KABUPATEN
Kamis Kliwon, 11 Juni 2009
5
Sidang Lanjutan Kasus Marga Berdarah
Gung Adit, Siswa SMP Jadi Saksi Tabanan (Bali Post) Sidang lanjutan kasus Marga berdarah yakni penyerangan terhadap Satgas Rajawali oleh segerembolan orang di Balai Subak Jaka Dayang, Minggu, 15 Maret 2009 lalu, Rabu (10/6) kemarin, kembali digelar. Belasan saksi diperiksa dalam sidang tersebut. Menariknya, salah satu saksi adalah anak kecil yang merupakan siswa SMP, I Gusti Agung Gede Adit Yudistira alias Gung Adit (12). Dari empat berkas sidang dengan sembilan terdakwa itu, tiga sidang mengagendakan pemeriksaan saksi. Hanya terdakwa I Made Kartika alias Kuwes mengajukan eksepsi. Kuwes disidang di ruang Kartika lantai II PN Tabanan. Kuwes melalui pengacaranya, I Made Sandi Adnyana dan I Gede Wena, mengajukan eksepsi atau penolakan atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Dalam eksepsinya, PH menilai dakwaan JPU tidak memenuhi syarat materiil, sebab dakwan dinilai tidak cermat terkait penetapan pasal-pasal yang didakwakan. Pasal yang dianggap tidak cermat yakni pasal 170 KUHP ayat 2 ke 2e. PH menanyakan dari mana JPU mendapatkan huruf dari pasal 170 KUHP tersebut. ‘’Di mana Saudara jaksa pernah membaca dan berani mencantumkan huruf e pada pasal 170 KUHP?’’ tanya Sandi Adnyana. Selain itu, PH Kuwes juga keberatan dangan munculnya korban ketiga selain I Nyoman Yasa alias Batman dan I Gusti Kade Supartawan, yakni Gusti Agung Eka Adhika Pranata yang juga luka di tangannya. Hal itu dinilai sebagai siluman yang datang tiba-tiba untuk memberatkan dakwaan terhadap Kuwes. Dakwaan JPU dinilai tidak memenuhi syarat material sesuai dengan pasal 143 ayat 2 KUHAP. Selain itu, PH menyatakan surat dakwaan JPU diuraikan tidak cermat, jelas dan lengkap sehingga menjadi kabur (obscuur libel) dan dinyatakan batal demi hukum. Atas eksepsi tersebut, JPU I Gede Ketut Ekaswara meminta waktu satu minggu kepada majelis hakim yang diketuai Edy Parulian Siregar untuk memberikan tanggapan. Sidang lainnya adalah terdakwa I Wayan Sudira alias Nang Liong (41) dan I Nyoman Hartono alias Rono (34) yang didakwa melakukan perusakan tiga unit mobil milik Ketua DPC Partai Demokrat Tabanan, IGM Purnayasa. Sepuluh orang dijadikan saksi termasuk Purnayasa dan I Gusti Agung Adit Yudistira (12), siswa kelas I SMP 2 Marga, yang juga ada di lokasi saat kejadian. Gung Adit mengaku saat kejadian sedang tidur di jok belakang, tibatiba datang terdakwa Liong dan Rono merusak kaca mobil dengan kayu yang dibantu dengan sejumlah orang lainnya. Adit yang berpenampilan nyentrik ini mengaku kenal dengan Nang Liong. Ia malam itu ikut ke lokasi Subak Dayang untuk memancing. ‘’Nanti jangan ikut sama om-om itu begadang lagi ya,’’ ujar ketua majelis hakim Nenden Rika Puspitasari. Sementara dalam sidang dengan terdakwa I Ketut Alit alias Boneng (44) asal Tumbu Kaja, Tumbu Karangasem, I Made Sugiartana alias Dena (30) Pekandelan, Desa Peken, Marga, I Nyoman Suardiyasa alias Man King (19) warga Pekandelan, Peken, Marga, I Nyoman Suastika (41) juga warga Pekandelan, dan I Made Suastawan alias Panjul (24) asal Pekandelan, JPU menghadirkan 13 orang saksi. Sementara sidang Eka Putra Nurcahyadi dengan JPU Agung Bagus Kade Khusimantara menghadirkan enam orang saksi yakni I Nyoman Yasa alias Batman, I Gusti Kade Supartawan, IGM Purnayasa, I Gusti Agung Adhika Pranata, Suwayana Putra, dan Suardita alias Kocong. Semua saksi memberatkan terdakwa Eka yang merupakan Ketua BMI (Banteng Muda Indonesia) Tabanan dan Ketua LSM Bala Nusa ini. Selain melakukan pemukulan, Eka dinilai memberi komando serang dan mundur ketika sejumlah Satgas Rajawali terluka dan tiga buah mobil itu hancur. Atas pertanyaan hakim, terungkap pula pihak terdakwa tidak menyesal dan tidak melakukan pendekatan perdamaian atau pun minta maaf terhadap para korban. Sidang maraton itu berlangsung hingga pukul 17.00 wita. (kmb14)
Beraksi Siang Bolong
Maling Gasak Rumah Perbekel Banjar Anyar Tabanan (Bali Post) Rumah Kepala Desa Banjar Anyar, Kediri, Putu Jonit Sucahyono (40), Selasa (10/6) kemarin, digasak maling. Akibatnya, sejumlah uang dan perhiasan emas milik dirinya dan istrinya hilang digondol maling. Anehnya, maling diduga beraksi siang hari ketika penghuninya sibuk bekerja. Rumah Jonit di Jalan Ciung Wanara, Desa Banjar Anyar, Kediri, lebih sering kosong siang hari. Sebab istrinya, Komang Nataliyani (37), PNS di Pemkab Tabanan juga pulang setelah jam kantor. Sementara satu anaknya sekolah dan yang kecil dititipkan di rumah mertuanya. Jonit mengaku ia biasa ke kantor pukul 07.00 wita dan pulang sekitar pukul 15.00 wita. Kemarin, dia harus pulang belakangam karena ada rapat. Sekitar pukul 15.00 wita, istrinya yang pulang duluan kaget mendapati rumahnya sudah diacak-acak maling. Pintu kamarnya pun sudah terbuka. Sedangkan, besi pada jendela samping rumah di sebelah timur sudah bengkok. Setelah mengabari suaminya, ia langsung memeriksa. Sejumlah perhiasan milik suaminya dan perhiasan miliknya di kotak perhiasan tidak ada lagi. Selain itu, uang Rp 2.700.000 juga raib. Disebutkan Nataliyani, perhiasan yang hilang itu adalah cincin emas permata sebanyak 8 buah yang masing-masing seberat 10 gram, gelang seberat 4 gram, perhiasan imitasi lapis emas sebanyak 3 set yang per setnya seharga Rp 350 ribu. Polisi langsung melakukan olah TKP. Namun hingga sore kemarin, identitas maling belum berhasil dilacak. Sementara itu Jonit menduga, maling hafal dengan situasi rumahnya yang selalu kosong ketika jam kerja. (kmb14)
LINTAS
KRIMINAL
Jual Togel, Diringkus JEMBRANA - Meski berulang kali aparat kepolisan melakukan penangkapan pelaku judi togel, namun judi tebak nomor itu masih saja merajalela. Buktinya, masih saja ada pelaku togel yang diringkus. Seperti yang terjadi di wilayah hukum Polsek Kota Negara, Rabu (10/6) kemarin. Polisi menangkap pengecer togel, I Nengah Sudarta (58) asal Lingkungan Ketapang, Lelateng, Negara. Tersangka yang berprofesi sebagai pedagang itu tertangkap polisi karena nyambi menjual togel. Dari tangan tersangka, petugas mengamankan barang bukti satu buah HP berisi angka togel, 2 lembar kertas togel, 2 lembar kertas berisi angka-angka togel, 4 buah pulpen dan uang Rp 69 ribu. Kapolsek Kota Negara, AKP Ngurah Putu Riasa didampingi Kanit Reskrim Aiptu Nengah Dania membenarkan penangkapan tersebut. Kini, tersangka beserta barang bukti diamankan di Polsek Kota Negara. Pelaku dijerat pasal 303 KUHP. (sur)
Bali Post/upi
BERDARAH - Sidang lanjutan kasus Marga berdarah digelar Rabu (10/6) kemarin di PN Tabanan, dengan pemeriksaan saksi. Tampak seorang saksi Gung Adit yang siswa SMP saat memberikan keterangan.
Tajen dan Cong Digerebek
Tujuh Bebotoh Diamankan Singaraja (Bali Post) Polisi mulai gencar menertibkan perjudian di Buleleng. Rabu (10/6) kemarin, polisi mengamankan tujuh tersangka bebotoh yang terdiri dari enam bebotoh cong di kawasan Kelurahan Kampung Bugis Singaraja dan seorang bebotoh tajen di Desa Lokapaksa, Seririt. Enam tersangka bebotoh cong diamankan Tim Buser Polsektif Kota Singaraja di bawah komando Kanit Reskrim Ipda Dewa Ketut Alit Kaboja. Keenam tersangka dibekuk saat asyik bermain judi cong di kawasan Jalan Diponegoro, Kelurahan Kampung Bugis Singaraja. Enam penjudi yang dibekuk itu masing-masing MZ alias Dodik (34), Syub (32), Sis (33), MA (34), Yun (23), dan Pad (32). Selain mengamankan enam tersangka itu, polisi juga menyita beberapa barang bukti berupa uang tunai Rp 99 ribu dan satu set kartu domino. Kapolsektif Kota Singaraja AKP Putu Juen seizin Kapolres AKPB Istiyono men-
gatakan penangkapan tersangka bebotoh cong itu berawal dari laporan masyarakat yang mengaku resah dengan adanya perjudian tersebut. Laporan masyarakat itu kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan sekaligus penangkapan. Sementara itu, jajaran Polsektif Seririt juga menggerebek arena tajen di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt. Dalam penggerebekan itu polisi berhasil menangkap salah satu bebotoh tajen bernama Made JP (60). Pelaku bukan hanya sebagai peserta judi tajen tetapi juga bertindak sebagai penyedia tempat judi tajen. Pahumas Polres Buleleng, Kompol I Made Sudirsa, mengatakan selain mengamankan seorang pelaku, dalam penggerebekan tajen itu polisi juga menyita barang bukti berupa 7 set kartu domino, uang tunai Rp 95 ribu, 1 lembar perlak, 1 lembar terpal, 3 ekor ayam jantan, 1 sangkar, 1 kursi, dan 7 gulung benang. (kmb15)
Ancam Memakan Klian Desa
Seorang Warga Muntig Diadili Amlapura (Bali Post) Gara-gara melempari rumah Klian Desa Pakraman Muntig, Kubu, Karangasem dan mengancam memakan korban I Made Mangku Puspa, seorang warganya I Made Bakti (36), Rabu (10/6) kemarin diadili di PN Amlapura. Selain melempari atap rumah korban sampai asbesnya pecah, pria asal Muntig itu juga sempat mengancam korban akan memakannya. Atas tuduhan itu, Bakti ngotot di depan majelis hakim yang diketuai I Made Juliada, S.H. membantah dirinya melempari rumah korban. ‘’Saya tak pernah melempari rumah korban Pak Hakim. Saya berani bersumpah tujuh keturunan saya tak melakukan itu,’’ katanya. Namun, Bakti mengakui saat kejadian pada malam Siwaratri Sabtu (9/1) lalu, dirinya dalam keadaan mabuk usai pesta minum arak di Batu Dawa Kaja, Kubu. Dalam keadaan emosi saat itu, Bakti dengan membawa batu mendatangi korban Mangku Puspa dan sempat mengancam dengan mengatakan, ‘’Siapa yang mengatakan saya melempari rumah Mangku Puspa akan saya amah dan pakpak (saya makan dan lumat).’’ Bakti mengakui saat itu, dia terjatuh
di jalan depan rumah korban. Dalam keadaan mabuk karena tersandung batubatu di jalan. Dia sempat mengangkat sepeda motornya, agar bensinnya tak habis tumpah. Karena mabuk berat, usai mengangkat motor dia kembali jatuh tertelungkup di dekat sepeda motornya. Beberapa saat ditolong kakak iparnya Darmi dan dibawa ke rumah iparnya saksi Tunas. Di rumah Tunas dia emosi karena ada informasi bahwa dirinya dikatakan melempari rumah Mangku Puspa. Dia lantas mendatangi rumah korban Mangku Puspa guna menanyakan bahwa dia merasa difitnah. Di depan JPU IP Sugiawan, S.H. yang mendakwa Bakti, dia mengakui lima tahun sebelum kejadian itu dirinya sempat ada masalah dengan korban. Saat itu, dia merusak dengan cara memukul rumah korban dengan kayu, sampai satu kaca jendelanya pecah. Kasus perusakan itu karena terkait persaingan bisnis, namun saat itu berdamai dengan korban. Bakti juga mengaku sempat tak mau diajak temannya mlegandang (mencuri paksa gadis untuk dikawinkan paksa). Namun saat itu dia malah ikut merampok korban di Sukawana, Kintamani, sehingga dia dihukum dua tahun penjara. (013)
PKL Dijaring, Barang Disita Gianyar (Bali Post) Akibat membandel, pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di jalan Pasar Seni Sukawati, tepatnya depan Polsek Sukawati ditertibkan tim Yustisi Pemkab Gianyar. Dua PKL dijaring oleh tim yang disertai dengan adanya penyitaan barang oleh petugas Satpol PP sebagai bentuk pembinaan Rabu (10/6) kemarin. Kepala Satpol PP Gianyar Drs. A.A. Oka Digjaya mengatakan penertiban PKL yang dilakukan ini berdasarkan atas ketentuan Perda nomor 12 tahun 1992, mengenai kebersihan dan ketertiban umum. PKL yang berjualan di jalan sekitar Pasar Seni Sukawati ini termasuk yang membandel. Padahal, sejumlah peringatan telah disampaikan berulang-ulang kepada mereka.
Bahkan, petugas sampai pernah mengangkut rombong mereka, untuk memberikan peringatan. Akan tetapi, dalam penertiban kali ini petugas hanya menyita lima mangkuk milik PKL sebagai pembinaan buat mereka. Tim dalam melakukan penertiban ini dalam rangka mengantisipasi kunjungan wisatawan menjelang hari liburan. Beberapa objek wisata yang ada di Gianyar diberikan perhatian untuk menghindari kesan kumuh akibat adanya PKL. ‘’Gianyar yang dikenal sebagai daerah seni dan berbudaya, dengan hadirnya PKL yang tanpa tempatnya berjualan hingga menganggu kebersihan dan ketertiban umum ini dapat merusak citra Gianyar sebagai daerah kunjungan wisata,’’ jelasnya. (kmb16)
Depresi, Pengangguran Tewas Gantung Diri Tabanan (Bali Post) Seorang pengangguran, I Komang Herik Hermato (23), warga Banjar Buahan Tengah, Buahan, ditemukan tewas tergantung di kamarnya, Rabu (10/6) kemarin. Dari tangan kirinya ditemukan sejumlah luka sayatan. Diduga pengangguran ini depresi akibat tidak mendapat pekerjaan dan penyakit yang dideritanya. Informasi di lapangan, sejak beberapa hari sebelumnya, korban terlihat murung, sering menyendiri dan enggan ke tempat ramai. Sebelum ditemukan lemas tergantung pukul 09.30 wita, pagi-pagi dari dalam kamar terdengar suara keras tape recorder dan sesaat kemudian dimatikan. Lama tidak ada suara, kemudian Herik ditemukan tergantung dengan selendang warna biru di plafon kamarnya. Melihat kejadian mengerikan itu, keluarga histeris yang membuat tetangga dan masyarakat sekitar geger. Tidak lama kemudian, polisi datang ke TKP dan menurunkan tubuh korban yang masih hangat dan belum kaku. Dari olah TKP dan visum, diketahui korban murni tewas gantung diri dan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh-
nya. Hanya, di tangan kirinya ada bekas luka sayatan. Diduga sebelumnya korban sempat menyayat nadinya, namun setelah itu ia gantung diri. Keluarga mengaku tidak curiga sebelum Herik ditemukan tergantung. Sebelum kejadian, korban memang tidak keluar kamar sejak pergi tidur malam. Pagi-pagi dari kamarnya terdengar suara tape yang keras dan kemudian dimatikan, sampai akhirnya ia ditemukan tewas tergantung. Pihak keluarga menuturkan, Herik yang merupakan buruh bangunan ini memiliki penyakit sesak dan sempat dibawa ke RSUD Tabanan sekitar tiga bulan lalu. Sejak saat itu, korban menjadi pemurung dan penyendiri, kerap mengurung diri dan seperti takut keramaian. Terlebih, setelah itu ia tidak mendapat pekerjaan sebagai buruh bangunan. Kapolsektif Kota Tabanan, AKP Sudarto, mengatakan korban diduga nekat mengakhiri hidupnya karena tidak punya pekerjaan dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Ditegaskan Sudarto, pihaknya tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. (kmb14)
Bali Post/dar
DITERTIBKAN - Satpol PP dalam penertiban PKL di Sukawati mengamankan sejumlah mangkok bakso.