Banjarmasin Post - 28 Maret 2009

Page 14

SABTU 28 MARET 2009 / 1 RABIULAKHIR 1430 H

14

BANJARMASIN POST

Banjarmasin Post

Air Bah Itu Mirip Tsunami Jenazah Tergeletak di Atap JAKARTA, BPOST- Tragis. Danau wisata itu justru menebar maut. Sedikitnya 58 orang tewas dan ratusan rumah hancur disapu air yang menjebol tanggul Situ Gintung di Desa Cirendeu, Kabupaten Tangerang, Banten. Jumat (27/3) dini hari, kawasan wisata itu memuntahkan sekitar satu setengah juta kubik air. Hanya dalam waktu sekitar sepuluh menit, arus air meluluhlantakkan permukiman warga di sekitar kawasan bendungan. Tanggul tanah setinggi sekitar 30 meter tak mampu menahan terjangan air yang terus melimpah akibat guyuran hujan sejak Kamis sore. Situ Gintung selama ini menjadi tempat alternatif berlibur bagi warga Jakarta. Keindahan lokasinya juga menarik para sineas untuk menjadikannya sebagai setting film. Pun dengan sutradara sinetron dan video klip lagu baru. Bahkan, salah satu stasiun televisi swasta menjadikan kawasan itu sebagai lokasi syuting acara adu nyali dan ketangkasan, Xtreme. Kini, semua berakhir. Arus air yang begitu kuat mem-

buyarkan semuanya. Demikian kuatnya arus air sehingga rumah-rumah hancur, mobil terseret dan tersangkut di pohon dan bus kampus Universitas Syarif Hidayatullah, terguling-guling sejauh ratusan meter. Pohon-pohon pun bertumbangan. Ketinggian air yang mengenangi permukiman mencapai dua meter. Berdasar Satkorlak Penanggulangan Bencana Pemprov Banten, sebanyak 250 rumah hancur dan 58 orang tewas. Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah karena masih ada sekitar 70 orang yang belum ditemukan. . Para korban tewas dievakuasi ke sejumlah posko seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan. Mayoritas korban adalah perempuan, anakanak, dan lanjut usia. Petaka terjadi sekitar pukul 05.00 WIB itu sangat me-

ngejutkan warga yang baru saja bangun atau menjalankan Salat Subuh. “Benar-benar seperti tsunami,” kata seorang warga, Beni. Ketua Komite Perlindungan Anak (KPA) Seto Mulyadi yang juga tinggal di kawasan itu mengutarakan hal yang sama. “Air datang begitu tiba-tiba, seperti tsunami,” ujar Kak Seto yang rumah dan sejumlah mobilnya rusak akibat terjangan air. Bahkan, seorang korban tewas, Indah (9), ditemukan tergeletak di atap rumah. Tragisnya, sang ayah ibu dan adiknya belum ditemukan. Situ Gintung sudah sangat tua dan belum pernah direnovasi. Hal ini dibenarkan Kepala Balai Besar Wilayah Cidurian dan Sungai Cisadane Banten, Pitoyo Subandrio. “Biasanya hanya dilakukan pengerukan. Itu terakhir dilakukanpada 2008 oleh Pengairan Departemen PU,” ujarnya. Awalnya Situ Gintung diperuntukkan bagi sistem pelimpahan dan penampungan air hujan. Akibat dijadikan tempat wisata, area itu terus menyempit. Ini juga diperparah dengan pendirian rumahrumah. (tim Persda Network)

ANTARA/PRASETYO UTOMO

TANGGUL JEBOL - Para personel TNI melakukan penyisiran di permukiman yang diterjang air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Banten, Jumat (27/3).

News Analysis

1,5 Juta Kubik Air ORANG sering salah persepsi soal bendungan dan danau. Situ Gintung ini dianggap sebagai danau. Padahal kalau danau itu satu cekungan seperti baskom. Situ itu adalah bendungan kecil. Bendungan ini dibuat Belanda pada 1932. Baru selesai 1933. Usianya, 76 tahun. Ini adalah bendungan homogen karena dibangun dari satu macam tanah saja. Biasa disebut bendungan urukan homogen. Selain itu, di bendungan terdapat yang namanya pelimpah (spill way) dengan lebar lima meter. Ada pula yang

Ada Banana Boat TENGAH malam itu warga sudah terlelap. Hujan deras terus menyiram Cireundeu, Kabupaten Tangerang, Banten. Mulyadi, yang belum memejamkan mata mendengar suara aneh dari arah Situ Gintung, yang tak begitu jauh dari rumahnya. Mulyadi cemas, sebab itu tanda bahaya. Dia lalu bergegas melihat tanggul situ. Jarum jam menunjukan pukul 00.00 WIB. Mulyadi terkejut sebab tanggul sudah bocor sepanjang lima meter. Bburu-buru dia pulang ke rumah. Mengungsikan istri dan dua anaknya ke rumah nenek. Dari Masjid Jabalulrahman kabar itu diumumkan ke seluruh warga. Pukul 02.02 WIB Mulyadi kembali ke situ itu. Dia bergerak ke jembatan tanggul penahan air. “Saya rasakan tanggul sudah mulai goyang,” katanya. Benar. Jumat subuh, tanggul itu jebol. Menyapu semua rumah, mobil dan merenggut jiwa. Dibangun pada zaman penjajahan Belanda, situ ini sejatinya adalah saluran irigasi. Belakangan, setelah merdeka, saluran itu berubah fungsi menjadi waduk konservasi wisata. Hampir semua jenis hiburan ada di sini. Permainan anak-anak, waterboom, banana boat untuk mengitari situ, perahu layar dan

berbagai perlengkapan hiburan lain tumpah di situ itu. Sebuah pulau, yang terletak di tengah situ, juga jadi arena wisata. Di sana ada penginapan, aula, lapangan tenis dan fasilitas wisata lainnya. Singkat kata Situ Gintung sudah menjadi kawasan wisata. Pengalihan fungsi ini, kata Direktur Sungai dan Waduk Departemen Pekerjaan Umum, Widagdo, membuat pintu pengambilan air tidak berfungsi. “Jadi sebelum peristiwa ini terjadi, fungsi Situ Gintung suah menjadi waduk konservasi,” kata Widagdo. Walau situ itu berimpitan dengan wilayah Jakarta Selatan, penggelolaannya dibawah Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Semula Situ Gintung seluas 28 hektare, belakangan menyempit menjadi 21 hektare. Kedalamannya rata-rata empat meter. Dengan luas dan kedalaman seperti itu, situ ini sanggup menampung air lebih dari satu juta meter kubik. Tapi sejak sehari sebelum petaka datang, hujan deras terus mengguyur. Akibatnya debit air melonjak dan lebih satu juta,” kata Widagdo. Tanggul tak lagi sanggup menahan debit air. Perlahanlahan dindingnya retak, lalu jebol. (tim Persda Network/vvn)

Si Doel Pun Syok RANO ‘si Doel’ Karno tak kuasa menahan tangis saat melihat warganya menjadi korban jebolnya tanggul Situ Gintung. Artis era 1980-an yang kini menjabat wakil bupati Tangerang itu berharap bencana itu tak terulang lagi. “Kasus ini sangat memilukan. Saya syok dengan peristiwa ini,” kata si Doel. Soal bantuan dia mengaku belum tahu dana yang akan dialokasikan bagi warganya. Apalagi bencana itu ditangani oleh pemerintah pusat.

DOK.BPOST

RANO KARNO

“Yang jelas, dana itu akan jauh lebih banyak diberikan. Karena ini tragedi kemanu-

siaan. Hujan yang terjadi di daerah saya memang mengkhawatirkan sekali. Daerah itu, sebelumnya kawasan konservasi yang luasnya mencapai 31 hektare. Sekarang sudah jauh berkurang,” ujarnya. Dia pun berharap warga bersedia direlokasi. Namun, diakui Rano, tidak mudah membujuk warga agar bersedia. “Karena mereka tinggal sudah turun-temurun di bantaran sungai, jadi sangat sulit untuk direlokasi,” katanya. (tim Persda Network)

Sambungan hal 1

“Mancucuk bini urang kada sah,” ujar Tulamak manyambung. Kalakakan buhannya tatawaan. “Amun bapander pamilu Bus ai, sabujurnya aku handak banar pamilu ni saban tahun disalanggaraakan, amun kawa racapi lagi,” ujar Palui. “Hau, pina lali ikam lui. Pamilu tu lima tahun sakali, kanapa ikam handak minta racapi?” ujar Garbus kahiranan “Rajakiku batambah jua wayah pamilu ini,” ujar Palui. “Makanya paling kada sabulan sakali haja diadakan,” ujarnya lihum. “Rajaki matan mana? Amun tatap haja maujek, kada baubah-ubah jua,” ujar Gar-

bus mahapak. “Bila umpat kampanye, bensinku hibak tarus diisi buhan partai, gratis makan minum wan duit ruku. Barataan partai kuumpati,” ujar Palui mambuka rahasianya “Palui dasar raja akal, limbah saratus meter umpat pawai, langsung baliung kalain. Bensinnya kada habis duit sudah di tangan,” ujar Tulamak maakui kapintaran Palui. “Kada itu haja Mak ai, aku bakulih baju bagambar partai. Samunyaan partai aku pintai bajunya. Lumayan kada parlu manukar satahunan,” ujar Palui mangalakak. “Itu artinya ikam tamasuk manusia plin-plan, kada bapandirian, sarakah, panguluh,” ujar Garbus.

lain yakni pintu air sebagai irigasi karena pada zaman dulu merupakan wilayah persawahan. Panjang bendungan pun kurang lebih 200-an meter. Di atasnya spill way ini terdapat jembatan. Soal bencana, karena hujan deras dari pukul 16. 00 WIB hingga pukul 21.00 WIB permukaan air naik secara drastis. Bendungan jebol karena limpasan mudah tererosi. Tanggul bendungan terbuat dari tanah, bukan beton, sehingga mudah longsor atau jebol. Apalagi kita tahu, genangannya itu 21 hektare. Artinya kurang lebih 1,5 juta kubik air. Itulah

“Aku kada salah Bus ai. Ngaran dibari, dari mana haja kutarima. Nang panting aku kada bajanji, duit wan bajunya haja kuambil,” ujar Palui kada hakun dipadahi manguluh. “Rajaki nang lain napa lagiLui?” ujar Tulamak maanyaki. “Rajaki nang lain datang matan biniku. Inya kusuruh turun tarus yasinan. Bila urang babagi duit, tapih bahalai, kain, inya dapat jua. Warnanya lain-lain lagi,” ujar palui kahimungan. “Itu ngarannya laki bini sama kalakuannya katuju maakal wan maakali urang,” ujar Tulamak wan garbus manumpalak. “Itu kada maakal, tapi rajaki pamilu,” ujar Palui tatawa banar. (bpost/fai)

yang menjebol, dan mendorong ke bawah sehingga rumah-rumah yang berada di jalur air tersapu begitu saja. Kita sudah siapkan 13 ribu lembar beronjong kawat untuk mengamankan tebing-tebing yang longsor kembali akibat gerusan air. Bendungan akan dibangun lagi dari dana tanggup darurat. Tapi yang terpenting adalah pelestarian alam. Masyarakat juga harus diberi pemahaman agar berada di zona aman. Juga harus dibangun kembali untuk konservasi. Jangan semua dijadikan kawasan perumahan. (tim Persda Network)

Mereka Mati Syahid melihat rumahnya hancur. ANDAIKAN waktu bisa Namun ada yang membuat dimundurkan, Yunita (22) hatinya lebih hancur. Edelmungkin tak menyerahkan wies tidak ada. Juanak semata waga Komariah. Yuyangnya, Edelnita berlari ke saweis (2 bulan) kena ke mari menpada sang pemcari keduanya. bantu, Komariah. Namun, hingga Hingga Jumat tadi malam, me(27/3) malam, Ereka belum ditedelweis dan Komukan. Kini, Yumariah belum dinita hanya berteketahui keberaman tangis. daannya. KeduaGGL nya hanyut oleh Kesedihan DIN SYAMSUDDIN ‘tsunami kecil’ serupa dialami Ketua Umum akibat jebolnya Mansyur (55). MaPP Muhammadiyah Tanggul Situ Gintanya merah. Bitung, Tangerang, Banten. birnya pun gemetar menahan tangis. Sesekali kedua telapak Pagi itu, Yunita menyusui tangannya mengusap muka Edelweis. Beberapa kali Yunidan berkata, “Ya Allah... di ta mencium dan mendekap manakah anakku.” Telapak erat buah hatinya itu. Sang tangannya lantas turun ke suami, Sriyanto tidak berada dada dan mengusapnya. Madi rumah karena bekerja di ta terpejam, bibir lelaki tua itu luar kota. Seusai menyusui, kembali bergetar. Sang istri Yunita menyerahkan Edelsigap menahan tubuh suawies ke Komariah. Dia sendiri minya yang limbung. Peremmembersihkan kamar. puan bertubuh gemuk itu ikut Tiba-tiba bencana itu damenitikkan air mata. tang. Diawali suara gemuruh Mansyur mengatakan, dia air dari belakang rumah. “Banmencari anaknya yang tingjir, banjir...,” teriaknya. Yunita gal tepat di samping salah panik. Dia berlari menuju tangsatu pintu air Situ Gintung. ga ke lantai dua. Namun, air “Saya bingung, di mana anak datang lebih cepat. Perempuan saya,” ujarnya. itu terseret arus hingga ke luar rumah. Dia sempat memeluk Anak Mansyur bernama batang pohon kelapa yang Syamsul Arifin. Pria berusia tumbang. Namun, arus air 27 tahun itu tinggal bersama bercampur lumpur itu lebih sang istri, Reni dan seorang kuat menyeretnya hingga yang masih balita. “Saya suhampir setengah kilometer dadah pesan sama dia. Hati-hati ri rumah. air sudah tinggi. Kamis malam saya sempat main ke ruMeski tubuh penuh luka, mahnya. Waktu saya lihat, air Yunita mampu berdiri. Dia

memang sudah tinggi. Dari bibir danau, air sudah bisa diambil dengan tangan,” ucapnya terbata-bata. Bencana itu juga menyebabkan seorang bocah tersangkut di pohon. Bocah bernama Perry (9) itu berhasil dievakuasi para tetangganya. Ayah Perry, Burhanudin (41), belum diketahui keberadaannya. Sedangkan sang ibu dan adik, Reni (35)

dan Indah (7), tewas. “Mereka semua, yakinlah seorang yang meninggal dalam musibah akan mengalami mati syahid. Insya Allah mati syahid,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin saat menemui para korban di Kampus STIE Ahmad Dahlan. Matanya juga berkaca-kaca. (tim Persda Network/dtn)

Riam Kanan Terancam MESKIkekhawatiran mencuat, 1.400 warga Desa Tiwingan, Aranio, Kabupaten Banjar, tetap bisa hidup tenang. Ketinggian air di Waduk Riam Kanan yang berada dekat desanya, hingga Jumat (27/ 3) belum melebihi batas berbahaya. “Namun, kondisi waduk harus terus dipantau untuk mengantisipasi kemungkinan buruk. Semua demi keamanan warga,” ucap Pembakal Tiwingan, Aidi. Kepala PLTA Riam Kanan, Kardoyo saat dihubungi mengatakan kondisi Waduk Riam Kanan dalam kondisi aman. Ketinggiannya, 59,37 meter. “Masih dalam standar kelayakan,” tegasnya. Mengenai ketahanan waduk, Kardoyo pun menyatakan masih dalam kondisi terawat. “Kami selalu melakukan pengecekan yang terjadwal baik mingguan dan bulanan seperti pengukuran ketinggian air dan kelemba-

ban air tanah,” katanya. Kardoyo mengatakan kelembaban air tanah waduk yang dibangun pada 1970 tersebut masih di bawah nol koma. “Jika melihat keadaannya hingga sekarang, saya perkirakan, Waduk Riam Kanan dapat bertahan hingga 50 tahun ke depan,” katanya. Akan tetapi, lanjut Kardoyo, perkiraan itu bisa berubah jika aktivitas penambangan dan penebangan hutan secara liar kembali marak. Pasalnya, akibat aktivitas itu terjadi sedimentasi yang bisa memperpendek umur waduk. “Ketahanan waduk tergantung pengelolaan ekosistem di sekitarnya, misalnya tidak adanya penebangan hutan dan penambangan,” ujarnya. Jika aktivitas ilegal itu dibiarkan, umur waduk hanya sekitar lima hingga sepuluh tahun. “Akan lebih aman jika aktivitas penambangan dan penebangan disetop,” tegas Kardoyo. (ire)

Dimanfaatkan Para Caleg Pada November 2008 Pernah Jebol

Razaki Wayah...

PITOYO SUBANDRIO Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane

BENCANA jebolnya Tanggul Situ Gintung dimanfaatkan para calon anggota legislatif (caleg). Mereka beramairamai datang memberikan bantuan sembako atau sekadar bersalaman untuk menyampaikan rasa duka cita. Para caleg yang didampingi tim suksesnya itu datang dengan menggunakan atribut partai, seperti kaus, bendera, dan kendaraan mobil yang ditempeli logo partai dan gambar wajahnya. Secara bergantian mereka baru tiba mulai Jumat (27/3) sore. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla juga bergantian menjenguk para korban. Kalla datang lebih dulu, sekitar pukul 09.30 WIB. Dia didampingi oleh Menteri

Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Menko Kesra Aburizal Bakrie. Sekitar pukul 13.00 Wita, giliran Yudhoyono yang datang ke lokasi. Dari batas desa, dia menumpang motor gede yang dikendarai seorang polisi. Setelah meninjau lokasi, Yudhoyono menggelar rapat rapat di rumah makan Situ Gintung. Rapat penanganan pascabencana itu diikuti Kalla, Menkes Siti Fadillah Supari, Menbudpar Jero Wacik, Menteri PU Djoko Kirmanto, Gubernur Banten Ratu Atut, Bupati Tangerang Ismeth Iskandar dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin. Kepada pers, Ratu Atut menegaskan pemerintah akan memberi bantuan Rp 5

juta hingga Rp 30 juta per kepala keluarga (KK). Dana itu diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan melalui lurah dan kepala desa terkait. Djoko Kirmanto menambahkan akan mendatangkan ahli dari Jepang untuk memperbaiki tanggul. “Sudah saya panggil. Besok (Sabtu) mereka akan datang dan membuat desainnya,” katanya. Untuk menghindari terulangnya bencana, lanjut Djoko, tanggul akan dipasangi pelindung tebing berbahan baku utama batu. “Itu dari batu yang akan mengganjal lonsoran-longsoran. Selain itu dilakukan konservasi lahan,” ucapnya. Sedangkan Wakil Bupati Tangerang, Rano Karno meminta semua pihak tidak saling menyalahkan. “Karena

ini musibah,” tegasnya. Menurut Rano, pemkab sudah menetapkan tanggap darurat bencana sehingga penanganannya sesuai dengan prosedur tetap. “Ini berdasar instruksi presiden,” tegasnya. Lain lagi pendapat Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Slamet Daroni. Dia menilai pemerintah kurang tanggap terhadap kekhawatiran warga. Menurunya, awalnya situ seluas 21 hektare itu dijadikan salah satu pengendali banjir di Jakarta dan sekitarnya. Namun karena kurang perhatian dari pemerintah, kondisinya tak terawat. “Indikasi kalau tanggul bermasalah itu sudah muncul sejak November 2008. Waktu itu kan jebol tapi nggak parah. Warga khawatir dua tahun terakhir ini,” katanya. (tim Persda Network/dtn)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Banjarmasin Post - 28 Maret 2009 by Banjarmasin Post - Issuu