KABUPATEN
Selasa Pon, 5 Januari 2010
5
Ditebas Perampok, Ibu-Anak Sekarat Semarapura (Bali Post) Pelaku kekerasan secara sadis menyasar keluarga yang belakangan muncul di beberapa daerah di Bali, saat ini mulai menyasar wilayah hukum Polres Klungkung. Rumah di Jalan Ngurah Rai Gang Seroja No. 8 Klungkung menjadi sasaran pertama pelaku sadisme, Senin (4/1) dini hari. Akibatnya, ibu-anak penghuni rumah tersebut sekarat dibantai pelaku menggunakan senjata tajam.
Bali Post/013
MINTA MAAF - IGM Tusan (kanan) tampak dengan wajah muram bersalaman dengan Bupati Karangasem I Wayan Geredeg. Geredeg akhirnya meminta maaf terkait bukunya yang diprotes Tusan.
Dituding Berbohong
Bupati Geredeg Minta Maaf, Janji Tarik ’’GBYMP’’ Amlapura (Bali Post) Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg, akhirnya meminta maaf kepada IGM Tusan di ruang kerja Bupati, Senin (4/1) kemarin. Dia juga berjanji menarik dan merevisi bagian isi buku yang menuai protes pengusaha IGM Tusan itu, dan berjanji tak bakal mengulangi perbuatannya lagi. Tusan protes dan langsung mendatangi Geredeg ke ruang kerjanya. Di depan Geredeg, dia menyatakan memaafkan Geredeg, asalkan perbuatan yang dinilai merugikan dirinya tak diulangi lagi. Buku berjudul ‘’Geredeg Bupati yang Membuat Perubahan’’ (GBYMP) pada halaman 69-79 isinya membuat pengusaha IGM Tusan merasa terkejut dan tertampar. Tokoh masyarakat Subagan itu akhirnya protes atas isi buku yang sebagian tak benar dan dituding Geredeg bohong. Di antaranya menyangkut pengerjaan proyek jalan lingkar Amed-Seraya-Ujung. Salah satu isinya yang memantik kontroversi disebutkan, leher baju kontraktor I Gusti Made Tusan pernah ditarik di depan rapat oleh I Wayan Geredeg, terkait masalah pembayaran proyek tahun 1987 di Dinas PU Karangasem. Di pihak lain, I Wayan Geredeg mengatakan meski sempat disodori isi buku itu sebelum dicetak tetapi baru dibacanya sedikit. Dia mengakui pihaknya salah, karena tak membaca semua halaman buku itu. ‘’Saya berjanji tak mengulangi hal itu lagi. Kalau kesalahan seperti itu berulangulang,’’ katanya. Geredeg mengakui tak pernah ada fakta terjadi bahwa dirinya menarik kerah baju Gusti Tusan. ‘’Saya minta maaf atas kesalahan itu,’’ katanya. Sementara itu, Tusan mengaku terkejut saat membaca buku itu. Sejak buku itu diluncurkan Geredeg di taman depan kantor bupati saat simakrama dengan pejabat Pemkab Karangasem, Rabu (30/1), Tusan terus ditelepon rekannya. Apa benar isi buku GBYMP itu. Tusan yang kontraktor di Karangasem mengatakan dia mengakui ikut mengerjakan jalan lingkar Karangasem Timur tahun 1987. Proyek jalan provinsi itu dikerjakan bertiga, dirinya sendiri (Tusan), Made Mustikasari, dan Geredeg. Saat itu, kata Tusan, Geredeg belum memiliki izin proyek besar, sehingga harus ngesub dari kontraktor lainnya yang sudah memiliki izin. Proyek jalan masing-masing dikerjakan 15 km bukan 22 km seperti disebutkan dalam bukunya Geredeg. Dipanggil PU Tusan menyampaikan proyek jalan lingkar 15 km dari Seraya ke perbatasan dengan Desa Bunutan dikerjakannya sendiri, sementara dari perbatasan Bunutan ke Amed dikerjakan Mustikasari. Menjelang habis batas waktu pengerjaan, masih ada sekitar 4 km pekerjaan milik Mustikasari belum tuntas, padahal menjelang diresmikan menteri. Diakui Tusan, Kadis PU saat itu memanggil dirinya dan Wayan Geredeg ke kantor PU, dalam rapat itu, keduanya diminta membantu pekerjaan Mustikasari agar jalan itu cepat kelar karena segera bakal diresmikan. Dalam buku Wayan Geredeg disebutkan Tusan dituding membuat move, sehingga proyek itu belum kelar meski menjelang habis batas waktunya. Selain itu, saat menjelang proses pembayaran termin di Dinas PU, dalam buku itu kembali disebutkan Tusan melakukan move. Benar saat itu, Kadis PU Gede Suandra mengajak mereka bertiga rapat membahas agar proyek itu cepat tuntas dan berjalan baik. ‘’Saat itu tak ada Geredeg menarik leher baju saya, kalau ada tentu saya melawan. Sejumlah tudingan Geredeg dalam bukunya kepada saya dan mengarah kepada pencemaran nama baik saya,’’ tegasnya. Tusan mengaku belum berpikir apakah dirinya bakal melakukan somasi atau langsung menempuh jalur hukum terkait tudingan tak benar yang ditujukan kepadanya. ‘’Biarkan masyarakat yang menilai, mana yang benar dan siapa yang berbohong,’’ katanya. (013)
Cabuli ABG, Buruh Proyek Diamankan Negara (Bali Post) Buruh proyek asal Dewasana, Kelurahan Pendem, Negara diringkus jajaran Buser Polres Jembrana Minggu (3/1) lalu, karena mencabuli ABG saat pergantian tahun Jumat (1/1) lalu. Tersangka, Gede Adn (26) alias Gde Gablor, mengaku baru mengenal korban dan pacaran tiga hari sebelum menyetubuhi korban, NKS (14), dari Pancardawa, Pendem. Korban baru mengenal tersangka saat makan bakso bersama temannya. Korban berkenalan dan diajak jalanjalan di jalan U, kompleks perkantoran Pemkab Jembrana, Senin (28/12) lalu. Tersangka mengaku saat itu berpacaran di pinggir jalan U yang sepi dan sering dimanfaatkan untuk pacaran anak muda itu. Usai mengutarakan kata cinta, pelaku melancarkan aksinya dengan memegang dan mencium hingga melorotkan celana korban. Namun aksi itu gagal lantaran ada kendaraan yang melintas. Tersangka yang sudah pernah menikah dan dikaruniai seorang anak ini kemudian kembali berupaya menggagahi saat malam pergantian tahun. Sekitar pukul 03.00 dini hari korban diajak ke rumah kosong di Pendem. Di teras rumah yang dalam keadaan kosong itu, korban disetubuhi sebanyak dua kali oleh pelaku. Usai melampiaskan nafsunya, korban bukannya diantar ke rumah, namun ke rumah neneknya di Berawan Salak, Melaya. Orang tua korban yang merasa curiga kemudian menanyakan ke korban. Mengetahui cerita korban yang telah putus sekolah sejak SD itu, mereka kemudian melaporkan ke Polres Jembrana, Sabtu (2/1) lalu. Kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Ketut Suparta seizin Kapolres Jembrana AKBP R. Ahmad Nurwakhid yang dimintai konfirmasi Senin (4/1) kemarin, membenarkan kasus pencabulan tersebut. Tersangka kini meringkuk di sel tahanan Polres Jembrana dan dijerat pasal 82 UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (sur)
Korban kekerasan itu Gusti Ayu Murni Maherdi (45), guru SMAN 2 Semarapura, dan putra keduanya Dewa Gede Wirateja (17) yang masih berstatus pelajar SMA. Sepeninggal suaminya, Gusti Maherdi memang tinggal berdua di rumahnya dengan korban Wirateja. Sedangkan anak pertamanya tinggal di Denpasar. Ironisnya, kekerasan terjadi pada sebuah rumah yang berada di kawasan permukiman yang padat. Belum diketahui kronologi pasti dari kejadian tersebut. Kejadiannya diperkirakan pukul 03.00 wita. Saat itu, kedua korban tengah tertidur pulas di kamar masing-masing. Termasuk warga sekitar. Tahu-tahu, terdengar suara teriakan minta tolong dan maling-maling dari rumah korban. Tetangga korban Wayan Lunga yang juga seorang guru SMA bergegas menuju rumah korban. Alangkah terkejutnya, begitu sampai di rumah korban, Lunga melihat korban Wirateja terkapar bersimbah darah dengan luka parah di bagian dada serta luka robek dan patah tulang tangan kiri. Tak hanya itu, Lunga juga melihat korban Gusti Maherdi bersimbah darah di bagian wajah dan kepala yang diduga akibat tebasan senjata tajam. Sayangnya, Lunga tak melihat siapa pelakunya. Melihat peristiwa tragis tersebut, Lunga memberi tahu warga sekitar. Bersama warga, Lunga mengevakuasi korban menggunakan mobil pick up dan membawanya ke Rumah Sakit Bintang yang berjarak beberapa meter dari lokasi. Karena lukanya parah, kedua korban dirujuk ke RS Sanglah. Lunga yang menjadi pelapor atas peristiwa tersebut bersama Ni Nengah Muliadi (37) menuturkan kepada polisi, sebelum dilarikan ke rumah sakit, korban Gusti Maherdi sempat menceritakan bahwa pelaku masuk lewat jendela rumahnya. Saat dipergoki, pelaku kalap dan mengancam korban. Korban pun sebenarnya sudah memasrahkan pelaku untuk mengambil barang-barang miliknya. Namun korban Gusti Maherdi juga berteriak meminta anaknya (korban Wirateja-red) untuk lari keluar dari kamarnya. Saat itulah, pelaku makin kalap. Melihat korban Wirateja hendak membuka pintu, pelaku langsung menebaskan senjata tajam ke dada dan tangan korban. Pelaku juga membabi buta menebaskan senjata tajam yang dibawa ke pipi kiri korban Maherdi dan kepala bagian belakang. Berteriak Kesakitan ‘’Saya terbangun dan mendapatkan wajah saya sudah ditebas. Saya berteriak kesakitan sampai akhirnya membangunkan anak saya yang tidur di kamar sebelah,’’ ujar Ayu saat
ditemui di IRD Bedah RS Sanglah Senin kemarin. Anaknya, Dewa Gede Wirateja, terbangun karena mendengar jeritan ibunya. ‘’Ia langsung menuju kamar saya untuk memeriksa kondisi saya. Anak saya masuk dan bertanya ada apa bu? Saya kaget karena ia terbangun dan langsung menyuruhnya pergi melarikan diri,’’ tutur Ayu. Wirateja berusaha melarikan diri ke luar namun sayang sebelum mencapai pintu ia sudah ditebas lebih dulu oleh salah satu pelaku bercadar di bagian dada hingga tidak sadarkan diri. Setelah menebas Gede, pelaku kembali menebas Ayu di bagian kepala belakang kemudian melarikan diri. Ayu yang saat itu masih sadar segera berteriak keluar meminta tolong. Ayu mengaku ia tidak tahu dari mana dua orang bercadar tersebut masuk ke dalam rumah dan juga tidak tahu barang apa saja yang sudah diambil dua orang pelaku tersebut. Mengenai kondisi pasien, menurut Kepala IRD RS Sanglah dr. Kuning Atmadjaya, Sp.B., untuk pasien Gede mengalami luka tebas di bagian dada hingga melukai otot dan tulangnya. Tetapi tidak sampai mengenai organ dalam yang vital. ‘’Namun ada beberapa pembuluh darah yang kena sehingga pasien mengalami pendarahan,’’ ujar Kuning. Kondisi Gede sendiri, menurut Kuning, saat ini stabil dan diperkirakan membutuhkan perawatan sekitar seminggu untuk bisa sembuh. Sementara itu untuk luka yang dialami Ayu, menurut Kuning, tidak sampai dalam dan hanya merobek kulit. ‘’Tetapi pasien memerlukan operasi minor dan beberapa jahitan,’’ ujarnya. Hingga kemarin, Gede masih berada di ruang observasi OKA IRD RS Sanglah dan Ayu Murni masih dirawat di IRD Bedah RS Sanglah. Anjing Pelacak Sementara itu, hingga berita ini diturunkan polisi masih melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Polisi juga menggunakan anjing pelacak untuk melacak si pelaku. ‘’Sayang, anjingnya kehilangan jejak saat berada di simpang empat beberapa meter dari rumah korban,’’ tandas Kapolres Klungkung AKBP Moch. Yudi Hartanto. Kapolres menyebutkan selain menunggu keterangan dari kedua korban, polisi sangat minim saksi. Termasuk bukti-bukti kejadian di TKP. ‘’Kami hanya menemukan bekas congkelan di jendela. Selebihnya belum ada petunjuk. Kami juga masih menunggu korban stabil untuk dimintai keterangan,’’ tandasnya seraya menyebutkan untuk menjaga keselamatan korban, polisi menugaskan sejumlah polisi wanitanya di rumah sakit. (kmb20/kmb24)
Sidang Kasus Tamblingan dan Sengketa Tanah
Dua Kelompok Massa Datangi PN Singaraja Singaraja (Bali Post) Ribuan warga adat dari dua daerah yang berbeda ramairamai mendatangi PN Singaraja, Senin (4/1) kemarin. Satu kelompok warga berasal dari Catur Desa (Munduk, Gobleg, Gesing, dan Umajero), sementara satu kelompok lagi adalah warga Desa Pakraman Subuk, Kecamatan Busungbiu. Datangnya dua kelompok warga yang jumlah totalnya diperkirakan lebih dari 1.000 itu menyebabkan suasana di areal pengadilan itu menjadi cukup gaduh. Pasalnya, warga yang berpakaian adat itu memenuhi hampir semua sudut halaman maupun ruang yang digunakan untuk sidang. Suasana sidang di dua ruang yang berbeda itu pun menjadi tegang karena warga beberapa kali berteriak dan bersorak-sorak. Pukul 09.30 wita, sekitar 800 warga dari Catur Desa (Munduk, Gobleg, Gesing, dan Umajero), Kecamatan Banjar, tiba di PN Singaraja dengan diangkut sekitar 105 kendaraan. Mereka datang untuk menyatakan dukungan terhadap dua warga Catur Desa yang dijadikan terdakwa dalam kasus perusakan rumah Nengah Punia di Tamblingan beberapa bulan lalu. Seperti diketahui, kasus perusakan rumah itu masih berkaitan dengan pemekaran Desa Pakraman Tamblingan yang hingga kini tak kunjung tuntas. Warga yang datang itu merupakan warga yang menolak terbentuknya Desa Pakraman Tamblingan yang berbuntut aksi perusakan terhadap rumah Nengah Punia yang memproklamirkan diri sebagai Klian Desa Pakraman Tamblingan. Dalam sidang perusakan rumah di Tamblingan itu, majelis hakim menghadirkan dua terdakwa yakni Putu Kariawan dan Gede Rama. Keduanya diduga menjadi pelaku utama atas perusakan rumah Klian Pakraman Tamblingan, Nengah Punia, 21 Juli 2009. Dalam sidang itu, Nengah Punia juga dihadirkan sebagai saksi korban. Suasana sidang pun tampak menegangkan. Warga yang memenuhi ruang sidang berkali-kali terdengar berteriak ketika JPU Made
Bali Post/kmb20
OLAH TKP - Sejumlah petugas melakukan olah TKP di rumah korban perampokan.
Fraksi Dwi Tunggal Ngotot Mobdin Baru Semarapura (Bali Post) Lama tak diketahui sikapnya, Fraksi Dwi Tunggal DPRD Klungkung akhirnya menetapkan pendirian berkaitan dengan pengadaan sembilan unit mobil dinas (mobdin) baru, termasuk lima unit untuk kendaraan dinas fraksi. Fraksi beranggotakan empat wakil rakyat itu memastikan diri terus menuntut pengadaan mobdin fraksi. Dengan alasan hak fraksi sebagaimana amanat Undang-undang (UU) 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Hal itu disampaikan anggota Fraksi Dwi Tunggal, Wayan Mastra, Senin (4/1) kemarin. Soal pengadaan mobdin fraksi, kata dia, bukanlah persoalan sikap, tetapi amanat UU. ‘’Kalaupun semua fraksi di DPRD Klungkung menolak, kami (Fraksi Dwi Tunggal-red) tetap meminta. Karena itu hak,’’ tandas Mastra seraya meminta fraksi yang menyatakan menolak mobdin mesti konsisten tidak menerima mobil fraksi ketika mobdin tersebut benar-benar diadakan. Termasuk saat ini, Sekretariat DPRD harus menyewa lima unit mobil jenis Kijang Innova untuk fraksi. ‘’Buktinya, fraksi yang menolak seperti Rajawali dan Golkar, sekarang memanfaatkan mobil sewaan itu,’’ tandasnya. Kata dia, tidak perlu munafik berkaitan dengan pengadaan mobdin fraksi. ‘’Selain untuk memperlancar kinerja fraksi, mobdin itu kan bisa juga dimanfaatkan/dipinjam oleh masyarakat,’’ tambahnya. Sampai saat ini, Mastra mengaku belum yakin kalau anggaran Pemkab Klungkung cekak. Kendati dia mendengar hampir se-
luruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Klungkung menurun drastis alokasi anggarannya. ‘’Buktinya anggaran Klungkung cekak dimana? Sejak dulu kan pemerintah menganut sistem defisit anggaran,’’ katanya. Sementara itu, Sekwan Ketut Suayadnya menyatakan tetap mengusulkan pengadaan sembilan unit mobdin termasuk lima unit untuk fraksi tersebut dengan nilai total Rp 2,6 miliar. Sampai saat ini, dia belum menerima surat resmi dari fraksi yang menolak mobdin. Usulan tersebut malah sudah masuk ke Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset untuk kemudian dibahas melalui rapat paripurna mulai 11 Januari 2009. Berkaitan dengan biaya sewa lima mobil untuk mobdin fraksi, Suayadnya menyebutkan mobil disewa selama satu bulan dengan biaya Rp 32,5 juta. Sementara itu, ribut-ribut soal mobdin untuk fraksi, komisi dan Badan Kehormatan dewan, memunculkan praduga negatif sejumlah anggota DPRD terhadap eksekutif. Mereka terkesan melimpahkan kekesalan kepada eksekutif dan menduga eksekutiflah yang sengaja mengembuskan wacana soal pembelian mobdin tersebut untuk menjatuhkan citra DPRD di mata masyarakat. ‘’Untuk pengadaan mobdin itu kan usulan panitia anggaran eksekutif. Termasuk menyetujui anggaran pada APBD perubahan 2009 untuk sewa mobil fraksi juga inisiatif eksekutif,’’ ujar Ketua Fraksi Hanura, Komang Ludra, seraya menyebutkan hal itu baru sebatas dugaannya. (kmb20)
Kasus Pembuangan Orok Bali Post/kmb15
DATANGI PN - Warga Catur Desa (Munduk, Gobleg, Umajero, Gesing) mendatangi PN Singaraja untuk menyaksikan sidang kasus perusakan rumah yang berkaitan dengan pemekarana desa pakraman di Tamblingan. Kartawijaya membacakan dakwaan. Sehingga Ketua Majelis Hakim Made Sujana sempat meminta warga untuk diam dan tertib. Dalam dakwaannya JPU Kartawijaya mendakwa terdakwa dengan pasal 406 ayat 1 jo pasal 412 KUHP. Subuk Sementara itu, warga Desa Pakraman Subuk tiba di PN Singaraja sekitar pukul 10.00 wita dengan diangkut dua truk besar. Warga Desa Pakraman Subuk ini ingin menyaksikan sidang perdana sengketa tanah antara Desa Pakraman Subuk dengan seorang warga Subuk. Klian Desa Pakraman Subuk, Mangku Wage Adnyana, bersama Perbekel Subuk, Wayan Arnika, mengatakan kedatangan warga Desa Pakraman Subuk ke PN Singaraja untuk menyaksikan sidang perdana kasus penyerobotan tanah milik Desa Pakraman Subuk yang dilakukan terdakwa Nyoman Sena alias Gelgel. Menurut Wage, sengketa tanah antara Desa Pakraman Subuk dengan seorang warganya yang bernama Nyoman Sena alias Gelgel. Sengketa ini berawal ketika Desa Pakraman Subuk membeli tanah dari Nyoman Badra sekitar tahun 1977. Tanah itu kemudian digunakan sebagai mes guru, puskesmas, dan tempat rapat. Sekitar tahun 2004, tiba-tiba datang Nyoman Sena yang mengakui sebagai ahli waris dari tanah yang sudah
dibeli oleh Desa Pakraman Subuk tersebut. Nyoman Sena adalah warga Desa Pakraman Subuk yang sebelumnya sempat merantau ke Sumatera. Setelah adanya pengakuan tersebut, maka pihak Desa Pakraman Subuk dan Nyoman Sena mengadakan kesepakatan, di mana tanah yang dibanguni mes guru diserahkan kembali kepada Nyoman Sena, sedangkan tanah yang dibanguni puskesmas dan tempat rapat tetap dikuasai desa pakraman yang nantinya akan digunakan sebagai pelaba pura. Agar tidak terjadi sengketa kembali, Desa Pakraman Subuk pun membuat sertifikat atas tanah yang sudah dibeli tersebut. Namun pada Maret 2009 lalu, Sena tiba-tiba memagari tanah yang sudah dimiliki desa pakraman tersebut dan memasang pelang pengumuman yang menyatakan bahwa tanah itu milik Sena. Atas tindakan Sena tersebut, Desa Pakraman Subuk kemudian melapor ke Polres Buleleng. Kasusnya kemudian berlanjut ke PN Singaraja, di mana Sena ditetapkan sebagai tersangka. Untuk itulah, sekitar seratus warga Desa Pakraman Subuk datang beramairamai ke PN Singaraja untuk melihat sidang pertama kemarin. Dalam sidang kemarin, JPU Semu, S.H. mendakwa Sena dengan pasal 335 ayat 1 dan pasal 167 ayat 1. ‘’Terdakwa didakwa dalam perkara penyerobotan tanah,’’ kata Semu usai sidang. (kmb15)
Polisi Segera Panggil Bidan, Dokter, dan Petugas Apotek Tabanan (Bali Post) Kasus pembuangan orok hasil hubungan gelap yang dilakukan pasangan mudamudi, Putu Andi Udayana (20) dan Kadek Mega Puspitasari (20), terus didalami petugas Polres Tabanan. Reskrim telah melayangkan surat pemanggilan terhadap bidan, perawat, dokter yang menolong kedua tersangka serta petugas apoteker yang menjual obat cytotex tanpa resep dokter. Kasat Reskrim Polres Tabanan AKP Leo Martin Pasaribu saat mendampingi Pj Pahumas AKP I Wayan Lungsur, Senin (4/ 1) kemarin, mengatakan sudah melayangkan surat pemanggilan. Namun belum diketahui kapan akan datang untuk memberikan keterangan. Dijelaskan, keterangan itu sangat diperlukan guna melangkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kasus menghebohkan ini. Terkait apotek yang menjual obat penggugur kandungan tanpa resep dokter, Leo mengatakan kalau hal itu bukan wewenangnya, tetapi wewenang
Poltabes karena berada di wilayah Nusa Dua. Dikatakan Leo, pihaknya telah memeriksa kedua tersangka Andi dan Mega. Andi dijerat dengan pasal 348 KUHP dengan ancaman 5,5 tahun penjara sehingga ditahan. Sementara Mega dijerat dengan pasal 346 KUHP dengan ancaman 4 tahun penjara. Andi langsung menghuni sel tahanan Polres Tabanan, sementara Mega hanya dikenakan wajib lapor. Kedua sejoli yang dimabuk asmara ini melakukan aborsi dan membuang janin hasil hubungan gelap mereka di Pantai Yeh Gangga, Sudimara, Tabanan Sabtu lalu. Pasangan yang mengaku belum siap menikah ini mengaku tidak menyangka jika menggugurkan kandungan akan tersangkut kasus hukum dan tindakan kriminal. Mereka menyangka menggugurkan dan membuang orok adalah hal yang biasa dan tidak menyangka akan masuk sel tahanan. (kmb14)
Tabrak Pohon, Pande Tewas Mengenaskan Tabanan (Bali Post) Gara-gara berkendara dengan sembrono, Pande Edi Rendana (20) tewas mengenaskan Senin (4/1) dini hari kemarin. Ia menabrak pohon flamboyan di pinggir jalan jurusan Samsam - Batuaji Kerambitan, yang mengakibatkan pemuda ini mengalami luka cukup serius dan tewas di tempat kejadian perkara (TKP). Kejadian naas itu terjadi pukul 02.30 wita dini hari kemarin. Awalnya, Edi yang mengendarai Honda
Grand DK 3590 DL asal Banjar Kesiut Kangin Desa Kesiut, Kerambitan meluncur dari arah selatan atau jurusan Samsam menuju Batuaji. Setibanya di TKP, Edi yang berkendara tanpa helm dan tanpa SIM diduga tak mampu menguasai laju kendaraannya. Entah karena mengantuk atau situasi jalan yang gelap, motor yang dikendarainya oleng ke kiri dan menabrak pohon flamboyan yang ada di bahu sebelah barat jalan. Tabrakan tersebut membuat korban terpental dan sempat
bergulingan. Korban mengalami sejumlah luka, seperti luka robek pada bibir bawah, luka pada lengan kiri, serta pecah pada kepala bagian belakang. Kasat Lantas Polres Tabanan AKP IGM Punia didampingi Kanit Laka Ipda Nyoman Rauh Senin (4/1) kemarin mengatakan setibanya di TKP, diduga tak mampu menguasai laju kendaraannya, terlebih situasi jalan yang gelap. Kecelakaan tunggal itu telah merenggut nyawanya. (kmb14)