Didaktika Edisi 41

Page 7

Aksesibilitas untuk Disabilitas

SEJUMLAH elemen mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Peduli Aksesibilitas (Kompak) melakukan aksi demonstrasi keliling kampus. Aksi yang juga menghadirkan mahasiswa berkebutuhan khusus (disable) ini berakhir di depan Gedung Rektorat. Mereka mengemukakan bahwa selama ini pembangunan yang tengah dilakukan UNJ tidak sesuai dengan aturan yang ada. Dalam orasinya, Cahyadi yang tergabung dalam Kompak mengatakan, hal ini menjadi sebuah cerminan bahwa institusi pendidikan telah melanggengkan diskriminasi. “Pendidikan untuk semua hari ini tidak dimaknai sebagai pemenuhan hak untuk semua mahasiswa tanpa terkecuali,” katanya. Hal ini berangkat dari tidak adanya sarana khusus bagi kaum disable. Ketiadaan fasilitas seperti, papan pengumuman braille atau simbolsimbol yang mudah dimengerti oleh disabilittas netra, Ramp (jalur landai) bagi disabilitas daksa, lift, dan masih banyak lagi. Menjadi keluhan yang

tidak hanya milik kaum disable. Ini mengingatkan kita pada gagasan perihal pendidikan untuk semua yang seharusnya tidak mengenal batasan sosial, ekonomi dan fisik. Pembantu Rektor Bidang Administrasi & Keuangan UNJ Suryadi mengatakan, masih kesulitan mencari dana perihal pemenuhan kebutuhan gedung yang aksesibiltas. “Dari sejumlah dana hibah IDB kita fokuskan untuk pembangunan. Masalah belum adanya fasilitas yang aksesibiltas mungkin dikarenakan belum adanya maket untuk itu. Sedang proses, kami akan segera bertindak,” terang Suryadi.

jadi Rp800.000. Kenaikan biaya wisuda ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang baik, juga pelaksanaan yang masih bersifat seadanya. Keadaan ini berangkat dari kondisi pelaksanaan wisuda sebelumnya. Dimana ruangan pada wisuda semester ganjil ini menempati gedung yang sama. Jumlah wisudawan dan wisudawati semester sebelumnya tidak tertampung, bahkan sampai ada yang duduk di pelataran gedung. Dalam sebuah situs jejaring sosial, Purnaning menuliskan, “Wisuda bukan lagi dari mahasiswa oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa.” Kenaikan ini beralasan, pihak UNJ mengaku mengalami defisit anggaran pada pelaksanaan wisuda sebelumnya. Sehingga hal ini dibebankan kepada calon wisudawan dan wisudawati semester ganjil. Dengan keadaan seperti ini, dari 2500 peserta wisuda UNJ memperoleh uang sejumlah dua miliar. “Kami tidak bisa menurunkan biaya wisuda semester ini. Tapi, diusahakan semester depan tidak akan naik,” cetus Desfrina, selaku ketua pelaksana wisuda dan Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan (BAAK).

Masuk Susah, UNJ Ciptakan Keluar Sulit ‘Ahli’ SETELAH kenaikan biaya Pemadam pendidikan, PK BLU UNJ kembali menyita perhatian. Kebakaran Biaya wisuda semester genap di UNJ yang rencananya akan dilaksanakan di Gedung Serba Guna, Kampus B UNJ, pada tanggal 24/9. Mengalami kenaikan dari Rp500.000 men-

KAMIS (8/9), terjadi penandatanganan nota kesepahaman kerjasama antara UNJ dan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Pe-

merintah Provinsi DKI Jakarta. Penandatanganan yang dilakukan oleh Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M. Pd. selaku Rektor UNJ, dan Dr. Paimin Napitupulu selaku Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Pemprov DKI Jakarta Menandakan terjalinnya kerjasama antar pihak terkait. Hal ini terlihat pada dibukanya kelas khusus karyawan yang biayanya ditanggung oleh Pemprov DKI Jakarta. Untuk menempuh studi di jurusan yang baru tahun ini dibuka oleh UNJ, Fire Protection and Safety Engineering. Dibukanya jurusan baru ini berdasarkan pada kondisi lingkungan Jakarta yang terdiri dari banyak bangunan tinggi dan perumahan kumuh yang rawan terjadinya kebakaran. Sehingga UNJ menargetkan akan melahirkan lulusan yang cakap pada bidang Fire Protection and Safety Engineering. “Kita merupakan pelopor pembukaan jurusan baru ini. Rencananya kerja sama Pemda berupa pemberian bantuan mobil pemadam dan sejumlah lahan praktik,” kata Bedjo Sudjanto, Rektor UNJ.

Edisi 41 - 2011 - DIDAKTIKA 7


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.