Banjarmasin Post edisi Rabu, 19 Desember 2012

Page 13

Warna 13

Banjarmasin Post

RABU 19 DESEMBER 2012

LAYAKNYA makan lemang, begitulah masakan bernama pa’piong dari Tanah Toraja (Tator). Namun bukan ketan isinya, melainkan daging. Nikmat rasanya dimasak dengan cara memasukan daging bercampur berbagai rempah itu, dalam sebuah potongan bambu dan dibakar.

Papeda

KETUA Ikatan Keluarga Batak Sumatera Utara (Ikabsu) Banjarmasin, Saut Nathan Samosir mengatakan, kalau saat perayaan Natal di Kalimantan Selatan pihaknya lebih condong menyiapkan menu yang sudah familiar bagi masyakarat umum. Apalagi yang datang saat natalan merupakan teman-temannya dari berbagai kalangan dan suku. Sementara untuk makanan khas tidak disediakan.Namun diakuinya, sebenarnya masakan khas biasanya lebih terasa kala berada di tanah kelahiran alias kampung halaman. Naniura salah satu masakan favorit, dan saat hari besar termasuk Natal bisa didapat dan nikmat sekali disantap bersama. Naniura, bahannya dari ikan mas mentah dimana tulangnya sudah dibersihkan dan enaknya disantap dengan campuran asam yang telah diolah. Makanan ini, dulunya merupakan makanan khusus para raja.

“Wah, naniura itu enak sekali. Memang sangat nikmat disantap di tanah kelahiran, terasa beda,” kata Saut Nathan. Naniura merupakan masakan paling khas bagi suku Batak. Ikan mas pilihan dari Danau Toba, disajikan dengan bumbubumbu pilihan yang menciptakan aroma dan rasa spesial. Sayangnya, saat ini keunikan dari masakan tradisonal khas Batak tersebut sudah tergolong langka. Penyebabnya, selain berkurangnya generasi yang tahu cara menyajikannya juga disebabkan bumbu-bumbu yang akan dipergunakan untuk masakan tersebut sudah semakin sulit didapatkan. (ris)

Sebelum dimasukkan, daging yang hendak dimasak terlebih dahulu dibungkus daun pisang. Hasilnya aroma harum dan daging masak sempurna, menjadi rebutan dan santapan bersama. Makanan khas ini, seakan menjadi menu wajib kala orang-orang dari Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, melakukan acara Natal bersama pada Sabtu (15/ 12) kemarin di Banjarmasin. Deborah, salah satu undangan yang hadir di acara Kerukunan Keluarga Toraja Banjarmasin ini, mengaku senang bisa menemui masakan khas daerahnya. “Memang masakan khas tersebut hampir setiap kali acara Natal bersama selalu disediakan. Sementara kalau di rumah, biasanya tidak saya siapkan karena tamu yang datang bukan hanya dari keturunan Toraja. Undangan yang ke

DOKUME MASAKAN DAERAH N/BANJAR MASIN PO ST GROU P Setiap suku di Nusantara memiliki masakan khas, seperti Maluku dengan papeda, Tanah Toraja dengan pa’piong, naniura khas Batak, NTT dengan jagung bose, dan lain-lain. Masakan-masakan tersebut, biasa disajikan saat momen penting di antaranya perayaan hari besar keagamaan seperti Idulfitri maupun Natal.

“Kalau di rumah biasanya tidak saya siapkan. Karena tamu yang datang bukan hanya dari keturunan Toraja” DEBORAH Warga Banjarmasin rumah kan biasanya umum,” kata Deborah. Menyajikan masakan khas daerah memang di saat Natal bagi umat Kristiani, maupun Idulfitri dan Iduladha bagi muslimin, pesta rakyat, biasanya mudah ditemui. Demikian pula suku-suku lainnya di Nusantara, memiliki makanan khas yang selalu disajikan di acara spesial. Orang Minang, Sumatera Barat, tak terkecuali yang berada di Kalsel, setiap acara halal bihalal Idulfitri menyajikan di antaranya satai Padang. Kemudian Maluku, acara kumpul-kumpulnya tak lengkap tanpa sajian papeda, yakni masakan berbahan sagu yang telah diolah sedemikian rupa. Biasa dinikmati dengan lauk ikan masak kuning. Termasuk bagi warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kalsel, dengan jagung bose sebagai masakan khasnya. Jagung bose merupakan bubur jagung dengan campuran santan yang diolah dari buah kelapa yang diparut secara manual, bukan santan instan. Untuk membuat jagung bose, waktu yang diperlukan tidak sebentar. Namun demikian, proses pembuatannya sangat sederhana. Dalam penyajiannya, jagung bose kerap ditambahkan dengan potongan iga sapi. Pada proses akhir perebusan setelah terbentuk kaldu yang mengental, masukkan potongan iga sapi tersebut. Tambahkan sedikit air lagi, lalu rebus kembali hingga daging matang. Jagung bose pun siap disajikan. Jagung bose dapat pula disajikan panas-panas bersama lauk daging sei atau daging asap yang telah masak dan lawar ikan sarden. “Kalau di Banjarmasin memang agak susah mencarinya. Makanya kalau saya pulang kampung, barulah mendapatkan jagung bose. Rasanya enak dan biasanya memang hari besar termasuk natalan gampang didapat dan banyak disediakan masingmasing keluarga,” ungkap Edward, salah satu orang NTT yang kini bermukim di Banjarmasin. Jenis jagung bose yang manis ini tersedia dalam dua pilihan, yakni putih atau kuning. Dengan rasanya yang khas, jagung bose benar-benar hanya akan ditemukan di Nusa Tenggara Timur. (ris)

1912/B13


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.