
3 minute read
Menaklukkan Tantangan
from WMagz edisi 23
“Setiap pekerjaan itu tantangan. Tugas kita membuktikan bahwa kitalah orang yang tepat untuk mengerjakannya.”
Wisnu Subroto mengenang, bulan Agustus tiga belas tahun silam, adalah kali pertamanya bekerja sebagai staf di BPR WM Kantor Cabang Solo. Posisinya sebagai staf monitoring. Tugasnya menangani kredit-kredit bermasalah.
Pekerjaan tersebut menjadi tantangan bagi pria kelahiran Klaten, 15 April 1983 ini. Wisnu yang menamatkan pendidikan dari jurusan Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia ini tak memiliki pengalaman berkaitan dengan perbankan, terlebih berurusan dengan kredit bermasalah.
Wisnu mengakui, ada pertarungan dalam batinnya saat harus bekerja di luar bidang keahliannya. Namun, dia ditantang untuk cepat beradaptasi dengan pekerjaan barunya.
“Rasa tidak nyaman itu ada di masa awal bekerja, tapi rasa itu harus dikelola bukannya dipelihara. Saya ingin membuktikan, meski saya tidak punya background perbankan, tapi saya bisa berkontribusi untuk perusahaan seperti yang lainnya,” katanya.
Dengan kebulatan tekad dan manajemen emosi yang baik, Wisnu mampu cepat beradaptasi. Terlebih, lingkungan kerja BPR WM yang terbuka dan kekeluargaan membuatnya segera menemukan kenyamanan dalam bekerja.
Hanya dalam 2 tahun sejak Wisnu bergabung, penyelesaian kredit bermasalah di cabang tempatnya bekerja menukik tajam. Tahun 2010, Non-Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di kantor cabang Solo melebihi 20 persen. Lalu pada 2012, NPL turun drastis menjadi 0,31 persen dan stabil sampai hari ini.
“Pencapaian itu tentunya berkat kerjasama team di bawah bimbingan Kepala Cabang pada waktu itu Bapak RM Dwi Chandra PBP dan dukungan yang luar biasa dari management,” tuturnya.
Berkat performa kerjanya, Wisnu dipercaya menjadi Kepala Seksi Monitoring pada 2013. Setahun kemudian, dia kembali dipercaya mengisi posisi Kepala Bidang Monitoring se-Solo Raya.
Posisi yang semakin tinggi berbanding lurus dengan angin yang lebih kencang. Terlebih, wilayah kerjanya bertambah maka semakin beragam pula karakter nasabah yang ditemuinya.
Setelah bergelut bertahun-tahun di bidang monitoring, Wisnu menyimpulkan nasabah yang kreditnya bermasalah hanya membutuhkan solusi. Dan solusi itu bisa tercapai jika ada komunikasi yang baik antara pihak bank dengan nasabah.
“Kami berupaya sebisa mungkin menyelesaikan kredit bermasalah lewat upaya non-litigasi. Dan sebenarnya nasabah itu butuh solusi. Maka jika perlu, kita pertemukan nasabah dengan buyer dan supplier. Di sinilah kita perlu menganalisa nasabah dengan sebaik mungkin supaya bisa memberikan solusi terbaik,” terangnya.
Berkat kepiawaiannya mengelola komunikasi dengan nasabah dan menekan kredit bermasalah, pada 2016, pria bergelar Sarjana Seni ini dipercaya mengelola kantor cabang Solo hingga saat ini.
Dengan pengalaman di divisi monitoring, Wisnu ditantang untuk memimpin divisi bisnis. Targetnya tidak hanya meminimalisir kredit bermasalah
“Staf perlu diberi ruang untuk berpendapat sehingga dia punya peran dan rasa memiliki terhadap perusahaan. Tugas saya menjaga lingkungan kerja supaya kondusif.”
Kerja kerasnya berbuah manis. Kantor Cabang Solo yang dipimpinnya berhasil menyabet Best Branch pada 2018 dan 2019 lalu. Penghargaan ini jadi pembuktian bagi Wisnu, tak ada tantangan yang tidak bisa ditaklukkan. ***
