4 minute read

3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu

Next Article
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil penapisan tersebut didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu:

1. Belum optimalnya edukasi pencegahan healthcare associated infections (HAIs) bagi pasien dan keluarga di Ruang Fresia lantai 3 2. Belum optimalnya pelaksanaan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di Ruang Fresia Lantai 3

Advertisement

Sehingga dari hasil tersebut Peserta mengangkat isu “Belum optimalnya edukasi pencegahan healthcare associated infections (HAIs) bagi pasien dan keluarga di Ruang Fresia Lantai 3 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung” untuk dijadikan topik dalam laporan aktualisasi.

3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu

Rumah sakit adalah tempat bagi pasien untuk mencari kesembuhan, namun bisa juga dapat menjadi sumber infeksi bagi pasien. Rumah sakit mempunyai resiko tinggi sebagai tempat penyebaran infeksi karena tingginya populasi mikroorganisme.

Mikroorganisme tersebut dapat berkembang dan hidup di lingkungan rumah sakit seperti di lantai, udara, air, peralatan medis dan non medis, perabotan rumah sakit, bahkan bisa bersumber dari makanan yang ada (Abubakar & Nilamsari, 2017). Salah satu infeksi yang ada di rumah sakit diantaranya Healthcare-Associated Infections

HAIs. HAIs yang dapat terjadi di rumah sakit antara lain Infeksi Saluran Kemih (ISK),

Infeksi daerah operasi (IDO), Hospital Acquired Pneumonia (HAP), Ventilatorassociated pneumonia (VAP) serta infeksi aliran darah primer (IADP). Healthcare-Associated Infections (HAIs) merupakan infeksi yang ada baik dirumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lain yang tidak hanya terjadi pada pasien melainkan dapat terjadi pada pengunjung maupun petugas kesehatan. HAIs menjadi persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Selain itu HAIs juga dapat menyebabkan pasien dirawat lebih lama. HAIs sangat rentan terjadi pada pasien yang tinggal lama di rumah sakit, pasien dengan keadaan defisiensi imun (immunocompromised), operasi invasif dan manajemen luka rumah (Percival dkk, 2015). HAIs pada pasien dapat terjadi dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk di fasilitas kesehatan, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit. Data terkini menurut Kurniawati dkk (2015) prevalensi kejadian HAIs di dunia mencapai 9% atau terdapat 1,40 juta pasien. Data yang diperoleh WHO terdapat 8,7% dari 55 rumah sakit di 14 negara yang diantaranya berasal dari Eropa, Asia

Tenggara, Timur Tengah, dan Pasifik menunjukkan adanya HAIs. Prevalensi HAIs

terbanyak ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur sekitar 11,8% dan 10% (Kurniawati dkk, 2015). Data terbaru menurut WHO (2016) setidaknya terdapat 15% kejadian HAIs terjadi pada pasien yang sedang rawat inap dan menjadi faktor penyebab 4-56% kematian neonatus di Subsahara Afrika dan Asia Tenggara dengan tingkat kejadian sebesar 75%. Sedangkan, kejadian HAIs di Indonesia yang terjadi mencapai 15,74% jauh diatas negara maju yang berkisar antara 4,8% 15,5% (Sapardi dkk, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Indonesia angka kejadian HAIs di rumah sakit masih sangat tinggi bahkan jauh diatas negara maju.

Angka Kejadian HAIs di RSUP Dr Hasan Sadikin berdasarkan data dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) didapatkan bahwa pada tahun 2020 kejadian HAIs di RSUP Dr. Hasan Sadikin diantaranya Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebanyak 6 kasus (0,26%), Infeksi daerah operasi (IDO) sebanyak 18 kasus (1,42%), Hospital Acquired Pneumonia (HAP) sebanyak 24 kasus (0,17%), serta Ventilator-associated pneumonia (VAP) sebanyak 3 kasus (0,55%). Sedangkan di ruang fresia kejadian HAIs pada tahun 2020 terdapat 15 kasus dan pada tahun 2021 terdapat 6 kasus. Angka kejadian HAIs di ruang fresia ini seluruhnya adalah kasus Hospital Acquired Pneumonia (HAP), hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 kejadian HAIs untuk HAP di ruang Fresia merupakan 62,5% dari keseluruhan kasus HAP yang terjadi di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

Tindakan pencegahan HAIs adalah kewajiban semua orang yang berada di lingkungan rumah sakit, termasuk pasien dan keluarganya yang sedang berada di lingkungan rumah sakit. Menurut Ta’adi dkk (2019) perilaku dan sikap keluarga pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit berpengaruh besar terhadap timbulnya HAIs. Hal ini terjadi karena keluarga adalah orang terdekat yang turut membantu perawatan selama pasien dirawat. Sehingga diperlukan edukasi yang optimal dari perawat kepada pasien dan keluarganya terkait dengan Tindakan pencegahan HAIs. Peran yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarganya dalam upaya pencegahan HAIs diantaranya hand hygiene, pemakaian masker, etika batuk, pemilihan sampah, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Berdasarkan hasil observasi selama bulan Juni-Agustus 2021 di ruang Fresia lantai 3 RSUP Dr. Hasan Sadikinditemukanmasih banyak pasien dan keluarganyayang belum menerapkan beberapa Tindakan pencegahan HAIs di rumah sakit diantaranya; belum menerapkan cara cuci tangan, memakai masker, pemilahan sampah, mempraktikkan etika batuk/bersin dengan benar, serta menjaga

kebersihan lingkungan perawatan pasien. Selain itu berdasarkan survey pada tanggal 24 Agustus 2021 ada sebanyak 3 pasien LOS lebih dari 7 hari. Sedangkan edukasi pencegahan HAIs kepada pasien dan keluarga sudah dilakukan namun kurang optimal. Hal ini dapat dilihat dalam lembar edukasi pasien yang menunjukkan kurang lengkapnya edukasi dalam pencegahan HAIs. Selain itu media yang ada berupa leaflet juga kurang lengkap. Hal ini menjadi kendala dalam pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga.

Apabila pencegahan terhadap HAIs kurang optimal, maka HAIs akan terus berkembang. Perilaku pencegahan HAIs oleh keluarga menjadi penting karena kontak langsung dengan penderita dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang melalui perpindahan mikroorganisme (Marfu’ah & Sofiana, 2018). Keluarga dapat melakukan kontak dengan lingkungan luar rumah sakit yang sebelumnya sudah terkontaminasi, dari situlah akan terjadi transmisi organisme dan dapat meningkatkan resiko infeksi (Meida, 2016). Kejadian HAIs di rumah sakit dapat semakin memperpanjang perawatan sehingga dapat meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, dan dapat mengakibatkan angka kejadian mortalitas meningkat (Satiti dkk, 2017). Walaupun di RSUP Dr Hasan Sadikin telah menyediakan sarana untuk pencegahan HAIs seperti adanya wastafel ataupun handrub di setiap ruangan, namun pelaksanaannya belum diterapkan secara optimal. Hal ini akan menjadi faktor penyebab tidak tercapainya hak pasien terutama dalam mendapatkan keselamatan serta keamanan bagi dirinya yang diatur dalam UU Nomor 44 tahun 2009 pasal 32 (Mumpuningtias dkk, 2017). Berdasarkan dampak isu tersebut, maka proses selanjutnya dilakukan analisis penyebab dari isu dengan menggunakan metode analisis fish bone.

This article is from: