RADAR LAMPUNG | Senin, 16 Maret 2015

Page 27

28

SENIN, 16 MARET 2015

Terasa Lebih Gagah Sudah lama suka memakai batu cincin. Koleksi yang ada sekarang di antaranya blue sapphire, king sapphire, bacan doko, bungur Tanjungbintang, dan hijau Garut. Pakai batu cincin ini jadi lebih gagah dan macho” (ben/p6/c1/ ade)

BAMBANG SURYADI Sekretaris Komisi I DPRD Lampung

Favorit Blue Sapphire

Penemuan Baros Kodok, Batu nan Cantik dari Lampura

Berada di Register 34, Lokasi Kini Di-police Line Tanjungraja merupakan kecamatan terluas di Lampung Utara dan memiliki 19 desa yang berbatasan langsung dengan hutan kawasan Register 34. Tak hanya kekayaan hayati, ternyata di sana terdapat batuan yang sangat indah, yakni baros kodok.

Laporan Riduan/RNN, KOTABUMI BATU akik telah jadi tren saat ini. Tak heran kalau masyarakat membicarakannya. Tidak peduli muda-tua, lelaki-perempuan, semua terpesona oleh keindahan ciptaan Tuhan ini. Dan ternyata, Lampung pun kaya dengan bebatuan. Sebut saja jenis amethyst yakni bungur Tanjungbintang, Lampung Selatan (Lamsel); fire chalcedony Waykanan; green tea Pesawaran; giok alpukat Tanggamus; dan pancawarna Lamsel. Nah, kali ini ada jenis baru

FOTO RNN

IKON LAMPURA: Inilah lokasi penemuan batu baros kodok di Register 34, Lampung Utara.

yang tak kalah indah. Namanya baros kodok. Untuk menuju lokasi baros kodok di Dusun Talangbatu Kodok, Desa Sukamulya, harus menempuh puluhan kilometer (km) dari Kotabumi, Lampura. Wartawan koran ini kebetulan berangkat bersama tim yang dipimpin Kepala Bappeda Lampura Azwar Yazid. Setibanya di kantor kecamatan setempat, Camat Tanjungraja M. Erwinsyah menyambut. Ia didampingi

Kapolsek AKP Dalham dan jajaran Babinsa serta Bhabinkamtibmas. Dengan menumpang motor tril, tim menuju Talangbatu Kodok di wilayah Hutan Kawasan Register 34 Tangkit Tebak yang jaraknya sekitar 10 km dari kantor kecamatan setempat. Di lokasi tampak sekitar 1 hektare hamparan mirip lahan gambut. Terlihat juga kolam bekas galian dengan air berwarna cokelat kemerahan. Diduga galian itu adalah tempat penambangan batu yang dilakukan penambang liar.

Untuk mengantisipasi kerusakan register, aparat kepolisian memasang police line di tempat itu. ”Kalau kedalaman kubangan lokasi tambang sudah mencapai 7 meter lebih,”ujar Camat Tanjungraja M. Erwinsyah. Tim langsung melakukan penelitian dan mengambil sampel jenis batu di hutan lindung tersebut. Azwar Yazid menyatakan, pihaknya akan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui tingkat kekerasan dan unsur mineral di batu Barus Kodok. Selain itu Pemerintah akan mempatenkan batu tersebut sebagai ikon Lampura, sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setelah pengambilan sampel, lokasi kembali dipasangi police Line. Kapolsek Tanjungraja AKP Dalham menyatakan, dibantu Polisi Kehutanan (Polhut) dan TNI, pihaknya siap mengamankan lokasi. Jika ada yang masih nekat menggali, ia akan menindak tegas. (p6/c1/ade)

Dulu Murah, Sekarang rang Mahal Mahal BANDARLAMPUNG - Bicara soal giok, pasti Tiongkok kiblatnya. Namun, batu yang punya nama lain jade itu pun banyak terdapat di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Namanya disesuaikan dengan tempat asalnya, yakni giok Buton. Keindahannya yang tak kalah dengan batu asal Tiongkok itu menjadikan batu ini termasuk salah satu yang paling diburu. Salah satunya, Asril Baring. ’’Batu ini warnanya sangat pas di hati. Hijau mudanya begitu unik. Ada juga yang totol hitam,” ungkap warga Jl. Delima Raya D10 No. 16, Beringinraya, Kemiling, itu kepada Radar Lampung kemarin (15/3). Menurutnya, kekerasan batu buton yakni 6 skala mohs. ”Sekarang ini saya

rasa batu asal Sulawesi Tenggara tersebut belum banyak yang punya. Sebab, saya pun membeli bahannya ketika itu via online,” tukasnya. Harganya yang relatif terjangkau menjadikan batu yang lebih dikenal dengan nama bau-bau itu kian dicari. ”Untuk yang sudah jadi 20 x 16 x 10 mm saja, saya beli Rp330 ribu,’’ katanya. Sama dengan bacan alias chrysocolla chalcedony, bau-bau juga bisa berubah warna. ’’Dulu ketika banyak bahan saya jual murah Rp100 ribu per kilogram,’’ timpal Totok Hendriarto, warga Jalan Raya Pasar Natar, Lampung Selatan, kemarin. Namun kini batu berwarna unik ini mulai mahal. ’’Di galeri saya pun tak begitu banyak menyediakan batu ter-

sebut seperti dulu ketika belum membuka galeri,’’ urainya. Bau-bau menurutnya ada juga yang berwarna putih. ’’Untuk bahannya diambil dari seorang agen yang sudah jadi langganan. Sekarang ini harganya bergantung kualitas. Lebih tua warnanya kian mahal,’’ kata pria kurus ini. Untuk membentuk batu ini pun dalam penggosokannya pun tidak begitu rumit seperti giok Aceh. (tih/p6/c1/ade)

Saya favorit blue sapphire karena warnanya bagus. Namun juga suka merah siam. Warna kedua batu itu wah dan glamor. Kilaunya sangat terlihat sehingga menambah percaya diri” (gie/p6/c1/ade) M. WISNU HARIYANTO Ketua The Young Inspiration Group Lampung Ridho Berbhakti

Suvenir ASEAN Games 2018 IGs-Akas Perjuangkan Batu-Batu Indonesia BANDARLAMPUNG - Tim Indonesian Gemstone (IGs) menyambut rombongan Akas Kingstone di sela-sela pameran batu mulia Studio Trans TV di Bandung Super Mall, Rabu–Minggu (11–15/3). Tim IGs terlihat sangat antusias ketika bertegur sapa serta bercanda dengan si penggosok seksi dari Akas King’stone, Noni Indah, dan Yurna ’’si Ratu Batu’’ pada acara Grand Prix IGS TSM. Direktur IGs Suwandi mengaku senang atas kedatangan Akas Kingstone dan berharap masih ada lagi perempuan yang mau mengangkat kekayaan bebatuan di nusantara. ’’Saya selaku pimpinan IGs mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran pemilik Akas Kingstone Kurniawan guna memberi semangat kepada gemslover Indonesia’’ katanya kemarin (15/3). Selain itu, Suwandi berharap Pemerintah Indonesia dapat ikut men-support batu-batu Indonesia, semisal menjadikannya cinderamata pada Asean Games 2018. Gayung bersambut. Ratu Batu telah mempersiapkan semua itu di galerinya di Jalan Soekarno-Hatta (Bypass). Tepatnya depan kantor Satria Gerinda, Bandarlampung. ’’Batu ini adalah ciptaan Tuhan yang bernilai tinggi. Ada yang mendapatkan batu dengan cara mudah maupun sebaliknya. Maka wajar, ada batu yang murah bahkan sampai bernominal miliaran!’’ ucap Ratu Batu. Ratu menerangkan dirinya hanyalah orang sederhana. Tapi, hobinya mahal. ’’Mahal karena untuk memperoleh satu sat batu harus berjuang. Hunting, g traveling, g dan membutuhkan m dana tak sedikit. Banyak pula pu yang dipertaruhkan dengan berbagai ba macam cara risiko. Wajar, h hasilnya pun menjadi mahal,’’ kata Ratu. maha Hobi batu kini memang bukan hanya didominasi laki-laki, tetapi kaum hawa. ’’Anak remaja bahkan anak usia dini pun sekarang menyukai batu. Inilah Kekayaan alam yang dimiliki bebatuan Indonesia,’’ ucap Noni. Oleh sebab itu, dia mengajak seluruh masyam rakat bangga menjadi orang raka Indonesia don yang kaya dengan kekayaan alam terutama bebatuan. ’’Seperti batu b akik pancawarna, gambar, dan batu chalcedony yang memiliki berbagai macam varian,’’ kata Noni. (tih/p6/c1/ade)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
RADAR LAMPUNG | Senin, 16 Maret 2015 by Ayep Kancee - Issuu