PENDIDIKAN BERITAPAGI
SENIN, 2 FEBRUARI 2015
HALAMAN
15
1.240 Siswa Mengikuti ‘Try Out’ Akbar
LINT AS LINTAS
Persiapan Menghadapi MEA MASYARAKAT Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai berlaku di penghujung tahun ini disambut bersemangat oleh masyarakat. Tidak terlepas kaum muda yang turut menantikan zona pasar bebas agar dapat bersaing dengan masyarakat asing. Namun sayang, semangat optimalisasi mempersiapkan generasi muda bangsa nampaknya belum terukir. Padahal, kalau pemerintah abai dengan anak muda, sama artinya memberikan kebebasan pihak luar menguasai bangsa. Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Asep Saefuddin dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Se-DKI Jakarta yang diadakan oleh Universitas Trilogi memaparkan, tanpa kaum muda, Indonesia akan sulit bersaing. “Kita ingin mendengar informasi. Bagaimana generasi ke depan bisa menjadi sumber daya insani lebih baik. Kalau negara pendidikannya kurang diperhatikan dengan bagus, maka negara tersebut akan terseokseok,” ujar Asep, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Okezone, Minggu (1/2). Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mengajak untuk merenung sejenak, kenyataan bahwa pendidikan di negara maju justru mengadopsi model-model pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. “Kalau kita perhatikan di negara maju, model-model pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Itulah yang mereka gunakan sebagai model pendidikan mereka. Namun bagaimana dengan pendidikan kita?,” tanyanya. Oleh karena itu, lanjut pakar statistik itu, jika dikaitkan dengan MEA, pertanyaan substanstif yang harus dijawab adalah apakah ini memang benar telah dipersiapkan oleh pemerintah?. “Tidak usah kita bandingkan dengan Malaysia atau Singapura, dengan Vietnam saja kita bisa tersalip jika tidak dipersiapkan dengan optimal,” ucapnya. Bukan tanpa sebab, Guru dari SMKN 8 Jakarta, Nila, menyatakan kekhawatirannya karena kebanyakan siswa masih memilih jurusan hanya karena ikut-ikutan. “Pengalaman di lapangan, anak– anak lulusan SMK biasanya memang diarahkan untuk kerja. Tapi, banyak juga yang melanjutkan ke perkuliahan. Namun, mereka yang kuliah tersebut kebanyakan memilih jurusan dengan ikut-ikutan. Karena mereka masih bingung dengan apa yang akan mereka pilih,” ungkap Nila. adk
Peserta SM3T Jalani Tes Narkoba UNTUK melindungi mahasiswa dan dosen dari penyalahgunaan narkoba, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mulai menggelar tes urine bagi mahasiswa. Pada tahap pertama, tes diperuntukkan bagi 2.464 mahasiswa dari 14 kampus yang memiliki Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di seluruh Indonesia. “Ini adalah bentuk keprihatinan kami mengingat belakangan banyak dosen dan mahasiswa terjerat narkoba,” ujar Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemenristek Dikti, Supriyadi Rustad, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Okezone, Sabtu (31/1). Penentuan mahasiswa dan dosen yang mengikuti tes urine tersebut dilakukan secara acak. Rencananya kebijakan tersebut, nantinya akan diberlakukan di seluruh kampus yang ada. Supriyadi mengakui bahwa terjeratnya kaum akademisi dan intelektual kampus dalam kasus penyalahgunaan narkoba menjadi catatan penting yang kini harus diselesaikan oleh semua kampus dan pemerintah. Jangan sampai obat haram tersebut merusak generasi muda harapan bangsa. “Dipilihkan 14 kampus yang memiliki LPTK tersebut semata-mata karena lembaga itu merupakan lembaga yang melahirkan kaum pendidik alias guru. Akan menjadi ironi, jika calon-calon pendidik justru menjadi budak narkoba,” ucapnya. Menurutnya, tes urine juga diberlakukan bagi seluruh sarjana yang akan mengikuti program Sarjana Mengajar di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terpencil (SM3T). Para sarjana tersebut harus dipastikan bebas narkoba sehingga selain menjadi guru, para sarjana program SM3T sekaligus bisa menjalankan fungsi sebagai duta anti narkoba di daerah tugas. Selain itu, Pembantu Rektor (PR) I Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Muchlis mengatakan, untuk tahap awal, sebanyak 219 mahasiswa yang mengikuti program SM3T mengikuti tes urine. Kegiatan tes urine diselenggarakan atas kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan akan terus berkelanjutan pada waktu-waktu yang akan datang. “Program SM3T memasuki angkatan kelima. Sebanyak 3.000 mahasiswa akan disebar untuk mengajar di daerah 3T,” ungkap Muchlis. Sebanyak 78 persen dari peserta SM3T, ingin kembali ke daerah dimana para sarjana SM3T tersebut sebelumnya mengajar. Pemerintah daerah (Pemda) bersedia membantu dan menyetujui memfasilitasi mereka menjadi pegawai negeri sipil (PNS). adk
Palembang, BP Menjelang pelaksanaan jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau jalur tertulis masuk perguruan tinggi negeri mendatang. Sebanyak 1.240 siswa SMA dan SMK kelas XII di Sumsel, diajak untuk menyelesaikan soal atau try out akbar Ikatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (Ika-Musi) Institut Pertanian Bogor (IPB). “Kami mengajak siswa di Sumsel khususnya supaya bisa lulus PTN favorit, dengan bocoran kisi-kisi soal SBMPTN ini mereka dapat terlatih untuk menyelesaikan soal-soal SBMPTN yang akan dihadapi nanti,” ujar ketua panitia try out akbar Ikatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (Ika-Musi) Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmadini Naripati, saat dibincangi disela-sela try out di aula akademik center UniverBP/ADI KURNIAWAN TRY OUT – Suasana try out akbar Ikatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (Ika-Musi) Institut Pertanian Bogor (IPB), sebanyak 1.240 siswa sitas Islam Negeri (UIN) Raden SMA dan SMK kelas XII di Sumsel, diajak untuk menyelesaikan soal di aula akademik center Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Minggu (1/ 2). Ia juga mengatakan, ada Fatah Palembang, Minggu (1/2). sebanyak 100 soal try out yang diberikan dan soal tersebut merupakan rangkuman dari soal SBMPTN 2014 lalu. “Berdasarkan pengala-
Pengelolaan SMA Beralih ke Provinsi Tunggu Juknis
Rencana pengalihan pengelolaan pendidikan SMA ke provinsi tampaknya menuai protes dari berbagai kalangan, banyak pihak beranggapan dengan kebijakan tersebut nantinya justru pendidikan SMA akan kurang perhatian dan permasalahan pada pendidikan SMA tidak bisa diselesaikan dengan cepat. Palembang, BP Kepala Bidang (Kabid) SMP-SMA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Palembang, Lukman Haris menilai kebijakan tersebut justru akan menelantarkan pendidikan SMA di Kabupaten/Kota, karena pihak Provinsi belum tentu bisa maksimal untuk meng-handle seluruh keperluan pendidikan jenjang SMA di kabupaten. “Sampai saat ini, belum ada surat edaran untuk pengalihan tugas tersebut. Ideal-
nya pendidikan SMA lebih baik dikelola oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Selama ini sudah berjalan cukup baik, kebijakan ini pastinya akan menimbulkan penolakan dari kabupaten/kota apabila terealisasi,” ujarnya, Minggu (1/2). Menurutnya, kebijakan tersebut akan memberikan jarak antara pemerintah dengan pegawai sipil untuk mengurus keperluan administrasi dan hal lainnya yang berkaitan dengan pendidikan SMA.
“Ya, otomatis pihak kabupaten/kota harus datang ke provinsi untuk mengurus administrasi karena semua urusan SMA tidak bisa diselesaikan lagi di kabupaten/ kota,” ujarnya. Ia menambahkan, wacana pengalihan pendidikan SMA ini sebenarnya sudah sejak lama, tetapi menuai protes dari banyak pihak, terutama guru SMA di kabupaten/kota, karena mereka menilai peralihan tersebut justru akan menyulitkan mereka untuk mengurus keperluan administrasi sekolah. “Kami masih menunggu surat keputusan pengalihan tugas tersebut. Semoga dengan kebijakan baru nantinya apabila terealisasi tidak merugikan banyak pihak dan tetap memaksimalkan pendidikan di kabupaten/kota,” kata Lukman. Sementara itu, Kepala
Dinas Pendidikan Sumsel Widodo mengatakan, pihaknya masih menunggu surat keputusan terkait pengalihan tugas pengelolaan pendidikan SMA ke provinsi. “Persiapan untuk pengalihan tugas ini sudah dilakukan, tetapi kami masih menunggu surat resmi dari pemerintah pusat,” katanya. Ia juga menjelaskan, pihaknya akan memaksimalkan tugas dan pelayananan untuk pendidikan SMA dan pihak Kabupaten/Kota tidak perlu khawatir dengan kebijakan tersebut yang dianggap akan menimbulkan jarak dan mengkerdilkan fungsi Dinas Pendidikan kabupaten/kota. “Kabupaten/kota tetap dilibatkan, dan akan bersinergi dengan baik. Apabila ini sudah menjadi keputusan yang sah, tentu kita harus menjalankannya,” pungkasnya. adk
Peminat Jurusan Teknik Industri Minim Palembang, BP Program studi (prodi) Teknik Industri di jenjang pendidikan Perguruan tinggi seringkali diminati oleh calon mahasiswa yang berlatar pendidikan SMK dan SMA jurusan IPA. Bahkan, siswa yang berlatarbelakang pendidikan jurusan IPS beranggapan tidak mampu bersaing dengan siswa jurusan IPA dan siswa SMK untuk masuk prodi Teknik Industri. Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) mengadakan kuliah umum yang diikuti sebanyak 500 peserta yang berasal dari siswa SMA se-Kota Palembang
dan mahasiswa prodi Teknik Industri UM Palembang. “Paradigma seperti ini harus diluruskan, justru peluang siswa jurusan IPS sangat besar untuk masuk ke prodi Teknik Industri di perguruan tinggi, tidak ada perbedaan dari basic pendidikan,” ungkap Ketua Badan Kerja Sama Penyelenggara Pendidikan Tinggi Teknik Industri Indonesia (BKSTI), TMA Ari Samadhi, di sela kegiatan kuliah umum di auditorium Universitas Muhammadiyah (UM) Palembang, Sabtu (31/1). Ia menjelaskan, ketakutan yang dianggap sebagian calon
mahasiswa tersebut tidak lah beralasan, tetapi paling penting adalah minat dan bakat dari masing-masing untuk masuk prodi Teknik Industri. “Saat ini, peminat Teknik Industri masih sangat minim, sementara persaingan di bidang industri membutuhkan SDM yang handal. Jadi, paradigma masyarakat terhadap jurusan Teknik Industri selama ini harus diubah supaya minat untuk memilih prodi tersebut bertambah,” katanya. Sementara itu, Ketua Prodi Teknik Industri UM Palembang, Msy Rosyida mengatakan, pihaknya merasa per-
lu mengadakan kuliah umum dan seminar mengenai perkembangan Teknik Industri. “Selain mengajak siswa SMA di Palembang memahami Teknik Industri, pemahaman baru teknik industri juga sangat dibutuhkan di kalangan mahasiswa,” ujarnya. Ia menambahkan, untuk menghasilkan pengelolaan SDM yang baik perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan yang cukup. “Kami berharap dengan kuliah umum dan seminar ini bisa menambah pengetahuan baru mahasiswa dan meningkatkan minat siswa di bidang teknik industri,” pungkasnya. adk
man kami, soal SBMPTN nantinya tidak akan jauh berbeda dengan soal-soal sebelumnya, kalau sering dilatih menjawab soal tersebut pasti siswa akan menguasai materi,” ungkapnya. Ia menambahkan, tujuan digelar try out akbar Ika-Musi IPB tersebut untuk mengajak siswa di Sumsel masuk PTN di luar Sumsel dengan fokus Ilmu Pertanian. ”Selain itu, kami ingin mengubah paradigma jurusan Pertanian yang selama ini masih dipandang sempit oleh banyak orang. Padahal, jurusan Pertanian mencakup banyak bidang lainnya,” katanya. Tidak hanya try out yang diselenggarakan mahasiswa IPB asal Sumsel tersebut, Ika-Musi IPB juga menggelar motivator training yang menjelaskan kiat-kiat sukses lulus SBMPTN oleh dosen IPB, Dr Ir Ki Agus Dahlan. “Kami berharap kegiatan try out dan motivator ini dapat bermanfaat untuk siswa kelas XII di Sumsel untuk mengikuti pelaksanaan SBMPTN, dan bisa masuk PTN yang diinginkan,” pungkasnya. adk
Ditjen dan Badan di Kemendikbud Berkurang Jakarta, BP Lewat Perpres Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 21 Januari 2015, terdapat perubahan dalam struktur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Jika semula organisasi Kemendikbud didukung oleh lima Ditjen, tiga Badan, dan lima Staf Ahli, dalam Perpres Nomor 14 Tahun 2015 telah berubah menjadi empat Ditjen, dua Badan, dan empat Staf Ahli. Organisasi Kemendikbud tersebut, tertuang dalam Perpres Nomor 14 Tahun 2015, yaitu Sekretariat Jenderal (Setjen), Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen Kebudayaan, dan Inspektorat Jenderal (Itjen). Selain itu, terdapat juga Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Badan Penelitian dan Pengembangan, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter, serta Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan. Meski demikian, Kemendikbud dapat menerapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kemendikbud dapat dibentuk
Unit Pelaksana Teknis, yang dipimpin oleh Kepala. “Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara,” bunyi Pasal 33 Perpres, seperti dikutip dari laman Setkab, Sabtu (31/1). Perpres ini menegaskan, ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, organisasi, dan tata kerja Kemendikbud ditetapkan oleh menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. Saat Perpes ini mulai berlaku, maka semua ketentuan mengenai Kemendikbud dalam Perpres Nomor 24 Tahun 2010 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir degan Perpres Nomor 135 Tahun 2014, dan Perpres Nomor 165 Tahun 2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. “Perpres ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 48 Perpres Nomor 14 yang diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly pada 23 Januari 2015 itu. Sekadar informasi, Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, terdapat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang merupakan penggabungan dari Kementerian Riset dan Teknologi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang semula menjadi bagian dari Kemendikbud. okz/adk
Temu Kangen SMPN 1 Palembang, Kenang Masa Lalu Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjalin silaturahmi, terlebih lagi setelah terpisahkan 30 tahun lamanya. Dalam waktu yang lama tersebut, banyak cerita dan pengalaman yang dapat dibagikan kepada teman.
S
EPERTI yang di lakukan para alumni SMP Negeri 1 Palembang (Spensa) angkatan 1985 yang mengadakan reuni temu kangen para alumni setelah tiga dekade tidak bertemu, kini ditemukan dalam rangkaian reuni 1985-2015. Sedikitnya 300 alumni SMP Negeri 1 Palembang (Spensa) angkatan 1985, sejak pukul 06.30 memadati lapangan basket yang ada di pelataran sekolah yang beralamat di Jalan Ratna. Tidak ada yang mengkomandoi seluruhnya sama bercampur aduk kesenangan dengan berdiri di bawan balon besar yang bertuliskan ‘United bike’ dengan spanduk yang bertuliskan ‘Reuni 3 Dekade Spensa 85’ yang jauh mendekat, yang dekat merapat. Dengan ditandainya bendera start yang dikibarkan langsung oleh ketua panitia Akhmad Thasyim, peserta pun langsung berjalan kaki mengelilingi sekolah dari Jalan RatnaJalan Joko dan kembali lagi ke pelataran sekolah
langsung berkumpul di bawah tenda. Di bawah tenda sekitar 15 unit tersebut para alumni 1985 tersebut saling bercanda ria seolah-olah tidak ada beban yang sedang mendera di kehidupan masing-masing alumni, berbagai cara jumpa kangen yang sudah lama tak berjumpa dilakukan ada yang bersalaman sambil berpelukan, ada yang berfose berfoto walaupun hanya dengan kamera Handpone. Kekeluargaan sungguh terasa ketika siraman rohani dari Ustadz Taufiq Hasnuri dengan dipandu MC kocak Yai Najib. Terlihat juga di beberapa sisi tenda juga terpasang TV yang menayangkan ketika masa-masa saat bersekolah silam. Rangkaian demi rangkaian acara pun berlangsung dengan khidmat dan kekeluargaan, ditambah berdatangannya para guru yang mengajar ketika para alumni masih berseragam putih biru kala itu. Selaku ketua panitia reuni 3 dekade Spensa angkatan
1985 Akhmad Thasyim mengatakan, kegiatan reuni ini selain untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi yang jarang sekali bertemu selama 30 tahun silam, juga mengenang ketika masih bersekolah di SMP Negeri 1 Palembang ini. Oleh karena itu guna mengenang kenangan saat berseragam putih biru ini seluruh peserta berkeliling di Jalan Ratna dan Joko untuk mengenang masa lalu. “Napak tilas yang kita lakukan ini tidak lain untuk mengenang. Kenapa kita pilih berkeliling sekitar sekolah, kita ingin mengenang ketika masa sekolah dan mata pelajaran olahraga selalu mengelilingi jalan tersebut dan secara tidak langsung dapat melepaskan rasa rindu semasa masih bersama di bangku sekolah,” katanya, saat dibincangi BeritaPagi, diselasela reuni, Minggu (1/2). Alumni 1985 ini juga mengungkapkan, jelas sekali, momen itu jarang terjadi bahkan rasa rindu yang telah ditahan selama 30 akhirnya dapat tersalurkan. Dengan adanya kegiatan ini juga kami ingin menunjukan silaturahmi yang masih erat dian-tara alumni. Oleh karena itu kegiatan seperti ini merupakan salah satu contoh buat adik-adik yang lebih muda, karena silaturahmi ini sangat jarang dilakukan
BP/ADI KURNIAWAN
REUNI – Suasana keceriaan para alumni SMP Negeri 1 Palembang (Spensa) angkatan 1985 yang mengadakan reuni temu kangen para alumni setelah tiga dekade tidak bertemu kini ditemukan dalam rangkaian reuni 1985-2015, di pelataran SMPN 1 Palembang, Minggu (1/2). ketika sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing seakan-akan lupa akan kenangan semasa sekolah. “Kita sangat ber-syukur dengan banyaknya alumni yang hadir kali ini dengan berbagai macam kesibukannya. Kegiatan seperti ini ke depan akan dilakukan setiap tahun,” ujarnya. Ia juga menambahkan, di samping kegiatan temu kangen dengan sesama alum-ni dan mantan guru juga menyerahkan kenang-kenngan berupa perangkat mengajar dari alumni kepada Kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Palembang, Devi Emilya, yang diserahkan langsung oleh Kombes Pol M Iqbal SIK, Dr Nuswil Bernolian SpOG, Edward Jaya SH dan Hasan. “Kita seluruh alumni juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan para sponsor yang telah mendukung. Semoga ke depan dunia pendidikan di Sumsel ini akan lebih maju, bukan saja ilmunya tetapi juga tali persaudaraanya antar alumni akan selalu terjaga,” ungkapnya. Sementara itu salah
seorang Guru Bahasa Indonesia yang mengajar para alumni 1985 Dra Hj Nirwani mengatakan, dengan adanya temu kangen ini kami sebagai guru yang sudah mengajar alumni pada 30 tahun silam disamping selalu menjaga silaturahmi juga ini ajangnya membersihkan hati mungkin ada kesalahan selama mengajar begitu juga sebaliknya mereka yang dulunya nakal-nakal melawan kepada guru dengan kegiatan seperti ini kita sama-sama saling memaafkan. adi kurniawan