Jambi Ekspres | Selasa, 24 November 2009

Page 22

22

selasa, 24 november 2009

Jambi Ekspres

Jawa Pos National Network (JPNN)

Dua Cara Timbulkan Kekebalan

NOFRIZAL/JAMBI EKSPRES

IMUNISASI : Proses pemberian imunisasi di sekolah.

Imunisasi Penting Jaga Kekebalan Tubuh

JAMBI – Banyak orangtua kurang memahami arti pentingnya imunisasi. Makanya, seringkali muncul pertanyaan, mengapa anak saya diimunisasi lagi ? Padahal, imunisasi merupakan upaya pencegahan berdimensi kesetiakawanan yang tinggi. Karena imunisasi memberikan kekebalan secara individu. ‘’Hal itu tentunya harus dilakukan oleh orang perorang atau seorang ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi,’’ ungkap Nur Indrayeti, SKM. MEpid, kepada Koran ini. Dia mengatakan, tindakan

tersebut merupakan tanggung jawab terhadap keluarga untuk melindungi anaknya dari serangan penyakit. Dan menurutnya, bagi ibu, ini merupakan hal biasa. ‘’Dengan mengimunisasikan anaknya, ibu telah memberikan sumbangan bagi kelompok. Dimana anak yang sudah diimunisasi akan menghambat perkembangan penyakit di tengah masyarakat,’’ terangnya. Dia mencontohkan, misalnya dalam satu ruangan terdapat 100 orang anak. Bila diantaranya ada 90 orang anak yang sudah mendapatkan kekebalan

(diimunisasi), maka kuman penyakit tidak memiliki peluang untuk menularkan penyakit. Bahkan bila sudah 100 persen anak memperoleh imunisasi lengkap maka kuman tidak akan memiliki peluang untuk hidup dan lama kelamaan akan punah, diantara kelompok tadi. ‘’Jadi untuk membasmi penyakit diperlukan kekebalan kelompok (HerdImmunity),’’ ujarnya. Lebih lanjut dikatakannya, imunisasi mempunyai dimensi tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan memiliki kekabalan, tentu saja bersama

masyarakat lainnya, maka penyakit tersebut tidak akan mendekat ketempat dimana mereka tingal. ‘’Virus, ataupun kuman tidak dapat hidup kalau tidak ada manusia yang rentan. Dengan adanya kelompok masyarakat yang kebal terhadap penyakit tertentu, maka secara ekosistem suatu wilayah (kelurahan/kecamatan/kab/kota) akan terlindungi dari serangan penyakit,’’ terangnya. Secara umum, lanjutnya, tujuan imunisasi ini adalah menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I). Sedangkan secara khusus katanya, imunisasi bertujuan untuk melindungi minimal 80 % bayi di Indonesia sudah mendapatkan imunisasi secara merata. Dan kasus atau kejadian tetanus pada ibu dan neonatus (bayi) yang ditemukan hanya 1 pada 1000 bayi yang lahir hidup. Disebutkannya, imunisasi atau vaksinasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen sehingga bila kelak ia terpapar pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (ika)

Dilihat dari cara timbulnya, ada dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Hal ini diungkapkan, Nur Indrayeti, SKM. MEpid, kepada Koran ini. Kekebalan fasif ini contohnya kata Nur, kekebalan yang ada pada janin, didapat dari ibu, dan kekebalan ini tidak berlangsung lama karena dimetabolisme oleh tubuh, biasanya bayi akan terlindungi selama 28 hari. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar dengan antigen seperti imunisasi, atau terpapar secara alamiah. Kekebalan ini akan berlangsung lama. ‘’ Seperti kita ketahui, dengan memberikan suntikan imunisasi campak pada anak kelas 1 maka akan didapatkan kekebalan seumur hidup. Imunisasi DT kelas 2 akan mendapatkan kekebalan 10 tahun ke depan dan bagi anak kelas 3 dan 4 yang sudah mendapatkan imunisasi DPT pada waktu bayi 3x dan kelas 2 mendapatkan Difteri Tetanus DT), maka setelah mendapatkan imunisasi TT (sampai 5 dosis) akan mendapatkan kekabalan 25 tahun ke depan,’’ terangnya. Dikatakannya, untuk evaluasi selama bulan November ini, telah dilakukan pemberian imunisasi ke SD/MI sederajat di Kota Jambi. Berdasarkan laporan dari 20 Puskesmas yang ada di Kota Jambi, masih ada beberapa sekolah yang belum dilaksanakan. Hal ini karena jadwalnya sampai 30 November. Namun, ada juga sekolah yang menolak. Berdasarkan, laporan petugas kami dari Puskesmas ada salah satu SD yang terkemuka di Kota Jambi ini, yang muridnya hanya beberapa orang yang mau dan diizinkan diimunisasi. Hal ini disebabkan karena adanya surat pernyatan dari orang tua yang tidak mengizinkan anaknya

untuk diimunisasi. ‘’Dinas Kesehatan dan guru tidak ber hak untuk memaksa anak dan orang tua. Hanya saja, kami dari kesehatan dan guru sangat menyayangkan hal ini sampai terjadi,’’ ungkapnya. Dia menyebutkan, di kelompok sekolah yang tidak diimunisasi tidak terbentuk kekebalan, atau tidak terjadi Herd Imunity. Sehingga bila ada satu orang anak yang terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, maka penularannya akan semakin cepat dan akan dapat menjadi sumber penular untuk masyarakat lainnya di Kota Jambi. Karena anak-anak di sekolah tersebut tidak mempunyai kekebalan atau rentan terhadap penyakit. ‘’Kami menghimbau kepada orang tua untuk membawa anaknya ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi ini selama bulan November ini karena di Posyandu tidak ada vaksin yang diberikan khusus untuk anak sekolah ini,’’ ujarnya. Lebih lanjut dikatakannya, vaksin ini khusus dikirim dari Departemen Kesehatan RI Jakarta hanya pada pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah dan tidak ada yang menjualnya. Jadi menjelang tanggal 30 masih ada waktu, petugas kami di Puskesmas siap memberikan pelayanan kepada anak-anak yang belum memdapatkan imunisasi di sekolah. Kepada ibuibu (orang tua murid) bawalah anak untuk diimunisasi sehingga anak menjadi kebal dan tidak menjadi sumber penular penyakit. Lantas, bagaimana dengan anak yang belum mendapatkan imunisasi waktu. Bagi anak sekolah dan bagi remaja putri dan ibu-ibu muda yang ingin mendapatkan imunisasi TT, katanya, bisa datang ke Puskesmas atau ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi TT sehingga perlindungan bisa maksimal. (Ika/**)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.