16738385-Fakta-Dan-Data-Pendukung-Provinsi-Timor-Barat

Page 1

Free Market Idea DATA, FAKTA & POTENSI TIMOR BARAT LAYAK JADI PROVINSI BARU “Go West Timor for New Province”

I. Rencana Wilayah Wilayah cikal bakal Provinsi Timor Barat direncanakan meliputi : 1. Meliputi Ex. Wilayah Afdelingen Timor en Eilanden yang berdasarkan Zelfbestuurs regeling Pemerintah Belanda Tahun. 1938 yaitu : pulau Timor (barat), Pulau Rote, Pulau Sabu, Kepulauan Pulau Alor dan Pantar. Dengan total luas daratan sebesar 19.265.00 km2. dengan perincian pulau Timor (barat) seluas :14.394.90 km2, Pulau Rote : 1.214,30 km2, Sabu : 421,70 km2, Alor : 2.073,40 km2, Pantar : 711,80 km2 2. Jumlah Kabupaten/Kota sebagai pendiri provinsi baru ini diproyeksikan sekitar 14-16 kabupaten kota yang terdiri atas 7 Kabupaten/Kota defenitif dan 7 kabupaten pemekaran, dengan jumlah 138 kecamatan, 1033 buah desa dan 153 kelurahan. Luas masing masing kabupaten adalah sebagai berikut : Kab.Kupang : 5.898,26 km2, Kab.TTS : 3.947,00 km2, Kab.TTU : 2.669,60 km2, Kab.Belu : 2.445,57 km2, Kab.Alor : 2.864,60 km2, Kota Kupang : 160,34 km2 dan Kab.RoteNdao : 1.280,00 km2.( Sumber : Buku Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2007, BPS Prov. NTT & Brosur No. 30 Tahun 1979 - Dit. Agraria Prop. Dati I NTT) 3. Kabupaten/Kota defenitif adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS, Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, ( dibentuk pada Desember 1958 ) Kota Kupang dibentuk pada 1996 dan Kabupaten RoteNdao ( dibentuk pada 2003 ) 4. Kabupaten pemekaran diproyeksikan terdiri dari Kabupaten SabuRaijua/proses defenitif, Kabupaten Amarasi-Amabi, Kabupaten Amfoang ( dari Kabupaten Kupang ) Kabupaten Mollo dan Kabupaten Amnatun ( dari Kabupaten TTS ) Kabupaten Malaka/proses defenitif ( dari Kabupaten Belu ) serta Kabupaten Pantai Utara ( dari sebagian wilayah Kab Belu & wilayah Kab TTU/Biboki) 5. Rencana Ibukota Provinsi Timor Barat juga ada beberapa alternatif yaitu : a. Kupang. Dari sisi kesiapan dan infrastruktur kota ini paling siap, karena sebelumnya merupakan ibukota dari Provinsi NTT, ibukota Kota Kupang dan juga ibukota Kabupaten Kupang. b. Atambua. Dari sisi kesiapan infrastruktur kota ini juga sangat siap menjadi ibukota Provinsi Timor Barat, karena statusnya kini adalah ibukota Kabupaten Belu dan berbatasan langsung dengan wilayah Daratan Negara Timor Leste dan didukung prasarana yang cukup memadai. Tujuh Kabupaten/Kota defenitif yaitu : ■ Kota. Kupang, dengan ibukotanya Kupang ■ Kab. Kupang, dengan ibukotanya Kupang/Oesao ■ Kab. TTS, ibukotanya Soe ■ Kab. TTU, ibukotanya Kefamenanu ■ Kab. Belu, dengan ibukotanya Atambua ■ Kab. Alor dengan ibukotanya Kalabahi ■ Kab. RoteNdao, dengan ibukotanya Ba,a


Tujuh Kabupaten Rencana Pemekaran yaitu : □ Kab.Sabu Raijua dengan ibukota Pantai Baru □ Kab.Amrasi-Amabi dengan ibukota Buraen/dari Kab Kupang □ Kabupaten Amfoang dengan ibukota Oepoli/dari Kab Kupang □ Kabupaten Mollo dengan Ibukota Batu Putih/Kapan/ dari Kab.TTS □ Kabupaten Amnatun dengan ibukota Oinlasi/ Kolbano/dari Kab.TTS □ Kabupaten Malaka dengan ibukota Besikama/Betun/ dari Kab Belu □ Kabupaten Pantai Utara dengan ibukota Tanjung Bastian/Ponu (Penggabungan sebagian wilayah kab.Belu dan sebagian dari Kab TTU)

II. Jumlah Penduduk 1. Total jumlah penduduk dari 7 Kabupaten definitif penggagas/pendiri Provinsi Timor Barat sesuai data statistik provinsi NTT tahun 2007 Sebesar :2.068.084 jiwa. 2. Penyebaran penduduk bila dihitung berdasarkan penduduk per Kota/Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Kota Kupang.data th 2007: 286.299. jiwa. b. Kab. Kupang.data th. 2007 : 373.633. jiwa. c. Kabupaten TTS.data th. 2007: 415.660 jiwa. d. Kabupaten TTU data 2007 : 211.616 jiwa. e. Kabupaten Belu,data th. 2007 : 418.004 jiwa. f. Kabupaten Alor,data 2007 : 178.964 jiwa. g. Kabupaten RoteNdao th. 2007 : 112.153 jiwa. (Bandingkan dengan Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten di seluruh NTT, Tahun 2006, dibawah ini ) Jumlah No Kabupaten Luas Daerah Kepadatan Penduduk Penduduk 1

Sumba Barat

409.851

4.051,92

101,15

2

Sumba Timur

217.454

7.000,50

31,06

3

Kupang

362.790

5.898,26

61,51

4

TTS

412.353

3.947,00

104,47

5

TTU

209.037

2.669,66

78,30

6

Belu

394.810

2.445,57

161,44

7

Alor

177.009

2.864,60

61,79

8

Lembata

102.344

1.266,38

80,82

9

Flotim

225.268

1.812,85

124,26

10

Sikka

275.936

1.731,92

159,32

11

Ende

237.555

2.046,62

116,07

12

Ngada

250.305

3.037,88

82,39

13

Manggarai

495.136

4.188,90

118,20

14

RoteNdao

110.617

1.280,00

86,42

15

Manggarai Barat

195.532

2.947,50

66,34

16

Kota Kupang

279.124

160,34

1.740,83

4.355.121

47.349,90

91,98

NTT

Sumber : Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2006, BPS Prov. NTT


III. Infrastruktur/Sarana & Prasarana : Cikal bakal Provinsi Timor Barat ditinjau dari kesiapan infrastruktur dasar, khususnya sarana dan prasarana wilayah darat,laut dan udara, sangat memadai dengan apa yang sudah ada dan bila terwujud pemakaran provinsi ini, maka akan semakin mempercepat pembangunan infrastuktur di kawasan perbatasan negara Indonesia dengan Timor Leste dengan gambaran sebagai berikut : 1. Bandar Udara di pulau Timor ( barat ) terdapat dua yaitu : Bandara Eltari di Kupang jenis kelas I dengan elevasi 102 dan run way sepanjang 2500 meter dan lebar 450 meter, dan dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 dengan frekwensi penerbangan setiap hari Kupang Jawa Bali dan beberapa pulau di NTT dan Indonesia Timur yang dilayani oleh sekitar 8 Maskapai. Lainnya Bandar udara perintis diantaranya di Haliwen- Atambua di Kab.Belu,dengan elevasi 437 dan runway 900 meter kali 23 meter, juga di Alor yaitu Bandar udara Mali dengan elevasi 397 dan runway 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati pesawat jenis Casa setiap hari dari Kupang. Di Rote juga terdapat juga Bandar udara perintis kelas V Lekunik dengan elevasi 160 dan run way 900 meter kali 23 meter, yang dapat didarati juga oleh jenis Casa. Sama juga di Sabu yakni Bandar udara perintis Terdamu, dengan elevasi 14 dan run way 900 meter kali 23 meter. Bahkan pada dekade pada awal 60-an Misi Katolik di Atambua,dengan dimotori oleh bruder bruder dari Jerman ingin membuat pesawat sendiri di Nenuk, dan juga penyiapan bandaranya. Hingga era-80-an body pesawat dan mesin rancang struktur pesawat pesawat tersebut masih kelihatan di Nenuk Atambua, dan lokasi rencana bandara akhirnya dijadikan lokasi STM Nenuk sekarang. Konon, tidak mendapat ijin dari pemrintah pusat ? Artinya sudah ada planning yang tepat dari pihak swasta akan moda transportasi yang cocok untuk wilayah ini pada saat itu. 2. Moda transportasi laut di Timor dan pulau pluanya dilayani oleh 6 Kapal Ferry penyebarangan yaitu : Rokatenda, Ile Ape, Lle Mandiri, Balibo, Uma Kalada dan Pulau Sabu yang dikelola oleh perusahaan daerah Flobamora dan ASDP.Di Alor ada dua yaitu :Inerie dan Nanpamor.Untuk Jenis Kapal Cepat Ro ro ada dua yangmenghubungkan Kupang-Flores dan Surabaya yaitu :Kirana & Titian Nusantara. Sedangkan kapal kapal Pelni yang berjadwal tetap melayani route Luar NTT Kupang ada 7 armada yaitu Kapal :Dobonsolo, Kelimutu, Tatamailau,Sirimau,Willis,Awu dan beberapa pelayaran perintis oleh PD Flobamora yaitu :Nemberala dan Nangalala. Adapun jaringan pelayaran berjadwal tetap yang menghubungkan Timor dengan daerah lain di Indonesia dilakukn oleh Kapal kapal Pelni, sedangkan yeng menghubungkan timor dengan pulau pulaunya serta wilayh NTT adalah yang dikelola oleh swasta dan perusahaan Daerah.Pelabuhan Laut yang terbesar adalah Tenau Kupang berupa pelabuhan samudera, dan di pulau Timor terdapat beberapa pelabuhan yaitu, di Kabupaten Kupang, terdapat pelabuhan ferry BolokI & II, yang menghubungkan Kupang dengan pulau pulau lain di NTT, dan Atapupu di Belu, serta dermaga Kalabahi di Alor. Sedangkan untuk pelabuhan kecil untuk nelayan/ferry untuk transportasi barang terdapat pelabuhan Sulamu, Naikliu, Hansisi di Pulau Semau, Raijua di Sabu, Pantai Baru di Rote, Wini Di Kabupaten TTU, TabloLong di pantai selatan Kupang. 3. Seluruh wilayah pulau Timor (barat) hampir seluruh kota kabupaten dan Kecamatan relatif dapat dijangkau melalui transportasi darat kendaraan roda empat yang dihubungkan oleh jaringan jalan darat ( jalan negara.provinsi, dan kabupaten) Total panjang jalan negara di NTT adalah :1.273 Km.Dari


ruas jalan negara tersebut sepanjang 305.35 Km, berada di Timor Barat dengan perincian : Kab.Kupang sepanjang 65.10 Km, Kab.TTS sepanjang :88.35 Km, Kab.TTU sepanjang :78.90 Km dan Kab.Belu sepanjang : 73.00 Km. Sedangkan Kota Kupang, Kab Alor dan Kab. Rote Ndao tidak tersedia datanya. Dari sisi jalan yang sudah beraspal Kab Kupang sepanjang :675.97 Km, TTS sepanjang :627.74 Km, TTU sepanjang: 348.98 Km, Belu sepanjang :494.88 Km, Alor sepanjang :412.20 Km, Kota Kupang sepanjang : 634.97 Km, dan Rotendao belum ada datanya.Total jalan beraspal di Timor Barat dan pulau pulaunya sepanjang :3.194.74 Km yang menghubungkan Kota kota Kabupaten dengan Kecamatan dan desa. 4. Apabila provinsi Timor Barat dapat diwujudkan maka pembangunan sarana infrastruktur jalan di wilayah ini akan diproyeksikan untuk membuka daerah daerah terisolir dan mempercepat terintegrasinya jaringan jalan darat di Timor barat dengan poros utama Trans Timor Raya yang menghubungkan Kupang sampai ke Dilli ( Timor Leste ) dengan dua poros tambahan sebagai berikut : a. Trans Timor Raya. Merupakan jalan peninggalan Belanda, yang kemudian pada sekitar tahun 1975- 1980 dalam rangka integrasi Timor Portugis mulai dibangun dan diaspal dari Kota Kupang di Timor Barat sampai dengan Motaain di Belu perbatasan dengan Timor Timur, dan setelah integrasi dilanjutkan hingga ke Dilli Timor Leste dengan melalui Kota Soe, ibukota Kab.TTS, Kota Kefamenanu ibukota Kab.TTU, Kota Atambua ibukota Kab.Belu, dengan panjang sekitar 300 km. Kemudian ada juga jalan Negara sekitar 20 km dari Kefamenanu sampai dengan Napan/Oelfaub perbatasan dengan District Oecussie. Kondisi jalan kedua jalan negara tersebut cukup baik dan selalu terawat. b. Trans Timor Raya bagian selatan berupa jalan provinsi dan jalan kabupaten yang sudah dirintis sejak tahun 80-an dan kini sementara ditingkatkan untuk menjadi salah satu akses utama jalur selatan pulau Timor, dimulai dari Batu Putih (kabupaten TTS, melingkar diselatan menyusuri pantai Bena/Kolbano, Bokong dan Oinlasi - Putain (Kab.TTS) dan seterusnya melewati Kotafoun,Weo,Besikama dan berujung di Betun (Kab.Belu) yang berbatasan dengan District Suai/Covalima Timor Leste. Beberapa titik dari jalur ini masih adalah jalan kabupaten berupa jalan tanah yang diperkeras. c. Trans Timor Raya bagian Utara juga merupakan jalan provinsi /Kabupaten dimulai dari Kupang melalui Sulamu, hingga ke Oepoli/Amfoang yang berbatasan dengan District Oecussie (Timor leste) yang selama ini dilaksanakan oleh Pemda Kab Kupang untuk kemudian menyambung ke Miomaffo Barat, Eban, Noetoko, Nilulat, dan jalan negara Napan, kemudian Bitefa Bakitolas , Wini ( TTU) perbatasan dg District Oecussi-Timor Leste, dan selanjutnya menyambung ke jalan negara pantai Utara TTU, hingga ke jalan negara tran Timor di Atapupu ( Kab Belu.perbatasan dengan Timor Leste). Beberapa titik dari jaringan jalan ini sudah teraspal dan terawatt baik. 5. Di Kabupaten Alor, Rote dan Sabu juga terdapat beberapa ruas, jalan provinsi dan Kabupaten yang menghubungkan kota kabupaten dengan beberapa kota kecamatan. kesiapan infrastruktur dasar ketiga matra tersebut, hanya 6. Dari membutuhkan peningkatan fisik, dan management operasional, serta fokus pada matra laut, seperti penambahan sarana dan prasaran pelabuhan laut,


bobot dan kapasitas angkut ferry/kapal penyeberangan baik anta pulau maupun luar pulau dengan wilayah provinsi sekitar seperti pulau pulu di NTT,NTB dan Bali serta Maluku, dan Sulawesi selatan, serta negara tentanga Timor Leste. Sebagai perbandingan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Panjang Jalan Menurut Permukaan di seluruh Kab di NTT : No.

Kab/ Kota

Aspal/ Km

Kerikil/ KM

Tanah/ Km

Lainnya/ KM

1

Kupang

675.97

905.30

408.30

0.00

2

TTS

627.74

363.50

533.80

273.97

3

TTU

348.98

461.17

251.89

11.23

4

Belu

494.88

225.35

199.30

0.00

5

Alor

412.20

81.35

780.34

0.00

6

Lembata

167.05

146.20

109.70

0.00

7

Flores Timur

491.80

185.88

141.00

0.00

8

Sikka

535.74

118.62

328.12

127.11

9

Ende

617.67

69.35

340.74

48.00

10

Ngada

658.67

243.80

506.95

0.00

11

Manggarai

946.00

532.95

844.67

0.00

12

Manggarai Barat

-

-

-

-

13

Sumba Barat

738.24

116.68

332.90

0.00

14

Sumba Timur

660.42

508.20

408.30

0.00

15

Rote Ndao

-

-

-

-

16

Kota Kupang

634.97

116.68

332.90

0.00

Panjang Jalan Menurut Status Jalan :

No. Kab/ Kota

NEGARA

PROVINSI

KABUPATEN

1

Kupang

65.10

545.82

1.169.00

2

TTS

88.35

241.09

1.469.19

3

TTU

78.90

213.27

781.50

4

Belu

73.00

169.60

676.93

5

Alor

0.00

170.00

1.104.53

6

Lembata

0.00

52.45

370.50

7

Flores Timur

66.90

172.90

578.88

8

Sikka

121.13

112.61

748.74


9

Ende

131.10

964.63

828.50

10

Ngada

127.42

570.25

768.75

11

Manggarai

22.60

431.50

1.669.52

12

Manggarai Barat

-

-

-

13

Sumba Barat

11.60

207.04

869.18

14

Sumba Timur

67.90

407.62

1.101.40

15

Rote Ndao

-

-

-

16

Kota Kupang

0.00

666.14

0.00

7. Kelistrikan. Memang harus diakui bahwa persoalan kelistrikan di cikal bakal provinsi baru ini agak krusial, karena PLN setempat masih mengandalkan PLTD (Diesel) yang menggunakan BBM Solar. Akan lebih effisien apabila PLN mulai melakukan terobosan untuk PLTU dengan batubara/gas. Dan sempat terbetik berita bahwa sementara lagi diteliti untuk dikembangkan PLT Angin di Daerah Timor Tengah Selatan. Dengan daya listrik yang sangat minim, akibatnya tidak ada peningkatan proses produksi/indutri di Timor Barat, seperti pabrik pabrik, Industri menengah-kecil dan home industri lainnya, karena pasokan listrik sangat kecil dayanya dan tidak mencukupi. 8. Telekomunikasi, dewasa ini sangat baik bahkan hamper seluruh daerah terpencil sudah dapat dijangkau dengan mobile phone melalui program Rural communication Development.

IV. Pengadaan Sumber Daya Air Baku. Persoalan pengadaan dan pengelolaan sumber daya air baku, menjadi masalah pelik dan serius bukan hanya untuk cikal bakal provinsi ini, tetapi hampir menyeluruh diseluruh wilayah Nusa Tenggara akibat faktor alam yang beriklim kering. Namun bukan berarti tidak ada solusi.Adapun solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan ini ada beberapa program yang dapat diterapkan seperti : 1. Pembuatan bendungan raksasa dan cekdam. Di Timor barat ada beberapa sungai besar dan sungai kecil yang pada musim hujan airnya meluap dan pada musim kering airnya menyusut bahkan kering sama sekali. Untuk itu pembuatan bendungan raksasa di hulu/DAS sungai sungai besar, merupakan alternatif dan solusi yang tepat.Sedangkan untuk kali kali sedang dan kecil dapat dibuatkan bendungan biasa/cekdam. Beberapa sungai besar/kecil di Kab Kupang yang dapat dipilih untuk dibuatkan sebuah Bendungan raksasa seperti Tilong. Sebagai contoh Sungai Noilmina di Kab Kupang & TTS, dapat dibuatkan bendungan raksasa. Begitu juga hulu/DAS sungai Benenain di Kabupaten TTS dan TTU juga dapat dibuatkan bendungan raksasa. Dipantai Utara TTU dapat dibuatkan bendungan raksasa di Mena. Di Kabupaten Belu dapat dibuatkan bendungan di sekitar kawasan gunung Lakaan. Memang biayanya sangat besar, tapi bila untuk kemajuan masyarakat dan daerah mengapa tidak. Karena dengan adanya persediaan air yang baik akan mendorong segala usaha dapat


berkembang. Kenapa di Jawa banyak dibangun bendungan raksasa meskipun relatif kelimpahan air, sedangkan di Timor yang untuk minum saja susah harus mengemis ngemis kepada LSM internasional dan misi hanya untuk membangun embung embung kecil yang hilang saat musim hujan ? Sebagai bangsa harusnya malu, bahwa masih ada warganya yang mati bukan karena kelaparan tapi karena ktiadaan air minum, sesuatu hal yang dijaman manusia purba tidak pernah terjadi. Kog bisa terjadi dijaman modern sekarang ini. 2. Langkah ini jauh sebelumnya yakni pada tahun 1960-70-an oleh misi Katolik di Timor sudah direncanakan untuk membuat sebuah bendungan raksasa di Fatumtasa Kec.Insana Utara, guna membendung sungai dari Manamas dan dari Jak, yang bila terealisir akan dapat mengairi persawahan seluruh dataran rendah Sekon di Insana, Maubesi ,pantai utara di Biboki, Maurisu di Miomaffo Timur dan bahkan sampai dengan Noemuti serta menjadi pembangkit tenaga listrik yang cukup besar untuk wilayah Kab TTU,Belu dan sebagian wilayah TTS. Hal ini sudah dilakukan dengan pemasangan alat pengukur debit air di sungai Fatumtasa. Artinya apa ? Bahwa pihak swasta yang notabene adalah orang orang bule, sudah memiliki jangkauan pemikiran jauh kedepan dan planing yang sangat future dan sangat jelas berorientasi kepada kemaslahatan dan kesejahteraan umat, bukan yang bersifat proyek. 3. Usaha ini sudah dilakukan di Kupang dengan Bendungan Tilong, di TTU ada bendungan Oenopu dan beberapa kabupaten, namun ukurannya masih sangat kecil dan managemen perawatannya sangat minim.Bahkan dewasa ini hampir seluruh pemda berlomba lomba untuk membangun embung embung kecil yang esensinya bukan untuk mengatasi masalah air minum tetapi untuk menghabiskan anggaran saja proyek. Karena embung embung kecil ini hanya berupa onggokan tanah yang membentung saluran saluran kali kecil yang bila musim hujan dengan adanya banjir lantas menghayutkan seluruh onggokan tanah dan pada musim kemarau embungnya sudah tidak berbekas lagi, apalagi yang diharapkan untuk menampung air. 4. Krisis pengadaan air baku di Timor Barat sedikit banyaknya disebabkan oleh pola bertani dengan sistem tebas bakar. Hal ini berakibat fatal dimana setiap musim tanam akan mengakibatkan dua wilayah gundul yakni lahan yang ditanam serta lahan yang pohon pohonnya dipotong untuk menjadi pagar. Karena itu, harus ditegakan aturan dan tidak boleh kompromi soal hutan lindung di kawasan kawasan pegunungan untuk penyerapan air tanah, serta larangan memanffatkan bantaran kali, sungai, situ, danau menjadi lahan pertanian. Misalnya kawasan Mutis,di TTS dan TTU, Kawasan Fatuleu, Timau di Kupang, Kawasan Kolbano di TTS, kawasan Sonmahole di TTU dan Belu, Kawasan Lakaan dan Kateri di Belu, begitupun di Alor, Rote dan Sabu, yang akan menjadi sumber utama penyediaan air baku.

V. Potensi Ekonomi 1. Potensi Peternakan ( Primer): Sejarah telah menunjukkan bahwa Timor Barat merupakan daerah yang cocok unntuk pengembangan ternak besar (Sapi, Kerbau, dan Kuda ) khususnya Sapi Bali, yang didatangkan pertama kali oleh pemerintahan Belanda dari Bali ke Timor sekitar awal abad 19 yang cocok dan berkemmbang pesat Timor sehingga dikenal dengan nama Sapi Bali Asli Timor. Karena itu provinsi baru ini akan menjadikan sektor peternakan khususnya sapi bali sebagai sektor utama, paling tidak mengembalikan posisi Timor barat sebagai gudang ternak sapi bali untuk tingkat nasional.


Lahan dan kondisi geografis yang masih cukup tersedia di Kabupaten Kabupaten Kupang.TTS,TTU,Belu & Rote serta daya tahan dan adaptasi sapi Bali yang cukup tinggi, sangat berpotensi untuk dikembangan di Timor Barat, apa lagi hamper seluruh rumah tangga memiliki pemahaman dan pengalaman pemeliharaan jenis ternak ini, meski masih sangat konvensional. Beberapa decade lalu, Timor Barat sangat terkenal sebagai gudang ternak Sapi Bali ( potong dan bibit ) untuk pemasok daging tingkat nasional, yang kini dikembangkan di sumatera dan Sulawesi. Bahkan era 70-80-an Sapi Bali Asli Timor dapat dieksport hingga ke Hongkong, Makao, Taiwan dan RRC. Juga jauh sebelum ada industri makanan di tingkat nasional, di Kupang telah dirintis pendirian pabrik swasta daging sapi “Icaf” Oleh H.Nisnoni raja Kupang pada awal pendirian propinsi NTT hingga akhirnya bangkrut pada awal tahun 70-an. Pada era ini pula di Ponu/Kab TTU, sebuah perusahaan PMA dari Australia telah mendirikan peternakan Sapi diatas lahan ribuan hektar dan sangat bekembang pesat. Baru pada tahun 1975-1977, ketika pergolaakan untuk integrasi Timor Portugis ke Indonesia, akhirnya bubar dan tidak terurus.Sampai sekarang masih terlihat sapi sapi blasteran kawin silang sapi Australi dengan Sapi Bali Timor di sepanjang jalan pantai utara Wini-Atapupu peninggalan ranhce Australi tersebut. Artinya wilayah ini cocok dan sangat berpotensi untuk pengembangan sapi Bali Timor, yang bila dikelola secara baik, modern, dan melibatkan modal/invetasi maka akan menjadi andalan utama perekonomian provinsi baru ini. Hal ini sudah dibuktikan oleh perusahaan dari Australia, jadi bukan angan angan. Herannya, mengapa pemerintah daerah tidak pernah mau menjalankan program program ini, tetapi mengeluh terus ke Jakarta minta anggaran dengan alasan daerah miskin.Artinya selama ini ada yang salah urus dengan Timor Barat, dengan motivasi untuk melanggengkan kemiskinan demi tujuan politis oleh segelintir “belanda hitam” di NTT.Coba lihat betapa potensi ternak yang dimiliki oleh wilayah Timor Barat sebagaimana data dibawah ini : POPULASI TERNAK BESAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No

Kabupaten / Kota

Sapi

Kerbau

Kuda

1

Kab. Kupang

139.081

7.279

12.261

2

Kab.Timor Tengah Selatan

121.325

529

4.878

3

Kab.Timor Tengah Utara

59.417

736

2.348

4

Kab. Belu

96.374

2.602

3.839

5

Kab. Alor

1.295

13

148

6

Kab. Rote Ndao

14.795

10.497

4.404

7

Kota Kupang

3.447

34

53

Jumlah

No

434.439 21.690 POPULASI TERNAK KECIL DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

Kabupaten / Kota

24.092

Babi

Kambing

Domba

3.

Kupang

102.574

81.909

30.985

4.

Timor Tengah Selatan

263.781

36.197

-

5.

Timor Tengah Utara

62.520

16.757

36

6.

Belu

99.075

12.520

26


7.

Alor

65.382

26.557

6

14.

Rote Ndao

61.930

31.965

20.128

16.

Kota Kupang

22.028

4.207

36

677.290

210.112

51.211

Jumlah

2. Pertanian & Perkebunan ( Primer ) Potensi lain yang juga dimiliki oleh wilayah ini disektor pertanian adalah jagung, singkong, palawija dan agroindustri seperti sayur mayur dan buah buahan. Jagung, singkong serta kacang kacangan akan menjadi pilihan prioritas utama kedua untuk sektor primer guna mendukung peternakan. Karena jagung merupakan salah satu makan utama penduduk. Dengan pilihan prioritas utama adalah ternak sapi bali, maka fokus pada tanaman jagung harus menjadi prioritas karena disamping sebagai bahan makanan pokok, juga sebagai sumber utama pakan ternak. Dan untuk itu harus dikembangkan secara besar besaran dan modern tidak hanya mengandalkan sistem konvensional dengan para petani desa, tetapi melibatkan investasi modal swasta, misalnya perkebunan, pabrik pengolahan pakan ternak dan sebagainya. Hal ini akan mendorong para petani untuk rajin berproduksi karena harga harganya akan menjadi sangat ekonomis, dan pemerintah harus berani berani berinvestasi untuk sektor ini baik melalui BUMD maupun kerja sama dengan pihak swasta. Sebagai contoh pada tahun 2007 total produksi jagung di NTT adalah 517.339 ton, sedangkan Gorontalo yang kini dikenal sebagai sentra jagung hanya berproduksi sekitar :367.264 ton. Dari 8 provinsi penghasil utama jagung NTT menduduki posisi ke enam dengan urutan sebagai berikut : Jawa Timur :4.393.656 ton, Jawa Tengah :2.206.639 ton, Lampung : 1.339.074 ton,Sulawesi Selatan:896.839 ton,Sumatera Utara:788.093 ton, NTT:571.782 ton,Jawa Barat : 547.488, Gorontalo :367.264 ton. Khusus untuk tanaman agroindustri seperti fanilli, cengkeh, sayur mayur dan buah buahan yang sekarang sudah berkembang baik di Alor serta dataran tinggi Mutis, kiranya dapat dikembangkan baik untuk memenuhi pasar lokal maupun untuk pasar nasional. Di Soe/TTS dan Eban TTU pada era 60-70 an terkenal dengan produksi apel malang jeruk yang sangat manis, sayur mayur dan buah buahan, yang akhirnya hilang pada era 80-an dan hanya menjadi dongeng, dan sekarang untuk makan sayur sayuran segar dan buah buahan harus datangkan dari Jawa. Sungguh sangat tragis. Di Kupang dan TTU serta Belu dulu sangat terkenal dengan produksi bawang putih dan bawang merah, kenapa sekarang hilang dan harus datangkan dari luar NTT ? Atau misalnya kunyit, hampir seluruh wilayah daratan Timor menjadi hutan kunyit pada era 70-an, kenapa tidak dikebangkan seperti perkebunan dan justru sekarang menghilang padahal sangat bernilai ekonomis bila dikelola baik. Artinya ada yang salah urus selama ini untuk tetap melestarikan kemiskinan di Timor Barat demi tujuan politis. TABEL PRODUKSI PERKEBUNAN TANAMAN PADI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No.

Kabupaten / Kota

Luas Areal (ha)

Jumlah (ton)

3.

Kupang

12.161

36.458

4.

Timor Tengah Selatan

4.140

13.745

Produksi


5.

Timor Tengah Utara

8.165

23.468

6.

Belu

5.717

18.331

7.

Alor

3.570

7.426

14.

Rote Ndao

9.646

30.364

16.

Kota Kupang

201

652

31.451

130.444

Jumlah

Sasaran areal Panen Jagung tahun 2008 untuk seluruh Kab.NTT. Sumber : Dinas Pertanian TP Provinsi NTT. 3.Kelautan & Perikanan ( Primer ) Pilihan skala prioritas utama ketiga dari sektor primer adalah Kelautan. Meskipun sering ada guyonan di NTT, bahwa kenapa di Timor semua program yang berkaitan dengan laut pasti gagal, karena orang Timor itu takut masuk laut disangka ada buaya. Terlepas dari itu, budaya melaut memang bukan milik orang Timor, tapi itu dulu, sekarang banyak anak anak muda yang terampil di laut entah sebagai nelayan, entah sebagai kapten kapal, entah sebagai petani tambak atau petani rumput laut dan sebagainya. Di Rote dan Sabu serta Alor dewasa ini terkenal dengan komoditas unggulannya adalah rumput laut dan mereka sangat terkenal sebagai pelaut handal, sehingga sering melintas wilayah perairan Australia dan akhirnya ditangkap dan dikarantina di Australia. Dipantai utara TTU dan Belu dewasa ini banyak terdapat perahu perahu nelayan, tambak ikan dan juga rumput laut,


tambak garam, yang pada dekade sebelumnya tidak pernah kelihatan. Artinya kultur masuk laut sekarang bukan lagi hanya monopoli orang rote, flores atau makasar bugis, tetapi sudah merambah orang oang Timor yang dulunya takut masuk laut. Bahkan di Wini sudah didirikan Sekolah Menengah Kejuruan perikanan dan Perkapalan. Akan lebih baik bila diikuti dengan pembukaan jurusan Maritim di Universitas Timor-Unimor di Kefamenanu TTU. Dengan wilayah laut yang sangat luas ini, harus diakui bahwa penanganan summber daya laut oleh warga local masih sangat minim baik dari sisi peralatan perahu dan daya jelah, peralatan tangkap,peralatan produksi maupun pengawetan ikan yang masih sangat sederhana, sehingga hasilnyapun tidak signifikan. Tetapi apabila dipenuhi sarana dan prasarana seperti sarana pelabuhan, coldstorage, perahu, peralatan penangkapan,jaringan pemasaran dan atau pengolahan hasil tangkapan, maka akan sangat signifikan nilai tambah ekonominya. Hasil Tangkapan

No

Jenis Produksi

Tahun 2006 (Kg)

Tahun 2007 (Kg)

1.

Udang Beku

4.600

8.165

2.

Lencam

57.210

69.000

3.

Scampy

26.520,5

15.912

4.

Crayfish

1.825

756

5.

Teri Kering

16000

34.500

6.

Ikan Belah Kering

-

10.000

7.

Cakalang

2.052.460

3.900.000

8.

Tuna

59.413

-

9.

Lobster

2400

-

Jumlah 2.220.425,5 Sumber : Data Dinas Kelautan prov.NTT.

4.038.333

4. Koperasi, Industri Kecil & Menengah ( Primer ) Pengembangan subsektor ini sebagai salah satu skala prioritas merupakan pilihan utama mengingat kondisi riel ekonomi di kawasan ini baik dari sisi modal, produksi dan distribusi serta dukungan perbankan masih sangat minim dan terbatas, sehingga sangat dibutuhkan intervensi dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Pembentukan Koperasi induk yang dapat bekerjasama dengan BUMD dan pihak swasta untuk mengumpulkan modal yang besar di setiap kabupaten. Kerja sama ini dapat membentuk unit unit usaha sektor riel yang disamping berorientasi profit, juga untuk menstimulir usaha usaha ekonomi masyarakat; seperti pendirian pusat pusat grosir/riteil/mall, usaha distribusi barang dan jasa seperti penyedian kapal kapal angkutan barang dari dan keluar Timor, atau transportasi darat, usaha pertanian dan peternakan (ranche dan farming, atau perkebunan ) dan sebagainya, dengan melibatkan KUD serta kelompok kelompok usaha masyarakat lainnya. Begitu pula dengan industri kecil dan menengah, BUMD dapat bekerja sama dengan pihak swasta mendirikan unit unit usaha kecil dan menengah serta berbagai kelompok usaha masyarakat yang terfokus pada usaha usaha produksi dan distribusi


dengan orientasi yang harus jelas profit. Untuk itu pengelolaannya harus profesionl. Misalnya mendirikan perusahaan Daerah yang menangani distribusi barang dan jasa, atau pemasaran produk produk pertanian dan peternakan antar pulau/eksport;mendirikan industri kecil/menengah/home industri kerajinan dimasing masing kabupaten sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki seperti industri kecil kerajinan marmer,yang dapat menghasilkan ubin,dan peralatan rumah tangga, pabrik bata,genteng dan keramik, industri konveksi untk produk produk berbahan dasar kain tenun, pabrik pengolahan biji asam, pabrik minuman berbahan baku dari lontar, enau dan gewang, pabrik pengolahan kacang tanah, singkong, industri kecil pengalengan dan pengolahan hasil laut, Kerajinan meubel, bengkel las, onderdil kendaraan, pabrik genteng, bata dan batako serta berbagai sektor yang disesuaikan dengan potensi daerah yang dimiliki, dengan tetap melibatkan KUD, kelompok tani atau kelompok usaha usaha masyarakat lokal Pilihan atas subsektor sekunder harus didasarkan pada kondisi riel serta potensi yang dimiliki masyarakat dan daerah. Jadi tidak perlu bermimpi aneh aneh untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai skala prioritas apalagi untuk mengalahkan Bali. Karena secara kultur, infrastruktur, sarana dan prasarana wilayah kita belum sebanding dengan yang dimiliki Bali. Contohnya, tidak mungkin turis lokal maupun mancanegara mau bersusah susah datang ke Timor, apabila hotelnya saja tidak ada ac, air panas,televisi, internet, restoran yang baik, bar, hiburan, pelayannya selalu bermuka masam,tidak pernah senyum, tidak paham bahasa inggris, bahasa Mandarin dan sebagainya. Tidak mungkin turis bawa bawa beras, periuk, bumbu bumbu untuk masak sendiri hanya karena mau melihat pantai pantai kita, gunung gunung kita, karena pantai/gunung di Bali, Lombok, Jawa, Sumatera, Manado, Singapura,Thailand, Jepang, Hawai, australia,San Fransisco, Miami, Brasil Eropa, China, bahkan Timor Leste, jauh lebih indah, dan lengkap fasilitasnya. Turis akan mau bersusah susah datang ke Timor mungkin lebih tertarik untuk melihat dan mempelajari adat suku Boti di TTS, Tarian Bonet dan bsoot di TTU, Likurai di Belu, pembuatan Sasando di Sabu & Rote,mempelajari kupu kupu, pepohonan cendana dan ampupu di Mutis, berolahraga ski di laut Sabu, menyelam di laut Alor, atau berjumlitan di tebing tebing tinggi Wini/Tanjungbastian. Bukan untuk menonton pacuan kuda atau ikut main biliar di kampung kampung sepanjang Kupang hingga Atambua, atau tarian dansa, karena sejago jagonya orang Timor berdansa akan lebih jagi orang bule, karena dansa itu kebudayaan dia. Jadi harus ada skala prioritas dan fokus pada obyek obyek wisata yang memiliki cirikhas dan nili jual tinggi. Begitu pula dengan sektor sektor yang lain. Tidak perlu berangan angan untuk mendatangkan investor kakap untuk menyulap Bolok jadi kawasan industri megah dan mengalahkan kawasan industri Jababeka di Jakarta, tidak perlu bermimpi aneh untuk jadikan Ponu di TTU tiba tiba menjadi kawasan Pantai Utara Timor yang sangat maju mengalahkan pertumbuhan ekonomi kawasan Pantai Utara Jawa dan sebagainya. Pelabuhan wini dan Atapupu hanya disandari kapal kapal tonase kecil tanpa ada gudang, crane, tanpa container dan fasilitas lainnya. Pabrik Semen Kupang saja sekarang sudah bangkrut pada hal tidak ada pesaing disana. Jangan bermimpi para investor tiba tiba berhamburan ke Timoruntuk berinvestasi; apabila bis bis dari Kupang ke Soe,Kefa, Atambua saja tidak ada ac nya, juga tidak ada restoran yang layak di sepanjang jalur ini, jalannya gelap gulita dimalam hari karena tidak ada listrik,apabila hotel, restoran di TTS,Kefa,Atambua tidak ada ac, air panas,Tv, bar, internet, perbankan, hiburan malam dan lain lain. Juga jangan berharap investor akan bersusah susah datang apabila untuk mengurus ijin di instansi pemrintahan memakan waktu berbulan bulan bahkan bertahun tahun, dan setelah mendapat ijin tidak ada kepastian hukum, jaminan


keamanan. Masyarakat sekitar seenaknya saja mengklaim lokasi itu tanah adat, tidak boleh ini dan itu, harus begini dan begitu, bahkan menrusak aset aset calon investor yang sudah mengeluarkan ratusan juta bahkan milyaran rupiah dari kantong pribadinya, tanpa ada kepastian kapan usahanya akan beroperasi. Untuk itulah maka pilihan sektor sektor sekunder berdasarkan potensi yang dimilik harus dikembangkan secara bertahap dan hati hati disesuaikan dengan kondisi riel masyarakat. 5. Pertambangan ( Sekunder ) Sektor sekunder yang menjadi pilihan pertama adalah pertambangan, karena akan melibatkan pihak ketiga/investor yang dapat mempercepat pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.Meskipun dari hasil hasil studi kelayakan awal baik oleh Departemen Pertambangan maupun kalangan perguruan tinggi menukan adanya potensi pertambangan di Timor Barat namun sejauh ini belum diikuti dengantindakan nyata baik untuk tahap penyelidikan umum, eksplorasi ataupun eksploitasi. Hal ini terkait erat dengan faktor investasi dan kalkulasi nilai ekonomis membuka tambang di Timor/NTT, yang belum didukung oleh infrastruktur yang memadai, seperti pelabuhan, transportasi lokal, listrik, perlatan, kultur penerimaan masyarakat lokal dan sebagainya. Sebagai contoh, pelabuhan pelabuhan di Timor Barat belum dilengkapi dengan crane untuk mengangkat dan menurunkan barang yang berartnya ribuan ton seperti alat berat,mesin mesin dan sebagainya, sehingga kapal yang membawa peralatan berat harus berupa jenis landing ship. Juga faktor biaya pengiriman barang dengan kondisi jalan yang berkelok kelok dari Kupang hingga Atambua sangat tidak memungkinkan dilalui kendaraan.kontainer 40 feet paling 10 atau 20 feet, berarti menambah cost untuk transportasi. Bahkan untuk biaya pengiriman sebuah container dari Jakarta ke Atambua via jalan laut memakan ongkos Rp,15 juta rupiah pada 2006, sedangkan satu container dari Tanjung priok ke Yokoham atau Canada hanya US.$ 600. dengan kurs Rp.9.000 per dolar. Meskipun demikian Daratan Timor Barat cukup memiliki potensi tambang dan yang sudah sempat berjalan adalah Marmer. Namun ada yang salah didalam pelaksanaannya, dimana masyarakat belum memahami keuntungan keuntungan dari adanaya pertambangan, dan hanyamelihat sisi negatifnya saja. Juga kebijakan pemerintah daerah untuk memaksa investor membuka pabrik di lokasi tambang yang tentunya tidak segampang versi pemerintah. Karena itu, konsep yang paling cocok diterapkan untuk industri pengolahan hasil tambang di Timor adalah jenis industri kecil menengah bahkan home industri. Misalnya, untuk marmer dibentuk dan dilatih kelompok kelompok pengrajin marmer yang akan membuat barang setengah jadi dari bahan baku batu marmer, seperti meja, ubin,nisan,keramik dan sebagainya yang kemudian dibeli oleh perusahaan tambang untuk dipasarkan baik nasional maupun eksport. Hal ini sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Jadi pola yang digunakan adalah pola Bapak asuh. Potensi pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya Timor barat cukup besar yang meliputi berbagai jenis galian Golongan A, B dan C. Untuk jenis galian Golongan A dan B baru merupakan perkiraan karena belum dilakukan penelitian dan pemetaan secara seksama, namun untuk bahan galian golongan C sudah dilakukan pemetaan Semi Mikro. Misalnya Hampir seluruh daratan Timor memiliki potensi Marmer dan Granit, ada yang sudah dieksplorasi dan eksploitasi ada yang belum. Begitu pula Bahan tambang golongan A seperti Nickel terdapat di Pantai Utara Abot Kab.Belu dan Benus Bakitolas di kab.TTU. Golongan B seperti Emas terdapat di Lakaan, Manususu Kab


Belu, Fatukoko, Mollo di kab TTS, Fatu Booi Amfoang Kab Kupang. Tembaga terdapat di Baikatan, Dualulek,Basumik, Weluli dll di kab Belu, Fatukole,Noil Baun,Toilupas,Fatufenu di Kab.TTS, Amfoang di kab Kupang, Bomara, Wakapasir di kab Alor dan lain lain. Namun harus diingat bahwa penerimaan masyarakat di NTT dan Timor terhadap industri masih sangat kaku dan cenderung menolak, karena budaya agraris masih sangat dominan. Dan hal ini lebih banyak memunculkan benturan kepentingan antara industri dengan penduduk lokal. Karena itu harus dicari jalan tengah, karena hanya dengan melalui industri, maka Timor Barat akan mampu mengejar ketertinggalan. 6. Kehutanan & Tanaman Industri ( Sekunder ) Pulau Timor jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa sangat dikenal karena kayu cendananya. Bahkan para pedagang China menuturkan massa itu di Timor sudah ada sekitar 12 pelabuhan laut yang fungsi utamanya melakukan perdagangan kayu cendana. Namun ketika jaman orde baru dengan diberlakukannya system monopoli oleh pemerintah, maka secara perlahan lahan kayu cendana mulai punah dan baru mulai kembali ditanam lagi setelah era 90-an. Apabila dikembangkan dengan baik akan sangat signikfikan, karena bernilai ekonomis cukup tinggi.Disamping kayu cendana, ada juga sejenis kayu putih yang hampir merata diseluruh wilayah Timor dan bila daun dan kulitnya diolah dengan baik maka akan menghasilkan minyak kayuputih serta bahan bahan dasar untuk farmasi dan obat obatan. Hutan budidaya yang sudah merakyat dan selama ini menjadi salah satu andalan masyarakat desa adalah tanaman kayu jati dan asam. Sayangnya tidak didukung oleh prasarana produksi dan pasca produksi, sehingga nilai tammbah ekonomisnya sangat kecil, yang bila dikembangkan dengan baik akan menjadi andalan. Sama halnya dengan pohon lontar yang merata di Timor, Alor Rote dan Sabu, hanya dimanfaatkan niranya saja dan belum seluruhnya karena cukup memiliki nilai ekonomis. Disamping itu semua, yang kini menjadi program hampir seluruh pemda di NTT adalah tanaman Jatropa curcas/jarak pagar juga merupakan salah satu potensi yang dapat diandalkan, meskipun dalam prakteknya, belum memberikan manffat yang signikfikan, karena proyek percontohan pabrik penyulingan jatropa di Kupang, toh sering tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan baku.Apabila sektor ini dikembangkan dengan cara yang baik dan modern.hasilnya pasti lain. Karena pada saat perang dunia ke II, Militer Jepang menggunakan minyak jarak dari Timor untuk peralatan dan mesin mesin perang mereka. Konon Jatropa Timor merupakan salah satu yang berkualitas cukup tinggi setelah India. POPULASI KAYU CENDANA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 No Kabupaten

Pohon Induk

1. Kupang 2.230 4. Timor Tengah Selatan 16.968 5. Timor Tengah Utara 16.090 6. Belu 16.129 Jumlah 51.417 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi NTT

Pohon Muda 10.952 95.745 17.988 74.841 199.526


7. Pariwisata ( Sekunder ) Culture Tourism. Pariwisata menjadi pilihan subsektor sekunder untuk dikembangkan, karena ada potensinya di Timor Barat. Secara kultur, banyak adat dan budaya orang Timor yang bila dikelola dengan baik akan menarik untuk obyek tourism. Misalnya tarian tarian adat, tradisi dan kebudayaan lokal, ukiran ukiran, anyaman anyaman, tenun tenunan karya tangan dan sebagainya. Juga termasuk tempat tempat pemali atau pemujaan, karena orang Timor terkenal sebagai masayarakat ritual yang seluruh aktivitas hidupnya selalu dipenuhi dengan ritual pemujaan. Termasuk didalam ini adalah Wisata Religi. Banyak tempat tempat yang dianggap suci oleh agama tertentu yang selalu menjadi tujuan kunjungan umatnya, seperti gua gua, tempat tempat sembayang dan sebagainya. Namun sayangnya sangat jarang ditemukan adanya sanggar sanggar budaya kelompok masyarakat di Timor Barat yang melestarikan hal ini. Serta minimnya fasilitas pendukung. Jangankan hotel,restoran kamar mandi atau ganti pakaian saja tidak ada. Coba bandingkan dengan Bali dan Jawa hampir di setiap kampung pasti ada sanggar budayanya. Karena itu wisata budaya akan menjadi pilihan utama. Interest Tourism. Wisata Hobby kiranya dapat dikembangkan di kawasan Timor Barat, misalnya olahraga pantai/laut : selam, selancar dan sebagania, karena beberapa pantai dan laut di Timor dengan ombak tinggi sangat mendukung, olahraga panjat tebing dan mendaki gunung, karena banyak gunung dan tebing yang bagus bagus di Timor Barat. Tapi harus disiapkan fasilitasnya terlebih dahulu, seperti akomodasi, transportasi, jaringan perbankannya serta telekomunikasi. Termasuk juga seperti eco Tourism wisata lingkungan alam. Seperti Gunung Mutis yang harus dijadikan hutan lindung wisata khusus untuk Cendana dan ampupu serta spesies spesies fauna dan flora yang sudah dan terancam punah di Timor milsanya rusa Timor, kupu kupu, burung kakatua, nuri dan sebagainya. Demikian beberapa data, fakta dan potensi yang ada dan menurut kami sangat layak untuk mendukung Wilayah Timor Barat & Kepulauannya menjadi Provinsi Timor Barat terpisah dari provinsi induknya Nusa Tenggara Timur. Dengan data dan fakta fakta ini, maka gagasan pembentukan provinsi Timor Barat bukanlah hanya suatu mimpi dan angan, tetapi sangat realistis. Tinggal bagaimana niat baik dari semua pihak khususnya Gubernur NTT, para bupati dan DPRD II se kota/kabupaten di Timor Barat untuk memulai inisiatif formal. Karena itu bangkitlah hai orang Timor untuk berjuang mewujudkan terbentuknya Provinsi Timor Barat. Tidak ada yang mustahil. Mengutip tema kampanye Presiden Amerika Barack Obama “ We can change” Kita bisa berubah……………… Go West Timor for New Province……………………… * Untuk data,fakta dan potensi yang detail dan terperinci dapat melihat pada profile masing masing Kota & Kabupaten.atau Bank data Morris Centre. * Tulisan ini diolah dari berbagai sumber khususnya dari data statistik dan data pemerintahan daerah NTT. (Copyright@ ronny abi/morris centre/01-2009)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.