Banjarmasin Post Selasa, 9 Juli 2013

Page 20

Banjarmasin Post SELASA 9 JULI 2013

21

www.banjarmasinpost.co.id

Marmer Batutangga Kurang Promosi ■ Dipasarkan Jika Ada Pemeran BARABAI, BPOST - Pascahengkangnya perusahaan penambang marmer PT Muhusindo di Batutangga, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Hulu Sungai Tengah (HST), beberapa waktu lalu, workshop batu marmer setempat mangkrak. Pemkab Hulu Sungai Tengah (HST) saat ini berupaya memfungsikan kembali bangunan tersebut. Fasilitas itu digunakan untuk memproduksi karya tangan atau kerajinan berupa perabot rumah tangga dari batu alam. Sejak Maret 2013, Dinas Perindustrian, Pertambangan dan Energi (Dispertamban) mendatangkan dua isntruktur dari Tulungagung, Jatim. Empat orang warga setempat direkrut dan dilatih memanfaatkan potensi marmer di desa tersebut. Sekarang mereka sudah berhasil memproduksi perabot rumah tangga. Seperti, meja tamu, meja sudut, meja telepon, gelas mug, asbak, vas bunga, dan batu nisan. Sayang, produk-produk tersebut kurang promosi. Sampai sekarang pemasarannya masih terbatas pada moment tertentu, seperti jika ada event

Sampai sekarang terus diminta oleh Dinas Pertamben untuk memproduksi perabot dari marmer tersebut. Barangnya disetok dulu.

KASWAT Instruktur

pameran. Kerajinan tangan Batutangga itu belum dipasarkan secara luas. Padahal, menurut Kaswat, salah satu pelatih atau instruktur kerajinan marmer, kualitas produk yang dihasilkan bisa bersaing. “Sampai sekarang terus diminta oleh Dinas Pertamben untuk memproduksi perabot dari marmer tersebut. Barangnya disetok dulu,” sebut Kaswat,” kemarin. Warga Batutangga, lanjut Kaswat, berharap ada upaya promosi yang memadai. Dengan begitu, produknya lebih

Sebaran Batu Mar mer Marmer ❍ Kecamatan Batang Alai Timur ❍ Kecamatan Hantakan ❍ Kecamatan Hantakan ❍ Kecamatan Haruyan

Produksi Perajin ❍ Meja tamu ❍ Meja sudut ❍ Meja Telepon ❍ Vas Bunga ❍ Asbak ❍ Gelas/mug ❍ Batu Nisan

Har ga Jual Harga ❍ Meja Tamu Rp 600.000 ❍ Meja Sudut Rp 400.000 ❍ Satu Unit Kursi Rp 200.000

dikenal luas dan mendapat peluang pasar yang luas pula. Mengenai harga, sebut Kaswat, cukup terjangkau. Contohnya, satu unit meja tamu dari marmer Rp 600 ribu, meja sudut Rp 400 ribu, satu unit kursi Rp 200 ribu. Sementara untuk keperluan bahan baku batu marmer, para perajin Batutangga tidak kesulitan. Mereka membelinya dari warga yang berprofesi sebagai penambang manual di Desa Nateh dan Batutangga. Kosim, tokoh masyarakat di Kecamatan BAT, berharap Pemkab HST lebih serius membina dan mengembangkan kerajinan marmer. Usaha itu dipastikan akan makin berkembang dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. “Namun pemasarannya juga harus difasilitasi dengan mencarikan peluang pasar. Seperti bekerjasama dengan toko mebel, baik di HST maupun daerah lainnya,” saran Kosim. Guna mendukung pemasaran, jelas dia, pemkab juga harus memperbaiki akses jalan. Pasalnya dengan kondisi jalan yang tak mulus dan berlobang-lobang saat ini menyebabkan orang enggan datang ke Kecamatan BAT. Kabid Pertambangan, Dispertamben, Kartadipura, yang dihubungi kemarin mengakui adanya upaya pembinaan kembali masyarakat setempat di workshop Batutangga. Pembinaan tersebut upaya memberikan bekal keterampilan bagi warga setempat. “Ada dua orang instruktur yang didatangkan dari Tulungagung Jawa Timur. Sampai sekarang warga setempat sudah bisa memproduksi aneka perabot dari marmer,” jelas Kartadipura. Menurutnya, hasil produk telah dipromosikan melalui berbagai kegiatan pameran. “Lewat pameran, minimal orang mengetahui bahwa kecamatan BAT ada usaha kerajinan batu marmer,” katanya. (han)

BANJARMASIN POST GROUP/ROY

WASPADA - Ombak di laut kembali membesar menyusul hujan lebat yang kerap disertai tiupan angin kencang sejak sepekan terakhir. Pelancong yang bermain di bibir pantai di Kabupaten Tanahlaut harus waspada, karena ombak besar bisa datang sewaktu-waktu

Janji Tak Terealisasi KABUPATEN HST merupakan salah satu kabupaten yang punya sumber daya alam batu marmer cukup potensial di Kalsel. Sebarannya di wilayah Kecamatan Barang Alai Timur, Hantakan, dan Haruyan. Pemkab HST pernah memberikan izin menambang kepada PT Mohusindo di Desa Nateh, Batang Alai Timur. Namun, pada tahun 2009 lalu, PT Mohusindo berhenti menambang, karena menim-

bulkan polemik terkait dampak lingkungan, yaitu rusaknya ruas jalan yang dilewati angkutan tambang. Warga juga memprotes karena janji perusahaan tersebut membagun pabrik pengolah marmer yang menyerap banyak tenaga kerja tak pernah direalisasikan. Bahkan, yang membuat DPRD setempat berang yakni terkait kontribusinya bagi daerah.

Awalnya PT Muhosindo memberikan konstribusibagipendapatanaslidaerah(PAD) mencapai Rp 200 juta. Namun pada 2007 hingga 2008 kontribusinya cuma Rp 75 juta. Mengenai izin terhadap PT Mohusindo yang masih belum dicabut, Kabid Pertambangan Kartadipura mengatakan, pihaknya sudah tiga kali melayangkan surat, namun sampai sekarang tak ada tanggapan. “Otomatis izinnya itu dicabut.” (han)

Ainul Berharap Listrik Tidak Padam ■ PLN Kirim Oli Lewat Jalan Darat KOTABARU, BPOST-Larangan pengangkutan bahan yang mudah meledak oleh Administrator Pelabuhan (Adpel) Kotabaru makin memunculkan dampaks yang kompleks. Tak cuma warga, manajemen PT PLN kini juga ketar-ketir. Pasalnya tak lama lagi mesin pembangkit Unit Listrik Desa (ULD) harus dilakukan pemeliharaan. Tindakan berkala itu memerlukan pasokan sejumlah barang, seperti oli. Sementara sekarang kapal motor jurusan kecamatan dilarang mengangkut barang yang mudah meledak seperti BBM (bahan bakar minyak), gas elpiji, dan kendaraan bermotor. Larangan itu diberlakukan Adpel pascaterbakar dan meledaknya KM Setia Budi II. Padahal selama ini untuk memasok oli ke ULD selalu menggunakan kapal motor. Apalagi kecamatan di Kotabaru sebagian besar berjarak cukup jauh dan harus ditempuh melalui perairan. Pelaksana Harian (Ph) Manager PT PLN Wilayah Kotabaru Basuki Rahman, tidak menampik sejak pemberlakuan larangan pengangkutan bahan mudah terbakar tersebut, pihaknya tidak bisa mengirim oli ke masingmasing ULD yang ada di kecamatan seberang. Jika sampai waktunya untuk dilakukan pemeliharaan rutin mesin pembangkit, lanjut Basuki, mau tak mau pihaknya harus mencari cara lain agar bisa memasok oli ke ULD. Soalnya pemeliharaan mesin pembangkit tidak bisa ditunda jika sudah sampai waktunya. “Kalau sudah sampai waktunya, sekian ribu jam, ya harus dilakukan pemeliharaan. Jika molor bisa berdampak negatif terhadap mesin,” ujar Basuki, akhir pekan tadi. Dikatakannya pada kegiatan pemeliharaan tersebut, mesin pembangkit antara lain harus dilakukan penggantian spare part yang aus. Termasuk mengganti pelumas mesin yaitu oli. Agar pelayanan tidak terganggu, urai Ba-

ILUSTRASI/DENY

suki, terpaksa pihaknya mengupayakan pengiriman oli melalui akses darat. “Pengirimannya menggunakan transportir BBM. Walau akses ke sana agak sulit,” ucap Basuki. Persoalan itu kini mulai memunculkan kegelisahan warga. Mereka khawatir pemeliharaan mesin pembangkit tak berjalan lancar akibat sulitnya mengangkut oli. Jika itu terjadi, ada risiko listrik bakal byarpet. Ainul Raiq, warga Bakau, Kecamatan Pamukan Utara, mengaku ikut cemas. “Semoga semuanya bisa berjalan secara lancar. Jangan sampai pelayanan listik terganggu atau padam hanya karena pemeliharaan mesin pembangkit tidak bisa maksimal.” Apalagi, tambah Ainul, mesin pembangkit di ULD setempat kondisinya sudah tua yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dipelihara dan diperbaiki. Apalagi bulan suci Ramadan segera tiba. Aktivitas warga meningkatm terutama kegiatan ibadah, sehingga memerlukan penerangan yang memadai. Apalagi tiap malam warga harus salat tarawih di masjid atau langgar. (sah) 0907/B21


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Banjarmasin Post Selasa, 9 Juli 2013 by Banjarmasin Post - Issuu