RADAR LAMPUNG | Senin, 5 April 2010

Page 26

METROPOLIS

26

SENIN, 5 APRIL 2010

Bukan Sekadar Berita

Curi Kaus Singlet untuk Kado Anak BANDARLAMPUNG – Tiga potong kaus singlet menjadi barang bukti yang menggiring Ida Laila (23) dan Marini (33) ke sel tahanan Mapolsekta Kedaton. Dua ibu rumah tangga (IRT) yang tinggal di warga Jl. Sisingamaraja, Kelapatiga, Tanjungkarang Barat, ini kedapatan mencuri di toserba di Jl. Teuku Umar, Kedaton, kemarin (4/4). Bermula ketika Ida dan Marini pulang dari berkunjung ke rumah rekannya di Tanjungsenang. Keduanya singgah di toserba tersebut. Di sana, Marini membeli sabun deterjen dan minuman ringan. Ditemui di Mapolsekta Kedaton kemarin (4/4), Ida mengaku, saat berada di toserba ia mengatakan kepada Marini bahwa dirinya hendak memberikan anaknya hadiah ulang tahun. Namun, ia tidak memiliki uang. ’’Anak saya umurnya sepuluh tahun. Tapi, saya nggak punya uang untuk beli kado,” kata Ida di Mapolsekta Kedaton kemarin. Lalu, Marini mengambil tiga kaus singlet merek Rider dan dimasukkan ke dalam tas yang dibawanya. Kemudian, tas tersebut diberikan ke-

pada Ida. Ia keluar terlebih dahulu dan menunggu di depan toserba. Sementara, Marini membayar barang-barang yang dibelinya. Namun, CCTV yang ada di toserba itu merekam gerak-gerik keduanya. Dua wanita ini kemudian diamankan satpam toserba. Awalnya, dua wanita ini tidak mengaku jika telah mencuri. Namun saat ditunjukkan rekaman CCTV, keduanya tidak bisa mengelak. Kapolsekta Kedaton AKP Ketut Suryana, S.I.K. melalui Kanitreskrim Ipda Ade Gita membenarkan pihaknya sudah mengamankan dua wanita itu. Sementara, keterangan Ida terkesan berubah-ubah. Saat ditanya tempat menyembunyikan kaus curian, ia mengaku memasukkan barang tersebut ke balik baju yang dipakainya. Sementara, Didi Riskiansyah, petugas pengontrol CCTV, mengatakan, kaus curian dimasukkan ke dalam tas. ’’Waktu kali pertama ditanya, dia (Ida, Red) mengaku namanya Novi. Tapi waktu di sini (Mapolsekta Kedaton, Red), dia malah ngaku bernama Ida,” kata Didi. (yud/ais) FOTO YUDA PRANATA

GARA-GARA SINGLET: Dua ibu rumah tangga yang diamankan di Mapolsekta Kedaton lantaran diduga mencuri.

Pernyataan Herman Jadi Bukti Baru FOTO HANDI SETIO BUONO

HANCUR: Fani saat menjalani perawatan di RSUDAM kemarin.

Bergantungan di Kereta, Telapak Kaki Hancur BANDARLAMPUNG – Fani (11), warga Jl. Flamboyan, Bataranila, Hanimena, Lampung Selatan, dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek (RSUDAM) kemarin. Telapak kaki kanan siswa kelas 5 SDN 1 Rajabasa itu hancur tergilas roda kereta api batu bara rangkaian panjang (babaranjang). Peristiwanya terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Awalnya, dia dan rekanrekannya membuat pisau dari paku. Paku itu ditaruh di atas rel. Roda kereta yang lewat akan menggilas paku dan membuatnya pipih. Menurut Bustomi, paman Fani, saat kejadian, muncul kereta api babaranjang. Kereta api tersebut sempat berhenti. Lalu, Fani dan rekan-rekannya bergelantungan di gerbong. Ketika kereta mulai berjalan, rekan-rekan Fani sudah turun terlebih dahulu. Sementara, Fani bermaksud turun saat kereta tersebut mulai berjalan

agak cepat. Fani yang hendak turun, terpeleset. ’’Kata kawan-kawan Fani, kakinya tersangkut di roda kereta dan tergilas,” kata Bustomi ditemui di instalasi gawat darurat (IGD) RSUDAM kemarin. Beruntung, rekan-rekan Fani langsung menarik tubuh bocah itu. Warga yang mengetahui peristiwa tersebut langsung membawa Fani ke rumah sakit. Peristiwa serupa dialami Arnel Pandiano (11). Warga Jagabaya II, Tanjungkarang Timur (TkT), itu putus kakinya karena dilindas kereta, Rabu (3/3). Kaki kiri siswa kelas lima MIN Jagabaya tergilas dan langsung putus. Peristiwa itu terjadi saat Arnel istirahat sekolah sekitar pukul 11.00. Bersama rekan-rekannya, ia naik kereta babaranjang. Perlintasan kereta dari sekolahnya hanya berjarak lima meter. (hsb/ais)

BANDARLAMPUNG – Ditreskrim Polda Lampung belum bersikap terkait fakta-fakta di persidangan kasus tindak pidana korupsi (tipikor) kas daerah Pemkab Lampung Tengah. Pada persidangan kasus ini diperoleh fakta bahwa mantan Bupati Andy Achmad Sampurna Jaya ikut berperan dalam pemindahan kas daerah Pemkab Lamteng ke BPR Tripanca. Seperti keterangan Herman Hasboelah, salah seorang terdakwa dalam kasus ini. Pada sidang di Pengadilan Negeri Kelas I Tanjungkarang, Kamis (1/4), Herman menyatakan pemindahan kas daerah tersebut atas perintah Andy Achmad yang saat itu menjabat bupati Lamteng.

Ada tiga surat dalam pemindahan kas daerah itu. Surat pertama pemindahbukuan kas daerah tersebut dibatalkan Andy Achmad Sampurna Jaya. Hal ini terjadi lantaran nilai transfer yang sebelumnya Rp15 miliar dinaikkan Rp20 miliar. Kemudian, surat yang ditandatangani Musawir berdasarkan perintah dari bupati. Dalam kasus ini, Musawir yang menjabat Sekkab Lamteng juga menjadi terdakwa. Terkait hal ini, Direskrim Polda Lampung Darmawan Sutawijaya menyatakan, pihaknya belum menerima laporan adanya surat rekomendasi pemindahan kas daerah yang ditandatangani Andy Achmad. ’’Saya sendiri kaget dengan per-

nyataan Herman Hasboelah dalam sidang itu. Kenapa baru bilang waktu sidang,” kata Darmawan saat dihubungi melalui ponselnya kemarin (4/4). Jika ada pengakuan dari Herman, polda tentu langsung bergerak untuk menelusuri kembali kebenaran itu. ’’Sekarang, kasusnya digelar di PN. Makanya, kita tunggu saja apa hasilnya. Beda kalau ada laporan baru. Jelas akan kami tindaklanjuti,” ujarnya. Ditambahkan, dua surat rekomendasi yang dijelaskan Herman dalam persidangan menujukkan adanya bukti baru. Pertama, surat tertanggal 3 Maret 2008 dengan No. 900/033/LTD.3/2008 yang ditujukan kepada Direktur PT Bank Tri-

panca Setiadana Bandarlampung, dengan perihal permohonan membuka rekening deposito. Surat kedua, tertanggal 3 Maret 2008, bernomor 900/034/LTD.3/ 2008, yang berisi pemindahbukuan rekening kas daerah dengan nominal Rp15 miliar. Surat itu ditujukan kepada direktur PT Bank Lampung c.q. pimpinan PT Bank Lampung cabang Bandarjaya. ’’Dua surat itu bukti baru. Tetapi, saya sendiri belum lihat suratnya,” ucap Darmawan.Terpisah, penasihat hukum (PH) Andy Achmad, Yuzar Akuan, S.H., mengatakan, keterangan terdakwa, termasuk surat yang diakui ditandatangani kliennya, hanya untuk menyelamatkan diri me-

reka. Dikatakan, hal-hal yang ada di persidangan hanya pernyataan terdakwa. ’’Proses persidangan masih berjalan. Semua itu kan baru statement. Belum dapat dijadikan bukti,” kata Yuzar dihubungi melalui ponselnya tadi malam. Ia kembali menegaskan, bila ada bukti baru, hal ini bukan untuk menarik subjek hukum baru. ’’Hal itu hanya untuk menyelamatkan terdakwa,” tukasnya. Di sisi lain ia mengatakan, bila penyidik Polda Lampung melakukan penyelidikan kembali kasus tersebut, pihaknya siap untuk diperiksa. ’’Tapi kami juga akan melakukan upaya hukum juga,” katanya. (ful/hsb/ais)

Kesal Dimintai Uang, Pengamen Ditusuk BANDARLAMPUNG – Kesal lantaran kerap dimintai uang, membuat Je (17), warga Jl. Padat Karya, Rajabasa, berbuat nekat. Ia menusuk Meli Suhardi (20), warga Jl. Tamin Gg. Balai Desa, Sukajawa, Tanjungkarang Barat, hingga pemuda itu harus menjalani perawatan di rumah sakit. Je yang sehari-hari menjadi tukang parkir di sebuah rumah makan di Jl. Ki Maja, Kedaton, ini ditangkap polisi sekitar pukul 20.00 WIB Sabtu

(3/4), tiga jam setelah melakukan penganiayaan. Penganiayaan itu buntut dari peristiwa yang dialami Je, sekitar pukul 16.00 WIB Jumat (2/4). Saat itu, Meli bersama empat rekannya mendatangi Je di tempat kerjanya. Meli memang kerap berada di parkiran rumah makan tersebut. Pemuda itu kemudian meminta uang untuk membeli rokok. Namun, Je tidak memberikan apa yang diminta.

’’Terus saya dipukuli sama Meli dan teman-temannya. Meli memang sering minta uang untuk beli rokok,” kata Je ditemui di Mapolsekta Kedaton kemarin (4/4). Tidak terima dipukuli, keesokan harinya Je menemui Meli di parkiran rumah makan. Saat itu, ia sudah menyiapkan obeng yang disembunyikan di balik bajunya. Je kemudian menanyakan penyebab Meli memukuli dirinya. Ditanya seperti itu, Meli hendak

memukul Je. Saat itulah, Je mengeluarkan obeng dan menusuk perut dan dada Meli. Warga yang mengetahui peristiwa tersebut kemudian membawa Meli ke Rumah Sakit Urip Sumoharjo. Sementara, Je melarikan diri. Kasus ini kemudian dilaporkan keluarga Meli ke Polsekta Kedaton. Je mengaku, dirinya sudah kesal dengan perilaku Meli. ’’Waktu itu, saya memang lagi nggak ada

duit. Tapi pas nggak dikasih, Meli sama kawan-kawannya malah mukulin saya,” kata Je yang mengaku sehari mendapatkan uang Rp15 ribu ini. Kapolsekta Kedaton AKP Ketut Suryana, S.I.K. melalui Kanitreskrim Iptu Ade Gita mengatakan, pihaknya mengamankan Je saat berada di rumahnya. ’’Laporan penganiayaan itu disampaikan paman korban,” kata Ade di mapolsekta kemarin. (yud/ais)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.