Krisis Suriah

Page 2

Teraju

REPUBLIKA RABU, 7 DESEMBER 2011

Selama berabad-abad Alawites membantai dan dibantai. Pernah mendirikan negara sendiri, tapi berakhir setelah sang mesiah digantung.

S

itus muslimhope.com menulis Alawites, atau Alawi, adalah cabang dari Syiah. Sebagian Muslim khususnya di Lebanon dan Suriah menerima mereka sebagai Muslim. Lainnya menyebut mereka bidah (heretic) dan telah keluar dari Islam. Islam memiliki lima pilar: syahadat, shalat, puasa di bulan Ramadhan, zakat, dan menunaikan ibadah haji. Alawites meyakini kelimanya sebagai simbol, tanpa harus dipraktikkan. Alawites menambahkan dua pilar lagi, yakni jihad dan pengabdian kepada Ali bin Abi Thalib. Pengabdian melibatkan jihad melawan musuh-musuh Ali. Ismaili, cabang Syiah lainnya, percaya Allah hadir ke dunia ke dalam tujuh wujud manusia, nyata dan menyamar (revealed and hidden). Dalam bentuk nyata, Allah hadir dalam sosok Adam, Nuh, Yaqub, Musa, Sulaiman, Isa, dan Muhammad. Dalam bentuk penyamaran (hidden), Allah hadir ke dalam tubuh Abel, Seth, Jusuf, Joshua, Asaf, Peter, dan Ali. Menggunakan konsep trinitas dalam sistem kepercayaan Yunani kuno, Alawites percaya Muhammad, Ali, dan Salman al-Farisi adalah manifestasi tertinggi Allah. Alawites menyembah ketiganya meski tahu ketiganya tak mau dianggap Tuhan dan disembah. Alawites minum anggur, yang dianggap sebagai transubstansiasi menuju Allah. Seperti kaum Freemason dan Mormon, Alawites memiliki ajaran rahasia. Salah satu ritual mereka adalah communion, seperti dalam Katolik. Namun, tidak ada catatan apakah mereka mengonsumsi babi. Alawites merayakan Idul Adha dan Idul Fitri seperti umumnya Muslim Sunni dan Syiah di Iran. Namun, mereka juga merayakan Idul Kabir dan asySyura. Bahkan, mereka terlibat aktif dalam Natal dan Epiphany, serta merayakan Nawruz— Tahun Baru Zoroaster. Hari besar Syiah yang juga diperingati Alawites adalah saat Muhammad SAW melimpahkan kekhalifahan ke Ali.

Siapakah Alawites? Jangan pernah berupaya melacak sejarah Alawites karena hanya akan

Membantai, dibantai Alawites menuliskan sejarahnya dengan tinta darah. Mereka membantai siapa pun demi menegakkan eksistensi dan siap dibantai rezim apa pun demi menjaga eksistensi. Semua itu terjadi ketika Syiah kehilangan kekuasaan atas Damaskus. Pada 1097, Kesatria Kristen membantai sekelompok Nusayri. Tindakan keji ini berhenti ketika komandan Kesatria Kristen tahu Alawites, atau Nusayris, tidak benar-benar Muslim. Yang terjadi kemudian adalah koalisi Alawites-Kristen. Kesatria Kristen dalam Perang Salib membantu Nusayri memerangi Ismaili. Pada 1120, sekelompok orang Kurdi dan Syiah Ismaili mengalahkan 25 ribu serdadu Nusayri. Tiga tahun kemudian, Nusayri dengan bantuan pembelot Syiah Ismaili mengalahkan orang-orang Kurdi. Pada 1291, sejumlah pemimpin Alawites dan Ismaili bertemu untuk melakukan merger agama. Upaya ini tak sukses karena kedua pihak memiliki perbedaan dogma. Keduanya hanya sepakat menjalin koalisi militer yang rapuh.

Akibatnya, Ismaili dan Nusayri menjadi sasaran penghancuran Dinasti Mamluk antara 1260 sampai 1518 M. Ketika Ottoman mengambil alih Suriah pada 1516, Sultan Selim I, penguasa Kekaisaran Ottoman saat itu, membantai lebih dari 9.000 Alawites atas restu pemimpin Muslim Sunni. Sebagai gantinya, Selim I memukimkan banyak orang Turki di tanah nenek moyang Alawites. Seiring perjalanan waktu, pemukim Turki yang semula penganut Sunni menjadi pemeluk Alawites. Adalah Ibnu Taimia, cendekiawan Muslim dan peletak dasar ajaran Wahabi, yang kali pertama mengeluarkan fatwa Alawites sebagai ajaran sesat. Taimia mengatakan, Alawites lebih kafir dibanding Yahudi dan Kristen, lebih sesat dari penyembah berhala. Menurutnya, adalah hak setiap Muslim untuk berjihad memerangi Alawites, menumpahkan darah, dan mengambil properti mereka. Kecuali, menurut Taimia, kaum Alawites mau bertobat. Pada 1832, setelah Alawites menyerang Masyaf, desa kaum Ismaili, penguasa Damaskus mengirim ribuan pasukan untuk memerangi mereka. Pada 1870 dan 1877, Ottoman membantai lagi kaum Alawites. Prancis datang dan memfasifikasi tanah-tanah Alawites antara 1918 sampai 1922. Bersama Prancis, datang pula misionaris Katolik dan para biarawan. Awal Maret 1924, Alawites membantai para biarawati Katolik. Prancis marah dan datang dengan pasukan besar untuk membantai Alawites. Alawites mencoba mendirikan negara sendiri. Pada 29 September 1923, mereka memproklamasikan Negara Alawites setelah menerima mandat dari kolonialis Prancis. Tujuh tahun kemudian, resminya 22 September 1930, Alawites mengganti nama negaranya menjadi Republik Sanjak Latakia, dan bukan lagi protektorat Prancis. Enam tahun kemudian, mereka meleburkan diri ke dalam Suriah. Peleburan tidak berlangsung mulus. Sliman Murshad menghimpun ribuan Alawites untuk memerangi pasukan nasionalisme Suriah. Perjuangan Alawites berakhir setelah Sliman Murshad, yang dipercaya sebagaian Alawites sebagai mesiah, digantung pada 1946.

Alawites dan Assad Daniel Pipes, dalam The Alawi Capture of Power in Syria menulis, selama berabad-abad Alawites adalah masyarakat yang lemah, miskin, paling dibenci, tinggal di pedesaan, dan terbelakang. Namun selepas 1950 mereka mentransformasi diri dan sejak 1974 menjadi elite penguasa atas Damaskus. Sulit mencari penjelasan bagaimana Alawites mencapai semua itu. Menurut Annie Laurent, peneliti Timur Tengah, kebangkitan Alawites terjadi beberapa tahun setelah penggantungan Sliman Murshad— sumber lain mencatatnya dengan nama Sulaiman Murshid. Alawites termotivasi membalas kematian Murshad, memasukkan orangorangnya ke dalam militer dan Partai Baath untuk membangun sel. Pada 1959, Partai Baath—penganut faham sosialisme sekuler—membentuk komite militer setelah mengambil alih kekuasaan di Damaskus.

en Alaw ite s

Kristen

Ala wit es Kri ste n K rist

Yazidis

Kristen

an o

n

Muslim Sunni

Leb

menimbulkan perdebatan sengit. Namun, ada beberapa pendapat yang relatif bisa diterima kaum Alawites. Orang Alawites lebih suka disebut Alawi, atau pengikut Ali. Namun sebelum nama ini muncul, mereka disebut Nusayris. Mereka percaya sebagai kelompok Syiah yang datang dari Tuhan. Mereka mengaku memeluk agama yang diajarkan Muhammad dan Ali. Kelompok Syiah lainnya mengatakan bahwa Alawites adalah sempalan dari Druze—kelompok Syiah yang didirikan al-Darasi. Dalam 44 Pertanyaan Katekismus Druze disebutkan, Alawites memisahkan diri karena menyembah Ali. Mereka, masih menurut kelompok Druze, menolak menyembah Tuhan al-Hakim yang mewujud dalam pribadi al-Darasi, atau (Druze). Patrick Seale, dalam Asad: The Struggle for the Middle East, mengaitkan Alawites dengan Ismaili, atau Syiah 7 Imam, dan Druze. Sedangkan, Nusairy adalah sisa-sisa Syiah yang disapu oleh Islam seribu tahun sebelumnya. Para pakar sejarah Timur Tengah mengatakan Nusayri adalah keturunan Nazerini, sebuah bangsa yang disebut Pliny—sejarawan Romawi yang terkenal dengan ramalan seribu tahun letusan Gunung Vesuvius—dalam History. Penelitian lain mengaitkan Alawite dan Nusayri pada satu nama: Muhammad Ibnu Nusayri an-Namiri, tokoh yang hidup sekitar 850 Masehi dan menyebut diri gerbang, atau bab dalam Bahasa Arab, menuju kebenaran Ilahiah (Truth). Ajaran Muhammad Ibnu Nusayri berkembang dan mengalamai evolusi, sampai diajarkan kembali oleh Husayn Inu Hamdan al-Khasabi (hidup pada 970 Masehi). Sejarawan lain menyebutkan Alawites menghimpun sejumlah suku. Beberapa suku berasal dari barat daya Suriah. Lainnya adalah imigran Irak yang masuk ke Suriah sekitar abad ke-12.

Turki

Druze

Irak Druze

el

Oleh Teguh Setiawan

AGAMA-AGAMA DI SURIAH

Isra

ALAWITES, ASSAD, DAN MASA DEPAN SURIAH

24

Yordania

MUSLIM SUNNI

Sumber: Geocurrents Map

16.798.000

SYIAH 12 IMAM (Twelver)

100.000

SYIAH 7 IMAM (Sevener) ALAWITES

200.000 2.350.562

DRUZE

681.000

KRISTEN Ortodok Yunani

1.100.000

Ortodok Suriah

700.000

Ortodok Armenia LAINNYA

200.000 400.000

YAHUDI

200*

YAZIDIS

10.000**

Keterangan: * Tahun 1964 terdapat 3.000 Yahudi di Suriah. Setelah emigrasi besar-besaran ke Israel, kini hanya ada 200 Yahudi. Dokumen resmi Pemerintah Suriah menyebut mereka musawiyin, atau pengikut Musa, bukan Yahudin. Sinagogue mereka berada di bawah perlindungan Pemerintah Suriah. ** Muslim menyebut mereka penyembah setan. Mungkin tak keliru. Yang pertama diciptakan Tuhan adalah Tawûsê Melek. Berikutnya tujuh malaikat. Tuhan menyuruh ketujuh malaikat mengambil tanah, ada yang bilang abu, dari bumi. Dari tanah,

Hampir seluruh anggota Komite Militer adalah Alawites. Matti Moosa, pengamat Timur Tengah lainnya, mengatakan, Komite Militer tidak bertindak sebagai Baatist, tapi menjalankan agenda sektariannya. Tujuan akhir mereka adalah mengambil alih pemerintahan dari tangan Sunni. Pada 1960, sejumlah petinggi keagamaan Alawites dan perwira militer Suriah melakukan pertemuan rahasia di rumah Hafez Assad di Qardana. Pertemuan membicarakan rencana mendorong orang-orang Alawites ke posisi penting di Partai Baath. Tiga tahun kemudian diadakan pertemuan rahasia lainnya di Homs. Pertemuan ini membicarakan langkah lanjutan mengambil alih tampuk kekuasaan Partai Baath

Tuhan menciptakan Adam. Tuhan memerintahkan Tawuse Melek dan tujuh malaikat menunduk kepada Adam. Tujuh malaikat melakukannya, Tawuse Melek tidak. “Bagaimana mungkin saya menunduk kepada Adam. Saya adalah iluminasi Anda, sedangkan Adam dari tanah,” kata Tawuse Melek. Tuhan memuji Tawuse Melek dan mengangkatnya sebagai pemimpin para Malaikat. Di muka bumi, Tawuse Melek adalah representasi Tuhan. Ia turun setiap Rabu pertama April. Yazidis menolak Taurat, Injil, dan Alquran, tapi mereka mengadopsi ritual Yahudi, Kristen, Islam, dan mengoplosnya dengan Paganisme asli Irak. Pemeluk Yazidis kerap menolak membicarakan ajarannya kepada orang lain. Mereka menolak konvertis, alias peralihan dari agama lain ke Yazidis. Akibatnya, populasi mereka tak pernah bertambah secara signifikan. Mereka memiliki dua kitab suci; Kitêba Cilwe dan Mishefa Re . Banyak sarjana percaya kedua buku itu baru dikeluarkan tahun 1911 dan 1913. Para imam Yazidis mengajarkan shalat lima waktu dengan setiap shalat wajah menghadap ke arah berbeda. Namun, kebanyakan pengikutnya hanya menjalankan dua waktu shalat saja; saat terbit dan terbenam matahari.

sekaligus menjadi penguasa Damaskus. Pada 1966, Partai Baath melakukan kudeta tak berdarah di dalam pemerintahan. Ia membersihkan orang-orang partai lain dan mengangkat Hafez Assad sebagai menteri pertahanan—posisi paling berpengaruh di pemerintahan. Sedangkan, posisi presiden dijabat Nureddin al-Atassi. Terjadi ketegangan di sayap radikal partai. Assad mengambil langkah pragmatis dalam program reformasi sosial dan politik luar negeri. Lainnya, al-Atassi dan Saleh Jadid, sekretaris jenderal Partai Baath, lebih suka menempuh perubahan agresif. Setelah kegagalan Suriah dalam perang enam hari melawan Israel dan terbongkarnya keterlibatan dalam Black September Yordania-Palestina, konflik terbuka di sayap radikal Partai Baath tak terhindarkan lagi. Hafez Assad tahu dirinya bakal ditangkap. Ia mendahului dengan melakukan Corrective Revolution di tubuh Partai Baath pada Februari 1970. Ia mengirim al-Atassi dan Jadid ke penjara. Assad menempatkan loyalisnya di posisi-posisi penting di pemerintahan dan partai. Alawites, komunitas keagamaan beranggotakan 3,5 juta (sumber lain menyebutkan dua juta), menempatkan orangnya sebagai penguasa Suriah. Kini, Bashar Assad di ambang kegagalan melanggengkan kekuasaan Alawites di Damaskus. Kegagalan yang mungkin akan memicu pembantaian Alawites di era modern. Sunni, utamanya Ikhwanul Muslimin, diprediksi akan melakukan balas dendam atas pembantaian 20 ribu sampai 38 ribu Muslim Sunni di Hama. ■

AP


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.