Diaspora Indonesia

Page 39

July 2012 - Diaspora Indonesia

Tatap muka 37

jantung dan pengobatan berbagai penyakit jantung. Dia juga mendalami teknik whole cell recording, semacam teknik untuk mengetahui dinamika di dalam sel tubuh. Sebagai kardiolog, dia sempat dikirim Universitas Niigata ke Universitas Bologna di Italia, salah satu universitas tertua di dunia yang telah berusia lebih 1000 tahun. Di sana dia belajar memahami lebih jauh tentang arrhythmia pada penyakit jantung. Lantaran itu, kehadirannya di AS melengkapi kekuatan tim peneliti di Universitas California. Dia menjadi kardiolog pertama yang bergabung ke pusat penelitian otak terbesar di dunia itu--skala universitas. Tanggung Surgery room with our team

Maryland University International Workshop

jawabnya bertambah sejak November 2009. Dia dipromosikan menjadi Academic Staff dan menjabat sebagai Wakil Direktur Progam Paskadoktoral di Universitas California dan sekaligus di beri kepercayaan untuk mengepalai proyek penelitian pemetaan sirkuit otak dan genotipe di institusi tersebut. Berkiprah Pada Ujung Tombak Profesi Kesehatan Sebelum berkiprah di pentas dunia, Dr. Taruna lebih dulu berbakti di Puskesmas Jatinegara, Jakarta, sejak 2000. Dokter asal Makassar ini bekerja selama tiga tahun di sana. Dia menjabat kepala puskesmas meski saat itu statusnya ialah pegawai tidak tetap (PTT). Di Jatinegara. Dia mengembangkan

sistem pusat pelayanan kesehatan terpadu (posyandu). Di tangannya, posyandu menjalankan tiga fungsi, yaitu untuk pendidikan dan pengaderan, kebersamaan, serta pencegahan penyakit dan kekurangan gizi. Dia meramu tiga fungsi utama itu di tengah-tengah rasa kebersamaan masyarakat Jakarta yang mulai pupus. Lantaran itu posyandu ala Taruna menjadi percontohan nasional. “Sebagai orang yang berasal dari daerah, bisa berkarier di Jakarta sebetulnya sudah luar biasa. Apalagi bisa merasakan kedahsyatan pengembangan diri di pusat-pusat keunggulan sains dan teknologi dunia, seperti “Jepang, Italia, dan AS”. Aktivis Yang Berdiaspora Telah lebih 10 tahun, aktivis mahsiswa ini lepas dari Tanah Air. Ia, seperti halnya peneliti Indonesia di luar negeri, seperti biji suplir yang berdiaspora: tumbuh di tempat asing dengan kebaruan mereka. Namun semakin jauh pengembaraannya dari kampung

Kita punya banyak keunggulan

Sumber daya alam luar biasa, penduduk terbesar keempat di dunia dengan kualitas yang tidak kalah, plus kekayaan budaya dan adat istiadat. Tinggal bagaimana manajemennya saja . . .

halaman, Dia justru bertambah yakin potensi Indonesia untuk berdiri sejajar dengan negara maju di dunia. “Kita punya banyak keunggulan. Sumber daya alam luar biasa, penduduk terbesar keempat di dunia dengan kualitas yang tidak kalah, plus kekayaan budaya dan adat istiadat. Tinggal bagaimana manajemennya saja,” jelas Taruna. Niatnya membenahi Indonesia, terutama dalam membangkitkan daya saing bangsa, berhilir pada organisasi Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) yang diresmikan pada 2009. Pada organisasi itu, Taruna didapuk sebagai Koordinator I4 Benua Amerika (2009-2011) dan sekarang sebagai Wakil Presiden I4 (2011-2013). Kata Taruna, organisasi itu diharapkan bisa menjadi jejaring bagi ilmuwan asal Indonesia yang tersebar di dunia. Bergabung dengan I4 tidak membuat Taruna canggung. Sejak remaja, ia biasa berorganisasi. Antara lain, Taruna sempat dipercaya sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Agung (MPA) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) periode 1993-1995. Taruna juga pernah menjabat Ketua Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam Bersambung ke hal 48


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.