Edisi 30 Mei 2010 | Balipost.com

Page 4

KELUARGA

4 KESEHATAN Mengenal Mioma Uteri serta Penanganannya WANITA tidak bisa dipisahkan dari masalah pada alat reproduksi. Hampir setiap wanita pernah mengalami keluhan pada organ kewanitaannya tersebut dari yang ringan hingga berat dan bahkan sampai mengancam nyawa. Di antara sekian banyak masalah kesehatan yang dialami wanita, mioma uteri masih menjadi momok yang menakutkan karena keluhan yang ditimbulkannya. Mioma uteri sebenarnya merupakan suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Biasa disebut mioma atau tumor otot rahim. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operatif. Walaupun kebanyakan mioma muncul tanpa gejala tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan daerah panggul (pelvis). Mioma uteri tidak ditemukan pada wanita yang belum mengalami haid dan hanya 10% yang masih bertumbuh setelah menopause. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita dengan usia 3545 tahun (kurang lebih 25%) serta pada wanita yang tidak memiliki anak atau kurang subur. Mioma uteri berasal dari jaringan otot polos uterus (miometrium). Mulanya satu sel, kemudian membelah berkali-kali dan membentuk massa pucat, berbatas tegas, dan kenyal, yang berbeda dengan jaringan di sekitarnya. Mioma merupakan tumor yang tidak ganas tetapi masih ada kemungkinan meskipun kecil (0,1-0,5%) untuk berubah menjadi ganas (leiomiosarkoma) Penyebab Penyebab pasti dari mio-

Oleh dr. I B Gde Udyoga Manuaba ma sampai detik ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga hormon estrogen berperan disamping faktor keturunan. Beberapa teori menyebutkan rangsangan hormon estrogen menyebabkan pertumbuhan dari tumor ini. Pada jaringan mioma jumlah reseptor hormon estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot rahim sekitarnya, sehingga saat jumlah hormon estrogen meningkat seperti pada usia reproduksi atau kehamilan, mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat (membesar). Sebaliknya sesudah menopause biasanya tumor akan mengecil. Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya mioma uteri, seperti; umur diatas 40 tahun, haid pertama kali pada umur di bawah 10 tahun, riwayat keluarga yang menderita mioma uteri, kegemukan dan lain sebagainya. Gejala dan Tanda Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Keluhan yang dirasakan oleh penderita mioma uteri sangat tergantung dari lokasi mioma, besarnya serta perubahan perubahan yang terjadi pada organ sekitarnya. Gejala yang sering ditemukan adalah: - Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid. - Rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat menstruasi (dysmenorhea). - Gangguan buang air besar dan buang air kecil seperti menjadi sering kencing atau susah buang air besar akibat penekanan organ sekitar. - Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur. - Pada bagian bawah pe-

rut dekat rahim terasa kenyal. - Pasangan suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan penekanan tumor pada tuba (saluran indung telur). Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan serta gangguan pelepasan plasenta (ari-ari), bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, resiko perdarahan meningkat, serta menimbulkan nyeri yang hebat akibat terpuntirnya tangkai tumor. Diagnosis dan Penanganan Untuk menegakkan diagnosis mioma uteri melalui tanda dan gejala yang timbul, pemeriksaan bimanual (perabaan) dan USG (abdominal dan transvaginal). Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, jumlah anak, lokasi dan ukuran tumor. Bila mioma berukuran kecil atau kurang dari ukuran uterus pada umur kehamilan 1214 minggu, tanpa gejala atau terjadi pada masa menopouse, dilakukan penanganan konservatif yang meliputi observasi penderita dengan pemeriksaan panggul secara periodik setiap 3-6 bulan, memperbaiki keadaan umum pasien jika mengalami anemia (kekurangan darah), serta pemberian tablet besi. Penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala juga dapat diberikan. Akan tetapi tindakan operatif (pengangkatan rahim) harus dilakukan bila; ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus (rahim) 12-14 minggu, pertumbuhan tumor yang cepat, bila diperkirakan akan menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, perdarahan yang banyak serta penekanan pada organ sekitarnya. Oleh karena itu sangat penting dilakukan pemeriksaan sedini mungkin ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat dikemudian hari.

Rematik, Momok Penyakit untuk Usia Lanjut Denpasar (Bali Post) Rematik atau osteoartritis merupakan penyakit yang menyebabkan timbulnya nyeri dan disabilitas (hambatan) gerakan pada usia lanjut. Prevelansi untuk usia di atas 65 tahun adalah 6090 persen. Pada usia di bawah 45 tahun kejadian pada pria maupun wanita untuk penyakit ini sama dan pada usia di atas 55 tahun kasus pada wanita lebih banyak. Menurut dr. I Gede Pande Sastrawan, Sp.PD, wanita lebih besar peluangnya menderita rematik dikarenakan wanita menjalani proses kehamilan. ‘’Wanita rentan terkena rematik karena menjalani proses kehamilan yang secara langsung mengalami penambahan berat badan yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya rematik,’’ ujar Pande. Selain itu, wanita juga mengalami menopause yang mengakibatkan pengeroposan tulang sehingga terjadi nyeri atau rematik. Untuk pencegahan, Pande menyarankan agar wanita lebih sering mengkonsumsi suplemen yang mengandung calsium baik dalam bentuk makanan, tablet maupun susu. Selain itu juga para wanita harus tetap aktif dalam melakukan aktivitas maupun olahraga. Pada dasarnya rematik merupakan penyakit degenaratif sendi. Kerusakan ter-

Beberapa faktor penyebab timbulnya rematik selain faktor usia adalah kelebihan berat badan, kelainan metabolik, trauma, jenis kelamin, genetik dan inflamasi. ‘’Rematik tidak hanya menyerang usia senja. Bahkan usia yang lebih muda pun bisa terkena penyakit ini.

jadi akibat kehilangan tulang rawan sendi dan terjadi pembentukan tulang baru pada ruang sendi. Ini menyebabkan nyeri dan kaku pada sendi, terkadang timbul bunyi gemeretak pada sendi, bengkak, gerakan sendi terbatas, nyeri pada saat sendi digerakkan dan timbul nyeri jika terjadi perubahan suhu. Beberapa faktor penyebab timbulnya rematik selain faktor usia adalah kelebihan berat badan, kelainan metabolik, trauma, jenis kelamin, genetik dan inflamasi. ‘’Rematik tidak hanya menyerang usia senja. Bahkan usia yang lebih muda pun bisa terkena penyakit ini. Faktornya bisa karena berat badan berlebihan, mengalami trauma atau mengalami kelainan metabolisme,’’ ujar Pande. Kelainan metabolisme misalnya menderita asam urat sehingga memicu rematik lebih dini. Rematik biasanya lebih terfokus pada sendi gerak namun memungkinkan pula

diderita sendi lainnya. ‘’Bagi yang kelebihan berat badan biasanya akan muncul rematik di sendi gerak seperti lutut, karena bagian tubuh tersebut yang memopang berat badan lebih banyak,’’ imbuh Pande. Lalu bagaimana mengobati rematik? Dikatakan Pande ada dua cara yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan non obat-obatan seperti fisioteraphy. ‘’Tetapi bagi yang sudah parah bisa dilakukan tindakan operasi sampai pergantian sendi,’’ tuturnya. Rematik sendiri bisa terjadi secara berulang meski penderita sudah melakukan tindakan operasi pergantian sendi. ‘’Faktor resiko seperti berat badan berlebihan dan asam urat tidak bisa hilang begitu saja. Jadi agar tidak cepat berulang menjaga pola makan dan menjaga kesehatan tetap menjadi yang utama,’’ tuturnya. (kmb24)

Minggu Pon, 30 Mei 2010

Lima Aspek Keintiman dalam Perkawinan TIDAK jarang kehidupan perkawinan jatuh dalam rutinitas sehingga pasutri merasa jenuh dan ‘’kering’’ kendati tak ada masalah yang berarti. Hubungan menjadi hambar, tidak seperti pada masa-masa awal perkawinan yang penuh kemesraan dan kehangatan. Gejala semacam ini menandakan perlunya membangun kembali keintiman. Keintiman (intimacy) adalah kebutuhan dasariah dan naluriah setiap insan yang hanya bisa dipenuhi melalui hubungan. Perkawinan dirancang agar di dalamnya pria dan wanita bisa saling memberikan keintiman secara sempurna. Oleh sebab itu, perlu secara terus-menerus pasutri merawat dan menjaga agar keintiman semakin kuat. Hubungan akan bertumbuh jika didasari dengan keintiman yang terus terjaga. Berikut 5 aspek keintiman menurut Gary Campman dalam artikelnya The 5 sides of Intimacy (2005): Keintiman Intelektual Ini bukan berarti diskusi ‘’tingkat tinggi’’ yang melibatkan ide-ide canggih dan ilmiah. Suami-istri bisa saling memenuhi kebutuhan keintiman intelektualnya dengan membangun kebiasaan ‘’mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan’’ secara terbuka, khususnya yang terkait dengan hubungannya. Misalnya, ‘’Bagaimana kalau malam ini kita makan ikan bakar di pinggir pantai?’’ atau ‘’Menurutku, kamar kita perlu ditata ulang’’, dsb. Intinya kita mendiskusikan pikiranpikiran kita sendiri, bukan persoalan di luar sana. Keintiman Sosial Dalam perkawinan, kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan melakukan aktivitas berdua (bersama). Tak jarang suami dan istri memiliki kesibukannya masing-masing sehingga tak punya wak-

tu untuk melakukan kegiatan bersama. Istri aktif kegiatan gereja dan sosial sementara suami sibuk berbisnis atau mengejar karier, misalnya. Apa pun sibuknya, sebaiknya suami-istri bisa mengalokasikan waktu untuk melakukan aktivitas bersama. Misalnya, jalan pagi berdua, beribadat bersama, atau yang lebih berbobot punya agenda sosial yang dilakukan bersama seperti mengunjungi orang sakit, kerabat, panti asuhan,dll. Keintiman Emosional Perasaan adalah reaksi spontan yang muncul ketika panca indera kita berhadapan dengan sesuatu atau seseorang. Keterbukaan dan kesediaan untuk menerima reaksi emosional baik verbal maupun nonverbal sangat penting dalam membangun keintiman emosional. Misalnya, istri yang takut dengan kecoa, tiba-tiba menjerit dan memegang erat tangan suami. Suami pun meresponsnya secara positif, bukan meledek atau menertawakan. Ada dua macam perasaan (positif dan negatif) yang perlu saling dibagikan: ada ketakutan, kesedihan, kemarahan, ada juga perasaan senang, bahagia, bangga. Kuncinya, belajar mengungkapkan apapun perasaan secara verbal dan nonverbal. Keintiman Fisik Selama hidup kita masih menggunakan badan wadag, maka fisik kita pun menjadi sarana mewujudkan keinti-

BPM/ist

KEINTIMAN - Perasaan adalah reaksi spontan yang muncul ketika panca indera kita berhadapan dengan sesuatu atau seseorang. Keterbukaan dan kesediaan untuk menerima reaksi emosional baik verbal maupun nonverbal sangat penting dalam membangun keintiman emosional. man. Segala bentuk sentuhan fisik: belaian, usapan, pelukan, dll. sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, hubungan seksual juga harus dipahami sebagai sarana membangun keintiman. Perlu pemahaman bahwa pria dan wanita secara fisik dan psikis berbeda, dalam hubungan seksual pria lebih mementingkan kepuasan secara fisik sedangkan wanita akan lebih membutuhkan kehangatan, perasaan disayangi dan diperhatikan. Hubungan sek-

sual membutuhkan saling pengertian dan dorongan untuk saling membahagiakan agar tercapai keintiman yang mendalam, bukan sekadar hasrat untuk memuaskan dorongan ego. Keintiman Spiritual Berdoa bersama, mengungkapkan kehidupan bathin masing-masing akan menumbuhkan keintiman spiritual. Tak harus ada kesamaan dan kesepakatan dalam hal spiritualitas dan

religiositas, masing-masing harus bisa saling menghormati. Pada dasarnya setiap insan memiliki pola dan kedalaman spiritualitas yang unik dan berbeda-beda. Benteng terakhir dalam hubungan adalah keintiman spiritualitas, ketika fisik sudah rapuh dan ringkih, pikiran sudah pikun dan ngacau, emosi tak stabil, apalagi kalau bukan spiritualitas yang akan tetap mampu menyatukan kita? zPaul Subiyanto

Rinitis Alergi ( Penyakit Pilek Alergi ) RINITIS alergi seringkali tidak disadari dan dianggap remeh oleh penderita, sehingga penyakit ini seringkali menjadi fenomena gunung es. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, penyakit ini bisa dianggap serius, lantaran penyakit ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas hidup seseorang serta sosio-ekonomi bagi masyarakat. Tidak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu, namun biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak diatasi dan menjadi kronis. Selain itu, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi ke organ vital lain yakni intrakranial (perdarahan di dalam tulang tengkorak) dan orbita (rongga mata). Sebelumnya kita harus memahami pengertian rinitis alergi. Rinitis alergi adalah gangguan kepekaan atau reaksi sensitivitas dari tubuh terhadap benda-benda tertentu (alergen). Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, keluar ingus encer (rinore), rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat. Menurut sifat berlangsungnya rinitis alergi dibedakan menjadi dua yaitu rinitis alergi musiman (hay fever, seasonal, polinosis) dan rinitis alergi sepanjang tahun (parennial). Rinitis alergi musiman hanya ada di negara yang menpunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik seperti tepung sari (pollen) dan spora jamur. Rinitis alergi sepanjang tahun dengan gejala penyakit timbul intermiten atau terus menerus tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering adalah alergen yang melalui pernafasan (inhalan) terutama pada orang dewasa dan alergen melalui saluran pencernaan (ingestan). Alergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah (indoor) misalnya kutu debu rumah, debu perabot, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat dan alergen di luar rumah (outdoor). Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomen-

Oleh dr. G. A. Ariastuti dasi WHO Initiative ARIA ((Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma), yaitu: rinitis alergi intermitten (kadang-kadang) dengan gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu dan rinitis alergi persisten bila gejala lebih 4 hari per minggu dan lebih dari 4 minggu. Gejala Klinik Rinitis Alergi: Bersin patologis yaitu bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila kontak dengan sejumalh besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses menbersihkan sendiri (self cleaning process). Namun jika serangannya berulang dan lebih dari lima kali adalah bersin patologis yang merupakan gejala khas rhinitis alergi. -Keluar ingus yang encer dan banyak (rinore) -Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anakanak. -Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi). -Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung (Allergic shiner). -Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosokgosok hidungnya akibat rasa gatal. -Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung. Pada pemeriksaan rongga hidung (rinoskopi anterior) biasanya didapatkan mukosa tampak odem, basah berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak. Penatalaksanaan Rinitis Alergi -Hindari kontak & eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance). Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan). -Simptomatik. Terapi medikamentosa (obat) yaitu

antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid. -Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat. -Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang ge-

jalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan. Seiring perkembangan zaman, angka kejadian yang biasa disebut masyarakat penyakit pilek alergi semakin meningkat setiap tahunnya dari angka yang sudah diketahui. Karena kebanyakan masyarakat menganggapnya suatu hal biasa, tidak diperhatikan, diabaikan dan baru berkunjung ke dokter setelah penyakitnya parah. Orang-orang baru berobat ke dokter jika sudah dianggap parah, padahal

BPM/ist

RINITIS - Rinitis alergi seringkali tidak disadari dan dianggap remeh oleh penderita, sehingga penyakit ini seringkali menjadi fenomena gunung es. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, penyakit ini bisa dianggap serius, lantaran penyakit ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas hidup seseorang serta sosio-ekonomi bagi masyarakat.

pengobatan itu lebih mudah dilakukan sejak dini daripada yang berkelanjutan. Jika sudah parah, pengobatan akan lebih sulit dilakukan lantaran penggunaan obat hanya menghilangkan gejala, sedangkan penyembuhannya tergantung peran serta penderita dalam menghindari kontak dengan allergen. Untuk itu terdapat lima langkah meningkatkan kualitas hidup penderita rinitis alergi, yakni pertama pahami kondisi tubuh anda dimana kondisi tubuh menurun menyebabkan gejala rinitis akan muncul, kedua hindari faktor penyebab dan pencetus timbulnya gejala, ketiga mencegah komplikasi yang bisa timbul dengan penanganan sedini mungkin, keempat ubah gaya hidup untuk meningkatkan kondisi badan serta kelima kenali obat alergi. Dengan mengikuti 5 langkah tersebut secara langsung penderita ikut menyembuhkan dirinya sendiri. Jika bisa berlangsung secara terus-menerus maka dipastikan 5-10 tahun Rinitis Alergi tidak kambuh lagi. Untuk itu mengubah pola hidup sehat bisa mengurangi angka penderita. Tindakan pencegahan pun perlu dilakukan agar tak merangsang kambuhnya rinitis alergi. 1. Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi. 2. Jangan biarkan hewan berbulu masuk kedalam rumah, jika alergi terhadap bulu hewan. 3. Bersihkan debu dengan menyedot dan lap basah, minimal 2-3 kali dalam satu minggu, jangan menggunakan sapu yang dapat menyebarkan debu. 4. Gunakan pembersih udara elektris (AC) untuk membuang debu rumah, jamur dan pollen dari udara. Cuci dan ganti filter secara berkala. 5. Tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci sesering mungkin. 6. Jangan mengunakan bahan atau perabot yang dapat menampung debu didalam debu kamar. 7. Untuk menghindari kontak dengar allergen, gunakan sarung tangan dan masker ketika sedang bersih-bersih di dalam maupun di luar rumah. 8. Larang rokok dan pengunaan produk yang beraroma di rumah.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.