Kelas XI, Bahasa Indonesia

Page 163

Bab 12 Berkomunikasi

dan mereka membentuk grup sendiri. Ah, kalau cerita soal Pittsburg, tidak akan ada putus-putusnya. Sekarang kembali kepada aku dan Jigme. Dua tahun di Pittsburg, suatu liburan musim panas aku berlibur ke tempat temanku, Lisa, di Wichita. Kota ini lumayan sedikit lebih besar dibandingkan Pittsburg, hanya tiga jam perjalanan dan masih di daerah Kansas. Aku sering mengunjungi Lisa, habis apalagi yang akan aku lakukan di kota sekecil Pittsburg? Tadinya aku berpikiran akan mengunjungi Mas Bowo, kakakku satu-satunya di Chicago. Tapi Lisa punya tawaran menarik. Ia mengajakku datang ke pesta kampusnya. Ingin juga aku tahu, seperti apa sih pesta mahasiswa Wichita State University? Apalagi setelah dengar cerita Lisa bahwa universitas ini tidak memiliki tim olahraga American Football. Yang benar saja, tanpa football apa artinya sebuah universitas di Amerika? Kata Lisa, “Dulu memang ada, tapi semenjak seluruh anggota tim terbunuh karena kecelakaan pesawat terbang, universitas kemudian meniadakannya.” Dia Pittstate sendiri, kami memiliki tim the Gorillas, dengan maskot gorila dan sering jadi juara di lomba antaruniversitas di midwest atau daerah tengah Amerika. Tapi Lisa bangga, mereka punya tim baseball andal, the Shocker, yang maskotnya boneka jerami. Ya, sudah, toh aku tetap penasaran. Pesta berjalan biasa. Banyak yang minum bir dari tong, atau makan agar-agar yang dicampur bir atau disko dan ingar-bingar khas orang Amerika. Aku senang pesta, tapi tidak minum. Masalahnya dulu aku pernah menenggak satu sloki dan jadi sakit seminggu. Jangankan itu, merokok pun aku tidak. Aku pernah mencoba rokok Marlboro-nya Aji, tapi juga membuatku batuk berkepanjangan. Lagi pula, minum bisa bikin orang terlalu berani. Pernah di suatu pesta, temanku Cindi, mendadak mulai melepas bajunya di depan para pria. Joe pernah bilang, sebenarnya banyak cowok yang pura-pura mabuk, biar cewek ikutan mabuk dan mulai menari telanjang. Di tengah kebosanan inilah aku bertemu Jigme. Tidak pernah terlintas sedikit pun dari benakku kalau lelaki yang diperkenalkan Lisa kepadaku malam itu akan menjadi suamiku kini. Betapa tidak! Setelah pesta itu aku terlupa padanya. Aku

kembali ke Piitsburg dan hidupku berjalan biasa dengan kekasihku saat itu, Aji Saka. Putus dari Aji, aku pindah dan transfer sekolah ke Wichita. Ah, siapa sangka Jigme terkaget-kaget melihatku di kafetaria kampus Wichita State University. “June Larasati Subagio,” teriaknya saat itu. Aku yang siap menuju kelas kontan terperanjat. Siapa pria ini? Mengapa ia tahu namaku? “Ingat, saya Jigme Tshering,” katanya sambil menjulurkan tangan. Dengan bingung-bingung, aku membalas jabatan tangannya. “Maaf, siapa...” “Remember? Saya bertemu kamu di pesta tahun lalu, don’t you remember?” katanya. Tangannya mengguncang-guncang tanganku. Aku kemudian melepaskan diri dari jabatan eratnya. Aku masih terdiam, berusaha meletakkan wajahnya di puzzle memoriku. “Waktu itu Lisa mengenalkanmu padaku. Kamu benar June yang mengenakan gaun hitam dan rambut diangkat ke atas kan?” katanya dengan mata berbinar-binar. Samar-samar bayangannya menjadi jelas. “Kamu ... ya, saya ingat. Kamu yang dari Tibet itu bukan?” kataku ragu-ragu. “Hahahaha... orang sering menyebut saya ‘that Tibetan’ atau ‘that Tibet guy’.” “Maaf,” kataku serba salah. Ia menggeleng. “Tidak apa-apa kok. Saya senang kamu ingat saya,” katanya sambil terus menatapku. “Ya, saya ingat sekarang. Kamu yang bilang kalau minum cuma untuk sosialisasi kan?” “Memang kok, saya minum di pesta cuma basa-basi. Dan kamu bilang, payah masa garagara gengsi terpaksa minum. Hahahaha...benar, gengsi....” Aku tersenyum. Kemudian, sinar matanya yang sipit seperti menembus mataku. Aku masih tidak habis pikir, bagaimana ia ingat nama lengkapku bahkan baju apa yang kupakai malam itu, sedangkan aku sendiri lupa? Sesudah itu yang lain tinggal sejarah. Ia mengajakku makan siang, tapi aku sudah makan siang. Lalu, sebagai gantinya aku berjanji bertemu keesokan harinya, jam yang sama untuk makan siang. Setelah berbulan-bulan menjadi teman Jigme dan makan siang bersama yang tak terhitung banyaknya, akhirnya aku bersedia

153


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.