7 minute read

Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan

Next Article
4.2.4 Kegiatan 4

4.2.4 Kegiatan 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN ETT DI RUANG GICU A RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Advertisement

DISUSUN OLEH: REMI SUMARTA SARAGIH, S.Kep.,Ners

NIP 199003142020122006

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN II KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG 2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN ETT DI RUANG GICU A RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Pokok Bahasan : SPO perawatan ETT Sub pokok Bahasan : Perawatan ETT di ruang GICU A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Sasaran : Perawat GICU A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Hari/Tanggal : Minggu / 10 Oktober 2021 Tempat : Zoom Pemateri : Remi Sumarta Saragih, S.Kep.,Ners Moderator : Eni Tri Wahyuni, S.Kep., Ners

I. Latar Belakang

Unit Pelayanan Intensif merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terorganisir yang ditujukan untuk mengatasi kondisi kritis pasien yang menyediakan perawatan medis khusus dan perawatan intensif (Marshall et al., 2017). Pada umumnya pasien yang dirawat di Intensif Care Unit (ICU) terpasang Endotracheal Tube (intubasi) dan menggunakan Ventilasi Mekanik (Kuniavsky, Vilenchik, & Lubanetz, 2020). Walaupun sering menjadi intervensi yang penting dalam bantuan hidup, namun dalam penerapannya dapat timbul komplikasi seperti infeksi. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan infeksi yang sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik serta merupakan suatu penyakit pneumonia nosokomial yang berkembang setelah pasien menerima 48 jam pemasangan intubasi. VAP menimbulkan berbagai permasalahan bagi pasien kritis di ICU seperti perpanjangan waktu rawat dan lamanya waktu penggunaan ventilator, peningkatan biaya perawatan, serta perburukan prognosisnya (Taufiq, 2021).

Risiko komplikasi akibat tindakan intubasi ETT pada pasien kritis sebesar 54% dan 28% terjadi di ruang rawat intensif. Hal ini terjadi karena pada pasien kritis mengalami kondisi yang tidak stabil (Setiyawan, 2018). Adapun yang menjadi risiko dari pemasangan intubasi endotracheal itu sendiri adalah terjadinya luka tekan pada kulit dan mukosa oral yang disebabkan dari tekanan langsung ke mukosa mulut dan bibir dalam karena pengikatan ETT yang ketat selama periode waktu tertentu. Selain itu, cedera laring termasuk peradangan dan edema, ulserasi mukosa, granuloma, kelumpuhan pita suara, dan stenosis trakea laring adalah semua komplikasi yang terkait dengan penempatan ETT (Hyzy, 2020).

Dengan demikian untuk mencegah komplikasi tersebut diperlukan adanya perawatan ETT seperti : menggunakan teknik fiksasi yang tepat untuk menghindari cedera pada mukosa, reposisi secara teratur untuk mengurangi tekanan dan gaya gesekan yang dapat menyebabkan luka tekan, pengukuran tekanan cuff ETT dimana perubahan tekanan cuff ETT membawa dampak negatif pada pasien terpasang ventilasi mekanik, apabila tekanan cuff ETT < 25 cmH2O berisiko terjadinya air leak, aspirasi sekret, VAP, dan bila tekanan cuff ETT > 30 cmH2O berisiko terjadinya iskemia, inflamasi trakea, nekrosis, dan ulserasi (Green et al., 2016).

Berdasarkan data PPI Ruang GICU 1 A pada bulan Juli tahun 2021 jumlah hari pasien terpasang ventilator yaitu sebanyak 59 hari dan jumlah kasus infeksi rumah sakit 0%. Berdasarkan observasi lapangan saat orientasi selama 6 bulan , pelaksanaan perawatan ETT oleh perawat sudah dilakukan namun hal ini belum dilaksanakan secara optimal hal ini terlihat dari belum adanya keseragaman mengenai teknik perawatan ETT dan hal ini didukung dengan belum adanya SPO perawatan ETT dengan ventilator ataupun dengan tidak dengan ventilator di Ruang GICU A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .

II. TUJUAN 2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan perawat di ruang GICU

A mampu memahami perawatan ETT sesuai SPO

2.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

1. Menjelaskan pengertian perawatan ETT 2. Menjelaskan tujuan dari perawatan ETT 3. Menyebutkan komplikasi yang terjadi pada pemasangan ETT 4. Mengetahui pengukuran cuff pressure ETT 5. Mengetahui teknik fiksasi ETT 6. Mengetahui peralatan perawatan ETT 7. Mengetahui langkah-langkah perawatan ETT sesuai SPO

III. ISI MATERI

1. Pengertian perawatan ETT 2. Tujuan perawatan ETT 3. Risiko komplikasi yang terjadi pada pemasangan ETT 4. Pengukuran Cuff pressure ETT 5. Teknik fiksasi ETT 6. Peralatan perawatan ETT 7. Langkah-langkah perawatan ETT sesuai SPO

IV. MEDIA

1. Power Point

V. METODE

1. Ceramah 2. Tanya jawab

VI. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Kegiatan Pendidikan

Kegiatan Peserta Didik Metode Media

PRA

09.00-09.05 ✓ Menyiapkan sarana dan perlengkapan: • Laptop • Materi • Set ruangan • Link daftar hadir • Laptop • PPT

KEGIATAN PEMBUKAAN

09.05-09.10 ✓ Memberikan salam dan memperkenalkan diri ✓ Menjelaskan tujuan pembelajaran Menyimak Menjelaskan dan ceramah melalui

zoom

URAIAN MATERI

09.10-09.25

KEGIATAN PENUTUP

09.25-09.45 ✓ Menjelaskan pengertian perawatan ETT ✓ Menjelaskan tujuan perawatan

ETT ✓ Menjelaskan komplikasi yang terjadi akibat pemasangan

ETT ✓ Menjelaskan frekuensi perawatan ETT ✓ Menjelaskan teknik fiksasi dan pengukuran cuff pressure ETT ✓ Menjelaskan langkah-langkah perawatan ETT sesuai SPO Menyimak Menjelaskan dan ceramah melalui

zoom Power Point

✓ Menyimpulkan pembelajaran secara singkat ✓ Memberikan kesempatan untuk bertanya atau komentar peserta didik ✓ Melakukan evaluasi pembelajaran (pertanyaan Menyimak

Bertanya

Menjawab pertanyaan evaluasi yang disampaikan zoom

Google Form

terlampir) melalui google form ✓ Menutup pertemuan

VII. MATERI

1. Pengertian Perawatan ETT

Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang terpasang endotracheal tube.

2. Tujuan Perawatan ETT

A. Mempertahankan posisi ETT dengan benar

B. Mempertahankan fungsi ETT dengan baik

C. Memelihara hygiene pasien yang terpasang ETT

3. Risiko Komplikasi yang Terjadi pada Pemasangan ETT

Terjadinya luka tekan pada kulit dan mukosa oral yang disebabkan dari tekanan langsung ke mukosa mulut dan bibir dalam karena pengikatan ETT yang ketat selama periode waktu tertentu. Selain itu, cedera laring termasuk peradangan dan edema, ulserasi mukosa, granuloma, kelumpuhan pita suara, dan stenosis trakea laring adalah semua komplikasi yang terkait dengan penempatan ETT (Hyzy, 2020).

4. Pengukuran Cuff pressure ETT

Untuk mempertahankan posisi dan kedudukan endotracheal tube yang tepat cuff

ETT harus dikembangkan dengan tekanan yang cukup 18-22 mmHg (25-30 cmH2O), sehingga tidak menyebabkan iskemik trakhea, mikroaspirasi dan tidak menyebabkan kebocoran udara di saat ventilasi mekanik mengalihkan tekanan atau volume inspirasi ke dalam paru-paru pasien. Tekanan cuff ETT yang kurang tepat akan mengakibatkan kebocoran dan masuknya udara ke dalam lambung atau aspirasi dari lambung menuju paru-paru (Sundana, 2015). Pengembangan tekanan cuff ETT yang tidak tepat dapat menimbulkan under inflation dan over inflation. Under inflation yaitu dampak yang ditimbulkan jika

tekanan cuff ETT < 25 cmH2O seperti : air leak atau kebocoran udara yang menyebabkan tidal volume tidak maksimal, aspirasi sekret yang berada diatas cuff ETT menyebabkan terjadinya VAP, dan penyakit infeksi rumah sakit. Sedangkan over inflation dampak yang ditimbulkan jika tekanan cuff ETT > 30 cmH2O adalah suara serak, iskemik dan inflamasi trakea, nekrosis, penyakit infeksi rumah sakit serta ulserasi (Hyzy, R. (2020).

5. Teknik fiksasi ETT

ETT harus diamankan dengan menggunakan metode non-komersial atau dengan metode komersial yang dapat meminimalkan pergerakan tabung, memastikan aplikasi yang cepat dan mudah, dan menunjukkan risiko cedera yang rendah pada tubuh. Teknik non-komersial termasuk mengikat atau memperbaiki dengan menggunakan plester perekat dan pita tali, masing-masing, lebih pas untuk wajah pasien. Pengaman ETT komersial, yang didesain menggunakan metode fiksasi cepat, di sekitar belakang leher untuk stabilitas, menguntungkan karena perangkat ini meningkatkan fiksasi yang kuat, kemudahan untuk digunakan, mengurangi relokasi (Fisher et al., 2014).

6. Peralatan perawatan ETT

Peralatan Sesuai SPO 1. Catheter suction ( open / close ) 2. Normal Saline 3. Stetoskop 4. Plester 5. Gunting plester 6. Cuff Inflator Pressure Gauge 7. Kasa 8. APD sesuai indikasi ( masker + sarung tangan) 9. Pulse Oximeter 10. Handrub 11. Pengalas

7. Langkah-langkah perawatan ETT sesuai SPO

Tahapan sesuai SPO

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2. Lakukan identifikasi pasien 3. Kaji kebutuhan pasien akan perawatan ETT: posisi ETT, fiksasi ETT, dan kebersihan sekitar ETT 4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan 5. Persiapan alat: catheter suction ( open / close ), pengalas, normal saline, stetoskop, plester, kasa, gunting plester, cuff inflator pressure gauge, APD sesuai indikasi ( masker + sarung tangan), pulse oximeter, handrub 6. Dekatkan alat-alat ke pasien 7. Jaga privacy pasien dengan menutup sampiran 8. Lakukan cuci tangan 9. Atur posisi pasien 10. Kaji tanda-tanda vital pasien 11. Pasang pengalas di atas dada pasien 12. Lakukan pengecekan pernapasan klien untuk mengetahui perlunya dilakukan penghisapan lendir terlebih dahulu atau tidak. Lakukan suctioning lewat ETT dan mulut sesuai SPO

13. Lepaskan fiksasi ETT secara perlahan menggunakan kasa lembab, bersihkan area sekitar bibir dan mulut dan keringkan 14. Lakukan reposisi ETT bila diperlukan 15. Cek kedalaman ETT dengan melakukan inspeksi pengembangan dinding dada dan auskultasi di kedua lapang paru atau menggunakan riwayat kedalaman ETT sebelumnya 16. Perlksa cuff ETT dan petahankan tekanan cuff ETT 25-30 cmH2O dengan Cuff lnflator pressure gauge 17. Lakukan fiksasi ETT secara tepat dan kuat 18. Recek patensi kedalaman ETT 19. Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan 20. Rapikan alat dan atur posisi pasien 21. Lakukan cuci tangan 22. Lakukan dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan

VIII. PENUTUP

1. Evaluasi Isi Seluruh materi tersampaikan kepada peserta 2. Evaluasi Proses a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rundown 3. Evaluasi Hasil Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan teknik evaluasi hasil yang digunakan adalah dengan menjawab pertanyaan dari google form.

This article is from: