pemaparan-sm-peralatan-pembekalan-ojcp-2013

Page 1

DIKLAT ORIENTASI CALON PEGAWAI PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN

2013


PERALATAN PELABUHAN

PERALATAN APUNG PERALATAN BONGKAR MUAT PENGOPERASIAN PERAWATAN


PERALATAN PELABUHAN ď‚— Pelabuhan pada umumnya terletak diperbatasan antara laut dengan daratan atau terletak

di sungai atau danau. ď‚— Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas dan atau perairan dengan batas-batas tertentu

sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (UU No. 17 Th 2008 tentang Pelayaran). ď‚— Untuk menunjang kegiatan pelabuhan dibutuhkan sarana atau peralatan yang

difungsikan untuk melayani sandar dan labuh kapal serta bongkar muat barang di pelabuhan, yang dapat dikategorikan dalam: a. b.

Kapal; Peralatan Bongkar Muat.


KAPAL Peralatan yang daerah operasinya di perairan dikategorikan sebagai peralatan apung yang melayani keluar masuknya kapal; A. KAPAL TUNDA (HARBOUR TUG) B. KAPAL PANDU (PILOT BOAT) C. KAPAL KEPIL (MOORING BOAT) KAPAL TUNDA (HARBOUR TUG) Kapal tunda dipakai sebagai sarana penunjang pemanduan dengan cara menarik atau mendorong kapal yang dipandu untuk sandar ke dermaga. Kegunaannya adalah untuk mengurangi daya propulsi kapal yang dipandu karena pertimbangan keselamatan kapal dan fasilitas pelabuhan.


KAPAL BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NO. PM.53 TAHUN 2011 TANGGAL 18 MEI 2011 NO

UKURAN KAPAL

UNIT MINIMAL

TOTAL DAYA MINIMAL (DK)

1

70 – 100 M

1

800

2

> 100-150 M

2

1.600

3

> 150 – 200 M

2

3.400

4

> 200 – 300 M

2

5.000

5

> 300 M

3

10.000


KAPAL KAPAL PANDU (PILOT BOAT) Personel Pandu adalah orang yang melayani kapal masuk atau kapal berangkat, menjemput atau mengantarkan kapal ke perairan hingga posisi tertentu. Kenderaan yang digunakan untuk menjemput dan mengantarkan personel pandu ke kapal yang akan dilayani disebut kapal pandu. KAPAL KEPIL (MOORING BOAT) Kapal ini disebut juga kapal tali tambat (mooring boat), karena tugasnya adalah mengantar dan mengikatkan tali tambat kapal di bollard di dermaga.


PERALATAN BONGKAR MUAT Pelayanan terhadap barang di pelabuhan pada dasarnya meliputi kegiatan memindahkan barang (cargo) dari moda angkutan laut (kapal) ke kenderaan angkutan darat atau sebaliknya. Pemindahan muatan antar moda transportasi dimaksud melalui serangkaian kegiatan yang dibagi kedalam beberapa tahapan operasi yaitu : 1. 2. 3. 4.

Operasi kapal; Operasi dermaga atau haulage atau quay transfer; Operasi gudang dan lapangan; Operasi penerimaan dan penyerahan.

Jenis peralatan yang dalam masing masing operasi tersebut ditentukan oleh jenis, ukuran dan bentuk muatan yang selanjutnya diklasifikasikan pada jenis terminal muatan yaitu : 1. Terminal konvensional (terminal multi purpose) 2. Terminal curah 3. Terminal petikemas


PERALATAN BONGKAR MUAT TERMINAL KONVENSIONAL  Mobile Crane;  Forklift;

TERMINAL CURAH  Conveyor;  Pipanisasi;

TERMINAL PETI KEMAS        

Quayside Gantry Crane; Mobile Harbour Crane; Rubber Tyred Gantry Crane; Rail Mounted Gantry Crane; Straddle Carrier; Reach Stacker; Empty Container Handler (Top Loader, Side Loader) Tractor Terminal.


1. QUAYSIDE GANTRY CRANE A. BENTUK  HIGH PROFILE

Pada tipe high profile, boom ditempatkan tergantung di sisi laut dari struktur crane dan dapat dilipat ke atas untuk membebaskannya dari peralatan navigasi kapal.  LOW PROFILE Pada tipe low profile, boom ditarik ke depan sehingga memungkinkan crane melakukan trolley untuk bongkar muat container. B. DESAINER DAN MANUFACTURER

Liebherr Container Crane, IMPSA, Kalmar Industries, ZPMC, Mitsubishi Heavy Industries, TCM Corporation, Mitsui, Konecranes dan lain-lain. C. UKURAN  Panamax (12–13 Rows)  Post Panamax (18 Rows)  Super Post Panamax (22 Rows)


2. MOBILE HARBOUR CRANE   

Mobile Harbour Crane adalah Jenis Shore Crane yang didesain khusus untuk keperluan pelayanan bongkar muat di dermaga. Sistem gantry menggunakan roda ban karet (wheel) memudahkannya dalam manouver. Mobile Harbour Crane biasanya digunakan untuk melayani kegiatan bongkar muat pada terminal di pelabuhan seperti seperti Terminal Container, Terminal Curah Kering dan Terminal Curah Batu bara dan lain-lain. Untuk keperluan pelayanan bongkar muat tersebut dibutuhkan peralatan tambahan seperti Spreader untuk penanganan bongkar muat peti kemas, Grab untuk penanganan bulk, dan lainlain.

3. RUBBER TYRED GANTRY CRANE 

Rubber Tyred Gantry Crane (RTG Crane) atau transfer crane yang oleh PACECO disebut pula “transtainer” adalah tipe lain dari mobile gantry crane yang dilengkapi dengan roda ban karet (rtg crane) sebagai alat angkat peti kemas yang bergerak di lapangan penumpukan untuk melakukan stacking maupun unstacking dari tumpukan.

Pertama sekali dibangun pada sekitar tahun 1960-an oleh PACECO dan drott membangun instalasi mesinnya pada tahun 1969.

Pada awal pembuatannya bentangan kaki dapat mengcover 2 row container, menggunakan 4 roda dengan ban berjumlah 8 atau 16 buah dengan kapasitas angkat 30, 35 dan 40 ton.


4. RAIL MOUNTED YARD GANTRY CRANE  Rail Mounted Gantry Crane (RMGC) adalah seperti rubber tyred gantry crane

merupakan pengembangan dari industri crane yang telah ada.  Bentangan kaki pada beberapa row dapat melakukan stacking lebih dari 4 tier.  Pengoperasian rmgc di lapangan penumpukan (container yard) dan dapat

dikombinasikan dengan unit tactor trailer atau pada kebutuhan tertentu dengan straddle carrier untuk operasi transfer container.  Pada tahun 1968 diproduksi 2 unit rmgc dari drott dan 3 unit diproduksi oleh

manufactur lainnya.  Pada tahun 1980 lebih dari 150 unit diproduksi dimana 46 unit oleh paceco, 13

unit oleh hitachi, 11 unit oleh nelcon, 9 unit krupp, 8 unit mannesmann, 6 unit dari mitsubishi dan 5 unit dari drott.


5. STRADDLE CARRIER   

 

Straddle carrier adalah peralatan yang digunakan untuk mengangkut container untuk berbagai variasi intermoda dari container yard. Straddle carrier sangat baik digunakan di container yard untuk penumpukan (stacking), pembongkaran (unstacking) dari dan ke chassis Beberapa manufacturer mengembangkan desain straddle carrier untuk direct system dimana straddle carrier digunakan untuk mengangkut container antara dermaga dan container yard serta melakukan penumpukan (stacking). Selain itu juga digunakan untuk pemindahan antar moda (receipt/delivery) dan dari / ke cfs. Selain itu ada juga straddle carrier yang didesain untuk relay system dimana straddle carrier difungsikan untuk melakukan stacking di container yard. Kalmar saat ini telah mengembangkan generasi ke-7 dari straddle carrier yang mampu bekerja optimum untuk setiap jenis operasi straddle carrier, mulai antar jemput sampai straddle carrier tinggi – 4.


6. REACH STACKER 

 

Pada awal tahun 1980-an banyak dikembangkan jenis top loader, side loader, front loader kemudian dikembangkan jenis reach stacker sebagai peralatan bongkar muat peti kemas kombinasi antara lift truck dengan mobile crane. Di desain untuk fungsi stacking dan unstacking di lapangan penumpukan dimana fungsi spreader dapat diputar sejauh 360o dengan menggunakan telescopic boom untuk memudahkan dalam operasional. Lebih banyak digunakan pada terminal peti kemas dalam masa pengembangan. Desainer dan manufacturer : Kalmar, Fantuzzi, Konecranes, Linde, Liebherr, Terex, dll

7. EMPTY CONTAINER HANDLER (TOP LOADER, SIDE LOADER) Untuk menangani penumpukan peti kemas kosong (empty) di lapangan penumpukan dengan desain bervariatif dan saat ini ada yang mampu menghandle sampai dengan 8 Tier.


7. TRACTOR TERMINAL   

 

Terminal tractor dan trailer digunakan untuk operasi dermaga dan di indonesia umumnya disebut head truck-chassis; Pada tahun 1985 lebih dari 4000 unit beroperasi di pelabuhan peti kemas. Pasangan peralatan head truck – chassis ini mempunyai manuver yang cepat di antara peralatan lainnya karena fungsi dari head truck-chassis ini adalah mengangkut peti kemas dari dermaga ke lapangan penumpukan dan sebaliknya. Fungsi lainnya adalah untuk kegiatan receipt/delivery dan alat angkut peti kemas dari dan ke kapal ro-ro. Desainer dan manufacturer seperti Ottawa, Doughlas Tugmaster, Ferrari, Terberg, Kalmar, dll

8. FORKLIFT  Karena bersifat multipurpose, Forklift dioperasikan pada terminal konvensional,

terminal peti kemas, dan lain-lain.  Pada terminal konvensional biasanya digunakan untuk penanganan general cargo;  Pada terminal peti kemas biasanya digunakan untuk kegiatan pengisian/pembongkaran muatan /kargo peti kemas;  Fungsi lainnya untuk kegiatan pergudangan dan handling alt bantu kerja.


PENGOPERASIAN A. KONDISI PERALATAN Operasi peralatan yang aman dan lancar apabila peralatan dalam kondisi laik operasi dan digunakan dengan cara yang benar; Kondisi laik operasi dapat dicek melalui pemeriksaan dokumen dan fisik. LANGKAH PEMERIKSAAN DOKUMEN DAN FISIK Sertifikat Kelaikan

Cek Masa Berlaku

Tidak

Periksa ulang

Cek R/M

Terbit Sertifikat

LAIK OPERASI

Ya Cek Kondisi Fisik

Syarat terpenuhi?

Tidak

Cek R/M dan operasional

Lakukan perawatan

LAIK OPERASI

Ya LAIK OPERASI

15


PENGOPERASIAN B. PERSIAPAN OPERASI 1. Pastikan kondisi peralatan laik operasi (pengecekan dokumen laik operasi).

2. Kapasitas peralatan sesuai dengan kondisi kerja (kapasitas yang besar mengakibatkan pemborosan dan yang kecil menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan).

3. Penempatan operator yang tepat pada pekerjaannya (Dengan pengalaman yang memadai akan menjamin terpeliharanya peralatan).

4. Melaksanakan

prosedur pemeriksaan sebelum mengoperasikan peralatan (meliputi pemeriksaan kondisi peralatan dan operator).

5. Melengkapi dengan check list dan buku jurnal check list :

mencatat kelengkapan dan kinerja peralatan & sebagai bukti pertanggungjawaban serah terima peralatan.

Jurnal :

mencatat kondisi peralatan selama proses kerja dan bagaimana terjadinya kerusakan. 16


PENGOPERASIAN C. PENGAWASAN Pengawasan/Supervisi berguna untuk : ď ś mencegah penyimpangan teknis ď ś mencegah penyimpangan operasi ď ś mencari langkah-langkah meningkatkan optimalisasi operasi peralatan. Pengawasan dapat dilakukan sesuai tingkat urgensinya. Instrumen pengawasan dapat berupa : 1.

Radio komunikasi

2.

Pengawasan melalui monitoring pada dilengkapi dengan alat radio komunikasi. Buku Jurnal

peralatan

yang

Pengawasan dilakukan dengan mempelajari isian buku jurnal yang wajib diisi oleh operator selama pengoperasian peralatan. 17


PENGOPERASIAN D. PELAPORAN DAN EVALUASI …….(1) Tujuan laporan kinerja peralatan :  Informasi yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan lanjut.  Keperluan penatausahaan/ administrasi dalam perusahaan. Bentuk baku dari laporan kinerja peralatan berisi tentang : 1.

Possible Time

: Jumlah jam yang maksimal dalam satu periode yang memungkinkan peralatan untuk beroperasi.

2. Down Time

: Jumlah jam dalam satu periode dimana peralatan tidak beroperasi perawatan terencana; perawatan emergensi; menunggu suku cadang. 3. Available Time : Jumlah jam dalam satu periode dimana peralatan siap untuk dioperasikan (selisih dari PT – DT) juga dinyatakan dalam persentase. AT(%) = AT/PT x 100% 4. Utilisasi

: Jumlah jam pengoperasian peralatan dalam satu periode dinyatakan dalam persentase : Ut (%) = U/PT x 100% 18


PENGOPERASIAN D. PELAPORAN DAN EVALUASI …….(2) Kebijakan penetapan Possible Time (PT) dapat berbeda tergantung pada kondisi dan asumsi yang disepakati :  Asumsi PT = 21 jam  24 jam - 3 jam : pergantian shift; waktu makan dan lain-lain.  Asumsi PT = 24 jam  pengaturan waktu makan dan shift diatur sedemikian rupa.  Asumsi PT = 16 jam  24 jam - 8 jam : waktu rata-rata untuk perawatan.  Asumsi PT = 12 jam  untuk pelabuhan yang hanya beropeasi pada siang hari. Perbedaan penetapan Possible Time (PT) mempengaruhi besaran Utilisasi (Utilisasi memperhatikan juga jumlah jam Utilisasi dan besaran PT).

Ut memerlukan penambahan alat

kurang perawatan

sebagian alat harus direlokasi AT

19


PENGOPERASIAN D. PELAPORAN DAN EVALUASI ‌‌.(3) Contoh kasus : Tabel Kinerja peralatan eksisting : No

Nama Alat

PT

DT

Jam

Jam

AT Jam

Utilisasi %

Jam

%

1

A

3.822

1.529

2.293

60%

1.911

50%

2

B

3.822

1.147

2.675

70%

2.484

65%

3

C

3.822

3.440

382

10%

268

7%

4.

D

3.822

3.058

764

20%

688

18%

1. Kinerja peralatan A dan B masih dianggap cukup baik. 2. Kinerja peralatan C dan D secara mencolok memperlihatkan kinerja buruk, dimana AT dan Utililisasi rendah (tidak disebabkan minimnya permintaan pelayanan). 3. Peralatan C (lewat umur ekonomis) sehingga memerlukan perawatan intensif, perlu biaya perawatan yang besar (diusulkan dihapus dan diganti baru). 4. Peralatan D (belum mencapai umur ekonomis) sehingga perlu dilakukan perawatan intensif. 20


PENGOPERASIAN D. PELAPORAN DAN EVALUASI …….(4) Contoh kasus : Tabel Kinerja peralatan perbaikan : No

-

Nama Alat

PT

DT

Jam

Jam

AT Jam

Utilisasi %

Jam

%

1

A

3.822

1.529

2.293

60%

1.911

50%

2

B

3.822

1.147

2.675

70%

2.484

65%

3

C

3.822

382

3.440

90%

2.484

60%

4.

D

3.822

1.147

2.675

70%

2.293

60%

Peralatan C  diusulkan dihapus dan diganti baru  diharapkan AT : 10% menjadi 90% dan Util. : 7% menjadi 65%. Peralatan D  dilakukan perawatan intensif  diharapkan AT : 20% menjadi 70% dan Util. : 18% menjadi 60%.

21


PEMELIHARAAN A. DEFINISI

Pemeliharaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi peralatan agar dapat tetap dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama (dalam periode tertentu hingga mencapai tepat atau melampaui umur ekonomisnya). Aktifitas dalam pemeliharaan: 1.

Memelihara

:

2.

Merawat

:

3.

Memperbaiki

:

4.

Mengganti

:

untuk mengurangi pengaruh pelapukan, pengkaratan, dan keausan dengan cara paiting, greasing, lubricating, dll: untuk mempertahankan alat berfungsi dgn baik dengan mengganti bahan atau spare part fast moving; untuk mengembalikan fungsi normal alat antara lain dengan melakukan rekondisi komponen/ ganti suku cadang; untuk mempertahankan usia alat dengan melakukan pergantian komponen lama dgn baru;

B. PENYEBAB KERUSAKAN

Penyebab kerusakan : 1. Faktor alam : perubahan cuaca yang ekstrim, kelembaban udara, air laut 2. Faktor teknis : overload, cacat produk suku cadang, sistim pelumas yang buruk.

22


PEMELIHARAAN D. KEGIATAN PEMELIHARAAN

MAINTENANCE PLANNED MAINTENANCE SYSTEM

PREVENTIVE MAINTENANCE

PERIODIC MAINTENANCE

ROUTINE INSPECTION SCHEDULE MAINTENANCE

UNPLANNED MAINTENANCE SYSTEM

CORRECTIVE MAINTENANCE

PREDICTIVE MAINTENANCE

BREAKDOWN MAINTENANCE


PEMELIHARAAN Hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan kegiatan tersebut : ď ś ď ś

Sifatnya fleksibel. Beberapa kegiatan dapat dilaksanakan menjadi satu kegiatan sekaligus atau pada kondisi emergensi. Kegiatan perawatan yang cukup luas. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan ditetapkan penanggung jawab, pos-pos anggaran dan sistim administrasinya.

E. EFFISIENSI DALAM PERAWATAN Efisiensi perawatan adalah kegiatan untuk melaksanakan perawatan dengan biaya minimal, peralatan dapat berada pada tingkat kesiapan tertentu yang masih memenuhi fungsinya secara normal. Kondisi yang ideal dalam mencapai efisiensi kegiatan perawatan : 1. 2. 3.

Kegiatan perawatan dilakukan dengan perencaaan yang akurat. Kegiatan dilaksanakan secara sempurna (dapat menurunkan kegiatan perbaikan). Pergantian suku cadang terencana.

Kesempurnaan dalam kegiatan perawatan dipengaruhi oleh: 1. 2.

Kualitas SDM (SDM yang terampil); Pendanaan (Persediaan dana yang cukup);


PEMELIHARAAN

Hal-hal yang menyebabkan peralatan tidak selalu mencapai kesiapan 100% : 1. 2. 3.

Tingkat kesiapan >>  Biaya perawatan >>. Faktor keadaaan yang memaksa ke arah tersebut  rendahnya permintaan pelayanan, tingkat resiko operasi yang minim. Biaya pengadaan suku cadang setiap waktu mengalami peningkatan >>  penggantian suku cadang harus dilakukan secara terencana.

Metode pengadaan suku cadang untuk menanggulangi kerusakan peralatan : 1.

Metode Ready Stock (+)  Proses perbaikan dapat cepat dilakukan. (- )  Membutuhkan biaya yang relatif besar.

2.

Metode Zero Store System (+)  a. Biaya hanya dikeluarkan untuk pengadaan suku cadang yang akan digunakan. b. Dana dapat dialokasikan untuk suku cadang yang tidak direncanakan/ emergensi. c. Dana dapat digunakan untuk keperluan lain jika pengadaan suku cadang belum dilaksanakan. (- )  a. terbatas pada agen suku cadang yang tersedia di dalam kota. b. Membutuhkan sebuah mekanisme dengan sistim pengadaan yang cepat. Dengan alasan efisiensi dalam biaya perawatan terkadang Manajemen mengambil keputusan dalam memenuhi kebutuhan peralatan dengan cara KSO, Leasing, dan atau bentuk kerjasama lainnya.

25


PEMELIHARAAN F. KEBIJAKAN PERAWATAN Kebijakan perusahaan yang mengatur kegiatan perawatan peralatan disebut Preventif Maintenance (PM), yang terbagi dalam : 1.

PM Tkt I

tentang kegiatan memeliharan peralatan; kegiatan rutin dan dilaksanakan oleh operator; anggaran diperuntukan untuk pembelian raw material.

2. PM Tkt II

tentang kegiatan merawat peralatan; dilaksanakan oleh mekanik; anggaran diperuntukan untuk pembelian raw material dan suku cadang.

3. PM Tkt III

tentang kegiatan memperbaiki peralatan; untuk pekerjaan yang relatif besar biasanya dilaksanakan oleh pihak II atau kontraktor; anggaran dimasukan dalam pos anggaran perbaikan.

4. PM Tkt IV

tentang kegiatan mengganti komponen peralatan; pekerjaan dilakukan oleh pihak II; dimasukan dalam pekerjaan investasi tetapi tidak untuk mengganti baru sebuah unit peralatan; menggunakan anggaran perbaikan dan investasi. 26


PEMELIHARAAN G. USIA PERALATAN ‌‌.(1) Beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya usia peralatan : 1. Suku cadang tidak tersedia lagi dipasaran. 2. Komponen yang perlu diganti sekaligus sangat banyak terutama komponen utama. Kerusakan komponen utama dapat dijadikan indikasi berahirnya usia peralatan, selain mahal terkadang sulit ditemukan di pasaran. Prediksi usia peralatan diperlukan dalam mengusulkan pengadaan peralatan untuk perhitungan biaya penyusutan.

27


PEMELIHARAAN G. USIA PERALATAN …….(2)

Usia peralatan dapat dibagi 3 (tiga) jenis : 1. Usia Teknis

 Usia peralatan sampai tidak mungkin dioperasikan lagi setelah dilakukan berbagai usaha teknis untuk memperbaikinya.

2. Usia Ekonomis

 Usia peralatan sampai peralatan tersebut tidak dapat memberikan keuntungan lagi karena biaya perawatan dan operasi >> pendapatannya. Terkadang perusahaan masih menggunakan peralatan tersebut dengan pertimbangan : a. Masih memberikan dampak produktifitas peralatan lain sehingga masih memberikan keuntungan. (subsidi silang). b. Bertujuan untuk memenuhi misi perusahaan sebagai penyedia pelayanan jasa kepelabuhanan untuk mempertahanakan kelancaran arus barang.

3. Usia Komparatip  Usia peralatan sampai adanya peralatan lain sejenis yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.

28


PEMELIHARAAN H. NILAI PERALATAN 

Prediksi usia peralatan dibutuhkan untuk menghitung biaya penyusutan peralatan sampai tercapai umur ekonomisnya.

Besarnya nilai peralatan tiap tahunnya akan mengalami penyusutan hingga mencapai nilai nol pada akhir masa umurnya, tetapi dalam pembukuan nilai akhir peralatan tersebut dicatat sebesar Rp 1,- untuk menunjukan peralatan tersebut masih ada, yang disebut sebagai nilai/ harga buku.

Nilai buku berbeda dengan harga real peralatan tersebut apabila dijual.

Untuk menilai peralatan sesuai harga jualnya diperlukan nilai fisik yang hanya diperlukan apabila peralatan akan dijual

29


TERIMA KASIH


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.