Solopos Edisi Jumat, 06 Mei 2011

Page 19

Suplemen Gratis Harian Umum SOLOPOS

KHAZANAH Keluarga Jumat

Tahun V/No.260/APRIL/2011

2 Jumadil Awal 1432 H 6 Mei 2011

Zina mengintai bilik indekos l

Oleh: Lutfiyah

A

pril lalu, pintu gerbang berwarna hitam di sebuah rumah indekos putri di kawasan Gumpang, Kartasura, Sukoharjo berderit begitu seorang perempuan muda membuka gerendel pintu dari luar. Setelah pintu terbuka, seorang laki-laki yang mengendarai motor sport terlihat masuk ke dalam halaman indekos mengikuti perempuan itu yang tak lain merupakan salah satu penghuni tempat indekos itu. Wajah laki-laki berjaket hitam itu tertutup slayer dan helm. Semula Espos mengira laki-laki itu akan menunggu di tempat parkir rumah indekos. Namun, tanpa menghiraukan lingkungan sekeliling, laki-laki itu ikut masuk ke dalam kamar indekos yang berada di deretan paling depan, namun tertutup tirai bambu. Blaaaaaaaak!!!! Sejurus kemudian pintu kamar indekos langsung ditutup rapat.

Di kamar lain yang berada di sebelah pojok barat, Espos juga melihat sepasang muda-mudi berada di dalam kamar. Sang lakilaki terlihat berbaring di dalam kamar sembari menonton televisi. Pemandangan itu bisa terlihat dengan jelas lantaran saat itu pintu kamar dibiarkan terbuka. Aktivitas seperti itu bagi sebagian besar penghuni indekos bukan pemandangan asing. Kendati ada penghuni indekos yang terang-terangan memasukkan laki-laki ke dalam kamar, namun penghuni lain tidak ada yang menegur perbuatan tersebut. Padahal, status mereka belum menikah alias bukan muhrim. Areal indekos yang tertutup dan dikelilingi gerbang tinggi membuat mereka semakin leluasa lantaran masyarakat sekitar tidak bisa melihat dan masuk sembarangan ke dalam indekos. “Dari dulu tempat indekos ini bebas, kadang ada juga penghuni indekos yang me-

Khotbah Jumat

Kesalehan spiritual dan sosial

M

ereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (QS Al Imran: 112). Berdasar ayat tersebut secara gaufi ris besar ajaran Islam itu dapat diH M Nasiruddin bagi dalam dua bagian. Pertama, ajaran tentang hubungan manusia dengan Allah. Kedua, ajaran tentang hubungan sesama manusia. Dalam arti sempat ajaran hubungan manusia dengan Allah disebut ibadah. Sedangkan ajaran tentang hubungan manusia dengan sesama manusia disebut dengan muamalah. Yang pertama urusan ritual yang kedua urusan sosial. Demikian isi khotbah yang disampaikan Kasi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Nasiruddin, di Musala Al Amanah KPPN Solo, Jumat (6/5) siang ini. Dalam mengamalkan kedua aspek ajaran Islam ini ada orang yang cenderung memperhatikan aspek ibadah saja dan kurang memperhatikan aspek muamalah. Begitu juga sebaliknya. Kalau kita melihat perbandingan kedua ajaran ini dalam keseluruhan ajaran Islam, ternyata Islam lebih menekankan urusan muamalah dari pada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek ritual. Yang mendasari alasan tersebut adalah: Pertama, Alquran dan hadis yang sebagian besar proporsinya berkenaan dengan urusan muamalah. Kedua, adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan. Dalam sebuah hadis Bukhari Muslim diceritakan, Rasulullah SAW pernah memendekkan salatnya ketika mendengar tangisan bayi karena khawatir dengan kecemasan ibu si bayi yang ikut salat berjamaah mendengar tangisan anaknya. Ketiga, ibadah yang mengandung kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar darei pada ibadah yang bersifat perorangan. Keempat, apabila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu maka kifarat (tebusannya) melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah seperti bila tidak mampu melakukan puasa Ramadan gantinya memberi makan orang miskin. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah maka urusan ibadah tidak dapat menutupinya. Orang yang menzalimi atau menghina seseorang tidak dapat menghapus dosanya dengan salat tahajud. Sebenarnya antara ibadah ritual dengan sosial tidak bisa dipisah-pisahkan. Orang yang melakukan ibadah ritual idealnya secara otomatis baik muamalahnya. Tapi kenyataan yang kita lihat tidak jarang orang yang taat dalam ibadah ritual tetapi tidak punya kepedulian sosial. Kenapa hal ini bisa terjadi? Penyebabnya karena orang itu tidak memahami dan menghayati ibadah ritual yang dilakukannya. Padahal, setiap ibadah yang diperintahkan Allah mempunyai fungsi sosial. Oleh karena itu, kalau seseorang hanya memilki kesalehan spiritual tetapi tidak memiliki kesalehan sosial maka ia tidak akan memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Bahkan orang-orang yang tidak mempunyai kepedulian sosial tersebut dianggap sebagai seorang yang telah mendustakan agama sebagaimana dalam Surat Al Maun. Dengan demikian terlihat secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak memisahkan ajaran ritual dan sosial sehingga jika tujuan ibadah itu tidak terpenuhi maka pelaksanaan ibadah dimaksud tidak akan banyak artinya. Oleh karena itu, antara ketaatan ibadah mahdah dan ibadah sosial harus sejalan supaya kita memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. o ufi

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS At Tahriim: 6).

Menu Jaga diri dari pengaruh negatif Lambat laut virus berduaan di dalam kamar dengan orang yang bukan muhrim apalagi dengan pintu tertutup rapat tentu saja bisa menular ke penghuni kos lain.

Halaman VIII

Bolehkan salat Arbain di Indonesia? Di Masjid Nabawi Madinah, saya salat Arbain. Apa maksud Arbain? Di Masjidil Haram kok saya tidak mendengar salat Arbain?

Halaman IX

Merindu janin Tangan suamiku diperiksa, nadinya ditekan-tekan. Beberapa kali suamiku mengaduh kesakitan. Aku tahu persis bagaimana rasanya, tekanan tangan Mbah Sumi memang cukup menyiksa.

Halaman X

Gelisah karena jadi budak Miras Akibat tidak pandai memilih teman, Rinto mengaku sempat terjerumus menjadi budak minuman keras (Miras).

Halaman X

masukkan laki-laki ke dalam kamar selama berjam-jam,” ujar salah satu penghuni indekos, sebut saja, Dea, kepada Espos kala itu. Tidak hanya di daerah Gumpang, pemandangan tempat indekos putri yang bisa dengan mudah memasukkan laki-laki ke dalam kamar juga bisa ditemui di tempat indekos lain seperti di daerah dekat kampus. Bahkan, untuk rumah indekos putra suasananya terlihat lebih bebas lagi lantaran perempuan lebih gampang bahkan bisa menginap di kamar indekos pasangannya. Kenyataan itu tentu saja membuat miris dan cukup memprihatinkan.

Melanggar nilai moral Pergaulan anak-anak indekos seolah tanpa kontrol dan jelas-jelas melanggar norma sosial dan agama. Entah apa yang dilakukan sepasang muda-mudi di dalam bilik indekos yang tertutup rapat, disadari atau tidak hal itu bisa menjurus perbuatan zina.

Kendati begitu, tidak semua tempat indekos membiarkan penghuni indekos bebas berbuat sesukanya. Ada pula tempat indekos yang masih menerapkan aturan ketat dengan melarang laki-laki masuk ke dalam kamar indekos. Begitu juga sebaliknya. Untuk menjaga citra dan ketenteraman, ada pula tempat indekos yang memberlakukan seluruh penghuninya salat berjemaah dan menggelar kajian keagamaan. Namun, lantaran pergaulan bebas di tempat indekos terlanjur banyak diketahui orang termasuk para orangtua, tidak sedikit orangtua yang akhirnya mencemaskan kondisi anaknya di rantauan lantaran takut anaknya terbawa arus. “Ketika tahu tempat indekos yang saya tinggali bebas membawa laki-laki ke dalam kamar, orangtua langsung meminta saya pindah. Saya sebenarnya juga tidak sreg melihat hal seperti itu tapi karena masih anak baru jadi tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar

seorang mahasiswi semester dua asal Sumatra, Yuni. Pembina Pesantren Mahasiswa KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Mujazin, mengatakan pergaulan bebas di tempat indekos merupakan fenomena yang cukup memprihatinkan. Pergaulan bebas anak indekos yang bahkan mendekati zina itu terjadi lantaran kurangnya bekal agama dan pengawasan orangtua serta figur yang bisa menjadi pantuan. Padahal, Islam telah mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, bahkan tegas melarang seseorang mendekati perbuatan zina seperti dilarang pergi berduaan tanpa muhrim apalagi sampai bersentuhan fisik. “Di sisi lain penghuni indekos yang membiarkan bebasnya aktivitas seperti itu juga bisa jadi pemicu, mereka seolah tidak peduli terhadap nilai moral dan larangan agama,” ujarnya. o

Neno Warisman

Menyiapkan kader aktivis parenting

B

erbalut gaun cokelat dengan paduan jilbab merah, Neno Warisman tampak begitu anggun. Gaya bicara yang lugas namun lembut ditambah luasnya pengetahuan yang ia miliki membuatnya semakin memesona. Kesan itu terasa saat Espos bertemu ibu tiga anak, Giffari Zakka Waly, Maghfira Izzani Maulania dan Raudya Tuzzahra Ramadhani ini, saat menjadi pembicara dalam acara talk show Islamic Parenting Education, di Hotel Novotel Solo, Minggu (1/5). Totalitas Neno Warisman dalam dunia anak dan pendidikan memang tidak diragukan lagi. Selain rajin mengisi seminar dan menulis buku tentang bagaimana menjadi orangtua yang baik, Neno kini berancang-ancang mewujudkan mimpinya yang lain. Bersama Sigma Parenting Community (SPC) yang akan diluncurkannya, Neno tengah menyiapkan kader aktivis yang diharapkan dapat menjadi pembicara mengenai parenting. “Mimpi saya yang paling dekat menyiapkan pengkaderan. Insya Allah tahun ini, ada sekitar 50 sampai 100 kader parentingyang bisa diturunkan ke masyarakat, harapannya bisa menjangkau tingkat grassroot juga,” terangnya kepada Espos, Minggu. Apa yang ia lakukan tidak terlepas dari keinginannya melihat perubahan nyata di masyarakat khususnya tentang pengasuhan dan pendidikan anak. Agar gagasannya dapat diterima masyarakat luas, Neno rajin membuat buku salah satunya buku berjudul Ayah Jenderal Ayah Kelinci. Buku itu, menurutnya merupakan buku pengasuhan tentang peran ayah. “Seorang ayah bukan hanya bertugas mencari nafkah tapi dia juga memiliki peran besar dalam urusan pendidikan untuk anaknya. Jadi, bukan hanya ibu tapi ayah juga berperan makanya harus seimbang,” terangnya.

Tetap berdakwah Kendati sibuk dengan padatnya aktivitas, Neno nyatanya masih bisa merampungkan album terbarunya yang juga berkaitan dengan dunia parenting. Album berisi delapan lagu yang digarap bersama anak-anak itu direncanakan launching Juni mendatang. Hal itu diakuinya nyaris berbarengan dengan rencana penggarapan program Pemilihan Dai Cilik (Pildacil) dengan konsep baru yang digodognya bersama salah satu stasiun televisi swasta. “Sampai saat ini, saya juga masih rutin mencari tema untuk program Untukmu Indonesia di TVRI. Selain itu, mengisi gagasan atau kolom di majalah juga masih berjalan. Kegiatan dakwah terus berjalan karena itu kewajiban,” katanya. Perempuan kelahiran 21 Juni 1964 ini rupanya tidak hanya cerdas dalam dunia pendidikan dan dakwah. Sebab, diam-diam Neno telah mengibarkan bendera bisnis dengan mendirikan biro perjalanan Neno Tour pada Februari lalu. Biro perjalanan itu, ia kemas dengan mengambil nilai siroh dan napak tilas Nabi dan para sahabat seperti ke Syria dan Masjid Aqsa Palestina. “Tahun ini menggarap perjalanan siroh ke Turki. Tahun depan, saya dan para peserta merencanakan perjalanan ke Cordova atau Spanyol.” Neno yakin, perubahan dan apa yang kini dicapainya merupakan jawaban Allah atas doanya.Cara berpikirnya berubah tidak lagi ke urusan dunia tapi ke paradigma akhirat. Tentang keluarga dan anak-anaknya, ia mengaku cukup mesra. Bahkan, hubungan dengan ketiga anaknya ia gambarkan seperti tidak ada dusta di antara kita karena ia menerapkan prinsip saling membuka jiwa masing-masing di mana pun dan kapan pun waktunya. o ufi Espos/Lutfiyah


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.