Bali Post - Kamis, 16 April 2009

Page 5

KABUPATEN

Kamis Wage, 16 April 2009

LINTAS

KRIMINAL

100 Meter Kabel Listrik Hilang BANGLI - Warga Sekardadi Kecamatan Kintamani, Rabu (15/4) kemarin sekitar pukul 07.00 wita, dihebohkan hilangnya kabel pompa air sepanjang 100 meter. Diperkirakan, kabel itu dicuri sekitar pukul 03.00 wita dengan cara dipotong menggunakan tang. Akibat kejadian itu, warga menderita kerugian sekitar Rp 1 juta. Kasat Reskrim Polres Bangli AKP I Nengah Kariasa seizian Kapolres mengatakan dari olah TKP pelaku diduga kuat memotong kabel tersebut dengan tang. Dalam mengungkap kasus ini, pihaknya masih melakukan penyelidikan dan pengumpulan informasi dari sejumlah saksi. (kmb17)

Tujuh Cewek Kafe Diciduk JEMBRANA - Meski sudah sering diciduk Satpol PP hingga disidangkan di PN Negara, tidak membuat Siti Khodijah (24) dan Fitri Komariah (20) kapok. Kakak beradik asal Pesanggaran, Banyuwangi ini masih saja nekat bekerja menjadi cewek pelayan kafe meski tanpa mempunyai Kipem. Dalam operasi kependudukan Selasa (14/4) malam lalu, petugas juga mengamankan lima cewek pelayan kafe lainnya di warung minum milik Putu Ari di Dusun Puana, Tegal Badeng Barat, Jembrana. Mereka digelandang ke kantor Pol. PP Jembrana karena tak memiliki Kipem. Petugas juga menyasar warung minum milik I Ketut Sukarta di Dusun Puana, Tegal Badeng Barat, Jembrana. Di tempat ini, petugas mengamankan dua botol minuman keras golongan B. (sur)

Baru Keluar Empat Hari

Residivis Mencuri di Rumah Satpol PP Amlapura (Bali Post) Tersangka I Kadek Supartika (21), benar-benar tak kapok ditangkap polisi dan menghuni LP. Pemuda pengangguran asal Banjar Suda Mukti, Tinggalsari, Busungbiu, Buleleng ini baru keluar LP Karangasem empat hari lalu, tetapi Selasa (14/4) sore sudah mencuri lagi di lingkungan Karangsokong, Amlapura. Supartika sebelumnya mendekam di LP Karangasem selama delapan bulan karena terbukti bersalah menggadaikan sepeda motor pinjaman milik temannya tanpa pernah mengembalikan (penggelapan). Sasaran rumah yang dibobolnya juga tak tanggungtanggung, rumah seorang PNS anggota Satpol PP Pemkab Karangasem I Ketut Suarjana Adi Putra (54) di Jl. Nenas, Amlapura. Saat pulang dari mandi di kali dekat rumahnya, Suarjana mendapati ram pintu rumahnya bekas dibobol. Saat dicek, bantalnya berserakan dan sebuah kamera dan lima stel pakaian ludes dicuri. Kasus itu lantas dilaporkan ke Mapolsektif Karangasem dan korban curiga kepada tersangka. Berbekal kecurigaan itu, polisi di Mapolsektif dipimpin Wayan Arnawa membekuk tersangka di Pasar Karangsokong, Amlapura. Diduga saat itu tersangka usai menyembunyikan barang bukti hasil curiannya dan mengapeli pacarnya yang seorang pedagang di Pasar Karangsokong. Tersangka pun dibekuk polisi tanpa berkutik. Setelah diinterogasi polisi, tersangka mengakui perbuatannya dan lantas menunjukkan tempat dia menyembunyikan barang bukti. Korban Suarjana menderita kerugian Rp 1,3 juta, dengan barang bukti satu kamera seharga Rp 800 ribu dan lima stel pakaian senilai Rp 500 ribu. (013)

Malu Kena HIV/AIDS, Ceburkan Diri ke Sumur Singaraja (Bali Post) Seorang pemuda dari Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Kadek S. (30), tewas setelah menceburkan diri ke sumur, Selasa (14/4) sore. Pemuda itu nekat bunuh diri diduga karena malu bergaul setelah mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS. Peristiwa bunuh diri itu diketahui pertama kali oleh saudara korban, Ketut S. (32), ketika melakukan pencarian bersama temannya, Nyoman Sutama (42). Awalnya, Ketut S. menemukan sebuah surat yang ditulis korban di rumahnya. Dalam surat itu, korban mengaku tidak akan hidup lama. Setelah membaca surat tersebut, Ketut S.kemudian mencari korban bersama keluarga dan tetangga. Akhirnya, korban ditemukan mengambang di dalam sumur sedalam empat meter. Setelah dievakuasi, korban ternyata sudah meninggal. Kapolsektif Gerokgak AKP Nyoman Kartika, Rabu (15/4) kemarin, mengatakan korban bunuh diri diduga karena malu bergaul setelah mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS. Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya selembar surat yang ditulis korban sebelum melakukan aksi bunuh diri. Dalam surat itu, korban menyatakan minta maaf kepada orang tua dan seluruh keluarganya lantaran tidak kuat menahan sakit yang terlalu lama. (kmb15)

5

Habisi Mudiana, Sutapa Sewa Pembunuh Bayaran Tabanan (Bali Post) Tersangka pembunuh Ketut Mudiana (38), warga Banjar Kebon Anyar, Wanagiri Kauh, Selemadeg, Tabanan, I Gede Sutapa, ternyata memberikan keterangan berubah-ubah dan berupaya menyembunyikan banyak hal. Ia mengaku menyewa pembunuh bayaran guna menghabisi nyawa Mudiana. Pembunuh bayaran itu bernama I Made Sutawijana (31), seorang sopir truk asal Banjar Paka, Sanda, Pupuan. Menurut pengakuan Sutapa, pembunuh bayaran ini dikenalnya waktu bersamasama sebagai napi di LP Tabanan. Padahal sebelumnya, Sutapa mengaku membunuh sendiri Mudiana dengan menabrak korban dan memukul kepalanya dengan batu. Ternyata, hal itu diakuinya hanya karangannya semata. Termasuk, penggunaan batu untuk memukul kepala korban hanya mengada-ada. Kasat Reskrim Polres Tabanan AKP Leo Martin Pasaribu, Rabu (15/4) kemarin, mengatakan Sutapa dan Sutawijana yang biasa dipangil Stori bersama-sama membunuh Mudiana secara sadis dengan membuang mayatnya ke sungai. Menurut Leo, pelaku pembunuhan korban tidak sendirian mengingat luka yang diderita korban. Berdasarkan hasil otopsi mayat korban, kepala korban terluka bukan karena batu tetapi benda keras yang ternyata sebuah linggis. Linggis itu sudah disiapkan sebelumnya oleh kedua pembunuh sadis yang mengaku tidak menyesal itu. Dikatakan Leo, pembunuhan berencana ini diotaki I Gede Sutapa, seorang residivis kasus pencurian gabah. Sebelumnya, ia telah menghubungi rekannya mantan sesama napi di LP Tabanan yakni Stori. Sutapa menjanjikan akan membayar Stori Rp 10 juta dan sudah memberikan panjar Rp 3,5 juta yang disanggupi Stori. Sebelum aksi sadis itu, Minggu (12/4) lalu sekitar pukul 15.00 wita, Sutapa menjemput Stori di rumahnya di Banjar Paka, Sanda menggunakan mobil Jimmy nopol DK 678 BC miliknya. Namun, mereka berpisah lagi dan bertemu di pertigaaan Karyasari. Ketika itu, Stori mengendarai motor Honda Prima nopol DK 4817 AK. Motor itu lantas ditinggal dan mereka berdua dalam satu mobil. Setelah menghubungi korban, keduanya menjemput korban di rumahnya dengan mobil Jimmy, dan sudah tersedia linggis yang dibeli Sutapa di Surabrata. Tersangka Sutapa membonceng korban dengan motor Jupiter Z milik korban dengan alasan untuk membeli busi. Sementara Stori yang mengendarai mobil Jimmy membuntuti dari belakang. Rencananya, korban dihabisi di sekitar jalur Pupuan menuju Selemadeg. Namun karena jalur dan kendaraan ramai, niat diurungkan sampai di dekat Pura Luhur Srijong, dekat Soka. Sialnya, mobil Jimmy mogok dekat Pura Luhur Srijong dan mereka kembali ke arah Blimbing mengendarai Jupiter dengan berboncengan tiga. Ketika itu, Stori menyelipkan linggis di pinggangn-

ya. Setiba di TKP di jembatan perbatasan Blimbing dan Karyasari, Sutapa berhenti dan turun dari motor, sementara korban Mudiana dan Stori masih di atas motor. Saat itu, Sutapa sempat langsung mengatakan ketidaksukaannya kepada korban lanjut menarik leher baju korban hingga terjatuh dari motor dalam keadaan tertelungkup. Stori langsung beraksi menghabisi nyawa Mudiana dengan cara memukulkan linggis di belakang kepala korban berulang-ulang. Setelah memastikan sudah tak bernyawa lagi, mereka kemudian melemparkan tubuh korban ke dasar sungai. Keduanya berupaya menghilangkan jejak seakanakan korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas. Motor korban juga dibuang ke sungai berikut barang-barangnya. Kedua tersangka kembali ke pertigaan Karyasari dengan berjalan kaki dan Sutapa sempat mencuci pakaiannya yang kena darah. Stori berganti pakaian setelah menurunkan Sutapa dekat kuburan, dan pakaian yang kena darah dimasukkan ke tas plastik. Stori kemudian kembali menjemput Sutapa dengan mobil Zebra dan bersama-sama menuju lokasi mogoknya mobil Sutapa di dekat Pura Luhur Srijong. Di tempat itu, Stori membuang pakaiannya dan linggisnya. Entah karena pertimbangan apa, Stori mengantar Sutapa ke Mapolsektif Selemadeg Barat untuk meminta bantuan polisi agar mobilnya diderek. Setelah mobil diderek sampai di Mapolsektif Selemadeg Barat, Sutapa diantar pulang oleh petugas dengan mobil dinas ke rumahnya. Dikatakan Leo, tersangka Stori kini tengah diburunya. Stori yang merupakan seorang residivis kasus pencurian emas dan judi di Pupuan diperkirakan kabur ke Jawa dengan truk milik majikannya. “Kami masih memburu Stori. Diperkirakan, ia kabur ke Jawa dengan truk milik majikan tempat ia bekerja sebagai sopir,� ujar Leo. (kmb14)

Bali Post/dar

TEGANG - Warga Pegesangan yang sempat tegang berupaya ditenangkan oleh pihak kepolisian.

Gara-gara Saling Pandang, Berkelahi Warga Pegesangan Tegang Gianyar (Bali Post) Warga Banjar Pegesangan Desa Temesi, Gianyar, Selasa (14/4) tengah malam, dibuat tegang dengan peristiwa perkelahian antara warga Banjar Pegesangan, I Putu Januadi (18) alias Jadul, dengan seorang warga Banjar Temesi, Desa Temesi, I Nyoman Doble (40). Puluhan warga keluar rumah dengan membawa batu dan pentungan akibat kejadian tersebut. Beruntung, para tokoh dan pihak kepolisian berhasil meredam emosi warga sehingga kondisi menjadi normal. Informasi yang dihimpun pada malam kejadian menyebutkan, perkelahian yang terjadi pukul 22.30 wita itu merupakan buntut dari kesalahpahaman ant-

ara Jadul dengan anak Doble yang dipanggil-panggil Kuprit. Awal mulanya, bertepatan dengan penyelenggaraan pileg, Kamis (9/ 4) lalu pukul 16.30 wita di Balai Banjar Temesi diselenggarakan penghitungan suara. Saat itu, Jadul bersama dengan temannya melihat penghitungan suara. Di lokasi, Jadul melihat Kuprit dan terjadi saling pandang. Kuprit menegur, “Ngapain kamu lihat-lihat.� Hal ini berbuntut saling menantang untuk berkelahi. Selasa (14/4) sekitar pukul 21.00 wita, seusai perekapan suara di Kantor Camat Gianyar, Jadul mencari Kuprit di sebuah warung di Banjar Temesi. Akibat dendam saat peng-

hitungan suara saat pemilu, Jadul menantang Kuprit untuk menyelesaikan permasalahan mereka di Pantai Siyut, Desa Tulikup. Namun di Pantai Siyut, perkelahian batal karena telah didamaikan seorang warga. Mereka pun pulang. Jadul sendiri langsung duduk- duduk di Poskamling Banjar Pegesangan bersama beberapa orang temanya. Tiba-tiba ayah Kuprit (Doble) datang dan mencari orang bernama Jadul. Setelah mengaku, Doble menarik baju korban dan menjambak rambut serta langsung memukul bagian mulut Jadul. Melihat ketegangan tersebut, beberapa warga yang ada di Poskamling tersebut memberitahukan warga lainya.

Warga Banjar Pegesangan pun tumpah keluar rumah dengan suasana tegang. Warga yang sudah emosi ini nyaris menghakimi Doble, namun cepat dilerai oleh tokoh masyarakat dan polisi. Keluarnya warga yang semakin banyak ini, membuat jajaran Polres Gianyar disiagakan ke lokasi. Wakapolres Gianyar Kompol Ayuniati dan sejumlah pejabat Polres dan Polsek Gianyar langsung ke lokasi untuk mengantisipasi emosi warga. Kasat Reskrim AKP Dewa Made Adnyana mengatakan dari kejadian tersebut telah diamankan empat orang, termasuk korban dan pelaku untuk dimintai keterangan. (kmb16)

Mentok, Penyidikan Dugaan Korupsi Dana Pendidikan di Tabanan Tabanan (Bali Post) Walau tidak terang-terangan mengaku angkat tangan dalam penyidikan kasus dugaan korupsi dana pendidikan di Tabanan, Kejari Tabanan mengakui adanya batu sandungan yang sangat besar. Jika tidak ada terobosan baru, besar kemungkinan penyidikan itu akan mentok di tengah jalan. Informasi ini tentu saja mengecewakan banyak tokoh pendidikan di Tabanan. Sebelumnya, isu-isu mengenai penyimpangan dana di sektor pendidikan seperti dana alokasi khusus (DAK) dan BOS membuat Kejaksaan Negeri Tabanan melakukan penyidikan. Bahkan, kata Kepala Kajari Tabanan Ni Putu Indriati, beberapa waktu lalu, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi yakni kepala sekolah maupun pengelola DAK di sejumlah sekolah. Saat awal, sekolah yang disasar justru bukan di tengah kota, melainkan yang jauh dari akses kota. Tujuannya, agar tidak ada penghilangan barang bukti. Setelah itu penyidikan melebar, tetapi Indriati mengaku kewalahan. Sebab, tampaknya sudah terjadi kekompakan, di mana pengakuan dari kepala sekolah maupun guru sama yakni tidak ada penyimpangan dan semuanya sudah berjalan sesuai mekanisme. Dengan demikian, kata Indriati, hing-

ga kini bukti untuk menyeret pelaku sebagai tersangka sangat lemah. Walau menolak dikatakan angkat tangan, Idriati mengakui adanya upaya penyelamatan seperti itu membuat pihaknya kesulitan bekerja dan hingga kini tidak ada kemajuan kasus. Apakah ada intervensi dari pimpinan daerah dalam hal ini Bupati Tabanan? Indriati menegaskan tidak ada, tetapi para guru tampaknya tidak berdaya dengan kekompakan dari pimpinannya sehingga tidak berani memberikan keterangan. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan kasus itu berhasil diseret ke meja hijau. Sebelumnya, banyak tokoh pendidikan di Tabanan yang berharap kasus ini segera terbongkar. Mereka berharap penyelenggaraan pendidikan di Tabanan berjalan baik demi terjadi peningkatan sumber daya manusia. Monitoring Dewan Pendidikan Tabanan sebelumnya menemukan indikasi adanya penyimpangan, tetapi dalam laporannya tidak menyebutkan berapa besar penyimpangan itu. Sejumlah sumber di Dinas Pendidikan mengatakan DAK untuk rehab gedung tidak seluruhnya dikelola oleh sekolah, melainkan ada indikasi setoran pada pimpinan dan dibawakan pemborong. Sementara BOS buku sudah diatur sedemikian rupa agar penyalur buku oleh orang tertentu. (kmb14)

U.355922-mbl


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.