diharapkan terus mengembangkan diri dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat serta berperan aktif mendukung segala program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Denpasar untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. “Kami berharap RSUD Wangaya sebagai rumah sakit tertua di Bali mampu memberikan pelayanan yang optimal dan terus meningkatkan pelayanan kepada warga masyarakat,” ujarnya. Dikatakan Rai Iswara, komitmen Pemerintah Kota Denpasar pada kepemimpinan

Wali Kota I.B. Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Wali Kota IGN Jaya Negara dalam mewujudkan masyarakat yang sehat terbukti dengan Kota Denpasar telah empat kali berturut-turut mendapatkan penghargaan Kota Sehat dengan tingkatan tertinggi, yakni Swasti Saba Wisatara dari pemerintah pusat. Karenanya, pihaknya berharap melalui HUT ke-97 RSUD Wangaya ini menjadi suatu tolok ukur untuk lebih memantapkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. “RSUD Wangaya boleh tua, tetapi semangatnya harus muda terus dan harus bisa melayani masyarakat dengan baik. Untuk itu, kita tidak boleh tutup mata, tetapi terus

melakukan analisa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan itu akan menjadi nomor satu, apabila bisa menjalankan dengan rasa tulus iklas dalam melayani sehingga Sewaka Dharma (melayani adalah kewajiban) menjadi budaya bagi kita semua” katanya. Sementara itu, Direktur Utama RSUD Wangaya dr. Setiawati Hartawan mengatakan, 97 tahun adalah perjalanan waktu yang tidak pendek dan pihaknya merasa sangat bangga dan bahagia karena hampir seabad RS tercinta telah mengabdi kepada masyarakat. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemkot dan DPRD Kota Denpasar yang terus melakukan pengembangan di RSUD Wangaya dari tahun ke tahun di antaranya meningkatkan SDM dengan menyekolahkan para dokter untuk mendapatkan gelar spesialis serta meningkatkan infrastruktur untuk memberi fasilitas yang lebih baik bagi masyarakat,” ujarnya. Selain itu, pihaknya mengungkapkan bahwa saat ini RSUD Wangaya sudah terakreditasi standar yang terbaru, yakni akreditasi versi 2012 dengan lulus kategori paripurna bintang lima. Untuk mendukung terwujudnya Denpasar Smart City, RSUD Wangaya juga sudah didukung dengan elektronic medical record, anjungan pendaftaran mandiri, hospital bed management, dan pendaftaran melalui SMS gateway. (ad348)

ANGKA 2018 bila dijumlah menjadi 11 dan akhirnya 2. Penganut mitos yang kadang-kadang diejek para intelektual sebagai kaum cocokologis, menganggap angka 11 dan 2 adalah bilangan suci penuh makna. Meru atau pagoda yakni stana dewata tertinggi di tempat suci atapnya berjumlah sebelas, di bawahnya 9, 7, 5, 3, 2 dan 1. Angka 2 melambangkan sifat atau karakter penghuni alam yang senantiasa oposisi biner dan di Bali diistilahkan dengan rwa bhineda. Meskipun berbeda, hakikat dan asalnya adalah satu! ‘’Bila ingin hidup damai dan harmonis, seyogianya tidak perlu saling ejek antara kaum yang mengaku intelektual dengan mereka yang kurang terpelajar. Bila dipikir-pikir, perkembangan ilmu pengetahuan pun berawal dari mitos, yang melahirkan mitologi, legenda, dongeng dan cerita rakyat. Ini hasil imajinasi manusia sejak mereka ikut meramaikan bumi dengan segala perilakunya. Bila Mahabharata dan Bharatayudha dianggap mitologi, justru dari epos itu menginspirasi masyarakat modern yang cinta perang alias warmania. Senjata Dewa Brahma bernama Brahmastra atau panah nuklir menginspirasi instalasi nuklir dua blok ideologi yang berseteru pada Perang Dingin. Panah-panah sakti Arjuna, Karna, Kresna bernama Pasopati, Konta Wijaya dan Cakra, juga yang lain Nenggala, Brahmastranada, Nagapasa adalah imaji peluru kendali dan torpedo yang mampu mengejar target ke mana pun lari. Cermin Lompian milik Kresna, bisa jadi embrio lahirnya radar dan sibernetika. Terkesan jumawa dan tekebur seseorang yang lantaran senantiasa berpikir dan bertindak ilmiah, menafikan bahkan mengejek mitos, legenda dan dongeng. Mereka seakan lahir, tumbuh dewasa dan berpendidikan, tanpa pernah merangkak lalu belajar melangkah, namun langsung berlari setelah keluar dari rahim ibunya. Atau otomatis pintar tanpa melalui PAUD, TK dan SD. Padahal mereka pasti pernah diasuh dan dibesarkan dengan ceritra rakyat saat masih anak-anak,’’ ulas Rubag. ‘’Biarkan saja mereka berpikir dan bertindak seturut masa sekarangnya yang gemilang, kendati melupakan masa lalu yang tidak mungkin bisa mengunyah sebelum tumbuh gigi. Aku terkesan dengan angka 11 sebagai bilangan suci penuh makna itu. Itu lebih lengkap dari konsep ruang tiga dimensi, yakni kirikanan (X), muka-belakang (Y) dan atas bawah (Z). Swastika, lambang pusat energi atau

Jalin Kerja Sama dengan Bodo Writers’ Academy India

Unud Gelar ”International Seminar cum Literary Festival and Cultural Exchange”

MENJALIN kerja sama dibidang kebudayaan, pertanian dan kuliner dengan Bodo Writers’ Academy India, Universitas Udayana (Unud) menggelar seminar internasional yang bertajuk “International Seminar cum Literary Festival and Cultural Exchange” di Auditorium Widya Sabha Mandala Prof. Dr. Ida Bagus Mantra Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud, Denpasar, Sabtu (6/1) kemarin. Seminar perpaduan dua kebudayaan ini menghadirkan beberapa narasumber yang memaparkan masing-masing kebudayaannya. Di antaranya Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. (The Beginning of Indian Contact with Bali), Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. (The Linkape of Agriculture and the Culture of Bali), Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (The Role of Women Entrepreneurs in Promoting Balinese Culinary and Supporting Sustainable Tourism), Dr. Luke Daimary (Bodo History, Language, Literature and Culture), Mr. Santa Lal Meche (Life Cycle Rituals: An Anthropological Case Study of the Moobe (Bodo) People), dan Mr. Nabin Malla Boro (Social, Domestic life of Bodos). Seminar ini dibuka Wakil Rektor IV Unud Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, S.H., M.Hum. didampingi Dekan FIB Unud Prof.

Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., President of Bodo Writers’ Academy India Mr. Rajen Basumatary, dan dihadiri seluruh civitas akademika FIB Unud. Dekan FIB Unud Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. mengatakan Bodo Writers’ Academy merupakan sebuah komunitas bahasa yang paling tua di India Utara. Masyarakatnya mempunyai kebudayaan yang hampir mirip dengan kebudayaan yang ada di Bali, terutama pada bidang budaya, pertanian dan kuliner. Diharapkan, dengan adanya seminar dua kebudayaan ini muncul kesamaan kebudayaan antara Bodo Writers’ Academy dengan kebudayaan di Bali yang mempunyai keberagaman hayati, sehingga muncul risetriset baru bagi para dosen Unud untuk meneliti persamaan kebudayaan tersebut. “Pada kesempatan ini mereka (Komunitas Bodo Writers’ Academy - red) menginginkan apakah kebudayaan masyarakat Bodo itu mempunyai kemiripan dengan budaya yang ada di Bali, khususnya yang menjadi perhatian itu adalah bidang pertanian, kebudayaan dan terkait dengan kuliner. Sebab, dibidang pertanian misalnya masyarakatnya juga mengenal yang namanya orang-orangan sawah (lelakut) pada saat padi berbuah kuning yang didatangi banyak burung-burung dan

pada saat petani beristirahat juga memakan makanan sama seperti petani Bali makan pada umumnya,” ujar Prof. Sutjiati Beratha. Wakil Rektor IV Unud Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, S.H., M.Hum. menjelaskan ada empat alasan seminar internasional dua kebudayaan ini dilaksanakan. Pertama, akar kebudayaan Bali berasal dari India dan Cina, sebab India memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan pembangunan kebudayaan Bali dari zaman dulu hingga saat ini. Kedua, memahami akar budaya sangat penting dilakukan untuk membuat masyarakat lebih mengerti dan memahami tentang budaya itu sendiri, sehingga bisa membangun kebudayaan lebih baik ke depannya. Ketiga, untuk membuat kebijakan tentang kebudayaan. Sebab, memahami dan memposisikan kebudayaan yang baik juga harus dibarengi dengan kebijakan yang baik pula. Apalagi fungsi-fungsi kebudayaan pada saat ini mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan fungsi-fungsi historikalnya. “Pada saat ini orangorang berbicara kebudayaan sebagai sumber ekonomi, orang juga mulai berbicara kebudayaan sebagai instrumen pertahanan Negara. Jadi kebudayaan itu tidak lagi dipandang sebagai

SEMINAR - Dekan FIB Unud Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. bersama para delegasi Bodo Writers’ Academy India melakukan foto bersama di sela-sela “International Seminar cum Literary Festival and Cultural Exchange”. bukti-bukti sejarah, tetapi harus juga dipandang fungsi-fungsinya yang baru. Dan kami di Universitas Udayana mengambil posisi secara tegas dalam hal ini, karena paradigma keilmuan kita di Unud adalah kebudayaan,” tandas Prof. Wyasa Putra. Sementara itu, alasan keempat dilaksanakannya seminar internasional dua kebudayaan ini adalah karena pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan. Dikatakan, di era globalisasi saat ini telah banyak menawarkan nilai-nilai mekanistik dan nilai-nilai meterialistik kepada masyarakat. Oleh karena itu,

agar masyarakat Bali mempunyai pegangan yang kuat terhadap pengaruh nilai tersebut, maka memahami kebudayaan sendiri adalah bagian dari cara membangun karakter bangsa dan diri agar tidak menjadi korban perubahan dan bisa menjadi subjek yang bisa mengendalikan perubahan itu. “Kami berharap seminar ini akan menelorkan satu formulasi gagasan mengenai korelasi antara budaya dan posisi budaya India sebagai akar budaya Bali yang berperan penting di dalam pengembangan dan pembangunan kebudayaan Bali,” pungkasnya. (ad335)

kekuasaan menunjuk ke delapan arah, yakni utara, selatan, timur, barat, juga timur laut, barat laut, barat daya dan tenggara. Ini ditambah bhur, bwah, swah atau atas, tengah dan bawah, jadi semua arah tersebut berjumlah sebelas. Tapi manusia dan makhluk hidup lainnya tidak hanya hidup dalam ruang saja, sesungguhnya sangat terikat dengan waktu. Ruang saja tanpa waktu atau waktu saja tanpa ruang tak ubahnya hanya bayang-bayang. Ketika ruang bersinergi dengan waktu baru lah terjadi kenyataan. Jadi, waktu terdiri dari masa lampau, sekarang dan masa depan, yang diberi kode T. Untuk kita di Bali dewa waktu diberi nama Batara Khala dengan wujud menyeramkan yang terkadang diwakili wajah Bhoma yang terpahat nyaris di semua Candi Agung. Ini bukan lagi mitos namun kenyataan! Siapa pun takut untuk terlambat, khawatir untuk menjadi tua, sehingga manusia sangat terikat pada waktu. Bahkan di Barat yang berpaham kapitalistik lahir ungkapan Time is money!’’ komentar Made Surjanegara. ‘’Ya, diakui atau tidak, sebenarnya kita hidup dalam mitos. Sebab, ilmu pengetahuan yang diharapkan menyajikan fakta dan kenyataan, kini banyak menjelma menjadi bualan atau pembodohan. Sejarah pun banyak diplintir menjadi his story bukan history! Makanya muncul sindiran buat definisi sejarah, sebagai kisah para pemenang. Segala hal yang dipelajari di bangku sekolah atau kampus, saat dipakai acuan dalam hidup bermasyarakat, banyak yang meleset atau jauh panggang dari api. Coba simak gorogoro di ranah hukum, politik, ekonomi bahkan ekologi! Kita di Bali yang cemas atas erupsi Gunung Agung, kian bingung menyimak berita terkait bencana yang akan ditimbulkan, mengingat Pulau Dewata sebagai destinasi pariwisata dunia. Bencana alam berada di bawah kajian ekologi, yang menafikan soul, spirit atau atman karena acuannya fisik atau segala benda yang bisa dilihat, diamati, diraba dan dirasakan alias fenomena. Ekologi sendiri berada dalam himpunan Biologi yang mempelajari living organism atau organisme hidup, yang tidak bisa melepaskan roh dan jiwa atau soul dan spirit. Makanya saat lembaga berkompeten ikhwal bencana mengumumkan Gunung Agung dalam status ‘’Awas’’ buat jarak tertentu, ironisnya berkali-kali dikunjungi beberapa spiritualis bahkan turis asing hingga ke puncak gunung, yang dianggap sangat berbahaya. Malah pernah ada ratusan orang yang menghaturkan sesajen terkait upacara pakelem di dekat kawah. Hebatnya, kini puluhan pesawat kembali bertolak dan datang ke atau dari Bandara Ngurah Rai, Bali. Peyang pale gue, choy!’’ ujar Anom Wijaya. ‘’Tidak perlu diperdebatkan karena Bali memang unik! Ada unsur astral yang ikut bekerja dalam fenomena Gunung Agung! Kita harus menyambut dengan optimis

Tahun Baru 2018 sembari tetap berdoa, semoga Sang Hyang Tohlangkir melindungi alam dan masyarakat Bali yang kini heterogen. Bila perlu tidak terpengaruh dengan isu seram yang mengatakan tahun 2018 sebagai tahun politik, yang bisa memanas akibat bentrok kepentingan para elite parpol buat Pilpres 2019. Kita bisa belajar dari pilkada serentak di ratusan wilayah Tanah Air tahun 2017, ternyata semua berjalan mulus kecuali di DKI Jakarta. Ternyata terjadi anomali seperti yang kau tuturkan terkait ilmu pengetahuan yang membodohkan. Jakarta yang dijuluki kota metropolitan menuju megapolitan, justru demi pemilihan gubernur gejolak politiknya melebihi pemilihan presiden. Diwarnai jutaan orang berdemo berjilidjilid, dibumbui isu provokatif dan saling hujat di TV dan media sosial. Terbukti, kepintaran dan kecerdasan bukan faktor utama buat mencapai masyarakat adil, makmur berdasar Pancasila, bila tanpa kebijaksanaan dan akhlak mulia. Di Bali mudahmudahan tidak terjadi bencana politik yang berdampak pada terganggunya ketertiban dan keamanan masyarakat. Tahun Baru 2018 agaknya sudah menampakkan sinyalsinyal kedamaian dan kebaikan itu. Purnama pada 1 Januari adalah tanda-tanda yang dimaksud dan pada akhir bulan yakni 31 Januari kembali rembulan akan menampakkan wajahnya yang menyejukkan,’’ sahut Nyoman Muka. ‘’Semoga tanda-tanda alam yang fenomenal ini dimaknai dengan spiritualitas mendalam oleh masyarakat Bali yang masih mayoritas Hindunya. Purnama, Tilem dan Kajengkliwon adalah hari-hari suci yang siklusnya paling sering dirayakan di pulau ini. Di samping berterimakasih pada isi seluruh alam, purnama juga dimaknai buat mawas diri di bawah sinar rembulan yang menyejukkan. Tumben kualami tahun baru diawali dengan purnama, disela sekali tilem dan ditutup dengan purnama pula. Meski dalam kalender Cina tahun ini disebut Tahun Shio Anjing, aku tidak memaknai dengan negatif, seperti orang yang menstigma anjing sebagai najis, suka ribut dan menjilat. Dharmawangsa berhasil mencapai puncak Mahameru atau surga berkat dipandu anjing dan tanpa canis domesticata itu, bisa jadi dia tersesat. Bahkan ketika di pintu surga anjing tidak diizinkan ikut masuk, Puntadewa memilih untuk menemani anjing di luar alias nolak masuk surga. Maka seketika anjing berubah wujud menjadi Batara Dharma atau Batara Guru dan memuji sikap bijak Yudistira. Jadi, ini sebuah pelajaran, jangan terlalu cepat menilai sesuatu tanpa memahami hakikat. Jadi, aku tidak menganggap tahun politik sebagai tahun seram, apalagi didahului dua purnama dalam awal tahun, sehingga keseraman dihalau kesejukan dan kejernihan,’’ pungkas Wayan Wijaya. (aridus)

’’Pakelem Alit’’ untuk Bhuto Ijo di Segara Petitenget

Denpasar (Bali Post) Forum Diskusi dan Doa Bersama menggelar ritual Pakelem Alit di Segara Petitinget, Sabtu (6/1) kemarin. Saat itu umat menghaturkan hidangan untuk Bhuto Ijo. Ritual ini untuk memohon restu sebelum pelaksanaan seminar Bhuto Ijo Pengemit Petitenget yang akan dilaksanakanan pada Minggu (7/1) ini. Ketua Panitia IB Suamba Bhayangkara mengatakan, sebelum pelaksanaan seminar, pihaknya memohon keselamatan kepada dewa laut yang berstana di Segara Petitenget. Hal ini merupakan petunjuk niskala Bhuto Ijo agar acara dapat berjalan baik. Acara seminar ini merupakan kegiatan langka, penting dan religius. Seminar tersebut dilaksanakan karena adanya sastra yang menyebut Bhuto Ijo sebagai penjaga Petitenget. Pada waktu itu Ida Pedanda Sakti memberi tugas pada Bhuto Ijo untuk menjaga peti pecanangan Ida Pedanda Sakti, sehingga Tegal Kerobokan diberi nama Peti Tenget dan menjadi tempat bersejarah secara spiritual. “Saya senang melakukan perjalanan spiritual. Sejak lima tahun lalu kami ingin mencari tahu tentang Bhuto Ijo, kenapa sampai diberikan tugas menjaga pecanangan. Ada apa? Ini yang ingin kita sampaikan kepada umat supaya umat tahu secara gamblang dan jelas bagaimana keberadaan Petitenget, yang mana Bhuto Ijo sebagai penjaga pura ini,” bebernya. Seminar tersebut akan diikuti masyarakat Kerobokan dan masyarakat umum. Pembahasan tentang Bhuto Ijo akan dikupas habis oleh Catur Brahmana, yaitu para pedanda dari Kemenuh, Manuaba, Keniten dan Mas. Walakanya ada IB Agastia, IB Rai Putra. (kmb42)

BPM/may

PAKELEM - Suasana ritual pakelem di Pantai Petitenget, kemarin.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 07 Januari 2018 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu