SKMA Edisi Juli-Agustus 2015

Page 5

MEDIA

Ilmiah Populer

AESCULAPIUS

ARTIKEL BEBAS

SIBODEC, Tusuk Gigi Pendeteksi Boraks

S

Hanya dalam lima detik sudah dapat mendeteksi kandungan boraks dalam makanan!

iapa sangka, dua peneliti muda asal Indonesia berhasil menyabet medali emas dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) yang berlangsung tanggal 30 Oktober-– 1 November 2014 lalu di Jakarta. IEYI merupakan lomba berskala internasional yang mengadu karya-karya inovatif para peneliti muda di bidang sains dan teknologi . Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berlaku sebagai penyelenggara IEYI ke-10 yang diadakan di Indonesia tersebut. Dua peneliti muda yang telah sukses mengalahkan tiga ratus peserta dari 11sebelas negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, Taiwan, Hongkong, Filipina, India, Nigeria, Mesir, dan Iran, itu adalah Dayu Laras Wening dan Luthfia Adila. Siswi asal SMA Negeri 3 Semarang sekitarini tidak menyangka bahwa karya mereka dapat bersaing hingga memperoleh medali emas untuki bidang Food and Agriculture. Keduanya mengharumkan nama bangsa melalui temuan yang diberi nama SIBODEC (Stick of Borax Detector). Temuan dua siswi ini sebelumnya juga meraih medali perunggu dalam ajang National Young Innovator Award (NYIA) tahun 2013. SIBODEC merupakan perangkat sederhana berupa tusuk gigi yang dapat mendeteksi boraks dalam makanan hanya dalam waktu sekitar lima detik. Analisis kandungan boraks dalam makanan dilakukan dengan menusukkan tusuk gigi tersebut ke dalam makanan. Apabila makanan tersebut mengandung boraks, dapat terlihat perubahan warna menjadi warna merah pada alat tersebut. Keduanya mengakumendapat mendapat inspirasi dari maraknya isu daging yang dicampur boraks. untuk Boraks, yang sangattlah berbahaya bagi kesehatan, merupakan karena bersifat racun yangdan

dapat menyebabkan kanker hati pada pada konsumsi jangka panjang. Ironisnya, bahan ini kerap digunakan para pedagang makanan untuk mengawetkan dan meningkatkan tekstur makanan seperti mie, bakso, lontong, dan tahu agar lebih kenyal dan tahan lama. Selama ini, hasil analisis deteksi boraks dalam makanan baru dapat diperoleh dalam beberapa jam hingga hari yang tentunya tidak praktis. Tak ayal, Dayu dan Luthfia pun tergerak untuk menciptakan lahalat deteksi boraks yang mudah dibawa, mudah digunakan dinda/MA oleh siapa saja dan di mana saja, serta praktis dan murah karena tidak perlu dibawa ke laboratorium untuk untuk mengetahuidiketahui hasilnya. Tujuannya sederhana, yakni ingin membantu masyarakat agar dapat mengetahui makanan mana yang telah dicampur boraks dengan mudah. SIBODEC terbukti dapat mendeteksi kandungan boraks dengan cepat. Walaupun belum dapat mengetahui persentase kandungan boraks, Wening memastikan bahwa boraks dalam jumlah sedikit saja sudah dapat dideteksi oleh SIBODEC. S Penggodokan ide SIBODEC dimulai sejak Wening dan Adila duduk di bangku kelas X. Pada tahun 2013, mereka kemudian menemukan racikan bahan herbal SIBODEC. Pembuatan SIBODEC ini cukup mudah, yaitu cukup merendam tusuk gigi dalam racikan bahan herbal yang salah satunya berasal dari kunyit, kemudian dikeringkan, dan alat pun sudah siap dipakai. Di bawah bimbingan

guru sekolah mereka, Agus P, Wening dan Adila menyempurnakan perangkat ini selama berbulan-bulan hingga terciptalah SIBODEC. Tidak hanya itu, Balai Besar POM (Pengawas Obat dan Makanan) Semarang pun ikut membantu dalam pengujiannya dan menyatakan bahwa alat ini sangat efisien, meski masih ada yang perlu diperbaiki . Sangat disayangkan, cita-cita Wening dan Adila untuk memproduksi SIBODEC secara massal belum kesampaian, tetapi sudah ada saja oknum yang memplagiat temuan mereka untuk kemudian diperjualbelikan dalam nyasangatmasihdi lapak-lapak online. Selain kecewa karena temuannya diplagiat, kedua peneliti muda ini juga khawatir menjadi sasaran tidak menghargai karya mereka karena risme jika terdapat kesalahan dalam kandungan tusuk gigi pendeteksi boraks yang kemudian merugikan masyarakat lantaran tidak adanya koordinasi antara si pembuat dengan Wening maupun Adila. Padahal, SIBODEC sendiri masih harus disempurnakan agar hasil deteksi boraks yang dimunculkan senantiasa akurat. Saat ini, kedua penemu SIBODEC ini tengah mengupayakan hak patennya. Setelah mendapatkan hak paten SIBODEC, mereka berencana untuk segera memasarkan dalam kemasan kotak kecil berisi 35 sachet dengan harga 35 ribu rupiah saja. Harga tersebut dianggap murah karena satu sachet berisi dua tusuk gigi. Selain itu, alat ini juga bisa digunakan beberapa kali karena bagian dari tusuk gigi yang sudah dipakai untuk mendeteksi dapat dipotong dan dibuang, sementara sisanya dapat dipakai kembali. Keduanya menetapkan harga yang murah untuk alat ini agar setiap lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat SIBODEC untuk. puspalydia

SEGAR

Sepintas Canda Vaksinasi Pada suatu hari, seorang tenaga kesehatan bernama Andi melakukan penyuluhan di desa X. Dalam penyuluhan tersebut, Andi menjelaskan mengenai pentingnya vaksinasi bagi masyarakat. Setelah selesai menyuluh, tiba-tiba ia dihadang oleh salah seorang warga. Warga: “Pak, saya menentang vaksinasi. Saya tidak akan melakukan vaksinasi pada kelima anak saya.” Andi: “Waduh! Kenapa pak? Kan tadi sudah saya jelaskan bahwa vaksinasi dapat menyelamatkan nyawa, termasuk anak-anak bapak.” Warga: “Iya saya tahu. Masalahnya saya juga baru tergabung dalam program keluarga berencana. Dua anak lebih baik!”

Berita Baik dan Buruk Dokter: “Saya punya berita buruk dan berita baik untuk anda.” Pasien: ”Apa berita buruknya dok?” Dokter: “Anda menderita penyakit Alzheimer yang sangat parah.”

kartika/MA

JULI

JULI-AGUSTUS 2015

5

EBM

Efikasi dan Keamanan Obat Antipsikotik Atipikal untuk Demensia

D

emensia, penyakit dengan prevalensi global mencapai dua puluh empat juta kasus, diperkirakan akan meningkat hingga empat kali lipat pada tahun 2050. Gejala neuropsikiatri yang terdapat pada 70% pasien demensia merupakan beban yang berdampak besar bagi pasien, pelaku rawat, dan orang di sekitarnya. Pengobatan gejala neuropsikiatri dengan pemberian antipsikotik tipikal (haloperidol atau thioridazin) dengan atau tanpa intervensi psikososial dan lingkungan telah umum digunakan untuk terapi pasien demensia dalam beberapa dekade terakhir. Di sisi lain, antipsikotik atipikal (risperidon, olanzapin, quetiapin, aripiprazol, ziprasidon, dan klozapin) juga mulai digunakan secara luas, tetapi keamanan dan efikasinya untuk mengatasi gejala neuropsikiatri pada pasien demensia masih kontroversial. Dalam meta-analisis oleh Tan L, et al (2015) yang menggunakan basis data dari PubMed, EMBASE, Cochrane Controlled Trials Register, dan Cochrane Database of Systematic Review, diperoleh beberapa valuasi23 double-blind, placebo-controlled, randomized controlled trials (RCT) dengan total 5819 partisipan. Review artikel dilakukan oleh dua investigator independen. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efikasi yang signifikan antara obat antipiskotik atipikal dibandingkan plasebo untuk mengatasi gejala psikiatri pada pasien demensia. Weighted mean difference (WMD) untuk perubahan skor gejala psikiatri lebih condong pada aripiprazol (-4,4, 95% CI: -7,04 hingga -1,77) dan risperidon (-1,48, 95% CI: -2,35 hingga -0,61) dibandingkan dengan plasebo. Pasien yang mendapat antipsikotik atipikal tidak menunjukkan perbedaan risiko mengalami cedera yang signifikan secara statistik (P > 0.05), tetapi memiliki risiko lebih tinggi (P < 0.05) untuk mengalami somnolen, infeksi saluran kemih, edema kaki, dan gaya berjalan abnormal. Tidak terdapat bukti yang signifikan untuk kasus kematian yang dilaporkan. Dengan demikian, berdasarkan penelitian meta- analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa obat antipsikotik atipikal aripiprazol dan risperidon dapat memperbaiki gejala psikiatri dan menunda penurunan fungsi kongnitif, rata-rata dalam dua belas minggu, pada pasien demensia dengan gejala neuropsikiatri dengan efek samping tanpa perbedaan risiko yang bermakna untuk mengalami efek samping. awang

Pasien: “Berita baiknya? “ Dokter: “Saya dapat mengenakan Anda biaya dua kali lipat dan Anda tidak akan ingat! Hahahaha!“ Pasien: “Apa berita buruknya dok?“ Dokter: … tommy

Referensi: Tan L, Tan L, Wang HF, Wang J, Tan C, Tan MS,et al. Efficacy and safety of atypical antipsychotic drug treatment for dementia: a systematic review and meta-analysis. Alzheimers Res Ther. 2015; 7(1):20-32.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.