Bali Post - Minggu, 28 Juni 2009

Page 4

HIBURAN

18

Minggu Paing, 28 Juni 2009

Mengenang Drama Klasik HUT Ke-30, Teater Mini Badung Luncurkan Buku Denpasar (Bali Post) -

Perkembangan seni pertunjukan di Bali cukup menggembirakan. Banyak karya seni baru yang sajiannya sangat inovatif dan kontekstual terhadap perkembangan zaman.

BPM/ist

FILM - Adegan film “Transformers: Revenge of The Fallen”.

Film ”Transformers: Revenge of The Fallen”

Aksi Pembalasan Megatron Denpasar (Bali Post) -

Film bertajuk “Transformers: Revenge of The Fallen” kini sedang diputar di bioskop di Denpasar. Film kesinambungan dari “Transformers” yang dirilis pada 2007 ini masih dibintangi sebagian besar bintang lama yakni Shia LaBeouf, Megan Fox, Josh Duhamel, Tyrese Gibson, dan John Turturro. Di “Transformers: Revenge of The Fallen” ini, tokoh Sam Witwicky (Shia LaBeouf) mungkin tak mengira bakal terjebak dalam peperangan antara Autobots dan Decepticon. Namun ia tak bisa mengelak karena takdir membawanya menjadi sahabat para Autobots yang kehilangan planet mereka akibat keserakahan para Decepticon. Setelah kematian Megatron, Sam tak mengira bahwa peperangan masih akan berlanjut. Starscream (Charlie Adler) yang berhasil mencapai Cybertron kemudian mengambil alih tampuk kepemimpinan dan memutuskan untuk kembali ke bumi untuk menyelesaikan masalah yang belum tuntas. Tubuh Megatron (Hugo Weaving) yang semula dikira sudah mati ternyata dapat dibangkitkan lagi dan kini Autobots yang memutuskan tinggal di bumi menghadapi masalah baru. Megatron dan Starscream menginginkan para Autobots dan seluruh penghuni musnah dan mereka tak mainmain soal yang satu ini. Sepasukan Decepticon dikirim ke bumi untuk tugas penghancuran ini. Mampukah Autobots membela diri sekaligus

melindungi Sam dan seluruh penghuni bumi yang kini bergantung pada mereka? Sajian Visual Tak seperti pada bagian pertama — “Transformers” — yang dirilis tahun 2007, Hasbro sebagai pemilik nama Transformers memutuskan untuk lebih ikut campur dalam soal desain robot Transformers. Dana sebesar 200 juta dolar AS pun dikucurkan untuk memastikan bahwa film ini akan lebih bagus dari bagian pertamanya. Hasilnya, Michael Bay sanggup menggunakan pesawat F-16 dan tank sungguhan dalam proses syuting film ini. Tim lama pun kembali direkrut agar sekuel ini lebih bisa membawa roh dari film pertama. Steve Jablonsky tetap memegang posisi komposer, sementara Linkin Park juga ikut menyumbangkan satu lagu untuk film ini. Para pemeran lama pun tetap dipertahankan, mengingat film ini benar-benar adalah kelanjutan dari film pertama. Secara keseluruhan, sajian visual film ini memang memuaskan. Tak heran juga jika mengingat dana yang telah dikeluarkan untuk memproduksi film ini. Jumlah robot jelas jauh lebih banyak den-

gan tampilan yang benar-benar terlihat hidup. Itu semua jelas tak lepas dari campur tangan Scott Farrar, sang visual effects supervisor yang juga menggarap film pertamanya. Meski para robot itu adalah hasil permainan animasi komputer, namun di tangan Ben Seresin, hasil syuting dan animasi itu berhasil disatukan tanpa ada cacat yang terlihat. Fokus Michael Bay, sang sutradara, kali ini sepertinya membuat tontonan yang benar-benar memanjakan mata dan itu terlihat dari semakin banyaknya aksi laga yang di sisi lain juga mengurangi kuantitas pamer akting para pendukungnya. Secara umum, Shia LaBeouf dan Megan Fox cukup mampu membawakan peran mereka walaupun hasilnya tak akan membuahkan Piala Oscar buat mereka. Kebanyakan kritikus film pun membantai habis-habisan film ini karena dianggap tak sebanding dengan film pertamanya dulu. Namun terlepas dari semua kritik itu, pihak studio sepertinya masih optimis dapat mengeruk banyak keuntungan, terbukti dengan rencana sekuel yang sudah mereka umumkan bahkan sebelum pembuatan film ini selesai. (roc/tin)

Drama klasik, misalnya. Seni teater perpaduan seni modern dengan tradisional ini cukup diminati masyarakat Bali pada era 1970-an hingga 1980an. Bahkan, garapan seni yang didukung Teater Mini Badung (TMB) pimpinan IB Anom Ranuara ini menjadi tontotan favorit masyarakat Bali karena sarat dengan filsafat yang dapat memberikan tuntutan dalam menapak kehidupan. Ketika itu, sajian seni modern ini menjadi konsumsi masyarakat Bali khususnya dalam hal hiburan televisi yang sarat dengan pesan moral dan ajaran agama. Namun, sejak 1990-an tayangan drama klasik nyaris tak ada lagi bersamaan dengan tidak menentunya keberadaan TVRI. Kini, drama klasik seakan kehilangan nafasnya. Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diharapkan bisa memberikan ruang untuk kelestarian drama klasik ini, tampaknya tak konsisten. Jadwal hanya diberikan beberapa saat saja, selanjutnya sirna. Padahal, drama klasik ini merupakan bagian dari perkembangan kesenian Bali. Lantas akankah kesenian ini hilang? IB Purwasila dan Putri Suastini, dua di anatara sejum-

lah mantan anggota dan pemain TMB mengatakan, sesungguhnya ada rasa rindu dari pihaknya untuk tetap bermain drama klasik. Di samping tidak ada ruang, anggota TMB juga banyak yang bekerja sehingga sulit dikumpulkan. “Kami juga sudah tua. Kami berharap ada ada generasi yang mau melanjutkannya,” kata mereka kompak. TMB sebagai satu-satunya penyuguh drama klasik, tegas Putri, banyak melahirkan orang profesional. Ada yang terus sebagai pemain teater, pemain sinetron, model iklan dan banyak pula yang menjadi pengajar, pejabat pemerintahan, pengusaha dan profesional lainnya. Semua itu dampak dari keseriusannya bermain drama. “Kami sangat bangga atas didikan Anom Ranuara khususnya di bidang teater. Naskahnaskah beliau juga sarat pesan moral sehingga ada bekal kami kini,” ungkap Putri. Acara Khusus Walau bukan dalam bentuk pengadaan pentas, tambah Purwasila, untuk mengenang sekaligus melepas rasa kangen, TMB merasa terobati dengan mengadakan acara khusus pada Minggu (28/6) hari ini

pukul 17.00 wita, bertempat di Banjar Kaja, Panjer, Denpasar. Agenda acara khusus ini berisi peluncuran buku “Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung” dan pemutaran tiga judul drama klasik yang pernah ditayangkan TVRI Denpasar. “Acara ini akan dikaitkan dengan acara HUT ke-30 TMB. Sebenarnya ulang tahunnya pada 18 Juni. Karena sesuatu hal, maka di acara khusus ini kami harapkan semua rekan yang pernah merasa ikut bergabung di TMB bisa berpartisipasi dan bisa hadir bersama sama,” harap Purwasila yang sekaligus sebagai koordinator HUT ke-30 TMB. Soal buku “Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung”, menurut Purwasila, sangatlah tepat menjadi bacaan wajib bagi siswa maupun mahasiswa sastra. “Kami bersama-sama ingin menumpahkan kerinduan dan mencurahkan isi hati serta tentu ingin memberikan penghargaan kepada TMB dan Bapak Anom Ranuara sendiri karena berkat bimbingannya dan berkat wadah yang dibentuknya kami merasa banyak terbentuk secara moral dan memotivasi kehidupan yang kami tapaki sekarang,” paparnya.

budarsana

30 TAHUN IB Anom Ranuara dan IB Purwasila bersama dua di antara sejumlah anggota Teater Mini Badung (TMB) dalam persiapan acara khusus memperingati HUT ke30 TMB. BPM/ist

Indonesia, Negeri dengan Ribuan Grup Band TAK salah kiranya, Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia bahkan di dunia yang menghasilkan banyak band baru. Jumlahnya bahkan mencapai ribuan. Jelas ini tidak salah, Indonesia terdiri atas 13.000 pulau. Ingat pula, Indonesia adalah negara nomor empat terbanyak penduduknya di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat, yang kini hampir mencapai 240 juta. Faktor lain, orang Indonesia pada dasarnya suka dan pandai main musik, entah karena alam atau kursus di sekolah musik. Tak heran jika di mana-mana, di 33 propinsi sejak Orde Reformasi digulirkan 11 tahun lalu, banyak lahir band baru, band indie atau band yang belum punya nama, di blantika musik nasional. Sampai di kampung-kampung, RT dan RW, pun mencuat bandband indie. Kalau dulu di zaman Soekarno dan Soeharto, jumlah band bisa dihitung dengan jari, kini orang sampai dibuat lupa mendengar nama-nama band baru yang setiap hari muncul dan eksis. Maklum, di zaman kini apa-apa sudah tersedia komplet, dari studio rekaman sampai sistem digital canggih yang bisa mendongkrak popularitas seorang artis atau grup band. Meroketnya nama Peterpan, Slank, Nidji, Samsons, Ungu, Padi, Dewa 19, Andra & The Back Bone mau tidak mau membawa dampak positif bagi anak-anak muda di kota-kota kecil. Menjadi terkenal, dielu-elu-

kan di mana-mana dan sukses mendulang uang menjadi daya tarik sekaligus menggiring anak-anak muda terobsesi ingin seperti mereka, sukses dan kaya. Menjadi pemusik alias anak band kini tidak lagi haram jadah. Profesi atau jabatan sebagai pemusik, seniman musik dan superstar bisa dijadikan pijakan untuk mendogkrak popularitas diri. Pengamat musik Bens Leo menilai, dua tiga tahun belakangan, trend mendirikan band begitu dahsyat dan gejalanya mencapai kota-kota kecil. “Setiap hari, kini muncul puluhan band baru yang cepat merilis CD debutnya. Seminggu hingga sebulan, minimal kita punya seribu band. Dalam tempo tiga bulan, kita memiliki 3.000 band. Untuk itu, saya memberi istilah Republik Seribu Band untuk negara kita,” kata Bens Leo. Kompetisi dan Konser Merebaknya band-band disebabkan saat ini juga makin banyak ajang kompetisi band yang digelar oleh perusahaan rokok, plus konser-konser musik

di udara terbuka yang juga diadakan oleh pabrik sepeda motor dan perusahaan kosmetika. Misalnya “A Mild Live Wanted” (AMLW) dan “Soundrenaline” yang mendapat predikat sebagai pergelaran atau festival musik akbar dan kolosal serta terbesar di Asia Tenggara yang memberikan peluang bagi band baru untuk tampil unjuk diri di panggung. “Ini memang kesempatan langka bagi band daerah untuk unjuk kebolehan di blantika musik nasional. Selama ini, akibat tidak ada akses atau belum tahu caranya, mereka tidak bisa tampil di ajang bergengsi macam AMLW atau Soundrenaline. Jangankan itu, untuk sekadar memperkenalkan diri unjuk gigi di kotanya sendiri saja, sulitnya minta ampun,” jelas Harry Koko Santoso, pemilik Deteksi Production, yang menjadi penyelenggara “AMLW” dan “Soundrenaline”. Pendapat senada dilontarkan pengamat musik Denny Sakrie. Dikatakan, agar dikenal dan mendapat tempat di hati pendengar musik Indonesia, bandband kita harus ada gebrakan baru. “Kalau tidak demikian, band baru akan hancur lebur dan tenggelam. Jadi, selain seleksi alam, faktor promosi plus hoki di bisnis musik nasional juga turut menentukan,” ujar Denny Sakrie.

Salah satu gebrakan baru yang dimaksud Denny Sakrie adalah langkah nyata dari para penyanyi, musisi dan pelaku di bidang musik, misalnya dengan meluncurkan lagu atau album yang tidak sekadar mudah dicerna dan diterima di telinga pendengar. Berdasar pengamatannya, saat ini lambat laun masyarakat akan jenuh dengan irama musik yang ditawarkan grup band yang satu selera dan genrenya seragam. “Masyarakat akan menunggu sesuatu yang baru dan segar. Musik memang tidak bisa dinilai bagus atau tidak, itu relatif. Tetapi saat ini, memang diperlukan musik yang memberi kesegaran dan tidak seragam alias tidak monoton,” katanya. Denny menambahkan, blantika musik pop Indonesia cukup lama didominasi munculnya band-band baru dengan lirik lagu yang hampir mirip dan konsep musik yang mengekor band-band yang sudah sukses sebelumnya. Band itu kebanyakan melejitkan hanya satu lagu, menjadi hits, lalu membuat album dan meledak di pasaran dalam waktu sesaat saja. “Hampir semua band baru mengekor kesuksesan Ungu dan Peterpan. Kedua grup band ini memang seperti role model bagi band-band

sekarang untuk mengikuti pola lirik dan harmoni musiknya,” timpal Denny. Jalur CD Murah Bagaimana cara yang paling baik menjual produk rekaman dengan cara yang lebih baik di tengah kelesuan industri musik dewasa ini? Menurut Arief de Office, produser eksekutif Bas Record yang baru saja merilis album perdana band Pelangi, caranya adalah dengan memaksimalkan semua sektor dan lini yang ada. Dari cara penjualan konvensional bentuk fisik kaset dan CD hingga ring back tone (RBT) ditambah penayangan video klip di televisi swasta dan jumpa fans di radio plus menggelar tur show di banyak kota. Namun, kini, penjualan bentuk fisik ditekan semurah mungkin. “Jika di pasaran harga CD Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu, CD band Pelangi kami jual Rp 10 ribu saja,” tutur Arief. Alhasil, dengan begitu Arief berharap daya serap publik makin besar. Di sisi lain, sebagai langkah awal untuk menjual band Pelangi, dengan melakukan riset publik secara kecil-kecilan yaitu dengan cara menyebar poling sejumlah single untuk dipilih publik. “Pilihan publik itulah yang kini dijadikan acuan untuk melemparkan single pertama, ked-

ua dan ketiga. Filosofi band bersaudara juga diakui cukup ampuh agar sebuah band tidak cepat bubar. Misalnya, hal ini terjadi pada band Numata (tiga anak-anak penyanyi Tetty Kadi), Hardolino (tiga keponakan Iwan Fals), Dadakoe (dulu Junior, anak Tonny dan Yok Koeswoyo) dan Sani Saki (satu nenek satu kakek) yang baru saja melempar album perdananya berisi delapan lagu. Sani Saki adalah kependekan dari kata sanini sakaki yang artinya “satu nenek satu kakek”. Band ini baru saja mendaftarkan lagulagu ciptaannya pada collecting society Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Memang, beberapa band baru dari daerah sudah berderet antre menunggu timing yang tepat dan memilih hari baik buat merilis album debutnya. Harus diakui memang, peta permusikan Indonesia saat ini kian lebar akibat pengepungan ribuan band baru. Dampak positifnya, industri ekonomi kreatif Indonesia terus digebrak dan penuh warna. Dan semoga di pemerintahan baru 2009-2014, seni musik Indonesia makin maju dengan karya-karya orisinal dan berbobot.

ipik tanoyo

Miliki segera rumah hunian eksklusive dan strategis, di kawasan elit Renon. Tersedia Type 110/150 & Type Alternatif - One Gate System

CONTACT PERSON RESTU (0361) 7463909 / 08123944757 INDA (0361) 8020019 / 081338441000 BIMBO (0361) 8508485 / 081337020000 AWAN (0361) 8622442 / 08123833422 C.385635-hp-2

C.392153-bgn

BPM/ist

Megan Fox, Bintang ”Transformers”

Pilih Jadi Pertapa Hollywood Lagi, bintang film “Transformers” Megan Fox terpilih sebagai bintang paling seksi lewat polling yang dilakukan majalah FHM. Megan sudah dua kali menempati posisi ini dan berhasil mengalahkan Jessica Alba yang berada di posisi kedua. Bintang berambut cokelat ini jadi wanita kedua yang berturut-turut dinobatkan sebagai wanita terseksi di majalah ini. Sebelumnya, Jennifer Lopez pernah mendapat gelar yang sama pada 2001 dan 2002. Scarlett Johansson berada di tempat ketiga. Posisi keempat ditempati Jessica Biel. Bintang TV AS, Madeline Zima berada di tempat kelima. Sedangkan bintang baru Frieda Pinto masuk posisi 25. Bintang lawas seperti Jennifer Aniston dan Halle Berry masuk daftar dalam urutan 50 dan 60. Daftar 100 bintang paling seksi di dunia keluaran FHM ini merupakan daftar tahunan yang dibuat untuk yang ke-15. Menempatkan posisi didasarkan polling dari 10 juta pembaca dari seluruh dunia selama tahun ini. Sepuluh besar bintang paling seksi dunia versi FHM adalah Megan Fox, Jessica Alba, Scarlett Johansson, Jessica Biel, Madeline Zima, Adriana Lima, Elisha Cuthbert, Heidi Montag, Anne Hathaway, dan Katy Perry. Namun, jadi sorotan banyak media dan meraih popularitas ternyata ternyata membuat Megan malah memilih menjadi pertapa. Lho? Ya, ia tak suka berpesta dengan para pesohor lain dan memilih tinggal di rumah saja. Alasannya hanya satu, ia tak mau berakhir di panti rehabilitasi. “Saya ini tipe penyendiri, seperti pertapa. Saya tak terlalu suka keluar rumah karena saya sebenarnya takut dengan gaya hidup Hollywood,” ujar aktris yang terakhir bermain dalam film “Transformers: Revenge of The Fallen” ini. Megan yakin bahwa dengan cara menghindari gaya hidup Hollywood ini ia akan selamat dari ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang. “Sejauh ini saya belum pernah masuk panti rehabilitasi. Jadi, sepertinya apa yang saya lakukan ini benar,” lanjutnya. Soal kecanduan, Megan baru saja memutuskan untuk menghentikan kebiasaannya menambah tato karena menurutnya itu sudah mulai jadi adiktif. Megan yang dilahirkan di Tennessee, 16 Mei 1986 ini memulai pendidikan di bidang akting di usia yang relatif muda. Di usia 5 tahun, ia sudah mendapat pelatihan di bidang drama dan tari di sebuah lembaga sosial di kota kelahirannya. Di usia 10 tahun, ia pindah ke Florida dan menggeluti dunia akting hingga selesai SMU. Di usia 13 tahun, Megan kecil sudah mulai menunjukkan bakatnya di bidang seni. Ini dibuktikan dengan kemenangan yang ia peroleh dari beberapa kompetisi di bidang modelling dan tari. Namun baru pada 2001, wanita berdarah Indian ini menapakkan kaki di dunia film. Film pertamanya yang berjudul “Holiday in The Sun” membuka karirnya di dunia peran ini. Beberapa peran pembantu sudah dilakoninya sampai ia mendapat kehormatan untuk menjadi pemeran utama di film “Transformers” pada 2007. (roc/tin)

Minggu, 28 Juni 2009 05.52 05.54 05.56 06.00 06.05

Mars Indonesia Raya Mars Bali Jagadhita Lagu Ngastitiang Bali Puja Trisandya Dharma Wacana Keagungan Kurusetra 06.35 Seputar Bali Pagi 07.05 Sehat Bugar Salsa Aerobik 07.35 Klip Bali Anak 08.05 Yoga 09.00 Taman Sari K3TK Kecamatan Tabanan 09.30 Belajar Menggambar 10.00 Boga Dewata 10.30 Pelangi Kehidupan 11.30 Dunia Otomotif 12.00 Dharma Wacana Hubungan Pura Man dara Giri Semeru Agung dengan Pura Pura Kahy angan di Bali bag.2 12.30 Mozaik Khatulistiwa 13.00 Klip Bali

13.30 Lejel Home Shopping 14.30 Dialog Interaktif 15.00 Renungan Gede Prama 15.30 Nangun Yadnya Karya Melaspas SMP Dharma Wiweka Pedungan 16.00 Harmoni Bali Topik: Waspada Flu Babi Narasumber: dr. Hansen, Sp.PD 17.05 Yamaha Foot Bali 18.00 Puja Trisandya 18.10 Klip Bali 18.30 Seputar Bali 19.00 Telekuis Klip Bali 19.30 Bisnis Bali 20.00 Sinetron Air Mata Suci 21.00 Lintas Mancanegara 21.30 Lila Cita 22.00 Kris 22.30 Dunia Kita 23.00 Get Reel Music 23.30 SMS Chat


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bali Post - Minggu, 28 Juni 2009 by e-Paper KMB - Issuu