HIBURAN
18 Agnes Monica
Hibur Sekretaris PRNYANYI Agnes Monica tampil lagi di Malaysia dalam konser solonya menghibur para sekretaris Malaysia selama dua hari, 28-29 April 2010 di Matrade, Kuala Lumpur. ‘’Halo Malaysia apa kabar,’’ teriak Agnes begitu muncul di panggung yang langsung disambut tepukan gemuruh dan histeris para sekretaris dari berbagai perusahaan swasta dan instansi pemerintah Malaysia, Kamis lalu. Sebagian para BPM/pik BAgnes Monica penonton maju ke depan panggung untuk mengambil foto Agnes, tak mau kalah dengan para wartawan. Ini merupakan penampilan Agnes Monica setelah lagunya “Allah Peduli” dilarang pertama kali di negara bagian Selangor, kemudian diikuti beberapa negara bagian lainnya di Malaysia. Di Malaysia, nonmuslim dilarang menggunakan Allah sebagai pengganti Tuhan. Penampilan Agnes kali ini juga agak tanggung karena menggunakan celana pendek tetapi di dalamnya menggunakan bodysweat hitam yang menutupi semua badannya kecuali muka. Gaya panggungnya biasanya mengikuti Britney Spears namun tampil di hadapan para sekretaris Malaysia yang mayoritas gunakan jilbab, Agnes tampil dengan gaya kalem dan tak macam-macam. Beberapa lagu hits yang dibawakan Agnes di antaranya “Matahariku”, “Tanpa Kekasihku”, “Tak Ada Logika” dan “Cinta Di Ujung Jalan” memukau para sekretaris Malaysia. Agnes juga pernah tampil dalam konser tunggal di stadion negara Kuala Lumpur, 23 Juni 2007. (ant)
Didi Petet Duta KA KEHADIRAN Didi Petet di selasela peluncuran KA Malabar rute Bandung - Malang, Jumat lalu, sempat mengagetkan pengunjung. Pasalnya, pria tambun berambut kriting itu mengenakan seragam Departeman Perhubungan lengkap dengan atributnya. Pada dada kanan pria berkecamata ‘’imut’’ bulat-bulat itu terpampang BPM/pik nama “Didi WidiatDidi Petet moko”, sedangkan di bahunya tersandang tas dari kain ukuran sedang. ‘’Saya sudah sebulan ini menjadi Duta Kereta Api, ya... jadi berhak pakai seragam ini. Ada suasana khas dalam perjalanan dengan KA, dan saya menyukainya,’’ kata pria yang berperan sebagai Si Kabayan dalam film ‘’Si Kabayan Saba Kota’’ pada tahun 1990-an itu. Didi yang juga seorang dosen di sebuah perguruan tinggi seni di Jakarta itu mengaku sangat menikmati aktivitas barunya untuk mensosialisasikan angkutan kereta api kepada masyarakat. Menurut Didi, kereta api merupakan moda angkutan yang akan sangat dibutuhkan di masa mendatang, dan menjadi solusi bagi transportasi di Indonesia, khususnya mengatasi kepadatan jalan raya yang saat ini sudah mencapai titik yang cukup signifikan. ‘’Ayo dong naik KA, layanannya sudah sangat bagus dan memadai. Asyik lho naik KA, tak ada polusi, sambil piknik lihat pemandangan kiri-kanan. Pokoknya asyik,’’ kata Didi dengan intonasinya yang khas. Ketika ditanya pendapatnya tentang perkeretaapian di Indonesia, Didi menyatakan perlu dukungan semua pihak untuk mendukung angkutan kereta api. Meski potensinya besar, namun masyarakat perlu diingatkan bahwa angkutan KA sebenarnya efisien dan ekonomis dibandingkan berkendaraan untuk menempuh perjalanan jauh. ‘’PT KA memang melayani masyarakat, namun tidak boleh membiarkan perusahaan itu merugi dengan alasan pelayanan itu. Mereka tetap harus didorong untuk mendapat keuntungan karena sebagai perusahaan jelas harus untung,’’ kata Didi sebelum beranjak naik ke KA Wisata Toraja yang akan membawanya kembali ke Jakarta. (ant)
”The Almer”, Pangeran Tampan dari Kampung Arab Surabaya JANGAN dikira orangorang keturunan Arab Hadramaut di Indonesia hanya tahu dan memainkan musik khas padang pasir, seperti gambus, nasyid atau kasidah. Kita kenal sosok-sosok penting dan terkenal yang pantas diukir dalam sejarah musik di negara kita, seperti Ahmad Albar, Camelia Malik, Syeh Abidin (drummer band AKA dan SAS), Karim Suweleh (musik jazz), Dullah Suweleh dan seabreg nama lain. Dari kampung Arab, Surabaya, mencuat sebuah nama kelompok band beraliran modern rock yang mengibarkan bendera Hamin Dalid. Sejak tahun 2003 silam, Hamin Dalid tokoh komik top dari Arab sudah merilis debut album dan lagu-lagunya sempat singgah di kalangan remaja di kota-kota besar. Tahun 2006 silam, mendadak sontak band ini hijrah ke Ibu Kota dan banyak manggung di kafe-kafe terkenal di Jakarta. Namun, tahun 2010, Hamin Dalid sudah terkubur dan ganti kelamin menjadi “The Almer”. Ini sejak empat sekawan dari Surabaya ini dimanajeri oleh manajer baru dan pindah label. Arti ''almer'' adalah pangeran. ''Kami hanya mengganti nama dan genre musik dari modern rock ke pop rock. Basic musik kita ubah sedikit
Pameran lukis bertajuk “Sehati-hati” digelar oleh Komunitas Seni Rupa Lempuyang. Pembukaan acara pada Jumat (9/4) lalu. Pameran yang digelar di Griya Santrian Gallery, Jl. Danau Tamblingan 47 Denpasar ini akan berlangsung sampai 29 Mei 2010.
Pameran Lukisan Frans Nadjira Pameran lukisan bertajuk “Panggilan Warna dan Kata-kata” karya Frans Nadjira digelar sejak Kamis, 29 April sampai 9 Mei 2010 di Bentara Budaya Bali, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra No.88 A Denpasar. Pameran dibuka oleh Pande Wayan Suteja Neka, pendiri Neka Art Museum, Kamis (29/4) lalu.
Antologi 100 Puisi ”Ibu Se-Indoensia”
BPM/pik
EMPAT SEKAWAN - Tahun 2010 Hamin Dalid sudah terkubur dan ganti kelamin menjadi “The Almer”. Ini sejak empat sekawan dari Surabaya ini dimanajeri oleh manajer baru dan pindah label. termasuk aransemennya. Malah dalam rekaman nanti, kita akan masukkan unsur akustik dan mengusung orkestra,'' lontar Ziad, vokalis. Kala itu, The Almer usai menggebrak panggung Back Stage, Ancol, Jakarta Utara. Tiga personel lain adalah juga personel Hamin Dalid, yaitu Panca (bas), Uzair (drum) dan Arnaz (gitar). Malah, additional player yang bertugas di gitar juga sama orangnya. Ihwal perpindahan nama, Ziad mengemukakan alasannya Susah melafazkan bahasa Arab, Hamin Dalid. ''Orang suka salah memanggil kami dengan
Signals kini berani unjuk gigi di blantika musik Indonesia dan baru saja merilis album debutnya tahun 2010. Dibangun 25 juli 2008 dan mengusung genre pop rock, Signals berawakkan empat personel yaitu Erland Fardinov Syarif (gitar, adik Edwin dan Erwin), James Yanuar Hartanto (vokal), Adhitriya Septiana (drum) dan Dody Doyz Rusnandi (bas). Judul album perdana Signals “Paling Pantas” dan lagu
Hamid Dalid atau Hamid Dalim. Kalau mendengar nama itu, kami berempat sering tertawa sendiri. Akhirnya, setelah berembuk dengan produser baru, Andy Stevenio (pembuat film-film indie), kami pun sepakat mengubah nama menjadi The Almer,'' sergap Ziad. Dalam rekaman album barunya nanti, mereka memasukkan sepuluh lagu, termasuk tiga lagu daur ulang dari Hamin Dalid. Proses rekaman di Bogor, dan mereka mengunggulkan lagu “Kerajaan Hati”. Beberapa tembang lain yang pantas didengarkan adalah “Selamanya di Hati” dan
“Mimpi Buruk”. Sekarang, kami membuat strategi, kompromi dengan pasar, walau faktor idealisme tidak kami buang begitu saja. Musik kan universal, dan jenis musik yang mellow dan slow rock saat ini yang paling laku, pungkas Ziad. Benar, kita tengok AKA, grup cadas tangguh dari Surabaya yang selalu menggebrak beat-beat keras di panggung, tiba-tiba meleleh ketika merekam tembang manis ''Badai Bulan Desember'' dan God Bless yang berjaya berkat lagu-lagu slow seperti “Huma di Atas Bukit” dan “Panggung Sandiwara”. (pik)
Stanley Sagala Rekam Lagu Rohani MANTAN vokalis band Modulus, Stanley Michael Sagala, sudah lama berkubang dalam rekaman lagu-lagu rohani Kristiani. ''Tahun 2007, saya merilis album bertajuk 'Kesaksianku' dan tahun 2008, menyusul rekaman kompilasi bersama rekan-rekan satu gereja dan album ini merupakan proyek saya,'' lontar Stanley Sagala di sela-sela launching album rohani bertitel “Engkaulah Segalanya” dari Julia and Friends di Jakarta, barubaru ini. Dalam album keroyokan itu, Stanley kebagian membawakan dua lagu ciptaan Julia yaitu “Saat Yang Paling Indah” dan “Pencari Damai”. Penyanyi lain Eka Deli mendendangkan “Pengujung Dunia” dan “Detik Demi Detik Yang Berlalu”. Sedangkan yang lain adalah penyanyi gereja atau aktif dalam paduan suara gereja, seperti Nobel M.S, Jessie S, Eunique Shalom, Alberto P.M, Novan T dan Grup Acapella, Sarah N, Florentine W dan Yulia sendiri. Proses kreatif keikutsertaan dirinya di album rohani ini terjadi tatkala dia diundang dalam persekutuan doa pimpinan Yulia. Kala itu, Stanley didaulat jemaah menyanyikan sebuah lagu rohani. Usai menyanyikan
ini dipilih oleh personel Signals dengan pertimbangan bahwa album ini dirasa pantas untuk didengar dan dikoleksi oleh seluruh pendengar musik. Proses pembuatan album cukup panjang, sekitar dua tahun. ‘’Dan spesial di album ini, kami mengandalkan lagu ‘The One’ sebagai single pertama,’’ lontar Erland dalam bincangbincang dengan Bali Post di sebuah kafe di Jakarta Selatan.
BPM?pik
SIGNALS - Empat personel Band Signals.
Pameran ”Playing with The Ancestors” Pameran lukisan bertajuk “Playing with the ancestors” karya pelukis Kamto Widjaya Lindu Prasekti akan digelar tanggal 631 Mei 2010 di Ganesha Gallery, Four Seasons Resort Bali di Jimbaran, Badung. Dalam karya-karya lukisannya, Lindu dengan gaya bergurau berusaha memberikan kritik membangun terhadap segala bentuk criminal yang terjadi. Pameran akan dibuka, pukul 18.30 wita.
Pameran Lukis Sehati-hati
lagu tersebut, dia disamperin Yulia dan diajak ngobrol. Dan terjadilah deal-deal kontrak rohani, di mana Stanley bersama penyanyi lain akhirnya rekaman di sebuah studio. Penyanyi yang pemain sinetron dan film laga (action) ini mengaku bahwa musik rohani akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. ''Tren musik rohani yang kini berkembang dengan beragam warna musik, seperti punk, rap, new wave, dll. menjadikan lagu-lagu rohani dicari orang. Sedangkan album 'Engkaulah Segalanya' memilih genre pop sebagai identitas warna musiknya,'' ujar Stanley Sagala yang pernah berperan sebagai pria muslim dalam sinetron ''Bayangan Adinda'' bersama Alyssa Soebandono. Meski kini dia sibuk di studio miliknya sendiri, Stanley berharap medio Mei mendatang bisa melepas single bertajuk “Hanya Satu Kata” (lagu lama milik band Adegan) bersama Gilang Ramadhan dan Wisnu. ''Saya tak pernah keluar dari musik pop, walaupun di dalamnya ada unsur rock alternatif. Yang jelas, saya akan fight habishabisan dalam meraih RBT yang kini jadi era industri musik,'' pungkas Stanley Sagala yang juga merekam single lagu
Signals Diproduseri Ernest Cokelat BAND pendatang baru terus bermunculan. Ada yang mencuat lewat ajang lomba band indie atau diproduseri oleh personel dari band-band yang sudah lebih dulu eksis. Kini, salah seorang personel band Cokelat, Ernest, memproduseri sebuah band baru dengan bendera Signals. Band ini di bawah naungan Sound Entertainment, label baru yang dimiliki Ernest Cokelat, Edwin Cokelat dan Nirina Zubir (istri Ernest).
Minggu Kliwon, 2 Mei 2010
Lagu ‘’The One’’ berkisah ikhwal seorang pria yang akhirnya menyadari bahwa dia telah menyakiti perasaan pasangannya meski si wanita tidak pernah pergi dari sisinya dan tetap setia menanti cinta dari sang pria. Liriknya sederhana, lirih dan easy listening, walau dibalut dengan harmoni musik rock yang kental. ‘’Boleh dikata lagu ini sebuah lagu cinta yang dibawakan dengan nuansa energik,’ timpal Erland. Erwin ikut nimbrung, single ‘’The One’’ dianggap mewakili karakter Signals sebagai band pop rock yang ingin memberikan warna serta nuansa baru. Jadi, alasan mereka tidak muluk-muluk. Sederhana dan tepat sasaran. ‘’Saya yakin mereka dapat eksis dan lagu-lagunya bisa diterima oleh semua pendengar musik di Indonesia,’’ harap Erwin. Soal filosofi di balik nama Signals itu sendiri diibaratkan sebagai sesuatu yang penting dan dibutuhkan oleh semua orang bagaikan nyawa atau udara. ‘’Harapan kami, musik Signals akan ada dimana-mana dan dibutuhkan oleh semua pendengar musik,’’ pungkas Erland optimis seraya menambahkan, Signals siap manggung dan menyapa penggemarnya di kota-kota besar di Jawa dan Bali tahun ini. (pik)
ciptaannya ''Sampai Nanti''. Belakangan, Stanley memang jarang tampil di layar kaca maupun layar lebar (bioskop). ''Saya lebih konsentrasi ke pendirian studio rekaman, makanya saya jarang tampil.
Bukan berarti saya menolak job lho. Semua pekerjaan baik di musik maupun di ranah film dan televisi, saya jalani dengan niat baik. Buat saya, tidak ada pekerjaan sampingan,'' tandas Stanley Sagala. (pik)
Sebagai ruang apresiasi sastra khususnya puisi dan juga upaya membudayakan menulis dan membaca karya sastra, Sastra Welang Publisher mengundang pecinta sastra seIndonesia untuk mengirim karya puisi bertema “Ibu” yang akan dijadikan Antologi Puisi Bersama. Karya yang dikirim tidak mengandung unsur SARA, orisinal dan bukan saduran atau terjemahan. Karya puisi belum pernah dipublikasikan di media cetak manapun dan tidak sedang diikutkan dalam perlombaan tertentu. Batas pengiriman naskah 30 September 2010.
Minggu, 2 Mei 2010 05.52 05.54 05.56 06.00 06.05 06.35 07.05 07.35 08.05 09.00 09.30 10.00 10.30 11.30 12.00
12.30 13.00 13.15 13.30
Mars Indonesia Raya Mars Bali Jagadhita Lagu Ngastitiang Bali Puja Trisandya Dharma Wacana Kesadaran Dalam Karma Yoga Bag.1 Seputar Bali Pagi Sehat Bugar Klip Bali Anak Yoga Taman Sari DCC Denpasar Eps.2 Belajar Menggambar Menggambar Bunga & Kupukupu Boga Dewata Pelangi Kehidupan Dunia Otomotif Dharma Wacana Emplementasi Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu Pada Upacara Yadnya Bag.4 Mozaik Khatulistiwa Klip Bali Klinik Totok Perut Dialog Interaktif Akupresure
14.30 Renungan Gede Prama Keluarga Bahagia Bag.4 15.00 Happy Holy Kids 15.30 Nangun Yadnya Karya Pediksa Ida Bagus Oka & Ide Ayu Sasih 16.00 Harmoni Bali 17.00 Sekilas Berita 17.05 Olahraga 17.30 Dharma Wacana Nincapang Srada Bhakti Ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa Bag.1 18.00 Puja Trisandya 18.10 Seputar Bali 18.30 Klip Bali 19.00 Telekuis Klip Bali 19.30 Bisnis Bali 20.00 Melirik Perubahan Kota Denpasar 21.00 Lipsus KPU Badung 22.00 Sekilas Berita 22.05 Kris 22.35 Lila Cita 23.00 VOA Fearless Music 23.30 SMS Chatting