Majalah Bhinneka #014 - Perempuan Pemimpin

Page 46

CERPEN: ADA SETAN DI KEPALAKU

“Pantas saja majikan Anda memukuli Anda, katanya Anda tidak punya otak.” Entah apa yang telah dirajamkan majikanku ke dalam benak dokter itu ketika aku dibawa ke klinik dengan selangkangan tak henti mengeluarkan darah. Bahkan ketika janin yang sedang kukandung dinyatakan meninggal, dokter itu tak memperlihatkan rasa kasihan. Mata setan perempuan itu kembali berkilat-kilat. Mungkin ia sedang menelusuri apa-apa yang tengah kuingat. “Tidurlah!” kataku. “Akan aku tangani lelaki keparat itu begitu ia pulang,” pisau kembali terhunus, nafasku mendengusdengus. Mata setan itu terpejam, ia meringkuk, larut dalam lelah dan rasa sakit yang begitu sekam. **

Setan perempuan itu masih tertidur, matanya terkatup rapat, biluh-biluh sayapnya yang putih berpendar seperti terkena larik renjana yang mengintip dari tebing jendela. Barangkali memang, cahaya bisa merasuk ke dalam kepala. Kamar dan malam gelap, keluarga majikanku yang lain sudah lelap. Tapi mataku tak dapat terpejam sementara tangan tetap pada pisau yang aku genggam. Jika lelaki itu datang, akan kuhabisi ia dengan seluruh tikam. Aku tak banyak bergerak karena jika setan perempuan itu terbangun, niscaya ia akan segera

merangsek maju dan menggagalkan setiap rencanaku. Sudah bertahun ia ada di dalam situ dan ia selalu berhasil membuatku batal menghabisi majikanku. Aku tidak tahu siapa yang menjebak siapa, aku atau setan perempuan itu. Yang jelas, ketika pemukulan dan pemerkosaan pertama terjadi, aku sudah ingin segera mengakhiri. Bagiku, menjadi pembantu rumah tangga di Saudi Arabia dengan iming-iming gaji dua juta per bulan memang menggiurkan, tapi aku tak pernah menyangka bahwa semua itu harus ditebus dengan harga yang teramat mahal; kehormatan dan kemerdekaanku. Jika setan perempuan itu tidak ada, barangkali aku sudah bebas sejak berbulanbulan yang lalu. Mungkin aku bisa pulang kepada Emak dan Bapak di Cianjur, membahagiakan mereka yang sudah renta. Memang, di Cianjur tidak banyak tersedia lapangan pekerjaan yang memadai bagi perempuan lulusan SMP. Itulah yang seringkali digumamkan setan perempuan itu, bahwa uang adalah benda yang sulit didapatkan, bahkan di negeri sendiri yang konon memiliki kekayaan alam melimpah. Cih! Mataku masih nyalang merayapi langitlangit kamar, mengeja larik cabik renjana yang menerobos dari luar. Dini hari bergulir pasi ketika kudengar suara langkah kaki. Laki-laki itu, berdiri di samping dipan, badannya menjulang. “Kenapa belum tidur?” hardiknya. Aku menatapnya dengan mata lebam. “Saya belum mengantuk, Tuan,” bisikku

43 | Bhinneka edisi 13 ~ PEREMPUAN PEMIMPIN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.