2 minute read

Muslimah Corner

Next Article
Kajian Utama I

Kajian Utama I

“Nak, hal yang paling menyedihkan bagi Mamah adalah ketika Papa pergi, ketika Kak Zahro pergi. Bukankah Terrra merasakan hal yang sama? Terra bahkan tak mau keluar kamar waktu Kak Zahro pergi.” Raut mukanya mulai sendu. Teringat ketika kawan seperjuanganya, Zahro, pergi di depan matanya.

“Yang bisa kita lakukan hanya berusaha untuk sembuh. Mamah yakin perjalanan kita masih panjang. Masih banyak episode yang harus kita jalani, nak. Bersama pastinya.” Terra mengangguk, sepertinya ia faham denga napa yang kuucapkan.

Advertisement

Aku berlari sembari menggendong tubuh mungilnya. Memasuki Gedung putih itu. tak terpikirkan olehku tentang bagaimana penampilanku saat ini. Daster merah, jilbab ala kadarnya, sandal tak sepasang. Nafas Terra yang terasa berat itu terdengar jelas di telinga. Jantungnya yang berdetak sangat kecang memberikan irama kekhawatiran bagiku. Yang kupikirkan hanya satu, rumah sakit, dokter, dan maaf.

Maaf, nak, karena telah melahirkanmu seperti ini.

Maaf, nak, karena kamu terlahir dari rahim mama.

Maaf, nak, karena kamu berbeda.

Malaikat kecilku bahkan belum pernah merasakan bangku sekolah. Ia belum pernah mengenal dunia seperti anak-anak pada umumnya. Tatapan mereka pada kami yang membuatku takut melepaskannya kepada dunia. Aku takut ia tak sanggup dengan tatapan perbedaan itu. Cukup aku yang merasakanya. Diskriminasi yang mereka lakukan. Padahal ini bukan karena kami.

Hingga nafas dan detak jantungmu berhenti tak pernah sekalipun cinta mama berkurang. Karena kamu adalah malaikat kecilku.

Penulis Kuni Abida Kamila Mahasiswi International University of Africa

Muslimah di Tengah Arus Open Minded

“MUSLIMAH SANGAT BERPERAN PENTING DALAM MENYUARAKAN DAN MEMBELA ISLAM...”

Penelitian yang dilakukan oleh Kory Floyd dari University of Arizona menemukan bahwa secara gen, wanita memiliki kecenderungan lebih penyayang daripada laki-laki (Fimela.com). Berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya keilmuan untuk mendasari perilakunya. Dalam islam, tidak dibedakan kewajiban untuk menuntut ilmu, baik laki-laki maupun wanita. Hakikat belajar tidak hanya datang dan pulang saja, keilmuan yang didapat bukanlah suatu tolak ukur manusia menjadi hebat, akan tetapi bagaimana ilmu tersebut dapat bermanfaat. Sebagai seorang wanita yang didominasi oleh perasaannya, ilmu justru menjadi sangat penting bagi kehidupannya. Sebuah kisah inspiratif Fatimah Binti Ubaidillah Azdiyah yang merupakan ibunda Imam Syafi’i sebagai sosok wanita yang cerdas, tegar dan tidak pernah mengeluh. Ia terpaksa membesarkan Imam Syafi’i sendirian tanpa harta warisan dan serba kekurangan. Menjaga kehalalan nafkah dan berpisah jauh dengan anaknya yang sedang

mencari ilmu adalah bukti perjuangannya. Muslimah sangat berperan penting dalam menyuarakan dan membela agama islam. Di balik kelembutannya, muslimah tetap harus berpegang teguh pada prinsip Islam yang akan melahirkan pola pikir yang benar. Konsep Islam tidak akan luntur hanya karena manusia tidak menyetujuinya, apapun pilihannya akan kembali kepada mereka dengan segala konsekuensinya. Memutuskan childfree maupun mendukung aktifitas LGBT adalah sebuah pilihan. Sangat disayangkan apabila di era modern ini kita hanya menyimpulkan suatu statement dari media sosial secara instan. Kemudian mengikutinya tanpa mengkajinya. Kembali kepada maksud awal, pola pikir kita seharusnya didasari dengan keilmuan yang mendalam, khususnya terhadap persoalan yang menyinggung aturan kehidupan. Jika open minded adalah landasan manusia zaman sekarang untuk menghalalkan freesex, childfree, narkoba, memperolok agama, LGBT, LGBTQ+, minum minuman keras, dan lain sebagainya. Maka, itu sama saja menggeser makna open minded itu sendiri. Berlebihan dalam open minded dapat merusak aturan kehidupan yang sudah ada. Open minded tapi anti kritik, ada? Ada. Pemikiran seperti ini sangat berbahaya dan perlu solusi minimal dari diri sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Amad Soleh Lc, MA. Dosen Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, “Untuk menghindari hal ini perkuat iman dan hindari pergaulan yang menjerumuskan. Terbuka saat ada orang yang memberi nasihat terutama dalam hal-hal baik,” Katanya. Menggaungkan kebebasan yang tidak didasari ilmu adalah sebuah kebodohan, contohnya perilaku LGBT,

This article is from: