Imanensi dan Transendensi: Sebuah Rekonstruksi Deleuzian atas Ontologi Imanensi dalam Tradisi.....

Page 228

Retakan Besar Ontologi Imanensi

pesimis melihat penekanan pada ekses ini karena produktivisme yang diusung Deleuze dalam konsep “ekses” ini masih dihantui oleh sejenis produksi atas lack (yakni, pertama-tama, produksi atas lack of arkhe). Namun Deleuze tetap menawarkan sebuah visi yang menjanjikan; aspirasi Deleuze tetaplah merupakan sesuatu yang layak diupayakan lebih lanjut, yakni sebuah mimpi tentang imanensi murni. Singkat kata, kalaupun ada pergeseran paradigma dalam hidup intelektual Deleuze, contra Žižek, pergeseran itu tak terjadi dari materialisme ke idealisme melainkan dari imanensi idealistik menuju imanensi materialistik yang memuncak dalam imanensi vitalistik. Dan pergeseran paradigma ini tak dapat kita sebut sebagai “inkonsistensi” jika kita menyadari bahwa proyek utama Deleuze sejak awal hingga akhir adalah mengupayakan jawaban atas pertanyaan “Bagaimana cara mengafirmasi imanensi?”. Dengan detour melewati interpretasi Žižek dan tanggapan atasnya, kini kita dapat melihat secara lebih jelas di mana letak esai dari tahun 1967 ini dalam keseluruhan oeuvre Deleuze, yakni terletak dalam periode awal pemikirannya ketika ia masih percaya bahwa imanensi dapat diafirmasi melalui mediasi oleh objet petit a Lacanian (alias obyek = x) yang senantiasa “lacking its other half”. Dalam kondisi ini, argumentasi Deleuze masih terjebak dalam strukturalisme yang nantinya memuncak dalam poststrukturalisme à la Derrida: primasi mediasi sebagai produksi eksesif yang digerakkan oleh suatu kekurangan azali yang koeksis dengan Ada di dalam ranah imanensi. Namun demikian, resolusi yang diajukan Deleuze dan Derrida terhadap kebuntuan ini berbeda: Deleuze mengambil jalan imanensi vitalistik yang bertumpu pada produksi yang non-mediatif dan non-transgresif sementara Derrida mengambil jalan transendensi imanen di mana telah selalu ada gerak transgresif—yang muncul melalui sejenis appelation dari Yang Sepenuhnya Lain atau Yang Sepenuhya Di-Luar alias Yang Sepenuhnya Transenden—atas ranah imanensi yang senantiasa direapropriasi ke dalam ranah itu. Visi radikal Deleuze tentang imanensi murni zonder kekurangan ataupun mediasi jenis apapun itulah—sesuatu yang tak terdapat dalam pelbagai pemikir dari zamannya—yang memberikan tantangan bagi pemikiran abad ini. Tantangan awal yang mesti kita hadapi saat ini, oleh karenanya, adalah mencoba melihat kembali titik interseksi yang kabur 189


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.