5 minute read

3.4 Obat Narkotika dan Dampak Penyalahgunaannya

No

Tabel 3.4 Penapisan Isu dengan Menggunakan Metode USG

Advertisement

Isu U S G Total Prioritas

1 Kurang optimalnya kelengkapan penulisan resep narkotika oleh dokter. 5 5 5 15 1

2 Kurang optimalnya pencatatan penggunaan obat narkotika pada kartu stok khusus narkotika oleh asisten apoteker.

3

4

5 Kurang sesuainya penulisan resep narkotika pada Kartu Obat Pasien dengan Lembar resep narkotika. Kurang optimalnya penggantian obat yag sudah dipakai dalam trolley emergency oleh asisten apoteker. 5 5 4 14 2

4

5 5

5 4 13

4 14 4

3

Kurang komunikasi antar asisten apoteker terhadap pasien terkait obat pulang. 4 4 4 12 5

Keterangan :

Berdasarkan skala Likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)

3.4 Obat Narkotika dan Dampak Penyalahgunaan

Menurut UU Narkotika No.35 Tahun 2009 narkotika adalah zat atau obat dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian serta pengawasan yang ketat dan seksama. Dalam undangundang ini dinyatakan bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika yang digunakan untuk kepentingan pengobatan adalah narkotika golongan II yang mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (contoh: Morfin, Petidin), dan narkotika 18

golongan III yang mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein). Sedangkan narkotika golongan I yang mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi (contoh: Heroin, Kokain, Ganja).

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nomor: HK.02.04/E013/4903/III/2017 tentang Panduan Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika, adapun kewenangan dokter penulis resep narkotika diantaranya : a. Dokter yag berwenang menulis resep narkotika adalah Dokter Penanggungjawab pelayanan (DPJP) klinis yang memiliki Surat Izin Praktek (SIP) di RSUP.Dr Hasan

Sadikin Bandung yang masih berlaku. b. Peresepan obat narkotika injeksi untuk pasien rawat inap dan tindakan. Untuk pasien rawat jalan peresepannya hanya boleh dilakukan oleh dokter Tim Nyeri di Klinik

Anestesi. c. Untuk peresepan narkotika oral pasien pulang dari Triage Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilakukan oleh dokter jaga on site.

Peresepan obat narkotika ditulis untuk pasien rawat jalan dan IGD pada lembar resep khusus narkotika, untuk pasien ruang perawatan pada Kartu Obat Pasien dan Lembar resep

Khusus Narkotika, untuk kamar operasi pada formular pemakaian obat di kamar operasi dan lembar resep khusus narkotika.

Penulisan resep obat rawat inap atau ruang tindakan ditulis di Kartu Obat Pasien dan harus dilengkapi dengan unsur-unsur penulisan resep, yaitu : a. Nama lokasi perawatan pasien (ruang perawatan / ruang tindakan), berupa cap nama ruang perawatan / tindakan. b. Identitas utama pasien (nama dan tanggal lahir pasien) (dapat dengan stiker) c. Nomor rekam medis d. Nama lengkap Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) e. Bobot badan pasien (untuk pasien anak) f. Riwayat alergi obat, diisi ya/tidak, bila ya : diisi nama obat/makanan penyebab alergi g. Keterangan hamil/menyusui (coret bisa tidak perlu) h. Diagnosa i. Nama dan nomor SIP (Surat Izin Praktek) dokter penulis resep j. Tanda tangan Dokter penulis resep k. Nama obat, kekuatan da bentuk sediaan l. Aturan pakai dan rute pemberian (contoh: po untuk per oral ) m. Tanggal mulai dan paraf dokter

n. Tanggal stop dan paraf dokter o. Jumlah kebutuhan harian obat p. Instruksi lain bisa diperlukan (contoh waktu pemberian obat : sebelum/sesudah makan) q. Peresepan cairan infus dilengkapi dengan kecepatan pemberian obat r. Untuk permintaan cairan infus dan Bahan Medis Habis Pakai pada halaman 2 Kartu

Obat Pasien. s. Untuk permintaan obat pasien pulang pada halaman 2 Kartu Obat Pasien dengan melengkapi jumlah obat yang dibutuhkan.

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nomor: HK.02.04/E013/4903/III/2017 tentang Panduan Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika, Adapun ketentuan penulisan resep narkotika : a. Sesuai ketentuan umum penulisan resep rawat jalan (seperti ketentuan penulisan psikotropika di atas), ditambah dengan yang dipersyaratkan pada pelayanan obat narkotika. b. Ditulis pada lembar Resep Khusus Narkotika bernomor seri. c. Alamat dokter dan pasien harus lengkap dituylis pada lembar resep disertai tanda tangan lengkap ditulis pada lembar resep disertai tandatangan lengkap dari dokter penulis resep. Alamat dokter adalah SMF, alamat pasien rawat jalan adalah alamat rumah, alamat pasien rawat inap/tindakan adalah nama ruang perawatan/ tindakan. d. Resep tidak boleh diulang (iter). e. Tidak boleh menggunakan signauntuk pemakaian sendiri (up). f. Instalasi farmasi RSHS hanya melayani resep asli dari dokter RSHS. g. Jumlah obat ditulis dengan angka romawi dilengkapi dengan bilangan, contoh : No. XII (dua belas). h. Untuk obat narkotika injeksi, dosis dan aturan pakai ditulis dengan lengkap dalam satuan milligram. i. Untuk obat narkotika injeksi penulisan resep dilakukan oleh dokter di depo farmasi.

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tentang Nomor : HK.O2.O3 / X.4.1.3 / I 5732 / 2019 tentang Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Adapun tatakelola obat narkotika dan psikotropika sebagai berikut: 1.Tata Kelola obat golongan narkotika dan psikotropika, dilaksanakan dengan baik, benar dan 20

aman sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku untuk mencegah risiko kehilangan obat yang berpotensi penyalahgunaan. 2.Penyiapan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara khusus dengan prosedur dan tempat terpisah denganobat-obatan lain. 3.Pelaporan obat narkotika danpriskotropika menggunakan SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Narkotika dan Psikotropika Nasional) yang dilaporkan setiap bulan dari hasl pengolahan laporan setiap depo farmasi kepada pengelola laporan narkotika dan psikotropika di Instalasi Farmasi. 4.Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di RSHS dijabarkan dalam Panduan Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropikan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sesuai dengan peraturan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika yang berlaku.

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nomor : HK.O2.O3/X.4.l.3/15732/2O19 tentang Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung : 1. Peresepan adalah proses permintaan obat tertulis, oleh dokter dan dokter gigi untuk kebutuhan seorang pasien secara individu kepada apoteker di Instalasi Farmasi. 2. Peresepan dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) / peserta pendidikan dokter spesialis I (PPDS-I), peserta pendidikan dokter spesialis konsultan (PPDS-K). 3. Peresepan harus dilakukan oleh dokter yang terdaftar dan mempunyai surat izin praktik di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung. Daftar dokter harus dimutakhiikan secara berkala oleh Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS berdasarkan data dari Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) serta dimiliki oleh setiap unit pelayanan di Instalasi Farmasi. 4. Resep yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak alan dilayani oleh depo farmasi. 5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang resmi di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung, sehingga tidak dapat disalahartikan, harus spesifik, dapat dimengerti dan lengkap untuk menghindari kesalahan interpretasi. Singkatan resmi tercantum dalam Daftar Singkatan dan Simbol di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Dari data yang diperoleh dari bagian Sistem Informasi Management (SIM) instalasi farmasi jumlah lembar resep narkotika di depo farmasi pada periode Februari – April 2021 dapat dilihat di bawah ini;

This article is from: