RADAR LAMPUNG | Sabtu, 30 April 2011

Page 2

METRO BISNIS

2

SABTU, 30 APRIL 2011

Sarana Komunikasi dan Bisnis

Layanan Private Banking Disetop JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan larangan bagi 23 bank untuk menghentikan sementara layanan private banking mulai 2 Mei 2011. Suspensi layanan bagi nasabah kaya ini dikeluarkan bank sentral dengan alasan agar perbankan melakukan pembenahan dan meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabahnya. ’’Khususnya untuk nasabah jasa pelayanan khusus yaitu nasabah prioritas dan wealth management. BI meminta 23 bank yang memiliki jasa pelayanan seperti itu untuk menghentikan sementara penerimaan nasabah baru selama 1 bulan, berlaku sejak Senin,” terang Deputi Gubernur BI Halim Alamsjah di Jakarta, Jumat (29/4). Adapun bagi nasabah lama, Halim menegaskan, pelayanan khusus itu masih boleh dilakukan seperti biasanya. Bank sementara itu diminta memperbaiki kebijakan, SOP, dan pengawasan internal mereka sebagai bagian dari upaya

meningkatkan kualitas, pelayanan, serta perlindungan kepada nasabah. ’’Ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan kepada nasabah. Pada waktunya, BI akan melakukan evaluasi terhadap kualitas pelayanan tersebut,” jelas dia. Terungkapnya kasus pembobolan dana nasabah Citibank oleh Melinda Dee, relations manager Citibank, membuat bank sentral melakukan audit secara menyeluruh layanan premium nasabah papan atas. Dari audit itu ditemukan sejumlah pelanggaran regulasi dalam bertransaksi. Malinda dijerat pasal 49 ayat 1 dan 2 UU No 7/1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10/1998 tentang Perbankan dan atau pasal 6 UU No 15/2002 sebagaimana diubah dengan UU No25/2003 sebagaimana diubah dengan UU No 8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Sebelumnya BI

juga mengaku sudah memiliki ketentuan sanksi untuk pelanggaran di sebuah bank. Sanksi terberat dari BI bisa berupa larangan menjadi pegawai atau pejabat bank secara permanen jika ditemukan pelanggaran berat. “Secara umum terhadap perbankan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku, BI dapat mengenakan sanksi-sanksi mulai dari yang ringan sampai yang berat,” ujar Halim. Sanksi terberat bagi pejabat bank yakni dilakukannya kembali uji kepatutan dan kelayakan alias fit and proper test serta larangan untuk menjadi pegawai dan pejabat bank secara permanen. Hal tersebut erat kaitannya dengan kasus yang belakangan menimpa Citibank NA Indonesia, dimana seorang nasabah kartu kreditnya tewas di tangan oknum pegawai penagihan (debt collector) yang disewanya, dan pembobolan rekening nasabah premium oleh Malinda Dee.(jpnn/c1/wan)

Laba Trikomsel Naik 95,8 Persen JAKARTA - PT Trikomsel Oke Tbk. (perseroan) membukukan laba bersih sebesar Rp56,05 miliar atau meningkat 95,8 persen pada triwulan I 2011 dibandingkan periode yang sama pada 2010. Di rektur Perseroan Juliana Samudro mengatakan, kenaikan laba bersih ini selain disebabkan kenaikan pendapatan bersih perseroan, juga karena meningkatnya margin laba kotor perseroan dari 11,1 persen pada triwulan I 2010 menjadi 12,6 persen pada triwulan I 2011. Pendapatan bersih triwulan 1 2011 tercatat sebesar Rp1,47 triliun dengan laba kotor yang dihasilkan sebesar Rp184,73 miliar. Dibandingkan dengan triwulan 1 2010, pendapatan bersih dan

laba kotor ini meningkat sebesar 14,4 persen dan 30,1 persen. Kontribusi terbesar dari pendapatan bersih pada triwulan 1 2011 adalah penjualan telepon selulEr sebesar 83,8 persen, penjualan produk operator 13,6 persen, dan mobile content/layanan purnajual/ lainnya 2,6 persen. ’’Laba kotor dari segmen penjualan ponsel meningkat dari Rp124,67 miliar menjadi Rp171,14 miliar atau naik sebesar 37,3 persen. Sedangkan laba usaha perseroan meningkat 67,2 persen dari Rp66,19 miliar triwulan 1 2010 menjadi Rp107,15 miliar pada triwulan 1 2011. Sedangkan EBITDA meningkat 68,6 persen dari Rp63,02 miliar menjadi Rp106,26 miliar,” terang

Juliana. Laba bersih per saham, ROA dan ROE perseroan pada triwulan 1 2011 tercatat masing-masing sebesar Rp13/saham, 8,6 persen dan 24,7 persen. Sedangkan untuk triwulan 1 2010 masing-masing sebesar Rp6/saham, 6,0 persen dan 16,0 persen. Pada rapat umum pemegang saham tahunan 15 April 2011, para pemegang saham perseroan menyetujui pembagian dividen tunai kepada para pemegang saham sebesar Rp66,75 miliar atau Rp15 per saham. Recording date untuk pemegang saham yang berhak atas dividen tersebut adalah pada 11 Mei 2011. Pembayarannya dilakukan pada 25 Mei lalu. (jpnn/c1/wan)

FOTO EKA YULIANA

TERGERUS: Pasar furnitur rotan terus tergerus oleh produk furnitur jati. Omzet industri rotan di Lampung turun drastis seiring turunnya permintaan terhadap produk ini.

Bank Tiongkok Komitmen Pendanaan USD4 M JAKARTA - Upaya untuk menarik investasi dari Tiongkok terus dilakukan. Kementerian Perindustrian akan meneken memorandum of understanding (MoU) dengan kalangan perbankan dari negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat itu. Ada dua bank komersial yang berkomitmen menyediakan pendanaan untuk investasi asing dengan total plafon pinjaman senilai USD4 miliar. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengungkapkan, komitmen pendanaan dari dua perbankan tersebut untuk memenuhi kebutuhan investor Tiongkok yang ingin berinvestasi di Indonesia. Dua perbankan tersebut adalah Bank of China Ltd. (BoC) serta Industrial and Commercial Bank

of China (ICBC). ’’Masing-masing bank baik BoC maupun ICBC berkomitmen menyediakan dana USD2 miliar, sehingga total USD4 miliar. Akan ditandatangani di Hotel Grand Hyatt Sabtu (30/4) nanti,” katanya. Rencananya, dokumen tersebut ditandatangani di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat kunjungan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao ke Indonesia. Menurut dia, keinginan menanamkan modal dari investor Tiongkok selalu diikuti dengan komitmen dari kalangan perbankan. Sebab, para penanam modal tersebut memilih untuk mengambil plafon pinjaman dari perbankan Tiongkok. “Kalau ada investor yang

sepakat secara bisnis melakukan investasi maka kedua bank itu memberikan back up,” ucap dia. Selain itu pihaknya juga sudah melakukan pembicaraan dengan Bank Exim mengenai permodalan bagi investasi. Dikatakan, dari hasil pembicaraan tersebut pihak perbankan bersedia memberikan suku bunga kompetitif sebesar 10 persen untuk tiap investasi. “Sedangkan sampai saat ini sudah ada industri alat berat Sany Heavy Industry Co. Ltd anak perusahaan Sany Group yang akan berinvestasi,” jelas dia. Dalam kesempatan itu, Kemenperin juga melakukan penandatanganan dengan Sany Heavy Industry Co. Ltd. Perusahaan multinasional tersebut akan mulai melakukan ground

breaking pada pertengahan tahun 2011 dengan total investasi USD 200 juta. Dikatakan, komitmen investasi di sektor lain masih belum ada. “Tetapi, seperti perkapalan sedang lakukan penjajakan. Ada enam proyek yang memungkinkan. Kami akan mengawal ke BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal, Red) serta memfasilitasi kalau seluruh persyaratan perizinan dipenuhi. Apalagi selama ini investasi dari Tiongkok rendah, yakni hanya USD 175 miliar tapi perdagangan mencapai USD 40 miliar,” ucapnya. (jpnn/c1/wan)

8.574


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.