230417

Page 14

SASTRA MILIK SISWA

16

MINGGU, 23 APRIL 2017

Puisi-Puisi karya LULUK ADDINI ARDILA Pelajar SMK Negeri 2 Bandarlampung

Ulna dan Radius Apa yang membuat kita sakit? Itu CINTA... Apa yang membuat kita berpisah? Itu CINTA... Yang membuat kita bersatu? Pasti CINTA... Yang membuat kita menggila? Pasti CINTA.. Merasa seperti Ulna dan Radius Kita tetap saja berbeda Karna aku bukan Ulna Dan kamu bukan Radius Tulang tidak akan tersambung Dan aku tidak dapat memecahkannya Karna emanglah takdir Kita dijalan berbeda

Tong Kosong Nyaring Bunyinya Kata guru bahasa Mereka itu tong kosong Gede omong Tapi kopong Kata guru biologi Kasihan mereka itu Syaraf putus Tak terkontrol Kalo kata guru matematika Beda lagi 0 mau dikaliin dengan apapun Hasilnya tetap aja kosong Nah beda lagi Kalo kata guru kimia Kurang stabil Senyawa organik seperti itulah Itulah tong kosong nyaring bunyinya Kalo dipukul ada suara Tapi kosong melompong dalamnya.

Cermin Itu Ada Aku mencintai diriku yang lain Yang seperti putihnya kain Aku benci diriku satunya Begitu kata orang, bodohnya Aku mencintai diriku Seperti dia cinta aku Tapi aku benci yang satu Sakiti mereka selalu Cermin itu ada Memang benar adanya Apa kamu tidak merasa? Dia menangis dan meronta Di sebelah sana.. Kau tahu di mana

Permainan

Mata rantai terus berjalan Berputar seiring dengan kekerasan Perbedaan dimusnahkan Persamaan simbol pertemanan aku ini tidak punya teman hanya game yang ku pegang dan beberapa kadang ikutan itu yang membuatku senang Aku suka warna merah dan mereka benci warna merah aku suka mainanku dan mereka mengutukku aku ingat mereka itu semua yang menggangu kebahagiaan kuajak bermain bersamaku Sampai mereka tertawa kesenangan tapi akhirnya mereka pergi sendiri.

Tidak ada yang bagus Bahkan mousekupun kelelahan Dan kacamata kucopot terus Itu membuatku harus membenarkannya melulu Hei ini puisi bukan? Apa ini cerita? Apa aku ada diwebtoon Aigo.. kupikir aku sudah gila Ada berapa tugas yang kutinggalkan HUH..Aku lapar Tapi beratku sudah naik, bagaimana? Aku tidak olahraga lagi. Perutku membesar tapi bahkan lenganku tetap kurus Apa apaan

Abstrak RUBRIK ini terselenggara berkat kerja sama Radar Lampung dan Kantor Bahasa Lampung sebagai upaya mendukung Gerakan Literasi Nasional. Sastra Milik Siswa (SMS) berisikan cerpen dan puisi karya siswa SMP—SMA/penulis pemula di Provinsi Lampung. Siswa dapat mengirimkan cerpen maupun puisi ke alamat Pos-el: sastramiliksiswa.kbpl@gmail.com. Panjang cerpen maksimal delapan halaman kertas ukuran A4, spasi dua atau 10.000 karakter. Untuk puisi, siswa mengirimkan minimal lima (5) judul puisi. Jangan lupa naskah yang dikirim disertai identitas diri dan asal sekolah. Sastrawan Lampung serta guru bahasa dan sastra dapat berpartisipasi untuk mengulas karya yang akan dimuat. Pengasuh: Yanti Riswara, Ratih Rahayu, Hasnawati Nasution, Roveneldo, Wirahadikusumah.

Puisi, Aktualisasi Sistem Konvensi Oleh

: Maria Susanti, M.Pd. (Guru Bahasa Indonesia SMPN 16 Pesawaran)

SECARA objektif saat membaca puisi berarti bergulat terus-menerus untuk merebut makna puisi yang disajikan oleh sang penyair. Puisi yang baik merupakan bangunan bahasa yang menyeluruh dan otonom hasil ciptaan seseorang manusia dengan segala pengalaman sukadukanya. Oleh karena itu, puisi memerlukan dan berhak untuk ditafsirkan secara total dari pihak pembaca yang bertanggung jawab sebagai pemberi makna pada puisi itu. Adanya interaksi atau semacam dialog dalam puisi akan menghasilkan pola harapan pada pembaca yang ditimbulkan dan ditentukan oleh konvensi. Konvensi sesungguhnya tidak mutlak merupakan sistem yang ketat dan tetap yang harus dipatuhi penyair, namun dalam berbahasa Indonesia kita terikat oleh PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Hal terpenting dalam menikmati karya sastra sesungguhnya adalah jangan sampai ada dusta antara penyair dan penikmat karya sastra. Jika hal ini terjadi maka akan ada salah tafsir atau malah pembaca tidak menikmati puisi yang bertujuan sebagai penyampai ide dan aktualisasi diri penyair. Membaca karya milik Luluk Addini Ardila, kelima puisinya merupakan aktualisasi dirinya sebagai seorang pelajar yang merasakan masa-masa sekolah. Hal ini tampak pada puisinya yang berjudul ”Ulna dan Radius”. Pada bait pertama larik kedua dan larik keempat serta bait kedua larik kedua dan keempat juga terdapat kalimat /Itu CINTA…/. Menurut saya, titik-titik itu tidak relevan, bahkan dapat memperlemah efek baris yang singkat itu. Umumnya titik-titik dapat dianggap sebagai tanda kekurangmampuan seorang penyair untuk merangkai kata-kata. Sebaiknya, tanda titik-titik itu diganti dengan tanda seru (!). Hal itu tentu akan lebih memiliki makna. Selain itu, pada bait keempat larik pertama /Tulang tidak akan tersambung/ ada kalimat yang dapat menyebabkan terjadinya salah penafsiran. Tulang apakah yang tidak dapat tersambung? Ataukah tulang yang dimaksud penulis adalah paman dalam bahasa Batak? Maknanya jadi lebih jelas kalau dituliskan /Tulang rusuk kita berbeda, tak mungkin bersatu jua/. Secara keseluruhan puisi ”Ulna dan Radius” memang sudah dapat dinikmati walau masih terdapat kata-kata yang dapat menimbulkan salah tafsir. Dalam puisi ”Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, ada beberapa hal yang mengganggu pikiran saya, yaitu pada bait ketiga larik ketiga /0 mau dikaliin dengan apapun/. Bukankah ada dalam aturan PUEBI untuk penulisan angka jika di awal kalimat harus ditulis dengan huruf. Kalimat tersebut akan lebih jelas maknanya jika dituliskan dengan huruf. Ada kemungkinan jika dituliskan dengan angka ada yang membacanya dengan huruf /o/ atau /ow/, bukan /nol/. Dalam puisi ”Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, siswa SMKN 2 Bandarlampung ini menggunakan simbol budaya yang terdapat dalam masyarakat. Tujuan dan pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah perenungan mengenai sifat dan karakter seseorang dalam kehidupan

dapat dipelajari dengan berbagai bidang ilmu. Pada puisi ”Permainan” penalaran saya agak terganggu karena pada bait kedua larik kedua terdapat kata game yang menandakan tidak konsistennya puisi yang dibuat. Dari judul puisinya sudah jelas menggunakan kata ”permainan” yang merupakan arti game. Luluk semestinya cermat dalam pemilihan kata (diksi). Kita memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dapat dijadikan acuan. Jadi, dalam penulisan puisi penyair hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan dan tata bahasa Indonesia. Pada puisi keempat yang berjudul ”Abstrak” terdapat pula beberapa kata berbahasa asing. Salah satunya terdapat pada bait pertama larik kedua /Bahkan mouse kupun kelelahan/. Dalam baris ini ada pelanggaran konvensi makna karena tidak semua pembaca paham dengan makna mouse. Penulisan kata ku pun harus dipisah karena kata pun pada kalimat tersebut berarti juga. Pada bait kedua larik ketiga /Apa aku ada diwebtoon/. Pada bait ini kembali terdapat kata-kata asing. Jadi, kata atau kalimat yang berbahasa asing sebisa mungkin harus dibatasi atau kalau tidak dituliskan sesuai dengan aturan dalam PUEBI yang menjadi konvensi berbahasa Indonesia. Selain itu, penulis dapat pula memberi penjelasan makna kata bahasa asing yang dimaksudnya di bagian bawah puisi. Penjelasan itu semacam catatan kaki yang diletakkan di akhir sehingga puisi tersebut dapat dinikmati berbagai kalangan usia. Pada puisi ”Cermin Itu Ada”, Luluk menceritakan dialog yang antonim mengenai cermin kehidupan, yaitu ada baik dan jahat . Pada bait kedua larik keempat /sakiti mereka selalu/ siswa SMKN 2 Bandarlampung ini menceritakan sisi jahat seseorang tetapi makna yang muncul lebih apik jika menggunakan majas atau gaya bahasa. Pada bait ketiga larik kedua /Memang benar adanya/ seharusnya kata adanya tidak perlu repetisi karena akan tampak berlebihan. Pada larik pertama sudah dituliskan /cermin itu ada/. Sebaiknya Luluk sebisa mungkin menghindari penggunaan kata yang sama untuk menegaskan arti sehingga puisinya tidak tampak kekurangan kata-kata. Pada bait keempat larik pertama / Disebelah sana…/ seperti halnya pembahasan saya terhadap puisi sebelumnya, makna titik-titik /…/ di akhir kalimat puisi tersebut jadi membuat penafsiran yang kacau. Secara keseluruhan puisi ”Cermin Itu Ada” sudah dapat dinikmati walau pada akhir puisi masih menggantung alur pikiran penyair dan tidak dapat ditebak arahnya. Puisi milik siswa SMKN 2 Bandarlampung ini layak menjadi contoh tentang pentingnya kejelian dalam menulis dan memilih kata untuk menuangkan ide sebagai aktualisasi diri. Hal ini akan meminimalisasi kesalahan dalam penulisan. Secara keseluruhan puisi Luluk dapat dinikmati. Beberapa kritikan jangan membuat Luluk patah semangat tetapi harus menjadi tantangan karena di usia yang masih muda sudah cukup mampu menuangkan peristiwa dalam bentuk puisi. Selamat buat Luluk, teruslah berlatih dan berkarya! (*)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
230417 by Ayep Kancee - Issuu