1 minute read

SUKSES

Next Article
hal?owm

hal?owm

Kasus kurangnya faktor grit pernah ditemukan dalam diri siswa Knowledge Is Power Program (KIPP). Sekolah ini adalah sekolah untuk anak-anak kurang beruntung di Amerika yang isinya adalah anak-anak dari single parent, broken home, miskin, dan imigran.

Sekolah ini tadinya mampu bersaing dan mengungguli sekolah swasta dan kaya dengan menghantarkan 90 persen siswanya masuk ke college melalui jalur beasiswa. Namun, dari 90 persen siswa tersebut, hanya 20 persen saja yang berhasil lulus dari college.

Saat tengah mencari tahu penyebabnya, pihak sekolah bertemu dengan Dr Sellqman yang menemukan bahwa siswa

KIPP tersebut tak memiliki faktor grit. Sekolah KIPP pun kemudian menerapkan pendekatan grit. Hasilnya, KIPP menjadi sekolah unggul yang menjadi benchmark di seantero Amerika dan saat ini memiliki 150 cabang. Bahkan pendiri Microsoft, Bill Gates, merekomendasikan model pendidikan di sekolah ini.

Growth Mindset

Carol Dweck dalam bukunya berjudul Mindset menuliskan, selain grit ada karakter lain yang diperlukan yaitu “growth mindset”. Growth Mindset adalah cara berpikir bahwa segala sesuatu mungkin atau bisa dilakukan melalui kerja keras, pembelajaran dan sebagainya. Kebalikan dari growth mindset adalah fixed mindset, yaitu cara berpikir bahwa segala sesuatu itu sulit berubah karena memang sudah begitu adanya.

Kita mungkin sudah sering melihat, banyak orang yang pintar secara akademik di sekolah namun gagal di kehidupan nyata. Sebaliknya, banyak orang yang kurang secara akademik namun sukses di kehidupannya. Mungkin penjelasannya adalah, teman yang “bodoh” ini menyadari kekurangannya dan ibarat gelas ia seperti gelas kosong yang selalu siap diisi. Jadi, setiap bertemu hambatan ia bertanya kesana kemari, minta bantuan dan pendapat orang lain dan sebagainya. Tanpa sadar ia jadi berkembang. “Kebodohannya” justru menjadi bahan bakarnya untuk terus bertanya dan mencoba tantangan baru karena ia belajar dari mencoba dan belajar dari kesalahan.

Berbeda dengan mereka yang “pintar” dan merasa gelasnya sudah penuh dan sulit diisi. Ia punya prinsip atau pendapat yang sulit diubah oleh orang lain. Ia merasa caranyalah yang terbaik tanpa mempertimbangkan banyak cara lain yang lebih baik. Bahkan ia rela bertahun-tahun menggunakan caranya yang salah itu karena sebenarnya gengsi untuk mengakui bahwa ada cara lain yang lebih mumpuni. Ia pintar tapi punya fixed mindset yang akhirnya menghalangi kemajuannya sendiri.

Succees is my right, kata Andrie Wongso. Sukses itu adalah hak semua orang tanpa terkecuali apakah mereka itu bodoh atau pintar, miskin atau kaya, pria atau wanita, tua atau muda, pribumi atau non-pribumi, asalkan mereka punya grit dan growth mindset. (www.mtw.co.id)

Esti Widiyaningrum Kepala Seksi HRD BPR WM

This article is from: