
6 minute read
BAB II: KONTAK SOSIAL
BAB II: KONTAK SOSIAL BAB II: KONTAK SOSIAL BAB II: KONTAK SOSIAL BAB II: KONTAK SOSIAL
A. DEFINISI DAN KONSEP Kontak sosial adalah asosiasi pribadi yang terjadi dalam kondisi tertentu; atau interaksi yang mencakup berbagai perilaku dari pengamatan anggota kelompok lain tanpa komunikasi apapun, asosiasi intim berkepanjangan '(Cook and Sellitz 1955, hlm. 52-53). Dua tingkat dari kontak sosial yang telah diidentifikasi adalah co-presence dan focused interaction (Murphy, 2000). Co-presence lebih kepada tingkat minimum dari interaksi sosial, yang terjadi ketika dua atau lebih signal individu (melalu gerakan tubuh dan muka, serta penggunaan ruang), kepedulian mereka terhadap keberadaan orang lain dan aksesibilitas dengan orang lain. Focused-interaction terjadi ketika seseorang berkumpul bersama dan bekerjasama untuk mempertahankan fokus tunggal dari perhatian, seperti dalam percakapan, permainan, dan transaksi di toko. Komponen penting yang mempengaruhi interaksi sosial : 1) 2)
Advertisement
3) 4)
5) 6)
7) Tujuan. Tujuan yang mengarahkan dan memotivasi interaksi sosial. Aturan. Membagikan kepercayaan yang meregulasi interaksi sosial dan membangkitkan aksi sehingga tujuan dapat tercapai. Peran. Mencakup tugas, kewajiban atau hak dari posisi sosial seseorang. Repertoire of elements. Penjumlahan dari perilaku verbal dan non-verbal yang pantas terhadap situasi tertentu. Urutan perilaku. Urutan spesifik dari tindakan yang diperlukan untuk beperilaku efektif. Konsep. Elemen yang dibutuhkan individu untuk proses berperilaku secara efektif dalam situasi sosial dan mencapai tujuan situasional. Setting lingkungan. Setting dimana pertemuan berlangsung dan terdiri dari ruang,
8) pengubah, dan batas-batas. Bahasa dan ucapan yang membuat individu mengerti bagaimana berperilaku dalam
9) suatu interaksi. Kesulitan dan kemampuan. Situasi sosial yang membutuhkan persepsi, motor, memori, atau kemampuan linguistic agar dapat dimengerti.
1. Kontak Sosial dalam Pariwisata a. b. c. Tourist-host(tuan rumah) Tourist-tourist Tourist-potential tourist
d. Tourist-provider contacts (Fridgen, 1991)
2.
Ambiguitas dalam Menjelaskan Wisatawan dan Tuan Rumah Ada ambiguitas dalam mendefinisikan wisatawan dan host. Banyak peneliti tidak membedakan antara berbagai kategori wisatawan. Mereka menyebut wisatawan sebagai pendatang atau tamu dan kontak tourist-host sebagai kontak tamu-tuan rumah (e.g., Nozawa, 1991) 3.
4.
5. Kategori dari Wisatawan a.
Definisi nominal dari wisatawan: wisatawan sebagai pengunjung sementara yang tinggal setidaknya 24 jam di wilayah yang dikunjungi untuk tujuan rekreasi (liburan, olahraga, belajar, rekreasi), bisnis, keluarga (mengunjungi teman dan kerabat), atau
b. pertemuan dan konferensi (McIntosh dan Goeldner, 1997).
Definisi operasional dari wisatawan : wisatawan sebagai pengunjung luar negeri dari budaya yang berbeda, berada di wilayah yang dikunjungi selama (minimal) 24 jam dan maksimal 12 bulan untuk tujuan kontak sosial ,liburan , bisnis, studi, keluarga, olahraga, atau konferensi. Definisi Host Host adalah negara yang dikunjungi yang telah tedaftar di industri pariwisata dan menyediakan layanan untuk wisatawan seperti pengusaha, pelayan, asisten toko, pemandu wisata, manajer tur, taksi dan sopir bus. Bentuk dari Touris-Host Contact Touris-host contact dapat terjadi pada berbagai setting, seperti: pada pesawat dan bus, hotel, makan malam di restoran, pada saat berbelanja, nightclub, maupun hal-hal lainnya. Terdapat tiga situasi kontak antara wisatawan dan host(tuan rumah): a. b. Ketika wisatawan membeli barang dan jasa dari penduduk Ketika wisatawan dan penduduk menemukan diri mereka berdampingan dalam interaksi
c. Ketika kedua pihak datang tatap muka selama proses pertukaran informasi (DeKadt, 1979).
B. CONTACT HYPOTHESIS Contact hypothesis menunjukkan bahwa kontak antara orang dari latar belakang budaya yang berbeda dapat mengakibatkan hasil yang positif maupun negatif.
C. DETERMINAN TOURIST-HOST CONTACT Terdapat empat faktor besar yang mempengaruhi tourist-host contact:
1) 2)
3) 4) Temporal (waktu, perbedaan peran yang dimainkan oleh wisatawan dan tuan rumah (host). Spasial (bersifat fisik, seperti jarak, dan sosial, seperti posisi sosial dari wisatawan dan tuan rumah, aturan sosial yang harus dipatuhi). Komunikasi (perbedaan bahasa dan perilaku non-verbal) Budaya (perbedaan nilai, persepsi, dan sikap) (Evans, 1978; Fridgen, 1991).
D. TIPE INTERKULTURAL TOURIST-HOST CONTACT Variabel penting yang menentukan kontak wisata-host tingkat 'interculturalness' di pertemuan itu atau sejauh mana kesamaan dan perbedaan antara peserta (Levine, 1979). Tingkat interculturalness sapat membedakan antara tiga jenis utama dari pertemuan antarbudaya (Sutton, 1967), tergantung pada persamaan dan perbedaan dalam latar belakang budaya dari individu: 1) 2)
3) Dimana latar belakang budaya individu adalah sama, atau serupa Dimana latar belakang budaya individu berbeda, tetapi perbedaan kecil dan sebagai pelengkap Dimana latar belakang budaya individu berbeda, dan perbedaannya besar dan tidak kompatibel.
E. KESULITAN INTERAKSI DALAM DAN LINTAS BUDAYA TOURIST-HOST CONTACT Kesulitan utama dalam interaksi disebabkan karena perbedaan pada budaya, yaitu: 1)
Komunikasi dan perilaku interpersonal (kelancaran berbahasa, penggunaan bahasa yang
2)
3) sopan, mengekspresikan sikap, perasaan, dan emosi); Signal non-verbal (ekspresi muka, tatapan mata, perilaku spasial, sentuhan, postur, dan gesture); dan Aturan dan pola dari interaksi interpersonal (salam, pengungkapan diri, menerima atau menolak permintaan) (Bochmer, 1982).
F. CULTURE SHOCK Culture shock yang dialami seseorang ketika berada di budaya yang berbeda. Shock disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi lingkungan budaya baru, rangsangan asing yang tidak dapat dipahami, dihadapkan dengan berbagai cara hidup dan melakukan hal-hal tertentu, ketidakmampuan untuk mengajukan pertanyaan dan memahami jawaban, atau mengenali makanan ( Rogers dan Steinfatt, 1999).
Banyak gejala culture shock yang telah dilaporkan, seperti: ketegangan, rasa kehilangan yang timbul karena dipindahkan dari lingkungan yang akrab, perasaan impotensi karena tidak kompeten dalam lingkungan baru, malu, penghinaan, depresi, perasaan ditolak oleh para anggota lingkungan baru, kebingungan tentang nilai-nilai, identitas, ketidakmampuan, frustrasi, perasaan negatif, khawatir untuk belajar bahasa baru, peningkatan iritasi, kelelahan, kritik, penurunan inisiatif, bahkan keasyikan dengan kebersihan dan kekhawatiran (Bochner, 1982; Brislin dan Pedersen, 1976; Oberg, 1960; Taft, 1977; Textor, 1966).
G. PENGUKURAN TOURIST-HOST CONTACT Teknik pengukuran dalam kontak sosial adalah : 1) Pengukuran Bale : pengukuran kontak sosial melalui observasi pada interaksi.
2)
3)
4)
5)
6) Triandis & Triandis’ Social Distance Scale : Pengukuran tidak langsung yang tidak valid dari kontak sosial antara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda karena perbedaan jarak sosial antar budaya. Hall’s Social Distance Zones: mengukur kontak sosial melalu empat zona jarak sosial: intim, pribadi, sosial, dan masyarakat. Vassiliou et al.’s measures: mengukur kontak sosial dari jumlah intimasi bersama teman (maximum contact, some contact, & no contact). Gudykunst’s Measures : menganalisa kontak lintas budaya dengan mengembangkan the cross-cultural interaction index, the potential for cross-cultural interaction index, the number of cross-cultural friendship index, & the cross-cultural attitude index. Father’s Direct Measures : menggunakan pengukuran langsung (skala Likert) berkaitan dengan ekspatriat seberapa sering Australia diundang ke Papua New Guinenan, diminta sebagai pihak, diundang untuk bermain olahraga, dan berbagi fasilitas rekreasi, bercampur sekolah, berapa banyak teman baik yang mereka punya dengan tuan rumah.
7)
8) Father’s Indirect Measures: menggunakan pengukuran yang tidak langsung (skala Likert) khawatir dengan: pengetahuan dan penggunaan bahasa tuan rumah, dan jarak sosial antara wisatawan dan host (kesamaan dan perbedaan karakteristik dan perilaku). Boncher’s Measures: variable yang mengukur kontak tourist-host lintas budaya: ada di wilayah mana kontak terjadi, rentang waktu interaksi, tujuannya, jenis keterlibatan, frekuensi kontak, tingkat keintiman, status dan kekuasaan, dan membedakan karakteristik partisipan.
9) Pengukuran lainnya: Marsh & Henshalls’s measure (skala, frekuensi, intensitas interaksi; orang yang terlibat; gaya interaksi); Black & Mendenhall’s measures; Kamal & Maruyama’s direct and indirect measures.
H. PENTINGNYA ANALISIS LATAR BELAKANG BUDAYA Analisis latar belakang budaya dari negara yang berbeda dan kelompok dalam setiap bangsa diperlukan (Feather, 1980b; Sutton, 1967) untuk menentukan di mana perbedaan prioritas nilai antara kelompok-kelompok ini terjadi dan apa pengaruh mereka pada individu dan kontak sosial dalam berbagai kelompok (Feather, 1980b).
I. STUDI TOURIST-HOST CONTACT Perlunya studi ini karena adanya kebutuhan untuk memeriksa latar belakang budaya wisatawan dan host dan menentukan bagaimana perbedaan budaya di latar belakang mereka mempengaruhi interaksi sosial mereka.