Edisi 03 September 2011 | Balipost.com

Page 21

INDUSTRI

Sabtu Wage, 3 September 2011

21

Selama Libur Lebaran

Persediaan Daging Ayam Aman Denpasar (Bali Post) Selama libur Lebaran, persediaan daging ayam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Pulau Dewata masih aman. ‘’Persediaan daging ayam setiap harinya adalah 120 ribu ekor, artinya melebihi dari kebutuhan masyarakat,’’ kata Kepala Dinas Provinsi Bali, I Putu Sumantra, di Denpasar, Jumat (2/9) kemarin. Dia menjelaskan, konsumsi masyarakat Bali terhadap daging ayam setiap harinya berjumlah antara 100 ribu sampai 110 ribu ekor. Menurut dia, kondisi yang sama juga terjadi pada persediaan telur ayam, yang jumlahnya masih di atas kebutuhan rata-rata per hari. Hal itu karena populasi ayam petelur di daerah tujuan wisata internasional ini, sekarang mencapai lima juta ekor, sehingga suplai kebutuhan telur ayam di Bali selalu aman. ‘’Tingkat konsumsi telur ayam masyarakat Pulau Dewata mencapai satu juta butir atau sekitar 90 ton setiap harinya,’’ paparnya. Oleh karena itu, ucap Sumantra, tidak ada masalah dengan persediaan daging dan telur ayam, baik sebelum maupun pascalebaran tahun ini. ‘’Sampai sekarang memasuki musim libur Lebaran persediaan daging dan telur ayam tidak dalam kondisi mengkhawatirkan, aman-aman saja tidak ada kekurangan,’’ tandasnya. Sumantra mengatakan, amannya persediaan itu berdasarkan hasil koordinasi terakhir pihaknya dengan Asosiasi Peternak Ayam di Bali, mereka memastikan persediaan daging dan telur ayam berlimpah. ‘’Bahkan peternak minta saya menyetop perizinan baru untuk pembibitan ayam, karena yang ada sekarang sudah cukup, supaya harga juga tetap bagus di pasaran,’’ tuturnya. Dia menjelaskan, terkait rencana penambahan kapasitas produksi pada tahun depan, pihaknya masih melakukan pengkajian lebih jauh, terutama menyangkut permintaan di pasaran. (ant)

Promosi Pariwisata Perlu Disertai Unsur Ahli Kesenian Denpasar (Bali Post) Budayawan Bali, Wayan Geria, mengatakan promosi pariwisata dengan mengirimkan misi kesenian ke luar negeri perlu mengikutsertakan unsur ahli kesenian sebagai agen diplomasi budaya. ‘’Di luar negeri, para duta kesenian kita jangan sekadar menari, melainkan harus dapat melakukan diplomasi budaya,’’ kata Wayan Geria di Denpasar, Jumat (2/9) kemarin. Menurutnya, para ahli atau pakar kesenian penting disertakan untuk mengiringi setiap perjalanan promosi pariwisata Indonesia ke luar negeri. ‘’Selain mereka dapat menjelaskan informasi yang tepat atas atraksi kesenian yang ditampilkan, juga diharapkan dapat melakukan diplomasi budaya,’’ ujar Geria. Namun sayangnya, kata dia, misi kesenian yang tampil di sejumlah kantor Kedutaan Besar Indonesia di mancanegara, lebih sering hanya menyuguhkan tarian atau atraksi kesenian lainnya, tanpa dibarengi para ahli seni. ‘’Dengan adanya diplomasi budaya diharapkan kunjungan wisatawan ke Indonesia bisa ditingkatkan, karena calon pelancong telah memiliki pemahaman yang lebih luas, walaupun belum berkunjung ke mari,’’ tuturnya. Selain datang langsung ke luar negeri, kata dia, promosi pariwisata yang efektif juga dapat dilakukan melalui akses internet. ‘’Mengikuti perkembangan kemajuan globalisasi tidak harus melalui tatap muka langsung, melainkan dapat melalui internet. Untuk itu, dalam website promosi pariwisata, hendaknya menampilkan informasi yang lengkap, artistik dan data terbaru,’’ ucapnya. Ia menambahkan, melalui langkah promosi di dunia maya, setidaknya wisatawan mempunyai cukup informasi guna menambah ketertarikannya datang ke Tanah Air. ‘’Pemerintah maupun pemangku kepentingan pariwisata lainnya pun sebaiknya melakukan suatu kegiatan yang menarik untuk dikunjungi banyak wisatawan,’’ tambahnya. Selain itu, lanjut dia, semua pihak juga bisa memberikan gambaran yang nyata kepada para pelancong yang datang ke Nusantara. Pelancong yang mendapatkan realitas pariwisata Indonesia, nantinya akan bisa menceritakan kepada para teman dan saudara-saudaranya yang belum pernah berwisata ke Indonesia. ‘’Yang tak kalah pentingnya, promosi pariwisata tidak hanya ditujukan pada wisatawan mancanegara. Prospek kunjungan wisatawan Nusantara atau antardaerah, mestinya digarap dengan lebih serius, karena mereka turut andil menggerakkan perekomian selama ini,’’ jelasnya. (ant)

KECIL Meski sekitar 50 persen lebih penduduk Bali bergelut di sektor pertanian, kenyataannya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Bali masih sangat kecil.

Bali Post/dok

Usaha Tani Berkelanjutan Belum Digarap Maksimal Denpasar (Bali Post) -

Bali memiliki potensi besar di bidang agrobisnis. Namun, potensi tersebut belum bisa digali dan dikembangkan secara maksimal, sehingga belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Sejumlah pengamat pertanian melihat sektor pertanian di Bali masih sangat potensial dikembangkan. Walaupun lahan tiap tahunnya terus tergerus dan dialihfungsikan menjadi lahan permukiman, namun masih banyak strategi pengembangan pertanian yang dapat dilakukan. Seperti yang diungkapkan Ketua KTNA Bali, Ir. Made

Suparsa, Jumat (2/9) kemarin, di Denpasar. Menurutnya, potensi di sektor pertanian misalnya, di masing-masing kabupaten/kota memiliki banyak komoditas unggulan yang bisa diolah menjadi produk makanan maupun minuman, dan hal itu sudah dikembangkan. Salah satunya, pengembangan buah markisa menjadi olahan sirup di daerah Petang

Badung, namun belakangan usaha pengolahan tersebut terkesan meredup bahkan hampir tidak berproduksi lagi. ‘’Itu berarti, selama ini pemerintah daerah belum optimal memberdayakan petani, karena hanya cenderung melakukan pendampingan tanpa adanya komitmen membantu di bidang pengembangan SDM, peningkatan produksi serta pemasaran,’’ tuturnya. Semua itu, jelas Suparsa, menyebabkan pengembangan sektor pertanian berkelanjutan menjadi terancam. Karena petani enggan melanjutkan usaha tani,

besar bermunculan di Bali dengan menawarkan kualitas yang lebih baik dan harga terjangkau,’’ paparnya. Tanpa mengesampingkan sektor kepariwisataan yang juga andalan Bali, dia mengharapkan paling tidak pemerintah bisa terus fokus menggali potensi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Sehingga, semua sektor yang ada menjadi jelas untuk jangka panjangnya. Sekaligus menciptakan pertanian yang berkelanjutan, dan para petani bisa lebih bergairah kembali dalam produksinya. (bit)

Pasar Ekspor Lirik Kain Tenun Bali Denpasar (Bali Post) Kain tenun buatan tangantangan terampil wanita Bali, seperti kain songket, kain tenun sutra, kain tenun ikat, dan kain tenun Pegringsingan asli Tenganan semakin dilirik pasar ekspor. ‘’Perolehan devisa dari perdagangan luar negeri khusus kain tenun buatan wanita Bali meningkat setiap bulannya hingga mencapai 4,2 juta dolar selama Januari-Mei 2011,’’ kata Kepala Seksi Ekspor Disperindag Bali, Putu Bagiada, S.E., di Denpasar, Jumat (2/9) kemarin. Bagiada menyebutkan, kain tenun asli Bali makin dilirik wisatawan, sehingga perolehan devisa meningkat setiap bulannya. Perdagangan ekspor kain tenun itu selama Maret 2011 misalnya, senilai 770 ribu dolar menjadi satu juta dolar selama April, dan Mei naik lagi menjadi 1,1 juta dolar sehingga seluruhnya mencapai 4,2

juta dolar. Ia mengatakan, kain tenunan Bali awalnya hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan, sekarang hampir sebagian besar masyarakat bisa mengenakan, baik untuk upacara besar maupun sembahyang ke pura. Kain tenunan yang dibuat bermotifkan kekunoan itu sangat disenangi wisatawan asing, yang sudah pernah menyaksikan di pasar seni maupun di Desa Tenganan, 70 Km

timur Denpasar sebuah desa kuno di Bali. Bali selain gencar memasarkan kain tenun ke mancanegara juga dalam upaya mengangkat citra kain tenun ikat, dengan meminta agar pegawai dinas pemerintah daerah setempat menggunakan sebagai seragam. Menurutnya, bagi masyarakat Bali sekarang sudah memasyarakat dalam penggunaan kain tenunan dimanfaatkan sebagai kamen (kain

Pasokan Belum Lancar

Pebisnis Ikan Bakar Kelimpungan Denpasar (Bali Post) Pasokan ikan segar di Denpasar belum lancar, sehingga harga ikan di sejumlah pasar tradisional relatif masih tinggi. Sementara permintaan konsumen terus meningkat saat musim liburan. Bahkan, lapak pedagang ikan di sejumlah pasar tradisional banyak tutup akibat kehabisan stok ikan segar. Ketidaklancaran pasokan ikan segar, selain diakibatkan sejumlah nelayan tidak melaut akibat cuaca buruk, juga karena sebagian suplayer sedang merayakan Lebaran di kampung halaman. Belum lancarnya pasokan ikan segar tersebut tentunya berdampak pada stok ikan di pasaran. Hal tersebut membuat sejumlah pedagang ikan bakar dan pebisnis rumah makan dengan menu ikan menjadi kelimpungan. Biasanya para pedagang bisa mendapatkan pasokan ikan segar 30-50 kilogram per hari. Sejak cuaca memburuk, pasokan ikan menurun tajam hingga 20 kilogram per hari. Sementara permintaan ikan bakar tetap saja ramai. Terutama memasuki musim libur akhir pekan. ‘’Hingga kini belum ada pasokan dari para suplayer lokal maupun Jawa. Meski begitu konsumen tetap bisa menikmati menu ikan, namun hanya ikan air tawar,’’ ujar Made Darsana pebisnis kuliner di Denpasar, Jumat (2/9) kemarin. Menurutnya, selama ini pasokan ikan laut untuk bahan baku usaha rumah makan didatangkan dari Kedonganan, dan dari Jawa. Ada pula ikan air tawar yang semuanya merupakan produksi lokal. Dikatakannya, pascalebaran tahun ini ikan laut seperti cekalan, cumi hingga udang sulit didapat, karena hingga pascalebaran para suplayer dan nelayan belum mulai beraktivitas. Para pedagang memprediksi naiknya harga ikan akan terus berlanjut, bahkan hingga H+7 Lebaran. Pasalnya, selain cuaca di laut belum bersahabat, para suplayer diprediksi akan kembali beraktivitas sepekan setelah Lebaran. Lebih lanjut Darsana mengatakan, untuk harga ikan bakar yang dijualnya dipatok bervariasi, tergantung jenis ikan yang dipesan. Rata-rata, satu kilogram ikan yang dibakar

mengingat pertanian dipandang tidak memberi keuntungan. Lebih lanjut Suparsa mengatakan, kenyataan tersebut akhirnya berdampak bagi para petani di daerah ini, sehingga tidak mampu bersaing. Mengingat sebenarnya ada tiga komponen yang mendasari keberhasilan kelanjutan usaha tersebut, yakni produksi, kelompok tani yang mengolah dan yang terpenting adalah pemasaran. ‘’Tapi kenyataannya, selama ini para kelompok tani masih terkendala di pemasaran, mengingat banyak para pelaku usaha lain bersekala

mencapai Rp 20.000- Rp 25.000. Harga ini belum termasuk tambahan nasi putih dan minumannya. Harga tersebut tergolong murah bagi wisatawan domestik yang menyukai wisata kuliner. (bit)

Bali Post/dok

BAHAN BAKU - Belum lancarnya pasokan ikan ke pasar terkait libur Lebaran, membuat bisnis ikan bakar sedikit terkendala bahan baku.

C.0002862-bbn

untuk sembahyang masyarakat Bali), saput (kain yang dipakai kaum pria setelah menggunakan kamen). Masyarakat juga menggunakan kain tenunan sebagai udeng (ikat kepala kaum pria). Turis asing yang menyaksikan orang Bali mengenakan pakaian daerah dengan kain tenu-

nan, maka mereka tertarik untuk memilikinya. Oleh sebab itu, kain tenunan buatan Bali, selain banyak memasuki pasar ekspor terutama ke Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, juga dibeli pelancong mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata. (ant)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.