Bulletin SETARA edisi Mei-Jjuni

Page 1

SERI BUDI DAYA:

MENGENAL JENIS-JENIS HAMA PADA TANAMAN KAKAO Baca

hal

6

buletin buletin

INOVASI PETANI: PUPUK ORGANIK CAIR Mengelola alam Edisi III Desember 2012 sebagai ruang hidup Edisi III Desember 2012

Edisi : Mei - Juni 2013

Laporan Utama

Baca

hal

7

KEBAWAH, MENGENDAP LEBIH LAMA TURUN LEBIH

Sebuah Transformasi Sistem Belajar Bersama Petani Oleh : Bardi Lamancori Field Officer Inkapa Wilayah Sausu

Transformasi sistem belajar bersama yang dilakukan Field Officer Inkapa, dengan metode ‘Live in’ bersama petani, berhasil dikonsolidasikan dalam Kongres Petani di Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, Sabtu, (04/05/2013) asca restrukturisasi pelaksana program INKAPA. Perubahan Sering dan Sanistasi). Namun metode program, pengelolaan program struktur program yang terjadi pelaksanaan pelatihan seri ke-2 INKAPA banyak mengalami menjelang tahun baru, 2013 ternyata mengalami perubahan yang cukup perubahan. Jika sebelumnya, ruang membawa suasana baru. Struktur dan drastis. Perubahan ini sengaja lingkup kerja Fasilitator Desa orientasi kerja nampaknya lebih dirancang oleh Tim INAPAKA di (sekarang Field Officer) berbasis terang dan idealistis. Semua orang Sausu, Saya, Yuli dan Iwan Hamid pada teritorial desa, dan menangani nampak begitu antusias dan optimis. serta lima orang Community semua urusan program, baik yang Jika semua konsep yang telah Organizer (CO) dengan berangkat bersifat teknis, administratif maupun d i t u r u n k a n d a l a m r e n c a n a dari pengalaman tahun pertama. substantif. Pada saat ini, wilayah kerja operasional ini dilaksanakan, saya Dahulu peserta pelatihan hanya Field Officer (FO) melintas antar berkeyakinan INKAPA akan berhasil terfokus pada 30 peserta latih, yang desa, dengan jenis urusan yang lebih membantu para petani kecil yang merupakan perwakilan dari setiap spesifik dan fokus. Perubahan ini menjadi targetnya. Dalam struktur dusun dalam desa. Peserta latih itu dinilai telah dapat meningkatkan baru ini, saya punya tanggung jawab d i h a r a p k a n m e m p r a k t e k a n efektivitas pelaksanaan program di untuk mendorong dan melaksanakan pengetahuan dan keterampilan teknis lapangan. Perubahan ini juga proses transfer pengetahuan teknis yang diterimanya pada kebunnya. memaksa setiap personil program budidaya kakao dengan mengacu Disamping itu setiap peserta latih untuk melakukan adaptasi, termasuk pada prinsip GAP, good agriculture diharapkan juga mau membagi penyesuaian metode kerja di practises. Bukan sekedar teknis pengetahuan yang diterimanya lapangan dalam rangka menjangkau budidaya memang, tapi praktek kepada petani lainnya. Sehingga, target yang telah ditetapkan. Harus b u d i d a y a y a n g b a i k d a n makin lama jumlah orang yang sering turun kebawah, dan berlama- berkelanjutan. mendapat pengetahun teknis akan lama tinggal bersama petani. Pada Tahun Ke-2 Program, semakin banyak. Kami sangat Seiring berjalannya waktu, INKAPA masih mengalokasikan berharap ada efek bola salju. Namun I N K A PA b a n y a k m e n g a l a m i kegiatan pelatihan budidaya kakao, kenyataannya tidaklah demikian, metamorfosa, proses tersebut yang mengacu pada pendekatan P3S kalaupun ada petani yang berusaha membawa dampak positif bagi (Pemupukan, Pemangkasan, Panen u n t u k m e n y e b a r l u a s k a n

P

Diterbitkan atas Kerjasama


buletin

2

Edisi Mei-Juni 2013

Daftar Isi

Salam Redaksi....!!!

LAPORAN UTAMA : TURUN LEBIH KEBAWAH, MENGENDAP LEBIH LAMA Perubahan ini juga memaksa setiap personil program untuk melakukan adaptasi, termasuk penyesuaian metode kerja di lapangan dalam rangka menjangkau target yang telah ditetapkan. Harus sering turun kebawah, dan berlama-lama tinggal bersama petani hal

1 CERITA KAMPUNG: Ketika Ekspansi Modal Menghantam Desa Para Perempuan ditinggal sendirian Sebuah pelajaran dari Desa Boladangko

Tekanan psikologi yang dialami perempuan Boladangko memang meningkat seiring dengan masuknya PT BLH. Hal ini sejalan dengan meningkatnya resiko atas keselamatan dan kehormatan mereka. Dalam hal ini, para perempuan seperti ditinggalkan hal sendirian menghadapinya. 5 SERI BUDI DAYA: MENGENAL JENIS-JENIS HAMA PADA TANAMAN KAKAO

INOVASI PETANI:

PUPUK ORGANIK CAIR Mengelola alam sebagai ruang hidup KRONIK KAMPUNG

hal

6-7

KONGRES PETANI KULAWI

CATATAN LAPANG: hal

SERIKAT TANI SAUSU;

9 Berkumpul, Belajar dan Bersatu untuk Berdaya

Profile :

KRISTIAN Pemuda yang Bertani dan berbagi Pengetahuan

hal KRISTIAN

12

Salam Redaksi

Setelah 17 tahun di kampung orang, Kristian (40 tahun) memutuskan kembali ke kampung. Ia berkesimpulan, kehidupan di rantau tidak lebih baik dari kehidupan di kampungnya. “Sama saja, yang penting kita mau berusaha”.

B

uletin Setara edisi kali ini banyak menyoroti dinamika berorganisasi yang muncul , hal ini sejalan dengan pelaksanaan program INKAPA. Dinamika berorganisasi bergerak dan menjadi bagian integral dalam program INKAPA, karena secara organisasional INKAPA menyadari, organisasi petani merupakan prasyarat untuk mewujudkan kedulatan petani. Organisasi adalah alat perlawanan kaum lemah demikian idiom yang sering dikutip oleh para pegiat di lapangan. idiom ini bukanlah slogan kosong, idiom ini benar adanya, karena ia merupakan sebuah sintesa yang lahir dari sejarah panjang perjuangan petani melawan penindasan diberbagai belahan dunia, termasuk juga di Sulawesi Tengah. Setidaknya kemenangankemenangan “kecil” yang pernah dipetik oleh kaum tani ketika berhadaphadapan dengan kekuatan korporasi maupun negara dalam berbagai sengketa agraria seperti yang terjadi di Marena, Watuwali Makuhi dan Dongidongi telah mengajarkan hal itu. Itulah sebabnya Pegiat INKAPA senantiasa meletakan kesadaran berorganisasi sebagai sebuah aspek penting. Kesadaran berorganisasi ditempatkan sebagai prasyarat yang harus disediakan dan diciptakan oleh petani menuju ke suatu tatanan produksi yang baru, yang lebih berdaulat dan lebih adil. Metode pengorganisasian petani di INKAPA diawali dari unit-unit sosial yang lebih kecil di lingkup perdesaan, dalam bentuk kelompok-kelompok petani. Pengembangan pengetahun dan keterampilan teknis menjadi pintu masuk interaksi dalam proses belajar bersama pada tahapan ini. Ruang gerak kelompok kemudian dilebarkan dengan cara menghubungkannya dengan kelompok petani yang lain

yang ada di dalam desa, dan diperlebar lagi, ke jalinan antar desa, hingga akhirnya bermuara ke organisasi petani supra desa. proses pelebaran area pengorganisasian ini diikuti dengan pengenalan wacana, teori dan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran kritis, ideologisasi, manajemen organisasi dan kepemimpinan. STS atau Serikat Tani Sausu dan Serikat Tani Mahingkau Kulawi atau STMK adalah dua organisasi supra desa yang telah dilahirkan dalam melalui pengorganisasian INKAPA. Laporan Utama yang dimuat pada edisi ini “Turun Lebih Ke Bawah, Mengendap Lebih Lama” merupakan rangkuman pengalaman empiris sekaligus refleksi dari penerapan metode pengorganisasian yang dilakukan oleh salah seorang FO INKAPA. Tulisan ini ibarat mengambarkan prosesproses yang terjadi dibagian hulu sungai pengorganisasian, sementara dinamika dibagian hilirnya digambarkan melalui tulisan maupun kronik yang mengenai proses pembentukan serikat tani, baik di sausu maupun di kulawi . Pada catatan lapang, cerita tentang perempuan di pedesaan tidak luput untuk dimuat pada edisi ini. Sebuah tulisan yang berlatar peristiwa masuknya perusahaan pengolahan kayu di kulawi bulan Februari 2013 sangat menarik untuk disimak, karena mengupas sisi kelam masuknya investasi skala besar disektor kehutanan. Sisi ini hanya bisa dilihat dari sudut pandang perempuan di desa itu, terutama perempuan yang suaminya turut bekerja di perusahaan. Tulisan ini juga berkontribusi pada penguatan argumentasi dibalik penolakan masuknya perusahaan, sekaligus juga, berkontribusi pada modelmodel analisis dampak investasi di sektor ekstraktif yang hanya bertumpu pada aspek sosial, ekonomis dan ekologis. Pada akhirnya kami tim redaksi berharap bacaan ini dapat menambah khasanah pengetahuan sidang pembaca sekalian. Redaksi

Diterbitkan oleh : Program Inkapa Sajogjo Institute kerjasama USAID Penanggung Jawab : Noer Fauzi Rachman I Dewan Redaksi : Devi Anggraeni, Aristan, Rahmat Saleh I Redaksi Pelaksana : Syaiful Taslim I Staf Redaksi : Aristan, Rahmat Saleh, Satriyanto Sugeng Bahagyo, Naftali B. Porentjo, Hasna, Siti Zulaikhah, Suaib Hasan, Suhardin, Bardin, Iwan Hamid, Suhardin Salasah, Linda Biki, Devi, Sulaeman I Layout dan Editor : Rudi Asiko l Kontributor Sausu : Eka Winarti Ningsih, Ni Nyoman Sukasih, Reni Simangunsong, I Made Rianta, Yuyun Kurniasih I Kontributor Kulawi : Sunarti, Martina Todoni, Maryam, Hariani, Ester Melati I Alamat Redaksi : Jalan I Gusti Ngurah Rai Lrg. Prajurit No. 14 Palu Sulawesi Tengah 94131 email : cokelatrakyat@gmail.com


Laporan Utama

buletin Edisi Mei-Juni 2013

pemangkasa n ataupun sambung samping ( s i d e grafting) maka FO dan asistens teknis akan memberikan c o n t o h tentang Mushola salah satu tempat yang dijadikan untuk berbagi pemangkasa n maupun pengalaman sesama petani selepas sholat berjamaah sambung pengetahuannya, skalanya masih samping. Setelah memberi contoh kecil. Perhitungan kami, jumlahnya melalui demonstrasi maka pekerjaan tidak lebih dari 30 %. Bahkan, ada selanjutnya akan ditangani oleh sekitar 10% peserta latih yang tidak petani pemilik kebun. CO yang menerapkan pengetahuan teknis yang bertugas di desa itu akan mengamati diperolehnya dari pelatihan, dengan perkembangan harian kebun tersebut, berbagai alasan. Jadi jangankan sekaligus menjadi teman berdiskusi. menyebarluaskan pengetahuan, Pengamatan dan analisis dampak oleh menggunakannya sendiri saja belum FO dilakukan secara tentatif pasca perlakuan, karena cakupan area sepenuhnya. D i p u t a r a n k e - 2 , I N K A PA pengamatan lebih luas. memutuskan memilih peserta latih Pendekatan seperti ini merupakan secara lebih selektif. Dengan tetap pola favorit bagi petani. mereka mempertimbangkan faktor distribusi sangat bersemangat jika kebunnya di peserta berdasarkan dusun, INKAPA kunjungi. Pernah suatu kali di desa juga memprioritaskan peserta latih Gandasari kami melakukan asistensi yang memiliki kelompok Tani. kebun milik Pak Badrun, seorang Karenanya ia sedapat mungkin petani Bugis. Oleh karena merasa menjadi peserta sebagai utusan dari hasil asistensi sangat berguna, Pak k e l o m p o k t a n i n y a . S e s u d a h Badrun berharap hal yang sama bisa pelatihan, INKAPA mewajibkan dilakukan terhadap petani-petani peserta latih untuk membagi lainnya. Ia kemudian memutuskan pengetahuannya kepada anggota untuk mengundang petani-petani lain kelompok yang lain. Tidak cukup di lingkungannya untuk bertemu sampai disitu, INKAPA juga dengan tim INKAPA. Pertemuan itu mewajibkan peserta latih untuk d i l a k u k a n p a d a m a l a m h a r i mengikuti asistensi kebun. dirumahnya. Mereka mengongkosi Asistensi kebun merupakan sendiri pertemuan itu, termasuk metode yang paling efektif, mudah kebutuhan alat dan bahan untuk dipahami serta disukai oleh petani praktek di kebun keesokan harinya. kakao. Karena dengan pendekatan ini, Inisiatif ini diambil Pak Badrun FO, asisten teknis dan pemilik kebun karena ia sangat yakin informasi yang s e c a r a b e r s a m a - s a m a a k a n diberikan tim INKAPA dapat mendiagnosa kondisi kebun kakao mengembalikan semangat petani yang dimiliki petani. Diagnosa untuk mengurusi kebun kakao-nya. tersebut menghasilkan rekomendasi, Selama ini sebagian besar petani di yang berisi rancangan tindakan apa, lingkungannya tidak mau lagi dan bagaimana bentuk tindakan yang mengurusi kebunnya. Mereka harus di lakukan oleh petani, terhadap frustrasi dengan hasil panen yang p o h o n k a k a o n y a . M i s a l n y a , sedikit, tidak sesuai dengan waktu, katakanlah Pohon kakao tersebut biaya dan tenaga yang dikeluarkan. membutuhkan pupuk, maka petani Sudah tiga tahun berselang, akan disarankan untuk memberi produksi kakao di Parigi Moutong pupuk. Dimana jenis Pupuk dan mengalami penurunan. Penyebabnya komposisinya telah diatur bersama- adalah Serangan hama dan penyakit. sama sesuai hasil diagnosis. Dalam Belum selesai satu hama dan penyakit h a l d i m a n a p o h o n K a k a o diatasi, datang hama dan penyakit membutuhkan suatu tindakan seperti lainnya. Saat ini kebun kakao di

3

wilyah ini rata-rata mengidap 3 jenis hama dan penyakit, seperti jamur upas, Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Vascular Streak Dieback (VSD). Jenis penyakit yang disebutkan terakhir (VSD) merupakan momok utama petani kakao. Belum diketahui cara efektif untuk mengendalikannya. Penyakit ini tidak hanya menggangu produksi, lebih dari itu VSD secara sistemik membunuh Pohon Kakao. Penyebaran penyakit yang disebabkan jamur ini juga sangat cepat dan sulit di kontrol. Pada awal tahun 2012 yang lalu, sempat muncul harapan melalui proyek Gernas Kakao. Tenaga teknis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Parimo saat itu sangat yakin bahwa Rehabilitasi Kebun Kakao melalui teknik sambung samping akan menjadi solusi pengendalian VSD. Sambung samping memberi peluang petani untuk “mengamputasi� bagian besar batang utama yang memikul semua sistem percabangan dan ranting kakao termasuk yang terinfeksi VSD, kemudian memberi kesempatan pada sambungan baru yang berasal dari entris, bebas VSD dan lebih tahan hama dan penyakit untuk berkembang. Namun setelah lebih setahun Gernas 2012 dilaksanakan, terbukti teknik itu tidak berhasil menanggulangi VSD. Cabang-cabang baru hasil sambungan dengan mudah terjangkit VSD. bahkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa entris yang dibagikan kepada petani di desa Torono menemukan entris yang terkontaminasi VSD bahkan sebelum disambungkan ke Kakao Petani. D a l a m h a l i n i I N K A PA mengedepankan teknik pemangkasan dan perawatan dalam menanggulangi VSD. Penerapannya memang butuh kesabaran dan ketekunan, karena petani dituntut untuk melakukan pengamatan dan pemeriksanaan pohon per pohon, untuk mengetahui pohon mana yang terinfeksi VSD. INKAPA mengajarkan petani untuk mengenal gejala-gejala serangan VSD, misalnya dengan melakukan analisis terhadap kondisi fisik jaringan cabang, atau dengan mengamati noktah pada pangkal daun. Adanya bintik tiga pada pangkal daun menandakan batang tempat melekatnya daun telah terinveksi VSD, sehingga disarankan untuk memangkasnya. Memang tidak


buletin

4

Laporan Utama

Edisi Mei-Juni 2013

mudah apalagi kalau petani tidak yakin dengan metode ini. Mengembalikan Motivasi Motivasi menjadi kunci penanggulangan hama dan penyakit. Masalahnya, faktor ini yang paling banyak hilang dari dalam diri petani. Mengapa demikian, karena skala masalah yang melilit kebun mereka sungguh diluar dugaan. Rumit dan kompleks. Disamping itu, mereka tidak pernah menduga akan mengalaminya secepat ini, ditengahtengah ekspektasi yang demikian besar terhadap kakao. Ironisnya, ketika masalah ini muncul, para petani seperti menghadapinya sendirian, tidak ada teman untuk berbagi. Asosiasi Kakao (ASKINDO) yang katanya mitra bagi petani kakao tidak pernah muncul untuk membantu, para pedagang, termasuk eksportir, tidak mau tau dengan itu, kecuali ada hasil baru ada hubungan. Negara juga nampak absen dan tidak berdaya. Pemerintah Desa Gandasari sangat menyadari hal itu. Papa Saddam, kepala desa Gandasari yang sehari-hari juga petani tidak mau patah arang. Ia tidak pernah berhenti untuk memulihkan semangat masyarakatnya, dengan cara menghimbau dan menggarap kebun kakaonya. Berbagai kesempatan ia gunakan untuk menyampaikan himbauan ini, mulai dari acara-acara umum di desa, sampai di rumahrumah ibadah. Persoalannya, tumbuhnya motivasi akan berhubungan dengan tersedianya solusi. Ini yang tidak tersedia sebelum ada INKAPA. Melalui INKAPA pemerintah desa Gandasari melihat adanya solusi yang tersedia lewat berbagai pengetahuan teknis yang aplikatif. Apalagi Petani Pemandu INKAPA, CO, FO maupun Asisten Teknis mau menyediakan dirinya untuk melakukan kegiatan belajar bersama di kebun-kebun petani, sehingga sejauh ini ia melihat INKAPA bisa menyediakan solusi untuk mengatasi masalah kakao di Gandasari. Mengembangkan Kebun Uji Mengembangkan Kebun Uji adalah pendekatan lain, untuk mengembangkan pengetahuan

lapangan, sekaligus menaikan tingkat penyerapan pengetahuan oleh petani di lapangan. Berbeda dengan demplot, Kebun Uji dibangun secara swadaya oleh petani, ini melengkapi keberadaan demplot di kampung, sekaligus menutupi lubang-lubang pengelolaan kegiatan demplot sebagai media belajar. Tidak semua petani di lokasi program dengan mudah mengakses demplot. Karena demplot biasanya terletak di satu bagian desa, cukup dekat dengan kebun dan pemukiman sejumlah petani di desa tersebut, namun tidak cukup dekat bagi petani yang berrumah di bagian lain desa. Saat ini sudah ada dua kebun Uji yang berhasil dibangun, masingmasing di Gandasari dan Sausu Peore. Di Gandasari, kebun yang dijadikan sebagai kebun uji adalah milik Papa Azis. Di kebun ini petani bersama INKAPA menerapkan 3 jenis perlakuan ; pertama, Poladring (pemotongan Batang Induk Tanaman kakao) untuk mempercepat perkembangan sambung samping jika batang induk tidak tumbuh baik atau sudah terserang penyakit yang dapat mengancam sambung samping. Perlakuan yang Kedua, merupakan blok penyehatan kebun. Penataan blok didasarkan pada hasil pengamatan. Setiap blok akan mendapat perlakuan bervariasi, ada blok yang harus diremajakan, ada yang rehabilitasi dan ada juga yang diintensifikasi. Pada Blok yang berisi pohon induk yang masih bisa dipulihkan maka perlakuannya didekati dengan perawatan tanaman dengan memberikan asupan pupuk sesuai dengan kebutuhan hara yang bisa dikenali dari gejala defisiensi hara. Disamping itu dilakukan juga pemotongan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang mati dan cabang tidak sehat karena serangan hama dan penyakit kakao, sehingga harapannya kakao masih dapat berproduksi. Ketiga, perlakuan dengan melakukan kombinasi pada tanaman kakao yang sudah di sambung samping (Side Grafting) karena pohon induk pada blok ini masih bisa menunjang kebutuhan harian pemilik kebun sehingga saran kepada pemilik kebun untuk memutus jaringan makanan untuk dapat dibagi ke sambung samping (side Grafting)

sehingga pembagian makanan bisa merata keseluruh bagian tanaman. Dokumentasi kebun uji dengan 3 perlakuan Desa Sausu Gandasari Lain halnya di Desa Sausu Peore, perlakuan pada kebun uji terhadap sambung samping yang sudah berumur 9 tahun dengan jenis klon Sulawesi 1 (PBC 123). Kebun uji di Sausu Peore adalah milik Pak Amrin. Dari hasil analisis bersama diputuskan untuk menerapkan dua perlakuan pada kebun uji ini, yang pertama adalah pemangkasan total dengan tujuan untuk menurunkan cabang yang posisinya tidak produktif dan kondisi pohon sudah menjulang dengan tinggi pohon kakao lebih dari 5 meter, sehingga direkomendasikan pemangkasan total, dengan harapan percabangan dapat kembali kebawah. Pemangkasan dilakukan dengan menurunkan tinggi pohon kakao menjadi 3 meter itu merupakan tinggi ideal pohon kakao. Perlakuan kedua, adalah melakukan pemupukan untuk penambahan unsur hara/nutrient pada tanaman kakao dengan tujuan untuk pembentukan daun. Pupuk direkomendasikan yang mempunyai kandungan unsur Nitrogen (N) yang lebih dikenal petani Urea untuk penyehatan daun. Dokumentasi kebun uji di Desa Sausu Peore Dengan menerapkan dua perlakuan ini, diharapkan dalam waktu tiga bulan kedepan perubahan pada kebun sudah akan nampak menghasilkan. Jika demikian maka, kebun uji tersebut menjadi layak untuk dijadikan tempat belajar bagi petani lain.***

Salah satu contoh kebun uji di Desa Sausu Peure, Kab. Parigi Moutong


buletin

Cerita Kampung

Edisi Mei-Juni 2013

5

Ketika Ekspansi Modal Menghantam Desa Para Perempuan ditinggal sendirian Sebuah pelajaran dari Desa Boladangko Oleh : Hasnah Field Officer Wilayah Kulawi

S

enin pagi tepatnya pukul 8 tangal 11 Maret 2013, kami berangkat dari desa mataue menuju desa boladangko sesuai dengan rencana untuk melakukan asistensi di kebun petani. Sampai di rumah Ibu Mariam, kami belum langsung ke kebun karena harus menunggu Pak Suaib untuk bersamasama berangkat kekebun Ibu Sapira. Saya mulai gelisah melihat waktu dihandphone sudah menunjukan pukul 9:30, Pak Suaib belum bisa bergabung, saya meminta ibu Mariam untuk menghubungi menanyakan posisinya. Kami sudah menunggu sekitar satu jam setengah. Kami harus menunggu karena ibu mariam akan berboncengan dengan Pak Suaib, saya mulai membayangkan perjalanan yang akan kami lalui. Jalan ke kebun Ibu Sapira melewati jalan menuju Desa Lonca, yang kondisinya sangat parah, terakhir saya melewatinya dibulan Desember, tepatnya tanggal 25. Kondisinya pada waktu itu sangat parah, karena sebagian badan jalan dalam perbaikan pembuatan jalan beton. Bersama Pak Suaib kami berangkat menuju kebun Ibu Sapira, tepatnya pukul 10. 15 wita. Sesampainya disana para ibuibu berkumpul bersama pemilik kebun, Ibu Sapira beserta suami dan anaknya. Perjalanan kami dari rumah Ibu Mariam kurang lebih 10 menit. Kami langsung melihat kondisi kebun Ibu Sapira, sambil melakukan pengamatan sekaligus pemangkasan ringan dan belajar bersama. Kemudian kami kembali ke pondok untuk beristrahat sambil berdiskusi. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari budidaya kakao, budidaya sayuran dan cerita soal keberadaan bangunan serta alat-alat yang ada di lokasi perusahaan. Posisi pondok Ibu Sapira tepat berada di belakang sebuah bangunan Baru. Bangunan itu milik PT Bumi Ladang Hijau (PT. BLH) sebuah perusahaan industri Kayu, yang kabarnya dimiliki oleh anak seorang menteri di kabinet Indonesi bersatu jilid II, yang juga merupakan petinggi salah satu partai besar di republik ini. Melalui berbagai dokumen yang beredar secara luas,

diketahui bahwa perusahaan ini merencanakan penebangan dan pengolahan Kayu, dan Pembangunan HTI. Karena berada di sekitar lokasi perusahaan, perbincangan kami spontan melompat kesana. Ini wajar, karena datangnya perusahaan ini memang sedang jadi perbincangan hangat di Kulawi, bukan hanya di desa Boladangko dan Lonca yang kebetulan menjadi areal kerja perusahaan itu. Masuknya perusahan pengolahan kayu di Desa Boladangko pada bulan Oktober 2012, menyedot sebagian besar tenaga kerja laki-laki untuk menjadi pekerja di Perusahaan. Mereka dipekerjakan sebagai buruh bangunan, operator chain shaw dan Helper (Buruh Pengakut Kayu). Awalnya mereka merasa sangat beruntung karena upah yang diterima (Rp 50.000 perhari) berada diatas standar upah harian buruh di desa Boladangko (Rp 30.000 – 40.000 perhari). Beberapa Ibu-ibu dan perempuan Boladangko juga berusaha memanfaatkan peluang dengan berjualan makanan di sekitar lokasi perusahaan. Setelah bangunan induk perusahaan yang terdiri dari unit kantor, mess karyawan dan pabrik selesai dibangun, PT. BLH mulai membatasi jumlah tenaga kerja. Mereka mulai merekrut karyawan tetap dengan upah Rp. 800.000 perbulan atau sama dengan rata-rata Rp 26.500 perhari. Sebelum menetapkan karyawan tetap ini, dan memberhentikan buruh harian lepas l a i n n y a , P T. B L H s e n g a j a menghentikan operasinya, dengan alasan libur menjelang hari raya Natal. Hal ini menjadi ironi tersendri, oleh karena saat itu hampir semua buruh justru sedang membutuhkan pendapatan ekstra, karena hendak memasuki perayaan Natal, dimana pada saat kebutuhan belanja setiap rumah tangga mengalami lonjakan. Setelah Libur Natal, sebagian besar warga Boladangko yang mulanya menjadi buruh harian di perusahaan tidak lagi bekerja, kecuali beberapa orang warga yang mau

diangkat menjadi karyawan “tetap� PT. BLH. Perlu di garisbawahi, tidak semua buruh harian lepas mau diangkat menjadi karyawan tetap. Beberapa orang yang sudah diangkatpun memilih berhenti kerja tidak lama setelah diangkat. Ini dikarenakan upahnya kecil, tidak seimbang dengan pekerjaannya yang berat dan jam kerja yang kelewat panjang. Oleh karena ditinggalkan banyak karyawannya, PT. BLH pertengahan bulan Januari kembali membuka kesempatan kerja bagi buruh lepas. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk mengangkut kayu bantalan (Log) dari tempat operasi (TO) ke tempat penampungan kayu di dekat jalan usaha tani di tepian hutan. Untuk pekerjaan ini setiap buruh akan dibayarkan berdasarkan kubikasi kayu yang diangkutnya, setiap kubik kayu dihargai Rp. 40.000. Namun sistem ini juga tidak bertahan lama. Tidak sampai akhir bulan januari para p e k e r j a l e p a s P T. B L H i n i memutuskan untuk berhenti. Mereka menilai upah kerja yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang sangat berat. Operasi PT.BLH di Boldangko tidak berlangsung lama, mereka juga gagal meluaskan wilayah konsesinya ke Desa Lonca, di bagian barat Kulawi karena mendapat penolakan. Gelombang penolakan juga muncul dari dalam Desa Boladangko, yang diikuti desa-desa diseputar lembah Kulawi, bahkan beberapa desa di luar lembah Kulawi. Penolakan ini mendapat dukungan pemerintah provinsi Sulawesi Tengah, Gubernur Drs. H. Longki Djanggola, M.Si, dengan menerbitkan surat edaran kepada Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupetn Sigi, serta Bupati Sigi untuk menghentikan operasi PT. BLH. Sejak itu, operasi PT.BLH benar-benar lumpuh. Pada akhir bulan Pebruari, karyawan perusahaan didapati membongkar instalasi alat dan mesin penggergajian Kayu. Alatalat berat juga terlihat diangkut dengan tronton. Menurut informasi, alat-alat itu akan diangkut ke ? Bersambung ke hal...

11


KRONIK buletin

SERI BUDIDAYA

6

Edisi Mei-Juni 2013

MENGENAL JENIS-JENIS HAMA PADA TANAMAN KAKAO Suhardin Salasah dan Bardi Lamancori Field Officer Budidaya/Inkapa

A

da banyak sekali ragam hama yang selalu menyerang tanaman kakao, di Indonesia ada sekitar 3 jenis Hama pada tanaman Kakao yang harus diawasi, hama ini yang menyebabkan penurunan kwalitas kakao di Indonesia, sehingga menurunkan pendapatan petani kakao. Olehnya itu petani harus hati-hati dan perlu mewaspadai hama tesebut sebelum mereka menghancurkan hasil penen kita. Jenis-jenis hama pada tanaman kakao tersebut antara lain : A. Penggerek Buah Kakao (PBK) 1.Daur hidup (Imago/seranggaTelur- Larva- Pupa) 2. Gejala Serangan buah tampak masak sebelum waktunya dan berwarna kuning tidak merata buah yang dibelah akan kelihatan warna coklatkehitaman adanya bekas gerekan larva berwarna hitam kecoklatan sulit dipisahkan antara biji dengan kulit buah 3. Dampak /Akibat biji menjadi lengket satu sama lain biji tidak berkembang dan ukuran biji menjadi lebih kecil penurunan kuantitas biji

Gubernur Longky Djanggola, dan Bubati Aswadin Randalembah, beserta rombongan disambut secara adat saat tiba di lokasi Kongres Petani di Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, Sabtu, (04/05/2013) Kondisi biji dalam buah kakao rusak dan hancur. penurunan kualitas biji

Pengendalian PBK 1. Praktek perkebunan kakao yang baik (P3S) yaitu Pemangkasan, Pemupukan, Panen teratur dan Sanitasi. (semua buah yang sudah masak atau masak awal dipanen Longky Djanggola memukul kenthongan saat membuka s e m i n g g u s e k a l i ) , acara Kongres Petani Kulawi yang disaksikan oleh Bupati lakukan sanitasi untuk Sigi Aswadin Randalembah. mematikan PBK yang ada dalam buah yang sudah dipanen. 2. Pengembangan musuh alami (Pengendalian hayati); Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) R a n g r a n g ( O e c o p h y l a Peserta Kongres dan tamu undangan saat mengikuti smaragdina) acara pembukaan Kongres Petani di Kecamatan Kulawi. J a m u r entomopatogen (Beauveria bassiana dan Phecilomyces fumosoroseus) 3. Sarungisasi / kondomisasi (Penyelubungan buah) ? Bersambung ke hal... 10

Kondisi kakao yang terserang PBK bisa dilihat dari perubahan warna kulit yang tidak merata.

Serangga dewasa

Nimfa

Kongres Petani yang di inisiasi INKAPA mengambil tema “Bersatu, Berpikir dan Bertindak Bersama, untuk Kehidupan yang lebih Sejahtera, Mandiri dan Bermartabat


KAMPUNG Edisi Mei-Juni 2013

7

PUPUKMengelola ORGANIK CAIR alam sebagai ruang hidup

semua orang itu guru Turun lebih kebawah, alam raya sekolahku mengendap lebih lama sejahteralah, bangsaku. sebuah transformasi --Kepal SPI-sistem belajar bersama yang dilakukan Field Officer Inkapa, dalam melakukan pengorganisiran petani, akhirnya berhasil dikonsolidasikan dalam Kongres Petani di Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, Sabtu, Syaiful Taslim, salah satu inisiator (04/05/2013) Kongres Tani Kulawi, saat memandu

Siti Zulaikhah

penyusunan tata tertib persidangan.

ejak revolusi hijau di tahun 1970, pemerintah menetapkan kebijakan di bidang pertanian, dari pertanian alami menjadi pertanian modern dengan menggunakan pestisida, bibit transgenik dan pupuk kimia, yang merubah perilaku petani dalam mengelola pertaniannya dengan issu untuk peningkatan produksi. Dimulai dengan benih padi yang dirubah melalui system transgenik, Peserta Kongres nampak serius diberi kesempatan membaca sepaket dengan pupuk dan pestisida yang berbahan materi pengorganisasian sebelum mendiskusikannya secara kelompok. kimia, kemudian perlahan-lahan muncul bibit sayursayuran, rempah-rempah yang juga dibuat menjadi benih transgenik dan dipaketkan dengan pupuk serta pestisida kimianya. Pola tanam ini terbukti memberikan hasil tinggi kepada petani, membuat ketergantungan petani semakin tinggi pada benih dan bahan kimia, apalagi penyediannya di sediakan secara instan. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan mengakibatkan tanah menjadi krisis unsur hara, sehingga tanah menjadi sakit, ketika sakit tidak ada obat untuk tanah dan untuk menyembuhkan Rahmat Saleh Koordinator Knowledge Management Unit keadaannya, justru semakin di push, di tambahkan INKAPA, saat memaparkan materi keorganisasian pada peserta dosis yang semakin tinggi dan semakin banyak, sampai Kongres sebagai alat perjuangan bagi petani . kemudian tanah marah dan tidak mau memberikan hasil ke petani. Saat petani tidak dapat hasil dari Peserta Kongres tanamannya, petani mulai bingung karena apa yang berdiskusi kelompok dalam sebenarnya terjadi dengan tempat tumbuh tanaman dan mencari bentuk ruang hidupnya semakin hari semakin tinggi tingkat organiasi petani terganggunya. yang mandiri, Petani menjadi objek utama melawan alam, untuk nampak juga memenuhi kebutuhan pasar dunia. Pasar dan seorang ibu industrialisasi yang mengglobal merupakan system menggendong yang mendewakan ekonomi dunia sebagai satuanaknya satunya nilai dan segala sesuatunya harus bernilai berantusias untuk tinggi. Alam, budaya, masyarakat kecil direndahkan, bergabung.

S

INOVASI PETANI

KONGRES PETANI KULAWI

buletin


buletin

8

Inovasi Petani

Edisi Mei-Juni 2013

bahkan tak punya nilai ketika nilai kemanusian dihilangkan. Krisis alampun terjadi, hingga masalah yang dihadapi petani semakin menumpuk. Petani kehilangan alamnya dan dipaksa menghadapi situasi krisis ekonomi yang berkepanjangan, dimana tempat nyaman bagi seorang petani? Dampak dari model pertanian yang tidak besahabat dengan alam, banyak menimbulkan masalah. Kenyataan yang terjadi, keseimbangan dengan perlahan semakin limbung, karena penggunaan pestisida yang banyak membunuh bagian dari ekosistem, hewan pelindung alam, predator, mikroorganisme, semuanya hilang karena di bunuh secara masal. Mengapa pertanian Organik? Membuat pertanian organik adalah salah satu langkah dari seribu cara untuk mengelola alam sebagai ruang hidup. Manusia dan alam memiliki ruang hidup bersama, keseimbangan antara keduanya adalah syarat utama untuk kelanjutan hidup yang panjang, karena apapun yang kita lakukan, dimanapun kita berada, siapapun disamping kita selalu tak terlepas dengan alam. Alam adalah satuan bentuk yang dapat membentuk apa yang kita inginkan, apa yang kita lakukan, yang memberi dukungan pertama adalah alam, alam begitu bijak dalam menyediakan kebutuhan manusia. Dan salah satu caranya adalah membuat puppuk organik cair, yang semua bahannya tersedia di alam, kemudian dipadukan dan dimodifikasi, diramu dengan beberapa teknik. Untuk mengelola lingkungan hidup tidaklah mudah, perlu kesadaran dan pemahaman untuk mengelola lingkungan yang sehat, hijau dan berkelanjutan. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC), Pupuk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah, pembuatannya mudah, bahan

mudah diperoleh, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanah dan tanaman, seperti tanaman kakao, padi, palawija, sayur-sayuran, buahbuahan, bunga dan lain-lain. POC ini berfungsi sebagai penggerek, pengusir hama tikus, wereng, dan walang sangit, serta sebagai sumber pupuk organik. POC juga dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah yang semakin hari semakin berkurang. Bahanbahannya sangat mudah diperoleh di alam bebas. Bahan yang digunakan: Mikroorganisme 100 ml, Daun-Daun Hijau 2,5 kg, Gula 100 gram, Air Kelapa 1 lt untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, Air Cucian beras 1 ltr, Kandungannya : vitamin B1, vitamin B3 , vitamin B6, mangan (Mn), fosfor (P), zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial, Batang kelapa 3 kg. Metode pengolahannya: dimulai dengan memotong-potong batang pisang dan daun-daun hijau hingga berukuran 2-3 cm, campurkan gula,

mikroba, air kelapa, air cucian beras, lalu aduk hingga semua tercampur, campurkan bahan no 1 dan no 2 simpan dalam drum dan campur dengan air secukupnya, lakukan pengadukan secara perlahan setiap pagi selama 4 hari. Cara pengadukan setiap hari cukup lima menit. Setelah diaduk biarkan air larutan bergerak sampai tenang lalu drum ditutup kembali, dan Setelah 10 hari siap untuk digunakan Metode dan Dosis Penggunaan Pupuk Organik Cair: Pemupukkan daun dengan penyemprotan (500 ml air : 50 ml pupuk cair organic). Pemupukkan akar dengan menyiramnya (5 lt air : 250 ml pupuk cair organic). Merangsang pembungaan dan pembentukan biji yang bernas (berisi), (14 ltr air : 500) Untuk mengurangi bau khas pupuk cair organic dapat dicampur dengan perasan air jeruk citrun atau daun pandan.***

Bahan adonan pembuatan pupuk organik cair


buletin

Catatan Lapang

Edisi Mei-Juni 2013

9

SERIKAT TANI SAUSU;

Berkumpul, Belajar dan Bersatu untuk Berdaya Oleh : Iwan Hamid Field Officer INKAPA wilayah Sausu

Kemiskinan itu lebih merupakan “konsekuensi” daripada “kondisi”, “akibat” daripada “sebab”. Kemiskinan bukanlah “angka”, namun “realitas” yang bisa dikenali, dicari sebab-sebabnya dan dipecahkan. Kemiskinan adalah konsekuensi dari berbagai kekuatan yang menyelimuti kehidupan masyarakat (tani). Kemiskinan memiliki sejarah dan dinamika yang berbeda-beda dalam hal proses pembentukan, durabilitas dan bahkan reproduksinya. Maka dibutuhkan orientasi kebijakan dan pembangunan yang mampu membongkar “struktur limit” yang ada. (Pesan Sajogyo dalam, Politik Keseharian Prof. Sajogyo, http://etnohistori.org/politik-keseharianprof-sajogyo.html).

K

utipan pesan Sajogyo diatas mungkin belum pernah dibaca atau didengarkan oleh petani di Sausu. Namun, seperti membuktikan isi pesan diatas, kondisi kesulitan ekonomi yang dialami petani setelah surutnya masa jaya kakao, telah mendidik sebagian petani untuk memahami bahwa kesulitankesulitan ekonomi yang terjadi bukanlah kutukan atau takdir. Kesulitan ekonomi lahir dari sebabmusabab yang bisa ditelusuri dari sejarah kedatangan komoditas kakao dan perubahan orientasi petani dalam bertani. Pertengahan tahun 2000, produksi kakao mulai mengalami penurunan, selain karena serangan hamapenyakit seperti Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Serangan Jamur VSD, bersamaan dengan umur tanaman yang sudah memasuki usia kurang produktif. Penurunan produksi buah diikuti oleh persoalan fluktuasi harga dan rantai perdagangan biji kakao yang dirasakan kurang adil oleh petani. Tidak sedikit petani kakao yang jatuh miskin, bahkan ada diantaranya mengalami kebangkrutan, menjual kebun dan rumah, lalu meninggalkan desanya untuk mencari peruntungan di tempat lain. Simak saja cerita Pak Sungkono dan Ibu Ten ini. Sekitar tiga belas tahun yang lalu, Pak Sungkono bisa dibilang termasuk golongan atas yang memiliki kekayaan diatas rata-rata di desa Torono. Saat itu ia memiliki kebun yang luas, berkisar 2,5 ha dan berpenghasilan lebih dari kebun

kakaonya, selain dari berdagang kedelai dan memiliki kios yang besar. Sekitar 5 tahun lalu, saat produksi kakao mulai menurun dan usaha dagang kedelai mulai anjlok, keluarga ini mengalami kebangkrutan, dan dengan terpaksa ia melepaskan kebunnya. Istrinya, yang sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga dan menjaga kios, terpaksa bekerja menjadi tukang sayur keliling dan menjaga warung. Ceritra yang kurang-lebih sama juga dialami oleh Ibu Ten. Sekitar 14 atau 17 tahun yang lalu, penghasilan dari kebun kakaonya menjadikan Ia tergolong orang kaya di kampung Torono. Ia memiliki rumah bagus, motor keren, baju yang selalu bermerk dan memiliki usaha jual baju keliling kampung. Kondisi kehidupannya berbeda setelah produksi kebun kakaonya mulai menurun drastis. Usaha dagangan baju juga gulung tikar, hingga membuat Ibu Ten mulai terlilit utang. Lima tahun lalu, ibu dua anak ini mengalami himpitan ekonomi yang memaksa Ia menjual tanahnya untuk mencoba peruntungan dari usaha kripik pisang dan untuk membayar sebagian utangnya. Usaha keripik pisang yang Ia rintis tidak sanggup menjadi tumpuan ekonomi, untuk melunasi utang yang menggunung, keluarga ini terpaksa menjual rumah satu-satunya. Saat itu juga ia memutuskan untuk keluar desa dan menjadi petani sayur, kehidupannya saat ini lebih baik meski tak sekaya dulu (Catatan Lapang Yuyun Kurniasih, Juli 2013). Kisah Pak Sungkono dan Ibu Ten, mewakili gambar nyata petani kakao

di Sausu. Pun begitu, tidak sedikit petani kakao yang terus berjuang bertahan hidup di desanya hingga hari ini. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki produksi buah kakao, mulai dai memperbaiki kondisi kesuburan tanah, menemukan cara baru dalam pemangkasan, hingga penanggulangan hama-penyakit dengan melakukan sambung samping. Upaya ini perlahan mulai mendatangkan harapan, meski juga ada di antaranya yang mengalami kegagalan. Persoalan menurunnya produksi buah kakao bukanlah satu-satunya masalah penting. Fluktuasi harga dan rantai perdagangan kakao yang dikendalikan oleh pemodal besar yang terorganisir dalam Asosiasi Pedagang Kakao yang bekerjasama dengan eksportir di ibu kota kabupaten juga adalah masalah serius. Selama ini, selain menjual pada kios-kios besar yang ada di Sausu Peore atau di Tolai, petani kecil juga menjual pada pedagang pengumpul (pandola) yang datang dengan motor ke desa mereka. Penjualan dengan system ini merugikan karena penentuan harga maupun kualitas biji kakao tidak berada dalam kendali petani. Selain itu, system penjualan ini membawa banyak petani dalam jebakan utang. Untuk mengatasi persoalan harga dan perdagangan kakao yang tidak adil, petani mulai menyadari bahwa kendali harga maupun penentuan kualitas adalah masalah serius, yang olehnya harus berada dalam kuasa petani sebagai produsen biji kakao yang diperdagangkan. Hanya dengan begitu, petani dapat mendapatkan keuntungan dari harga yang relatif stabil dan selisih harga yang kecil. Untuk itu pada tanggal 3 Juli 2012, melalui program INKAPA, digagas kegiatan penjualan bersama untuk mendapat harga yang lebih baik dengan memotong rantai perdagangan. Pada langkah awal ini


buletin

10

Catatan Lapang

Edisi Mei-Juni 2013

penjualan bersama membawa 950 kg biji kakao kering dan dijual dengan harga penuh, Rp. 20.000./kg. Upaya mendapatkan nilai keuntungan yang lebih baik dari penjualan bersama langsung ke eksportir ini kemudian terus berkembang dengan segala macam dinamika dan tantangannya. Kegiatan penjualan bersama lalu mendorong timbulnya kesadaran untuk mengorganisir diri dengan lebih baik untuk merapikan upaya penguatan petani dalam kendali harga dan perdagangan biji kakao di Kecamatan sausu. Olehnya, pada hari Senin, 22 April 2013, bertempat di Desa Sausu

Trans Kecamatan Sausu telah dilaksanakanan pertemuan pembentukkan SERIKAT TANI SAUSU melalui musyawarah, dengan sekretariat beralamat di Desa Sausu Trans Kecamatan Sausu. Pembentukan Serikat Tani Sausu (STS) ini dilatarbelakangi oleh lahirnya kesadaran bersama untuk menghadapi persoalan yang membelit petani, utamanya petani kakao. Saat ini, sebagai organisasi tani yang baru lahir, Serikat Tani Sausu sedang berbenah, dengan perlahan merapikan kelengkapan organisasi seperti sekretariat, keanggotaan dan

melengakapi pengurus dan program kerjanya. Aktifitas utama organisasi pada saat ini adalah mengorganisir pemasaran bersama, selain saling belajar dan menguatkan dalam perbaikan aspek budidaya tanaman kakao dan memperluas jaringan, baik dengan organisasi tani lain, eksportir, maupun dengan pemerintah, khususnya di Kabupaten Parigi Moutong. Hampir lima bulan berjalan, perlahan, kelahiran organisasi ini mulai dirasakan menjadi kebutuhan bagi petani untuk memperkuat diri dengan bersatu dan belajar untuk berdaya, meski tidak sedikit tantangan yang dihadapi.***

MENGENAL JENIS-JENIS HAMA PADA TANAMAN KAKAO

Melakukan PSPSP dengan benar

? Sambungan hal....6 B. Pengisap Buah Kakao (Helopeltis) Gejala dan akibat serangan Helopeltis Helopeltis sp muda (nimfa) dan dewasa (imago) menyerang kakao dengan cara menusuk dan menghisap cairan sel. Ditandai dengan noda hitam kecil yg muncul pd permukaan kulit buah Noda ini adalah tempat serangga helopeltis menusukkan mulutnya ke dalam buah untuk mengisap air dari kulit buah Akibat: dapat mematikan pentil buah, buah muda dan pucuk daun kakao pada buah timbul bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman. Serangan pada buah muda dapat menimbulkan kematian, atau berkembang terus tetapi permukaan buah menjadi retak dan bentuknya tidak normal, sehingga menyebabkan layu dan mati. serangan berat pada daun: daundaun gugur dan ranting mengeras. Pengendalian Membiarkan musuh alami helopeltis seperti semut hitam, laba-laba pelompat, semut rang-

rang dll berada dalam kebun kakao Pengendalian hayati seperti penggunaan Beauvaria bassiana (jamur yang dapat mematikan helopeltis dgn memasuki kulit hama tersebut dan berkembang biak di dalam tubuhnya)

dan tepat C. Penggerek Batang/Cabang Menggerek dan membuat Lubang

pada batang, cabang dan ranting (kayu mati) Pada permukaan lubang terdapat kotoran bekas gerekan dan serpihan jaringan Pengendalian secara mekanis: Memotong batang , cabang dan ranting terserang Membersihkan lubang liang gerekan Secara Biologis: Menyemprotkan bahan perangsang (deterjen) atau sabun colek untuk memancing keluar kemudian ulat dimatikan Menggunakan cendawan Beuveria bassiana dan nematoda Steinernema carpocapsae. D. Hama Lainnya seperti : Tupa, Tikus, Monyet dll Hama lainya dapat dicegah dengan pengedalian hayati/alami, sehingga memberikan efek jera seperti hilangnya nafsu makan dan kemandulan bagi hama tersebut. Petani bisa memakai bahan buah maja,dicampur brotowali dihancurkan dan ambil sarinya dicampur air kemudian disemprotkan pada buah kakao.***


buletin

Sambungan

Edisi Mei-Juni 2013

Ketika Ekspansi Modal Menghantam Desa ? Sambungan hal ...

hal

5

Kabupaten Morowali untuk digunakan oleh anak perusahaan yang lain, yang telah mendapat konsesi disana. Meskipun PT.BLH sudah angkat kaki dari Boladangko, sisa-sisa masalah yang ditimbulkannya masih membekas. Di dalam desa Boladangko, ketegangan antara kelompok pro dan kontra belum juga mengendur. Beberapa elite yang merasa diuntungkan dengan operasi perusahaan menyalahkan elite desa lainnya yang mereka nilai bertanggungjawab atas hilangnya sumber pendapatan tambahan mereka. Mereka bahkan menuding kelompok ini telah menutup peluang desa Boladangko untuk maju. Namun bagi kelompok tani perempuan di desa Boladangko, hengkangnya perusahaan ini merupakan berkah. Sejak PT. BLH beroperasi, kegiatan kelompok perempuan nyaris lumpuh. Anggota kelompok tidak terkoordinir dengan baik dan banyak jadual kegiatan yang tidak sempat dilaksanakan. Termasuk kegiatan maphalus, yang telah menjadi rutinitas anggota kelompok. Ini Karena perhatian anggota kelompok terbagi, antara menggarap kebun kakao dan menjadi karyawan di perusahaan. Apalagi Ibu Sapirah dan Ibu Herlin, ketua dua kelompok perempuan di Boladangko turut bekerja di PT. BLH ketika perusahaan ini masih beroperasi. Dan ternyata tidak hanya itu, ada implikasi lain dari PT. BLH yang selama ini luput dari perhatian banyak orang. Suatu jenis Implikasi ini tidak pernah masuk kedalam pusaran perdebatan mengenai untung ruginya ada perusahaan kayu dalam desa, topik yang memonopoli berbagai forum kongkow-kongkow warga Kulawi sepanjang bulan September hingga Maret 2013. Mungkin karena dampak ini bersifat kasat nyata, tidak berwujud materiil. Atau lebih dari itu, mungkin karena dampak ini hanya menimpa kaum perempuan..??. Kecuali para perempuan itu sendiri, selama ini tidak ada yang tahu jika selama perusahaan beroperasi banyak perempuan Boladangko yang mengalami tekanan psikologis. Mereka begitu cemas dengan keselamatan jiwa dan kehormatannya. Cerita-cerita mengenai hal ini baru muncul setelah PT.BLH berhenti beroperasi. Sebelumnya mereka memilih tutup

mulut, mereka takut dan enggan karena banyak juga warga Boladangko, terutama tokoh-tokoh masyarakat (yang sebagian besar juga masih kerabat mereka) berada dipihak perusahaan. Dalam suatu kesempatan, disela waktu istrihat mapalus pada bulan Maret 2013. Ibu Ami (bukan nama sebenarnya), menuturkan betapa ia ketakutan setiap kali harus pergi ke kebun. Kebun Ibu Ami cukup jauh dari rumahnya, sekitar 3 Km, dan ada dipinggiran hutan, beberapa bagian jalan menuju ke kebunnya masih berupa hutan, jalan itu adalah jalan yang sama yang digunakan oleh karyawan perusahaan untuk pergi dan kembali dari lokasi penebangan k a y u . Ti d a k s e m u a k a r y a w a n perusahaan ia kenal. Karena tidak semua orang Boladangko. “banyak orang baru”, “orang yang didatangkan dari Jawa”. Demikian ia sering mendengarkan keterangan dari warga desa yang lain. Ibu Yeni (anggaplah begitu) turut mengiyakan apa yang dikatakan Ibu Ami. Iya juga berkebun, kebunnya ada di dekat sungai Miu, lebih jauh dari kebun Ibu Ami. Setiap saat ia juga was-was kalau-kalau berpapasan dengan karyawan perusahaan. “dorang (mereka) orang jauh” katanya. “Sudah lama tidak samasama isteri, dan tinggal di hutan” siapa yang bisa jamin tidak terjadi apa-apa kalau dorang (mereka) ketemu dengan kita sendirian di tengah hutan”. Ibu Mawar, perempuan petani desa Boladangko lainnya, lebih parah. Lantaran takutnya, ia sampai harus bersembunyi di dalam semak atau di balik pepohonan setiap kali merasa ada orang yang akan lewat. Dan katanya, ini dilakukannya berkali-kali, meskipun sering kali, itu hanya perasaannya saja. Ibu Sapira yang bekerja di dalam perusahaan punya pengalaman lain. Iya memang tidak harus ke kebun seperti ibu-ibu lainnya, tapi ini tidak berarti ia bebas dari tekanan dan pelecehan. Suatu kali iya ditanyai seorang supir truk perusahaan yang diketahuinya asal Kalimantan. “disini ada perempuan yang bisa dibayar bu” tanya ata supir itu. Ibu Sapira mengaku sangat tersinggung dengan pertanyaan itu. Spontan ia mengatangatai si supir, “disini tidak ada perempuan yang begitu. Kalau mau cari begitu pergilah ke Palu, jangan cari perempuan disini”. “Adat kami melarang hal begitu, nanti kamu didenda. Jangankan melakukan hal

11

yang seperti itu, kedapatan menggoda istri orang saja kamu bisa didenda” katanya. “yang saya heran” kata Ibu Shapira, “kenapa ada orang yang gampang sekali bicara begitu. Dan kalau saya perhatikan, bukan cuma itu supir yang begitu, rata-rata orang yang kerja, terutama yang dari luar daerah begitu”. “kerja disana tidak enak perasaanku. Kalau dorang (mereka) baliat kita, seperti dorang mau apakan saja” kalau tidak ingat, saya ini cuma cari makan, saya tidak mampu kerja disana”. Tekanan psikologi yang dialami perempuan Boladangko memang meningkat seiring dengan masuknya PT BLH. Hal ini sejalan dengan meningkatnya resiko atas keselamatan dan kehormatan mereka. Dalam hal ini, para perempuan seperti ditinggalkan sendirian menghadapinya. Institusi pemerintah mulai dari desa sampai kabupaten seperti absen dalam hal ini. Mereka terlalu sibuk menghitung pendapatan yang akan diterima dari hasil investasi PT. BLH. Demikian halnya dengan para suami. Mereka tidak berada disana ketika para perempuan yang juga isteri mereka mengalami tekanan. Para Suami ini adalah juga buruh di perusahaan. Para suami ini meninggalkan kebun untuk memperoleh uang tunai sebagai buruh harian, bagi mereka ini peluang ekonomi yang harus ditangkap. “Siapa yang mau kasi kita Rp 50.000, perhari. Ini uang besar pak” demikian uangkapan yang sering keluar dari mulut pekerja perusahaan. Tapi ketika mereka meninggalkan kebun, kebun itu harus tetap diurus, karena ini sumber penghasilan jangka panjang. Tanggung jawab itu pada akhirnya ditimpakan kepada isteri. Sehingga selama para laki-laki (suami) bekerja di perusahaan maka para perempuan (isteri) harus melakukan bagian pekerjaannya di kebun, sekalian juga bagian pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh suaminya. “Untunglah perusahaan itu sudah tutup, saya tidak berhenti bersyukur dengan penutupan perusahaan itu”, saya sekarang sudah merasa aman”. “Tidak takut lagi kalau ke kebun”. “Dulu tiap hari, kita ketakutan”. “Bagaimana lamanya dulu perusahaan beroperasi begitu, juga lamanya kami menderita ketakutan”. “Bayangkan kalau mereka beroperasi sampai 35 tahun, berarti masih 35 tahun lagi kita akan ketakutan”. “Saya rasa tidak ada orang yang bisa tertekan selama itu”.***


buletin

12

Profile

Edisi Mei-Juni 2013

K

ristian, baru 4 tahun ini kembali ke Desa Bolapapu. 17 tahun lalu ia merantau ke Bandung, mengadu nasib dengan mencari kerja di PT.ASSABA. memilih merantau, sebenarnya hanya mengikuti jejak rekan-rekannya terdahulu, yang percaya kehidupan lebih baik ada diluar sana, di luar desanya. Setelah 17 tahun di kampung orang, Kristian (40 tahun) memutuskan kembali ke kampung. Ia berkesimpulan, kehidupan di rantau tidak lebih baik dari kehidupan di kampungnya. “Sama saja, yang penting kita mau berusaha�. Sekembali di Bolapapu, Kristian menggarap sebidang kebun Kakao warisan orang tuanya di Lili. Tidak terlalu luas, hanya 1 Ha, tapi menurutnya itu cukup kalau dikelola dengan baik, setidaknya untuk menghidupi isteri dan tiga orang anaknya yang masih kecilkecil, Nina, Daniel dan Fanya. Sebagai petani muda Kristian tergolong tekun. Ia menghabiskan sebagian waktunya di kebun. Disamping itu, Ia juga haus akan pengetahuan pertanian. Kristian mau belajar apa saja dan pada siapa saja tentang pertanian, dan ia belajar dengan cepat tata cara bertani. Ketika program INKAPA masuk di Bolapapu, hasratnya seolah mendapat pelampiasan. Ia berupaya menimba sebanyak mungkin pengetahuan yang ditransfer oleh para

KRISTIAN

KRISTIAN Pemuda yang Bertani dan berbagi Pengetahuan Oleh : Rahmat Saleh Koordinator Knowledge Management Unit INKAPA

fasilitator maupun asisten teknis INKAPA. Walhasil ia menjadi salah satu petani yang paling terampil dalam penerapan berbagai teknik budidaya Kakao. Kristian juga direkut menjadi petani pemandu di INKAPA. Itu berarti Ia dianggap telah memiliki kecakapan untuk memberikan pelatihan bagi petani lain. Jika melihat kebun kakao milik Kristian, dengan mudah orang bisa melihat dampak perlakuan teknis terhadap perkembangan dan produksi kakao. Setiap pohon kakao di kebunnya ditumbuhi minimal 100 buah kakao. Kristian bahkan tidak menggunakan pupuk kimia. Kalaupun melakukan pemupukan Ia menggunakan pupuk organik, untuk itu ia memproduksinya sendiri. Hanya dengan berbekal hasil pelatihan di INKAPA. Perlakuan andalan Kristian adalah pemangkasan alur buah. Selebihnya tinggal Sanitasi dan sering panen . Jual jasa sosok Kristian saat ini begitu menonjol di kalangan petani di Bolapapu. Ia dianggap sukses, terlebih lagi karena ia masih muda. Kelebihannya yang lain terletak pada kepandaiannya untuk bercerita, memberi penjelasan pada petani

lain. Hal mana membuatnya menjadi “konsultan� bagi tetanggatetangga kebunnya. Ia senang dengan kondisi ini karena dengan begitu, Ia merasa bisa memberi sumbangan bagi peningkatan pendapatan keluarga petani lain. Pengetahuan dan keterampilan Kristian juga telah membuatnya memiliki sumber penghasilan baru. Berbekal keahliannya Ia kerap kali diminta petani lain untuk mengerjakan pemangkasan ataupun sambung samping. Tawaran itu tidak hanya datang dari petani di seputaran Bolapapu, ia juga pernah menerima order dari petani yang berasal dari desa Porelea, desa yang terletak di kecamatan lain (Pipikoro) yang jaraknya tidak kurang dari 100 Km dari desanya. Entah bagaimana ceritanya, sampai reputasinya bisa sampai ditelinga penduduk Porelea, Ia sendiri tidak pernah tahu pasti. yang ia dengar dari masyarakat Porelea ketika ia menanyakan hal itu, orang Porelea mengetahui Pak. Kristian dari kerabatnya yang menikah dengan penduduk Bolapapu. Tapi, menjual jasa baginya hanya selingan. Lebih banyak tawaran pekerjaan yang ia tolak dari pada terima. Ia sesungguhnya lebih suka fokus bekerja di kebunnya sendiri. Kalaupun Ia mau bekerja di kebun petani lain , itu juga dia maksudkan untuk membagi pengetahuan yang dimilikinya. karenanya Kristian mengaku lebih termotivasi untuk menerima pekerjaan yang berasal dari luar desanya. Seperti di Porelea dan Winatu, karena dengan begitu ia berharap terjadi penyebarluasan pengetahuan ditempat lain.***


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.