PANDUAN PENGELOLAAN LEARNING JOURNAL(BAGI GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH)

Page 1

Â

PANDUAN PENGELOLAAN

LEARNING JOURNAL (BAGI GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH)

Paket Pembelajaran BERMUTU Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional Gedung D Lantai 15 Jl. Jendral Sudirman Pintu I Senayan Jakarta Telp/fax. 021-57974128, 57974129, 57974130, 57974131, 57974132, 57974133 bermutu_diknas@yahoo.com


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Menteri Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) melaksanakan Program Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) yang dimulai pada tahun 2008 sampai tahun 2013 yang dilaksanakan di 75 Kabupaten/Kota di 16 provinsi. Program BERMUTU bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sebagai dampak peningkatan kompetensi, kualifikasi, dan kinerja guru. Salah satu komponen strategis Program BERMUTU untuk mencapai tujuan tersebut adalah penguatan peningkatan mutu dan profesional guru secara berkelanjutan. Besarnya jumlah guru yang belum memenuhi kualifikasi minimal S1/D4 menjadi dasar pemikiran untuk memberdayakan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang mewadahi guru SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang mewadahi guru bidang studi di SMP. Pada Program BERMUTU, peningkatan kompetensi guru akan ditingkatkan dengan memberdayakan KKG dan MGMP sehingga mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan pengembangan profesional guru termasuk pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi bagi guru yang belum memiliki Ijazah S1/D4. Paket Pembelajaran Model BERMUTU telah dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai perangkat utama dalam proses pendidikan dan pelatihan terakreditasi bagi guru di KKG/MGMP. Paket Pembelajaran Model BERMUTU yang dirancang dengan mengintegrasikan pendekatan penelitian tindakan kelas, lesson study, dan studi kasus, diharapkan dapat memandu guru-guru untuk melakukan kajian kritis terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, memperbaiki dan mengembangkan kurikulum pembelajarannya, serta mempraktekkan pembelajaran yang baik berdasarkan metode PAKEM dan strategi pembelajaran inovatif lainnya. Paket Pembelajaran Model BERMUTU dikembangkan dengan melibatkan sejumlah widyaiswara dari P4TK, dosen LPTK, guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, serta mengintegrasikan berbagai masukan dari praktisi lapangan dan nara sumber ahli dari LPTK. Dengan Paket Pembelajaran Model BERMUTU, beragam kegiatan pengembangan profesional guru di KKG/MGMP dapat dilaksanakan secara aktif. Penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pengembangan Paket Pembelajaran Model BERMUTU ini yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK. Semoga Paket Pembelajaran Model BERMUTU ini dapat bermanfaat bagi guru-guru dan komunitas pendidikan pada umumnya, sehingga pada akhirnya dapat tercapai cita-cita luhur peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.

Jakarta, 2 September 2009 Direktur Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan

Sumarna Surapranata, Ph,D. NIP. 131 470 163

i


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Kata Pengantar .......................................................................... i Daftar Isi ................................................................................ vii Pendahuluan ............................................................................. Tujuan ..... .............................................................................. Kegiatan Belajar 1 ..................................................................... A. Pengantar ............................................................................ B. Tujuan ................................................................................ C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar ................................................. D. Lampiran ............................................................................. E. Langkah Kegiatan ................................................................... F. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta ...................................

1 1 2 3 7 7 7 8 13

Kegiatan Belajar 2 ...................................................................... A. Pengantar............................................................................ B. Tujuan ................................................................................ C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar ................................................. D. Lampiran ............................................................................. E. Langkah Kegiatan ................................................................... F. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta ................................... Daftar Rujukan ....................................................................

19 20 20 21 21 22 25 34

Kegiatan Belajar 3 ...................................................................... A. Pengantar ............................................................................ B. Tujuan ................................................................................ C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar ................................................. D. Lampiran ............................................................................. E. Langkah Kegiatan ................................................................... F. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta ................................... Daftar Rujukan ....................................................................

35 35 36 36 37 37 40 45

ii


Pendahuluan Paket

Pembelajaran

BERMUTU

merupakan

program

inovatif

untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan kelompok kerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Program ini berjalan di 75 kabupaten/kota di 16 propinsi di Indonesia dengan harapan kegiatan program ini dapat dijadikan model pengembangan profesional yang sistematis bagi KKG dan MGMP di seluruh Indonesia. Ada dua Paket Pembelajaran BERMUTU, yaitu Paket Pembelajaran Bidang Ilmu untuk guru SD dan SMP, serta Paket Pembelajaran Manajemen untuk kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Tujuan Terdapat tiga tujuan utama dari program BERMUTU •

Meningkatkan kompetensi

guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran •

Memberikan kontribusi pada peningkatan kualifikasi para peserta melalui pemberian angka kredit kepada mereka yang berhasil menyelesaikan program ini

Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sistem pengembangan tenaga profesional melalui tersedianya program kelompok kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang dapat diterapkan, sistematis, dan berkelanjutan.

1


Kegiatan Belajar 1 : Bagaimana Menerbitkan Learning Journal pada Kelompok Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah?

Unit 1 : Pengenalan Karakteristik Learning Journal yang baik Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar  Â

Kualitas Sekolah dapat diukur dari aspek pengelolaannya yang profesional, fasilitas (sarana dan prasarana) pembelajaran yang memadai, sumber daya yang profesional serta mutu lulusan yang diakui oleh masyarakat. Kualitas sekolah juga dapat diukur dari seberapa banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para gurunya, karya-karya intelektual yang dihasilkan, seperti alat peraga dan sejauh mana tulisan-tulisan ilmiah (artikel) yang sumbangkan gurunya untuk kemajuan pendidikan. Selanjutnya, karya tulis ilmiah, artikel, buku dan berbagai tulisan ilmiah lainnya menjadi sangat signifikan apabila tulisan tersebut dikutip atau dijadikan referensi oleh pendidik dan tenaga kependidikan lainya. Dilihat dari sisi lain, tulisan, artikel dan karya tulis ilmiah menjadi bagian penting bukan saja bagi penulisnya (dalam rangka peningkatan kualitas diri sebagai pengajar), tetapi terlebih bagi rekanrekanya. Tradisi ilmiah berupa penerbitan jurnal ilmiah menurut Robby Hidayat (2001) memiliki sumbangan yang positif, yakni membangun tradisi ilmiah; sebagai indikator aktivitas keberadaan insan akademik.

2Â Â


Kehadiran jurnal ilmiah diprediksi akan memberikan kontribusi positif dalam pengembangan disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pentingnya jurnal sudah disadari oleh perguruan tinggi. Hanya saja, masalah-masalah klasik

yang dihadapi seperti pendanaan, pengelolaan

(manajemen penerbitan) serta susatainbilitasnya. Pengelolaan penerbitan jurnal di bidang pembelajaran di sekolah atau kelompok kerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah akan menghadapi problematika tersendiri. Guru-gutu di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masih belum berpengalaman atau belum pernah menerbitkan dan mengelola Learning Journal. (Jurnal ilmiah pada umumnya berkembang di perguruan tinggi).

Penerbitan Learning Journal dimaksudkan dengan banyak tujuan. Bagi tenaga pengajar berfungsi untuk pengayaan, penyegaran, aktualisasi diri serta peningkatan nilai kumulatif bagi kenaikan pangkat di sekolah. Bagi sekolah, publikasi ilmiah, seperti Learning Journal bermuatan ganda, yaitu sebagai aset publikasi ilmiah serta aset kualitas tenaga pengajar dalam kualifikasi kepangkatan. Dalam hal ini publikasi ilmiah, menguntungkan kedua belah pihak. Sebagian tenaga pengajar menjauhi pekerjaan ‘menulis’ dan meneliti bagi pengembangan keilmuannya. Tawaran menulis ‘artikel ilmiah’ sering menjadi beban bagi sebagian besar tenaga pengajar. Belum dapat dijelaskan apakah hal ini terjadi karena banyaknya tenaga pengajar yang hanya berkualifikasi S1(bahkan sebagian besar belum S1), tetapi kalau hal tersebut merupakan alasan, maka seharusnya pendidik yang telah lulus pasca sarjana (S2) seharusnya produktif dalam membuat karya tulis ilmiah, akan tetapi kenytaannya sama saja. Pada umumnya guru masih

belum

terbiasa menulis artikel atau karya tulis ilmiah lainnya.

Learning Journal menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas, maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish” diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para pendidik di negeri tercinta ini memiliki kesadaran untuk menulis. Publikasi Learning Journal diharapkan tidak bisa lepas dari membangun budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis untuk mengisi secara terus-menerus khazanah keilmuan dalam bidang pembelajaran. Ironisnya kebiasaan membaca untuk memperkaya khazanah 3


keilmuan pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang hanya mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang biasanya sudah kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca sumber-sumber yang lebih up to date, guru tersebut menjawab tidak ada dana untuk membeli buku sumber atau bahasa Inggris tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada hal guru sebagai agen pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel keilmuan bermutu, terampil mengakses sumber informasi lewat internet secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah. Lewat artikel-artikel pada Learning Journal yang akan diterbitkan ini sebagian permasalahan yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki kecintaan dan kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak mungkin akan terus menerus dapat menulis tanpa

membaca dan tanpa didukung dengan sarana-

prasarana atau wadah yang tepat. Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas sekolah menghargai karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka dihasilkan. Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas yang sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik dan tenaga kependidikan dapat diilustrasikan sebagai aktivitas harian seperti halnya bernafas.

Jurnal ilmiah di bidang pembelajaran diharapkan menjadi wadah dan candra di

muka

pengembangan

kualitas

pendidikan,

khususnya

di

bidang

pembelajaran. Pendidik dan tenaga kependididkan diharapkan berpartisipasi untuk mengisi dan memperbarui materi keilmuan yang diajarkan dan caracara mengajarkannya. Bahkan guru pemula dapat menjadikan jurnal tersebut sebagai rujukan pemutakhiran metode pembelajaran dan materi yang diajarkan. Siswa yang berada di kota besar, sekarang ini sudah

dengan

mudah dapat mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal, apabila gurunya hanya mengandalkan sumber belajar yang konvensional. Selain itu, 4Â Â


meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya kewajiban bagi siswa, akan tetapi merupakan kewajiban bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Proses pembelajaran di sekolah tidak akan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca. Pendidik dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca. Menulis dan membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kecintaan untuk menulis, apa lagi menulis artikel ilmiah, seperti dalam jurnal ilmiah terakreditasi, baik nasional apalagi internasiona masih belum tumbuh dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dasar dan pendidikan menengah. Bahkan guru yang sudah S2 pun masih belum terbiasa menulis artikel.

Berdasarkan

kondisi

seperti

ini

penerbitan

Learning

Journal

diharapkan dapat memacu minat pendidik dan tenaga kependidikan untuk menulis dan dengan demikian artikel-artikel dalam jurnal tersebut dapat dijadikan rujukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Di satu pihak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dituntut untuk menyusun karya tulis ilmiah, seperti menulis artikel ilmiah, di lain pihak yang bersangkutan tidak mempunyai cukup waktu dan biaya untuk melakukan penelitian. Hasil penelitian tindakan kelas dari guru tidak punya wadah untuk diterbitkan. Sementara itu, hasil penelitian tersebut apabila dikirimkan ke jurnal ilmiah di perguruan tinggi, akan kalah bersaing dengan hasil penelitian para dosen. Oleh sebab itu, menerbitkan Learning Journal di sekolah seperti yang dilakukan oleh perguruan tinggi diharapkan dapat menjembatani. Permasalahan sustainbilitas naskah dan dana akan secara alamiah dihadapi para pendidik dan tenaga kependidikan di kabupaten/kota.

Learning Journal yang diusulkan untuk diterbitkan adalah jurnal refleksi dalam bidang pembelajaran. Guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan dalam pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau apa saja yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Bila perlu 5Â Â


siswa yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya. Learning Journal tidak hanya berorientasi pada pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan untuk memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat, akan tetapi lebih fokus pada komunikasi dan deseminasi informasi, temuan, pemikiran, hasil penelitian tentang pembelajaran. Setiap guru dapat mengisi Learning Journal, meskipun belum melaksanakan penelitian. Isi dari Learning Journal tidak harus dalam bentul artikel hasil penelitian, hasil telaahan yang memenuhi kriteria ilmiah. Akan tetapi dapat berupa pembuatan alat peraga sederhana, penyelasaian soal mata pelajaran tertentu atau bahkan berbagai temuan dalam implementasi KTSP.

Untuk menerbitkan Learning Journal dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong

langkah-langkah berikutnya, diperlukan inisiatif kepala

sekolah atau dan pengawas sekolah. Kebersamaan di antara pendidik dan tenaga kependidikan yang menjadi anggota kelompok kerja masing-masing merupakan modal utama dan kunci untuk menerbitkan Learning Journal. Pendekatan-pendekatan

personal

kepada

anggota

kelompok

diperkirakan akan mampu membangkitkan semangat untuk

kerja

menerbitkan

Learning Journal. Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati, mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat nama jurnal dan memilih pengelola dan menulis isi jurnal.

Kebiasaan menyusun karya tulis ilmiah yang telah dimiliki guru perlu terus dikembangkan

dan

dipeliharan

melalui

penerbitan

Learning

Journal.

Diperkirakan jurnal tersebutmemberi sumbangan yang besar dan positif untuk membangun tradisi berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk artikel di jurnal. Kehadiran Learning Journal diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan disiplin akademik para pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP, KKKS dan MKKS. Kebiasaan perguruan tinggi dalam memanfaatkan jurnal ilmiah sebagai wadah komunikasi hasil peneltian dan telaah ilmiah dapat diterapkan di dalam pengelolaan pendidikan dasar. Â 6Â Â


B. Tujuan Topik 1 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas

sekolah

tentang

menerbitkan

Learning

Journal.

Setelah

menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan Learning Journal 2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik Learning Journal 3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk menerbitkan Learning Journal 4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi dalam penerbitan Learning Journal.

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut. 1. Studi Kasus: Penerbitan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran 2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru atau LPMP 3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal 4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar Learning Journal

D. Lampiran Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta Lampiran 3: Bahan Bacaan tentang Jurnal untuk Peserta

7


E. Langkah Kegiatan Panduan Belajar kegiatan Unit 1, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai berikut.

30’

50’

Pengantar dan

Penyajian Studi Kasus

Pengenalan

Pemodelan Jurnal dan Diskusi tentang Ciri‐ciri Jurnal

BERMUTU

1

30’

60’

2

3

Penulisan Artikel untuk Jurnal dan Buletin

4

30’

Penguatan dan Penugasan Penulisan Artikel untuk Learning Journal

5

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 1, kepala sekolah dan

pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut. 1. Pengantar (50 menit) •

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini

Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

8


•

Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau buletin.

2. Penyajian studi kasus penerbitan jurnal belajar (30 menit). Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat jurnal belajar yang baik, peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian tindakan kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya: a. Alternatif ke-1: Penyajian studi kasus penerbitan jurnal. Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus: 1) Apa manfaat Learning Journal yang diterbitkan 2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan memanfaatkan Learning Journal? 4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya: Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penerbitan model Learning Journal yang disajikan dalam bentuk studi kasus Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus Berikut ini. Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain menanggapi dan menambahkan. Â 9Â Â


Studi Kasus Penerbitan Learning Journal Fasilitator mengajak peserta untuk melihat berbagai model jurnal dan buletin dalam bidang pendidikan, yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Peserta diberi format untuk diisi, yang berkaitan karakteristik Learning Journal yang berkualitas

10


Format 1: Karakteristik Learning Journal No.

Komponen

1

Isi

2

Bahasa

3

Bentuk/Ukuran

4

Manfaat

5

Pengelolaan

6

Pendanaan

7

Sustainibilitas

Aspek

Indikator

11Â Â


LAMPIRAN PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN UNIT 1 Karateristik Learning Journal 1. Bahan Tayangan untuk Fasilitator 2. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta 3. Bahan Bacaan untuk Peserta tentang Learning Journal

12


Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta tentang Learning Journal

Apa itu Learning Journal? Learning Journal, sebagai istilah yang diterjemahkan dari jurnal belajar (Learning Journal), yakni merupakan dokumen yang secara terus-menrus bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh pembelajar, sebagai rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya, bisa saja terdapat beberapa jurnal sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak berkembang adalah jurnal belajar secara online, di mana peserta dididk dapat melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta dididk dari sekolah lain pun boleh ikut bergabung (nimbrung). Mungkin ide seperti ini cocok juga untuk peserta/mahasiswa universitas terbuka, hanya saja perlu penyesuaian dengan karakteristik mahasiswanya.

Learning Journal bukan....:

Bukan ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi guru terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang diajarkan

Katalog belajar, dalam katalog belajar biasanya ditulis waktu dan tanggal mengajar atau dipelajari. Suatu katalog merupakan rekaman peristiwa, akan tetapi Learning Journal merupakan rekaman refleksi dan hasil pemikiran guru.

Apa Keuntungan dari Learning Journal? Siapa yang paling diuntungkan kalau Learning Journal diterbitkan? Tentu peserta didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika guru memelihara rekaman tentang apa yang diajarkan dan bagaimana materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk tetap mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang mengatakan ”sebenarnya

guru

belum

tahu

apa-apa

sampai

guru

tersebut

dapat

menuliskannya” dan beberapa hasil penelitian telah membukti bahwa ungkapan tersebut benar. Mengatakan apa yang telah diajarkan, guru dapat menelusuri apa 13


saja kemajuan yang telah dapatkan atau dilakukan. Ini juga berarti guru mulai mencatat perbedaan di antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentang mengajar.

Siapa Penulis Learning Journal? Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku teks masih sangat mahal harganya. Ketika itu, mahasiswa harus menuliskan apa yang telah dipelajari pada buku catatan. Isi catatan kuliah tersebut adalah ringkasan dari apa materi yang telah dipelajari. Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus menulis dan memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini tidak dibutuhkan catatan kuliah karena materi kuliah dapat diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari catatan itu sudah ada di web site. Harga buku teks pun sudah relatif murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti harus gurunya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web). Jadi dalam arti seperti pengganti “catatan kuliah”, guru hendaknya menggunakan Learning Journal. Penekanannya memang berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah dipelajari peserta didik pada saat guru mengajar. Isi Learning Journal dapat meliputi:

Poin-poin yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari yang dibaca guru dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;

Pertanyaan yang muncul dibenak guru yang berkaitan dengan materi yang dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);

Setelah pembelajaran di kelas berlangsung (segera setelahnya, jika memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat untuk membuat catatan untuk

me-reinforce hasil belajar anak didik dengan mencoba

mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin utama yang baru bagi guru dari materi yang diajarkan hari ini. Guru diminta oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk menuliskanlah hal tersebut tanpa melihat RPP, kemudian membandingkan dengan RPP, sekadar untuk menyakinkan apakah poin yang kita buat tersebut akurat;

Catatan tersebut dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang dikutip dari buku atau materi yang berkaitan, seperti artikel dalam surat kabar; 14


ƒ

Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar guru dalam bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan artikel yang ditemukan/dibaca yang berkaitan dengan materi pengajaran;

ƒ

Refleksi guru terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan guru tersebut pada saat mengajar;

ƒ

Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan apa yang diajarkan dengan cara yang berbeda;

ƒ

Pemikiran guru yang belum sepenuhnya terwujud tetapi guru harus merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan guru tentang materi dan perkembangan dan teori yang dikembangkan dalam pikiran guru tersebut.

Setiap guru mengirimkan bahan (naskah) untuk Learning Journal, hendaknya guru tersebut memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan pada saat mengajar, dimulai dari waktu paling akhir. Sumber belajar yang paling banyak diakses oleh guru? Mana yang yang paling sedikit diajarkan? Dan mengapa demikian? Apakah materi tersebut sudah diketahui murid-muridnya sebelumnya? Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dituliskan oleh guru walaupun hanya satu atau dua paragrap satu minggu, kemudian dikumpulkan dan dirangkum untuk dikirimkan atau dimuat di Learning Journal.

Bagaimana Bentuk Learning Journal? Bagaimana bentuk Learning Journal? Kalau kepala sekolah atau pengawas sekolah bertanya kepada guru, kemungkinan ada guru yang menyarankan, sebaiknya diketik menggunakan komputer akan tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja. Tentu saja tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. Learning Journal dapat diterbitkan dalam beberapa bentuk alternatif pilihan: ƒ

Jurnal bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau setengah ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4, ini tergantung pada ketersediaan naskah. Kalau semua guru anggota KKG atau MGMP, begitu ada pemikiran tentang materi langsung ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, nanti kertas tersebut dapat disusun setelah diurutkan berdasarkan poin yang telah diajarkan, apa yang masih perlu diajarkan, pertanyaan peserta didik kepada

15Â Â


pengajar dan lain sebagainya ditulis untuk dimuat di jurnal, maka tidak akan kekurangan naskah; ƒ

Kemudian berdasarkan catatan kecil tadi oleh guru tersebut diuraikan kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini akan menjadi catatan penting bagi penulis sebagai “buku� referensi setelah pembelajaran itu selesai;

ƒ

Jika lebih suka langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian diprint out, setiap halaman dibundel, sebagai rekaman permanen perkembangan pembelajaran dan hasil belajar anak-anak;

ƒ

Jika lebih suka membaca dari screen komputer, akan tetapi disarankan tetap membuat print outnya untuk menjaga pengelola jurnal mengalami kesulitan untuk membuka file yang dibuat oleh guru pengirim naskah tersebut (terjadi gangguan sehingga tidak dapat dibaca).

Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa hasil tulisan guru tersebut setiap bulan harus dikirim lewat email ke redaksi Learning Journal (diharapkan).

Pemikiran Pribadi Guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah bisa juga memasukkan hasil pemikiran pribadi ke dalam Learning Journal, meskipun hal itu tidak ingin kepala sekolah melihatnya, akan tetapi hal tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain (di kemudian hari) atau bisa juga tidak dikirim ke redaksi jurnal, akan tetapi disimpan atau didokumentasikan sendiri.

Apakah ada Waktu untuk Menulis Artikel? Waktu yang diperlukan untuk menulis naskah untuk Learning Journal tersebut, jika dilakukan oleh guru atau kepala sekolah dan pengawas sekolah secara rutin, mungkin hanya satu jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam (karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan secara rutin setiap orang hanya menghabiskan waktu 1 jam per minggu untuk menulis materi 16Â Â


yang akan dikirim ke Learning Journal. Jika setiap minggu menghasilkan satu halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman yang menjadi materi Learning Journal.

Nilai Karena mengajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat individual, maka mungkin catatan yang perlu dimasukkan ke dalam Learning Journal, jika menurut guru tidak ada peristiwa penting dalam pembelajaran yang perlu ditulis untuk mengisi jurnal, guru tersebut diharapkan mengisi jurnal dengan hasil bacaan(buku, artikel atau apa saja yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya dengan pembelajaran).

Tujuan Penerbitan Learning Journal Tujuan

menerbitkan

Learning

Journal,

bagaimana

agar

guru

memperoleh

keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan sesuatu yang bermakna atau pemikiran guru tentang pengalaman berharga dalam menjalankan tugas sebagai pengajar diharapkan bahan tersebut, selain sebagai bahan refleksi bagi guru yang bersangkutan, dijadikan rujukan oleh pembaca/guru lain yang menghadapi hal yang sama. Learning Journal diharapkan menjadi wadah untuk saling sharing informasi, pengalaman, hasil pemikiran, hasil penelitian dan penyusunan RPP, evaluasi hasil belajar atau materi pembelajaran serta alat peraga pembelajaran. Learning Journal juga dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah yang menghadapi permasalahan dalam pembelajaran, misalnya mengenai menghadapi anak anak nakal, sumber materi pembelajaran, metoda pembelajaran dan lain sebagainya, yang bersangkutan dapat menuliskan pertanyaan tersebut di dalam Learning Journal. Diharapkan pada edisi berikut, selain anggota redaksi yang menjawab ada juga guru lain atau anggota KKG/MGMP yang bersedia menjawab apbila menguasai hal yang ditanyakan tersebut. Setelah guru menyelesaikan tugasnya mengajar dalam satu semester di kelas tertentu, misalnya ada bahan yang perlu disharingkan kepada guru lain dan Learning 17Â Â


Journal adalah wadah untuk itu. Bagi peserta yang hendak melihat jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran dapat mengakses: www.maslibraries.org/infolit/samplers/spring/doub.html. Alternatif lain, setelah guru selesai mengajar satu mata pelajaran atau satu topik, kemudian, semua catatan yang dibuat selama ini tentang pembelajaran dilengkapi dengan pemikiran penulis, dan tulisan tersebut menjadi naskah yang dibuat di Learning Journal

Penjelasan pengertian, pengerjaan rumus, kendala yang dihadapi.

Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku rujukan

Nara sumber yang tertarik dan menguasai materi tersebut.

18


Kegiatan Belajar 2 : Bagaimana Menulis Artikel untuk Learning Journal Oleh Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah?

Unit 2 : Menulis Artikel Learning Journal

Waktu : 4 jam (4x50 menit)

19


A. Pengantar

Bahan ajar ini diusun untuk keperluan pendidikan dan latihan (diklat) guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam membimbing guru untuk menerbitkan dan mengisi Learning Journal. Isi dari Learning Journal tersebut adalah hasil refleksi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran. Selain itu, anggota KKG/MGMP, KKKS dan MKKPS mengisi jurnal tersebut dengan karya tulis ilmiah atau artikel populer. Sebagai salah satu mata diklat, penulisan artikel berkaitan dengan mata diklat lainnya yang dimaksudkan untuk membantu dan mendorong guru terbiasa membuat karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah sebagai salah satu bentuk pengembangan profesionalitas guru secara berkelanjutan. Artikel adalah bentuk karya tulis ilmiah yang paling sederhana. Jumlah halaman artikel berkisar di antara 10 – 20 halaman. Tetapi boleh juga lebih dari 20 halaman, tergantung keperluan. Artikel ada yang merupakan hasil penelitian dan artikel nonpenelitian, bedanya hanya pada isi artikel, yang satu hasil penelitian, sedangkan nonpenelitian merupakan hasil kajian, dua-duanya wajib mencantumkan abstrak dan kata kunci. Artikel hasil penelitian membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta di lapangan (induktif) dan artikel nonpenelitian berdasarkan kajian teoritis (deduktif). Secara umum, artikel terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan dan ruang lingkup. Bagian kedua, yaitu pemaparan isi artikel atau deskripsi gagasan dan pembahasan. Sedangkan bagian terakhir disebut bagian penutup, berisi simpulan, rekomendasi dan rujukan.

B. Tujuan Topik 2 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang membimbing guru untuk menulis artikel, yang akan diseleksi menjadi isi Learning Journal. Setelah menyelesaikan Panduan

20


Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan mampu: 1. Mengidentifikasi karakteritik Artikel yang layak untuk Learning Journal 2. Membantu guru dalam menulis artikel berdasarkan hasil penelitian 3. Membantu

guru

menulis

Artikel

berdasarkan

hasil

kajian

(nonpenelitian)

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.

1. Penulisan Artikel dalam bidang pembelajaran untuk Jurnal dan Buletin Contoh model artikel dari Jurnal ilmiah atau dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru atau LPMP 2. Handout: Model dan Karakteristik Artikel untuk Learning Journal 3. Kajian Pustaka tentang penulisan artikel untuk Learning Journal

D. Lampiran Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta Lampiran 3: Bahan Bacaan tentang Jurnal Ilmiah untuk Peserta

21Â Â


E. Langkah Kegiatan

30’

50’

Pengantar dan Pengenalan Artikel

Penyajian Studi Kasus

Pemodelan Artikel dan Diskusi tentang Ciri‐ciri Artikel

1

30’

60’

2

3

Penulisan Artikel untuk Learning Journal

4

30’

Penguatan dan Penugasan Penulisan Artikel untuk Learning Journal

5

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 2, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut. 1. Pengantar (50 menit) •

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini

Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

22


Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau buletin.

2. Penyajian Artikel dari Jurnal Ilmiah dalam bidang pembelajaran (30 menit). Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat artikel dalam jurnal ilmiah, peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian tindakan kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya: a. Alternatif ke-1: Penyajian artikel dari jurnal ilmiah. Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh artikel dari terbital jurnal ilmiah dalam bidang pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus: 1. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal yang diterbitkan 2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam menulis artikel dalam bidang pembelajaran? 3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil kepala sekolah dan pengawas sekolah agar guru termotivasi untuk menulis artikel untuk Learning Journal? 4. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya: •

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penulisan artikel untuk Learning Journal yang didasarkan dari model artikel yang disajikan fasilitator.

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus Berikut ini.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain menanggapi dan menambahkan.

23


LAMPIRAN PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN UNIT 2 Penulisan Artikel Learning Journal 1. Bahan Tayangan untuk Fasilitator 2. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta 3. Bahan Bacaan untuk Peserta tentang Penulisan Artikel Learning Journal 4. Bahan untuk Peserta tentang Keterampilan Menulis Artikel

24


1. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta 2. Bahan Bacaan untuk Peserta tentang Penulisan Artikel Learning Journal

PENULISAN ARTIKEL LEARNING JOURNAL

Pendahuluan Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk pengembangan keterampilan dalam penyusunan atau pembuatan artikel oleh guru. Membantu guru menjadi penulis artikel yang produktif, terbiasa menyusun artikel dalam waktu yang relatif singkat. Artikel yang ditulis dapat berdasarkan hasil peneltian atau data yang diperoleh di lapangan, yang dikenal dengan artikel induktif dan atau artikel yang berdasarkan hasil pengkajian teoritis, yang biasa disebut artikel deduktif. Agar guru terbiasa menulis artikel dalam waktu relatif singkat dan memenuhi persyaratan karya tulis ilmiah, diperlukan latihan, latihan dan latihan. Alah bisa karena biasa. Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kewajiban bagi masyarakat ilmiah. Guru sebagai masyarakat ilmiah, wajib menyusun karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah pada umumnya disusun berdasarkan hasil penelitian. Karya tulis ilmiah antara lain dalam bentuk, laporan penelitian, artikel jurnal, buku, artikel populer (biasanya di media massa) . Karya tulis ilmiah dikaitkan dengan pengembangan profesi guru. Guru

dituntut

untuk

melakukan

penelitian

sebagai

bentuk

pengembangan

profesionalitasnya. Selain bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat), guru dituntut melakukan pengembangan profesi secara berkelanjutan. Salah satu bentuk pengembangan profesionalitas guru adalah menjadi penulis artikel untuk jurnal dan penulis makalah (pemakalah) dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar, workshop, konferensi. Guru yang tidak memenuhi angka kredit profesi tidak

pengembangan

dapat naik pangkat. Saat ini diperkirakan 300-an guru terhambat

kenaikan pangkatnya karena angka kredit pengembangan profesi tidak mencukupi. 25


Artikel sebagai karya tulis ilmiah disusun mengikuti kriteria atau persyaratan yang berlaku universal. Ada kalanya panitia (dewan redaksi jurnal) menambahkan persyaratan tertentu, seperti jumlah halaman, tata tulis dan bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel. Artikel pada umumnya disampaikan kepada kelompok atau masyarakat tertentu melalui jurnal ilmiah. Artikel tidak sama dengan laporan hasil penelitian (lebih ringkas). Sedangkan artikel nonpenelitian hampir sama dengan makalah (paper). Perbedaan makalah dengan artikel nonpenelitian terletak pada abstrak dan kata kunci. Makalah tidak harus memuat abstrak dan kata kunci. Artikel menggambarkan tema, topik, judul dan rumusan masalah, yang dipaparkan pada bagian pendahuluan. Meskipun yang tertulis hanya judul artikel akan tetapi secara tersirat mengambarkan tema dan topik. Sementara di bagian berikutnya dideskripsikan gagasan yang ditawarkan dan pembahasan terhadap gagasan tersebut.Tema,

topik

bahkan

judul

adakalanya

disampaikan

oleh

pihak

penyelenggara, semacam artikel pesanan. Penulisan artikel yang dibahas di sini adalah artikel secara umum, di mana penentuan tema, topik dan judul dilakukan sendiri oleh penulis. Tujuan menulis artikel adalah untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis kepada orang lain, yang memerlukan gagasan tersebut. Sebelum membaca artikel, yang pertama ditanyakan, apa inti gagasan disampaikan penulis dalam artikel tersebut. Gagasan dapat berupa cara pandang baru terhadap suatu persoalan, misalnya “modelâ€?, yaitu cara melakukan sesuatu, model mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada siswa SD. Jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak disampaikan, sebaiknya tidak dipaksakan menulis artikel. Penulis artikel yang produktif adalah mereka yang mempunyai gagasan kreatif, yang disampaikan kepada kelompok atau orang lain melalui karya tulis yang dinamakan artikel. Sasaran yang dituju sebagai pembaca atau pengguna gagasan tersebut adalah masyarakat yang relevan. Guru yang mempunyai gagasan “baruâ€? dalam bidang pendidikan, yang apabila gagasan tersebut disampaikan kepada guru lain, diharapkan dapat diterapkan dalam praktik pendidikan di sekolah. Penerapan gagasan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Guru adalah pemakai atau pengguna 26 Â


gagasan tersebut. Misalnya, gagasan menilai hasil belajar dengan menggunakan komputer atau penilaian hasil belajar secara online. Mungkin gagasan tersebut telah lama berkembang di negara lain, kemudian diadaptasikan di sekolah di Indonesia dengan mengembangkan “software� yang dirancang untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa secara langsung. Begitu selesai mengisikan jawaban terhadap pertanyaan yang disajikan lewat monitor komputer, siswa tersebut dapat segera mengetahui berapa pertanyaan yang dijawab dengan benar dan berapa yang salah serta berapa nilai yang diperoleh. Gagasan melakukan penilaian hasil belajar secara online, mungkin mendapat sambuatan baik dari guru-guru, apabila hal tersebut menjadi masalah dalam tugas mereka. Misalnya karena guru sudah tidak punya waktu untuk mengoreksi ulangan siswa, apalagi kalau tes hasil belajar dibuat dalam bentuk esay, yang pemeriksaannya membutuhkan banyak waktu. Kemudian perangkat komputer yang dibutuhkan untuk menerapkan penilaian berbasis online tersebut tersedia di sekolah. Jika tambahan keterampilan mengoperasikan komputer saja yang diperlukan oleh guru, karena software sudah disertakan penulis artikel tersebut, besar kemungkinan artikel tersebut menjadi sangat menarik bagi guru-guru di sekolah. Penulisan Artikel Sebelum menulis artikel perlu mengorganisir ide-ide pokok

atau bagian-bagian

gagasan yang hendak ditulis. Ketika hendak membahas suatu tema, topik, atau masalah, kemungkinan penulis tertarik untuk membahas metode, cara, pendekatan, hasil penelitian, interpretasi atau barangkali hanya ringkasan hasil kajian teori yang dilakukan pakar. Setelah menetapkan tema, topik dan judul berikutnya adalah merumuskan permasalahan yang hendak dijawab dalam artikel tersebut. Misalnya, Mengapa sebagian besar guru tidak objektif dalam memberi nilai hasil belajar peserta didik? Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan judul artikel menjadi: Tingkat Objektivitas Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah XXX. Tema, topik artikel adalah “Objektivitas nilai hasil belajar peserta didik�. Penulis dapat merumuskan masalah sebelum merumuskan judul artikel atau sebaliknya. Artinya setelah menetapkan tema dan topik dirumuskan judul artikel.

27Â Â


1. Judul Artikel Judul artikel sebaiknya ditulis dalam bentuk kalimat positif atau pernyataan, singkat, jelas, informatif, sesuai dengan isi artikel dan maksimum terdiri dari 15 kata. Judul menggambarkan isi artikel secara tepat dan akurat. Akan tetapi jika judul artikel tidak lengkap, bisa membuat pembaca tidak menangkap makna yang terdapat dalam artikel tersebut. Jika penulisan artikel membahas masalah kelompok masyarakat tertentu, spesifik, hendaknya dituliskan pada judul artikel. Artikel yang membahas masalah di daerah tertentu atau sistem yang berlaku pada

masyarakat khusus

yang akan diterjemahkan ke dalam kelompok masyarakat lain hendaknya dituliskan nama daerah tempat studi, yang dijadikan referensi penulisan artikel tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan judul artikel: •

Judul adalah yang terbanyak dibaca oleh pengguna, terdiri dari beberapa kata yang mewakili isi artikel. Judul juga penting bagi petugas pembuat indeks dan abstrak.

Judul merupakan rangkaian kata-kata yang tidak perlu mengikuti kaidah tatabahasa. Yang terpenting adalah pemilihan kata-kata tersebut harus mempunyai arti yang tepat.

Hindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu pada judul artikel seperti Penelitian untuk ……, Observasi ……., Percobaan Pendahuluan untuk ……., …… beberapa ….., dan lain sebagainya. Kata-kata demikian dapat dihilangkan dan tidak akan mengubah arti judul.

Hindari pemakaian singkatan, rumus, jargon dan hal serupa. Bila terpaksa digunakan maka harus ditulis lengkap, misalnya HCL harus ditulis asam klorida.

Penggunaan judul berseri dapat menyusahkan pembaca terutama bila salah satu nomor serinya tidak dapat terbit. Ini menyebabkan ketergantungan dari pembaca.

Hindari judul yang menggantung (antara judul dan sub-judul dipisahkan tanda : ). Judul tersebut mengandung kata atau tanda baca yang tidak diperlukan. Judul demikian serupa dengan judul berseri. Penggunaan judul semacam ini harus dihindarkan karena pada prinsipnya, artikel itu harus menyampaikan hasil penelitian yang independen. 28


•

Judul konvensional biasanya lebih bersifat indikatif daripada informatif. Judul demikian mengemukakan subyeknya bukan kesimpulannya dan biasanya dimulai dengan kata, misalnya : Pengaruh ‌‌‌‌

2. Penulis Nama yang harus dicantumkan dalam artikel adalah nama penulis yang benar-benar mempunyai kontribusi substantif dalam kegiatan penyusunan artikel. Nama-nama penulis yang akan dicantumkan dalam artikel sebaiknya direncanakan sejak awal. Jumlah penulis setiap artikel memang tidak ada batasannya, namun ada yang berpendapat bahwa empat orang penulis dalam satu artikel sudah banyak. Nama penulis harus ditulis secara konsisten dengan ejaan sesuai keinginan penulis. Nama penulis yang hanya mempunyai satu suku kata, tidak ada persoalan dalam penulisan nama, namun penulis yang namanya terdiri dari dua suku kata atau lebih, penulisan nama dalam artikel harus konsisten. Nama keluarga ditulis lengkap sedangkan nama depan dan tengahnya disingkat sesuai huruf depan nama tersebut dan ditulis dengan huruf besar. Penulisan nama orang Indonesia yang tidak menggunakan sistem marga belum ada. Penulisannya tergantung keinginan penulis, mana yang akan ditulis lengkap dan mana yang akan disingkat. Bila nama depan dan tengah disingkat, dikhawatirkan akan sama dengan nama orang lain. Bila sudah ditetapkan cara penulisan nama, maka nama penulis itu harus selalu ditulis demikian dalam setiap artikelnya. Bagi penulis yang mempunyai nama dengan tiga suku kata dan nama depan serta tengahnya disingkat, maka penulisannya dalam setiap artikel adalah nama depan dan tengah yang disingkat dan diikuti nama terakhirnya yang ditulis lengkap. Hal ini penting terutama untuk penulisan pustaka serta pembuatan indeks oleh petugas yang berwenang. Gelar kesarjanaan, jabatan dan lain-lain tidak perlu dicantumkan dalam penulisan nama penulis. 3. Alamat Penulis. Sekolah tempat penulis bekerja ditulis sesudah nama penulis. Tidak perlu ditulis dengan kata-kata guru pada sekolah XYZ. Bila lebih dari satu penulis dalam satu artikel dan berasal dari sekolah berbeda, alamatnya ditulis semua. Cara penulisannya menggunakan superskrip angka pada setiap nama yang ditulis setelah 29Â Â


huruf terakhir dari nama tersebut. Penyantuman alamat penulis ini dimaksudkan untuk keperluan korespondensi. Mengingat sekolah itu mudah dikenal maka dalam penyantuman alamatnya cukup ditulis nama sekolah, nama kota, dan kode posnya. Bila ada reorganisasi atau perpindahan tempat kerja penulis, maka alamat lama masih tertera seperti biasa dan diberi catatan kaki tentang alamatnya sekarang dan untuk selanjutnya cukup ditulis alamatnya yang baru. 4. Abstrak Abstrak yang dibuat baik akan membantu pembaca memahami isi secara cepat dan akurat tanpa membaca keseluruhan artikel. Abstrak memuat tujuan utama dan ruang lingkup pembahasan sesuai dengan judul. Abstrak terdiri dari satu paragrap yang menggambarkan keseluruhan isi, pendekatan,

hasil dan pembahasan serta

simpulan. Abstrak ditulis setelah seluruh artikel selesai ditulis. Penggunaan kata secara efisien sangat diperlukan, tetapi kalimat harus ditulis lengkap. Abstrak tidak wajib dibuat dalam artikel, tidak seperti dalam artikel dan laporan penelitian. 5. Pendahuluan Pedoman penulisan artikel memuat unsur-unsur yang harus tercakup dalam pendahuluan artikel adalah latar belakang, ringkasan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan gagasan yang disampaikan dalam artikel atau penelitian yang berkaitan dan pendekatan yang digunakan, serta keluaran yang diharapkan. Di bagian latar belakang dikemukakan mengenai pentingnya masalah, gagasan yang disampaikan. Di sini penting disebutkan secara jelas, apa masalahnya dan apa akibat yang ditimbulkan jika permasalahan tersebut tidak diatasi. Untuk mencari akar permasalahan dapat digunakan analisis pokok masalah. Artikel yang ditulis berdasarkan fakta di lapangan atau hasil penelitian (artikel induktif), formatnya disesuaikan dengan ketentuan penerbit atau pengguna artikel tersebut. Sedangkan artikel yang dikembangkan atau ditulis berdasar kajian konseptual (artikel deduktif), secara umum, terdiri dari judul, abstrak (kalau ada), pendahuluan, bahan dan alat/metode, hasil dan pembahasan. Salah satu yang perlu dihindari dalam menulis artikel adalah penggunaan jargon dan akronim, misalnya mana yang lebih lebih tepat,

“kita melakukan tes untuk...”

untuk....”.

30

atau “tes dilakukan


Bagian pendahuluan artikel dapat diawali dengan memperkenalkan literatur yang membahas permasalahan yang hendak ditulis. Kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan bagian pendahuluan adalah, penulis artikel membeberkan kegiatannya dan bidang studi yang digarapnya tanpa mendeskripsikan temuan utama. Di sini perlu latihan, penulis berupaya menuliskan bagian pendahuluan, di mana pembaca (dalam hal dapat minta tolong orang lain atau rekan kerja) tidak mengartikan makna yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan penulis dalam bagian pendahuluan yang telah ditulis. Pertama, teks bagian pendahuluan artikel ditulis tanpa banyak merujuk sehingga mudah dibaca (tanpa harus memaksa pembaca mencari seperti yang disampaikan dalam rujukan). Rujukan dituliskan pada bagian akhir kalimat atau paragrap untuk mengingatkan pembaca bahwa gagasan tersebut dirujuk dari penulis lain. Pembaca tidak diinteruspsi dan dipaksakan harus mengikuti alur berpikir penulis. Perlu diingat bahwa, tidak semua artikel mencantumkan nama penulis yang dirujuk, adakalanya hanya mencantumkan notasi saja, yang kemudian baru di bagian belakalang dilengkapi dengan nama lengkap dan judul buku yang dirujuk. Ini sangat tergantung dengan sistim penulisan rujukan yang diikuti. Fungsi bagian pendahuluan dari artikel adalah untuk menyampaikan esensi apa yang dibahas dalam artikel, mengapa topik tersebut perlu dibahas, dan setelah itu dirumuskan,

berikutnya

adalah

merumuskan

ruang

lingkup

dan

tujuan

pembahasan. Hindari menuliskan bagian pendahuluan artikel dalam bentuk pointer, sebaiknya ditulis dalam bentuk prase. Bagian pendahuluan artikel sebaiknya tidak lebih dari dua halaman (dua spasi), karena terlalu panjang

bagian pendahuluan akan membuat pembaca malas

membacanya. Bagian pendahuluan dimaksudkan untuk menjelaskan kepada pembaca tentang rasional di belakang gagasan yang dikemukakan dalam artikel tersebut, atau urgensi alasan penulis membahas topik . Ini menunjukkan cara kerja penulis dalam konteks teori sehingga pembaca mengapresiasi tujuan penulisan artikel tersebut. Perlu diperhatikan dua hal: •

Pembaca tidak perlu disuguhi apa saja yang diketahui oleh penulis artikel tentang topik yang dibahasnya;

•

Buatlah paragrap yang logis, yang dapat menjelaskan alasan secara teoritis maupun dari aspek praktis. 31Â

Â


6. Alat, Bahan dan Metode Bagian ini dimaksudkan memberikan penjelasan tentang alat, bahan dan metode yang digunakan oleh penulis. Bagian ini perlu bagi penulis artikel di bidang sains dan teknologi atau artikel yang

disusun berdasarkan hasil penelitian yang bersifat

eksperimental. Artikel yang ditulis berdasarkan percobaan atau hasil penelitian dalam bidang sains menggunakan alat, bahan dan metode. Pembaca yang hendak membuktikan hasil atau temuan-temuan yang disampaikan dalam artikel dapat di cek ulang dengan mengulangi percobaan tersebut. Agar percobaan tersebut sama dengan yang dilakukan penulis artikel, perlu dituliskan langkah-langkah, alat, bahan dan metode yang dilakukan penulis untuk mendapatkan hasil percobaan tersebut. Tidak ada batasan halaman, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembaca hanya akan tertarik pada formula dan prosedur tertentu, secara spesifik...materi dan metode dapat dituliskan secara terpisah..artikel dalam bidang sains yang menggunakan metode dalam melaksnakan eksperimen harus dijelaskan secara rinci sehingga pembaca dapat melakukan atau melakukan percobaan yang sama dengan prosedur yang tepat. Bagian berikutnya adalah mendeskripsikan hasil, temuan atau gagasan inti berdasarkan

permasalahan.

Artikel

berdasarkan

hasil

penelitian,

dalam

mendeskripsikan hasil dan temuan-temuan dapat dibantu dengan gambar dan tabel (kalau ada), yang menjadi alat bantu penyajian data. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data, dibuat sederhana dan jelas, tetapi jangan menuliskan, “sudah jelas sebagaimana tergambar dalam Gambar 1, “bahwa burung mempunyai habitat yang sangat kompleksâ€?. Akan lebih baik misalnya ditulis, “Burung mempunyai habitat yang sangat bervariasi (Gmbar 1)â€? Sedapat mungkintidak terlalu sederhana. Jangan mengharapkan pembaca yang akan memperjelas atau memperluas sendiri dari data yang dicantumkan. Lebih baik ditulis saja di dalam hasil secara lengkap dengan memberi penjelasan di bawah tabel atau gambar. 7. Pembahasan Bagian ini merupakan pembahasan terhadap prinsip-prinsip atau temuan yang telah disajikan atau didukung, kesimpulan apa yang dapat dibuat, bagaimana temuan atau gagasan yang dikemukakan penulis artikel dibandingkan dengan gagasan orang lain. Bagaimana pencapaian tujuan penulisan artikel yang dibuat dibagian 32 Â


pendahuluan, apakah sudah terjawab permasalahan yang dihadapi? Bagaimana temuan atau hasi penelitian dikaitkan dengan pengalaman kerja sebelumnya dan apakah ada implikasinya baik secara teoritis maupun praktis terhadap pekarjaan penulis. Tujuan pembahasan adalah memberikan interpretasi terhadap gagasan dan untuk mendukung kesimpulan yang dikemukakan penulis.

Memberikan bukti-bukti dari

pengalaman atau eksperimen yang telah diakui secara ilmiah. Bukti-bukti tersebut sebaiknya

dideskripsikan

secara

jelas.

Menginterpretasikan

data

dalam

pembahasan dengan kedalaman yang memadai. Ini berarti, penulis perlu menjelaskan phenomena, mekanismenya dan bagaimana hal tersebut dapat diamati. Jika hasil yang diperoleh berbeda dengan yang diharapkan, dijelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Jika gagasan yang dikemukakan sesuai atau didukung teori dan terbukti aplatif untuk mengatasi permasalahan juga perlu dijelaskan dalam pembahasan. Pembahasan sebaiknya konsisten dengan hasil atau gagasan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Dapat merujuk data yang disajikan secara ringkas, yang dimaksudkan untuk mendukung pembahasan tetapi sebaiknya tidak membuat kesimpulan baru, walaupun itu yang secara secara langsung untuk mendukung gagasan yang dikemukakan. Pembahasan ditujukan untuk mengupas esensi temuan atau hasil atau gagasan yang dikemukan. Sebaiknya tidak membiarkan pembaca berpikir sendiri, “ So what gitu lho?�. Bagian pembahasan diakhiri ringkasan atau simpulan. 8. Rujukan Penulis artikel, kemungkinan mengemukakan gagasan atau informasi yang bersumber dari artikel atau karya tulis ilmiah orang lain. Tentu hal itu harus dihargai dan diakui dengan menuliskan sumber-sumber tersebut. Semua rujukan berupa literatur sebaiknya diikuti dengan sumber-sumber informasi yang dirujuk, misalnya, "A drop in dissolved oxygen under similar conditions has been demonstrated before (Norris, l986)." Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan artikel:

33Â Â


a. Artikel ditulis berfokus pada kebutuhan pembaca bukan pada keinginan penulis. Penulis ada kalanya lebih menuruti keinginannya pribadi dari pada yang diinginkan pembaca. Sebaiknya penulis menuliskan poin-poin yang diketahui tentang tema dan topik, tetapi lupa apakah hal itu diperlukan oleh pembaca atau tidak. b. Menyadari tingkat pengetahuan pembaca, siapa pembaca artikel yang ditulis? Jika penulis memperkenalkan konsep “tingkat tinggi”, perlu diingat tingkat pemahaman pembaca teradap istilah dan konsep yang dikemukakan tersebut dalam artikel tersebut, biar “nyambung”.

Referensi: Ambrose, H. W., III. and K. P. Ambrose. 1995. A handbook of biological investigation. 5th ed. Hunter Textbooks, Inc. Winston-Salem, NC. Day, R. A. 1983. How to write and publish a scientiÞc paper. 2nd edition. ISI Press, Philadelphia, Pennsylvania, USA. McMillan, Victoria E. 1988. Writing papers in the biological sciences. St. Martin’s Press, Inc., New York, New York, USA. Neter, E., P. L. Altman, M. W. Burgan, N. H. Holmgren, G. Pollock, E. M. Zipf. 1983. CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological sciences. 5th edition. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA. Woodford, F. P., editor. 1986. ScientiÞc writing for graduate students: a manual on the teaching of scientiÞc writing. Committee on Graduate Training in ScientiÞc Writing. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.

34


Kegiatan Belajar 3 : Mengelola Learning Journal Unit 3 : Manajemen Learning Journal Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar Menulis jurnal sudah dikenal oleh pendidik beberapa puluh tahun yang lalu dan sebagai strategi yang efektif dalam melatih berpikir dan belajar reflektif. Yaitu dengan membuat koneksiatau pertautan di anatara pengalaman yang kita beri makna dan penghayatan terhadap apa yang dipelajari. Sudah merupakan hakekat manusia sebagai yang pintar

“menghubungkan” dan

memberikan makna (meaning makers). Pengalaman manusia selalu berkaitan dengan apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Kejadian tidak dapat dijelaskan secara objektif, seperti apa adanya, karena orang yang mengalami peristiwa tersebut memberi warna terhadap kejadian tersebut, bahkan ada yang dilupakan, dihapus...jadi pengalaman subjektif. Learning Journal, merupakan refleksi guru terhadap tugasnya sebagai pengajar, yang diisi dengan berbagai hasil refleksi guru. Learning Journal sebagai wadah hasil refleksi guru (pemikiran dan perasaan) untuk memperkaya pembelajaran di sekolah. Diharapkan setiap guru berpartisipasi dalam mengisi Learning Journal. Karena setiap guru dalam

35


pembelajaran adalah unik, maka hasil refleksi guru boleh saja masuk dalam jurnal sejauh ada maknanya bagi guru lain yang membaca.

B. Tujuan

Topik 3 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas

sekolah

tentang

menerbitkan

Learning

Journal.

Setelah

menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penerbitan Learning Journal 2. Merumuskan prosedur standar pengelolaan Learning Journal 3. Menetapkan persyaratan atau kriteria Dewan Redaksi Learning Journal 4. Mengidentifikasi sumber-sumber dana untuk penerbitan Learning Journal

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut. 1. Studi Kasus: Pengelolaan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran 2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru atau LPMP 3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal 4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar Learning Journal

36


D. Lampiran Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta Lampiran 3: Bahan Bacaan tentang Jurnal untuk Peserta

E. Langkah Kegiatan Panduan Belajar kegiatan Unit 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai berikut.

30’

50’

Pengantar dan

Penyajian Manajemen Jurnal

Pengenalan Jurnal

Penetapan Standar Pengelolaan Learning Journal

Pemodelan Jurnal dan Diskusi tentang Ciri‐ciri Jurnal

Ilmiah

1

30’

60’

2

3

4

30’

Penguatan dan Penugasan Pengelolaan Learning Journal

5

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 3, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut. 1. Pengantar (50 menit) •

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi

37


• •

sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas. Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau buletin.

2. Penyajian Pengelolaan Learning Journal (30 menit). Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pengeloaan, sirkulasi Learning Journal dengan, peserta diminta membedakan antara manajemen jurnal ilmiah dengan manajemen secara umum, melalui berbagai alternatif di antaranya: a. Alternatif ke-1: Penyajian pengelolaan penerbitan jurnal ilmiah. Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus: 1) Apa manfaat adanya standar pengelolaan Learning Journal yang diterbitkan? 2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan memanfaatkan Learning Journal? 4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik?

Selanjutnya: •

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji manajemen penerbitan Learning Journal yang akan diterbitkan dalam bentuk diskusi kelompok;

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus Berikut ini.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain menanggapi dan menambahkan.

38


LAMPIRAN PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN UNIT 3 Manajemen Learning Journal 1. Bahan Tayangan untuk Fasilitator 2. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta 3. Bahan Bacaan untuk Peserta tentang Learning Journal

39


1. Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta 2.

Bahan Bacaan untuk Peserta tentang Jurnal

MERANCANG, MENGELOLA, MENERBITKAN, DAN MENULIS PADA LEARNING JOURNAL

Pendahuluan Bagi warga sekolah, terutama guru dan kepala sekolah, serta pengawas sekolah

tersedianya media komunikasi ilmiah berupa Learning Journal

merupakan tuntutan yang mendesak. Bahkan dapat dikatakan, sudah menjadi conditio sine qua non. Sudah barang tentu Learning Journal sebagai salah satu wadah untuk mendesiminasikan berbagai hasil pemikiran (refleksi), temuan ilmiah, seperti hasil penelitian tindakan (PTK) baik di antara sesama anggota KKG/MGMP maupun kepada khalayak luas pemerhati pendidikan sebagai stakeholders sekolah. Melalui Learning Journal, sekolah tidak lagi menjadi menara gading yang hanya indah dipandang masyarakat sekitarnya.

Merancang dan mengelola Learning Journal pada kelompok kerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sesungguhnya tidak telalu mudah. Untuk menyampaikan temuan, hasil bacaan, hasil penelitian tindakan kelas, hasil pemikiran atau berbagai bentuk hasil karya keilmuan diperlukan suatu alat komunikasi yang mudah dipahami oleh warga sekolah maupun masyarakat peduli pendidikan. Model wadah komunikasi (tertulis) yang selama ini dianut civitas akademika, antara lain dalam bentuk karya tulis; buku, majalah, jurnal, abstrak, proseding, pamflet, leaflet, paper, dan lain lain. Setiap bentuk sarana komunikasi

tersebut

mengikuti

aturan-aturan,

pola

dan

format

yang

mengikatnya sehingga dapat dinilai sebagai karya ilmiah (bukan seni atau bentuk pengetahuan lainnya). Modul ini hanya akan membahas tentang Learning Journal sebagai sarana komunikasi ilmiah di kelompok kerja guru, kepala sekolah maupun kelompok kerja pengawas sekolah.

40Â Â


Penerbitan Learning Journal Dewasa ini di perguruan tinggi, informasi ilmiah seperti hasil-hasil penelitian dianggap mempunyai mutu keilmuan tertinggi dibanding yang disampaikan dengan cara-cara lainnya. Sehubungan dengan itu penghargaan terhadap karya tulis tersebut dalam penilaiannya diberikan bobot tertinggi pula yakni mencapai kredit 15 (bila sendirian, bila bersama penulis lain maka penulis pertama 60 % sedang penulis berikutnya 40%). Berbeda dengan guru, malah banyak mengalama kesulitan untuk naik pangkat dari IVa ke atas, karena tidak terbiasa melakukan pengembangan profesi, seperti melakukan penelitian atau menyusun karya tulis ilmiah lainnya.

Rangkaian kegiatan yang biasa dilakukan si penulis artikel hasil penelitian adalah mulai dari penulisan proposal, penelitian, dan seleksi untuk dimuat di dalam jurnal. Untuk memuat suatu karya tulis di dalam jurnal ilmiah, memang sampai saat ini belum didapatkan suatu standar yang sama mengenai mutu tulisan. Umumnya persyaratan tulisan dalam jurnal lebih dititik beratkan kepada keseragaman format yang meliputi banyaknya halaman ketik, jumlah kata (> 10.000 kata < 30.000 kata untuk jurnal), susunan outline, dan sebagainya. Dengan cara tersebut memang akan muncul berbagai persoalan teknis, seperti misalnya untuk ilmu-ilmu sosial relatif memerlukan halaman atau jumlah kata lebih banyak dibandingkan ilmu eksakta. Memang ada beberapa pendapat bahwa suatu artikel baru dapat dimuat apabila bukan merupakan hasil penelitian satu musim atau hasil laboratorium yang dilakukan beberapa minggu. Namun pendapat ini pun sampai saat ini masih merupakan saran yang perlu mendapatkan perhatian lebih saksama. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut dalam bobot keilmuan suatu artikel perlu mendapatkan suatu penilaian sebagai aspek legalitas dari para pakar yang bersangkutan. Dalam etika ilmiah penilaian para pakar/akhli ini dapat dianggap sebagai suatu standar ilmiah karena yang bersangkutan telah mempunyai cukup pengalaman dan pemahaman yang mendalam terhadap masalah tersebut. Legalitas ini disebut sebagai "The statement of the authority". Atas dasar inilah maka bobot suatu jurnal dapat dilihat dari ada atau tidak adanya anggota penilai atau mitra bestari yang tercantum dalam jurnal tersebut yang berfungsi sebagai wasit bagi laik tidaknya suatu artikel dimuat. Setiap artikel yang masuk kepada dewan 41Â Â


redaksi sebelum dimuat dalam suatu jurnal hendaknya dikirimkan dahulu kepada minimal dua orang akhli dalam bidangnya dan selanjutnya yang bersangkutan akan mengembalikan kepada dewan redaksi hasil penilainya berupa "diterima" atau "ditolak" dan bila diperlukan dapat juga menyisipkan beberapa komentar perbaikan. Dewan redaksilah yang akan menggodog lebih lanjut yang menyangkut redaksional maupun formatnya.

Dewasa ini ada tiga jenis jurnal yang berkembang di masyarakat ilmiah, yakni: (1) Jurnal "bunga rampai", (2) Jurnal dalam bidang sejenis, dan (3) Jurnal profesi keilmuan. Yang dimaksud dengan Jurnal bunga rampai adalah jurnal yang di dalamnya berisi berbagai macam ilmu baik yang berupa IPTEK keras maupun IPTEK lunak. Penuangan kedua jenis IPTEK itu dilakukan dalam satu wadah, bahkan diisi dengan "pidato-pidato", namun demikian pencantuman manajemen redakturnya kurang profesional. Adapun tipe yang kedua adalah Jurnal dalam bidang sejenis, yaitu jurnal yang memuat artikel dalam bidang sejenis (umpamanya: Hukum, Kedokteran, Peternakan, Ekonomi, dan sebagainya). Jurnal tipe ini mempunyai bobot lebih baik dibandingkan dengan jenis jurnal yang pertama, karena sudah menunjukkan ciri khas keilmuan tertentu. Akan tetapi, Jurnal tipe yang ketiga (yang disebut juga jurnal profesi) tertentu lebih diutamakan karena dengan demikian akan lebih mudah membantu masyarakat dalam penelusuran informasi ilmiah dalam bidang tertentu.

Di luar negeri jurnal tipe yang pertama sudah lama ditinggalkan orang karena dianggap menyulitkan dalam menelusuri bidang keilmuan tertentu secara spesifik. Orang-orang yang memerlukan informasi terpaksa harus menelaah satu persatu artikel yang dimuat di dalamnya untuk mencari informasi yang sesuai dengan tujuan pencariannya. Oleh karena itu pada dewasa ini, jurnal tipe yang ketiga justru yang mendapat perhatian dan kredibilitas utama. Pada jurnal tipe yang ketiga penelusuran informasi ilmiah telah jauh lebih mudah karena informasi sejenis telah terkumpul pada satu jurnal. Di samping itu informasi tersebut berasal dari kumpulan profesi tertentu yang tidak bercampur dengan informasi dari profesi lainnya. Sebaliknya, di Indonesia ketiga tipe jurnal yang disebutkan di atas, masih berkembang secara seimbang. Hal itu 42Â Â


mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kurangnya informasi permasalahan yang dapat dimuat dalam jurnal, faktor sulitnya pendanaan, sumber daya manusia sebagai nara sumber dan pengelolanya, dan yang tidak kalah menentukan adalah birokrasi dalam proses penerbitan.

Sampai saat ini penilain suatu jurnal memang masih belum diberlakukan secara ketat setidak-tidaknya di sekolah. Dalam petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan oleh Depdikbud. No. 2492/D/C/88 sebagai penjabaran dari SK. Menpan No. 59/1987 disebutkan kretarium majalah ilmiah yang dapat diakui oleh

Depdikbud,

sebagai

berikut:

a)

bertujuan

untuk

menampung/

mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan atau konsep ilmiah dan disiplin ilmu pengetahuan tertentu; b) diterbitkan oleh badan ilmiah/organisasi/ sekolah dengan unit unitnya; c) ditujukan kepada masyarakat ilmiah/ peneliti yang mempunyai disiplin keilmuan yang relevan; d) mempunyai Dewan Redaksi yang terdiri dari para ahli dalam bidangnya; e) mempunyai ISSN (International Standard Serial Number); f) diedarkan secara nasional.

Untuk mendapatkan ISSN sesungguhnya tidaklah terlalu sulit karena setiap pengelola jurnal atau majalah yang ingin mendapatkan ISSN tinggal mengajukan permohonan kepada Pusat Dokumentasi Ilmiah Indonesia – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) yang beralamat di Jalan Jenderal Gatot Subroto 10, Jakarta. Dalam pengajuan tersebut harus disampaikan pula alasan-alasan dan contoh edisi sebelumnya. Dengan demikian jurnal atau majalah yang sudah mendapatkan ISSN berarti sudah terdaftar dalam bank data majalah dunia karena oleh PDII-LIPI akan dilaporkan kepada Pusat ISDS (International Serial Data System).

Usulan Pengurus/Dewan Redaksi: Lampiran Format Dewan Redaksi Learning Journal ¾

Penanggung Jawab: Kepala Sekolah

¾

Dewan Penyunting: Terdiri dari para pakar dalam bidangnya

¾

Dewan Redaksi:

¾

Ketua:

¾

Anggota: 43


¾

Administrasi:

¾

Informasi Umum

¾

Alamat Readaksi.

¾

Jadwal Penerbitan.

¾

Penyerahan Naskah.

¾

Penerbitan Naskah.

Contoh:

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN ISSN 1858-1226 Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan Ketua Penyunting Soesilo Wibowo Wakil Ketua Penyunting M. Adlan Larisu Penyunting Pelaksana Abdul Hamid Ananti Yekti Miftakhul Arifin Joni Kurniawan Mitra Bestari Masyhuri (Universitas Gadjah Mada) Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada) E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang) Zulkarnain (Universitas Jambi) Staf Tata Usaha Mulyanta Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Redaksi Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528 E-Mail: jurnal_stppyogya@yahoo.com JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain. Naskah diketik atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang (pedoman penulisan naskah). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan lima eksplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan. Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor

44


penerbitan.

REFERENCES Clark, P. G. "Learning on Interdisciplinary Gerontological Teams." EDUCATIONAL GERONTOLOGY 20, no. 4 (June 1994): 349-364. (EJ 485 857) Cranton, P. UNDERSTANDING AND PROMOTING TRANSFORMATIVE LEARNING. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Fitzgerald, L. F., and Weidner, H. Z. "The Use of Personal Narratives, Literature, and Journals to Foster Caring in Nursing Students." Presented at the Conference on College Composition and Communication, 1995. (ED 386 727) Grennan, K. F. "The Journal in the Classroom." EQUITY AND EXCELLENCE 24, no. 3 (Fall 1989): 38-40. (EJ 412 581) Holt, S. "Reflective Journal Writing and Its Effects on Teaching Adults." In THE YEAR IN REVIEW, VOL. 3. Dayton: Virginia Adult Educators Research Network, 1994. (ED 375 302) McAlpine, L. "Learning to Reflect." ADULT LEARNING 3, no. 4 (January 1992): 15, 2324. (EJ 437 121) McIntyre, S. R., and Tlusty, R. H. "Computer-Mediated Discourse." Presented at the American Educational Research Association conference, 1995. (ED 385 232) Miller, C. et al. LEARNING STYLES AND FACILITATING REFLECTION. London: English National Board for Nursing, Midwifery and Health Visiting, 1994. (ED 390 991) Oaks, S. "Talking with One's Self." Presented at the Conference on College Composition and Communication, 1995. (ED 385 850) Paterson, B. L. "Developing and Maintaining Reflection in Clinical Journals." NURSE EDUCATION TODAY 15, no. 3 (June 1995): 211-220. (EJ 507 736) Perham, A. J. "Collaborative Journals." Presented at the National Council of Teachers of English conference, 1992. (ED 355 555) Perl, S. "Composing Texts, Composing Lives." HARVARD EDUCATIONAL REVIEW 64, no. 4 (Winter 1994): 427-449. (EJ 492 462)

45


Roe, M. F., and Stallman, A. C. "A Comparative Study of Dialogue and Response Journals." Presented at the American Educational Research Association conference, 1993. (ED 359 242) Schatzberg-Smith, K. "Dialogue Journal Writing and the Initial College Experience of Academically Underprepared Students." Presented at the American Educational Research Association conference, 1989. (ED 308 737) Schneider, P. THE WRITER AS AN ARTIST. Los Angeles: Lowell House, 1994. Sommer, R. F. TEACHING WRITING TO ADULTS. San Francisco: Jossey-Bass, 1989. Surbeck, E.; Han, E. P.; and Moyer, J. "Assessing Reflective Responses in Journals." EDUCATIONAL LEADERSHIP 48 (March 1991): 25-27. (EJ 422 850) Walden, P. "Journal Writing: A Tool for Women Developing as Knowers." NEW DIRECTIONS FOR ADULT AND CONTINUING EDUCATION no. 65 (Spring 1995): 13-20. (EJ 502 496)

46


Paket Pembelajaran BERMUTU Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher UpgradingÂ


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.