Si Ajaib Komodo Kian Mendunia

Page 1

Teraju REPUBLIKA

IBAN KEAJA IA DUN

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

23

SI AJAIB KOMODO KIAN MENDUNIA

FOT O-FO TO YOG I AR DHI/ REP UBL IKA

Pascakemenangan Komodo, target wisatawan ke Pulau Komodo bakal melampaui angka 50 ribu wisatawan. Oleh Andi Nur Aminah

“K

omodo itu sudah dikenal sejak lama. Kita minta untuk memilih dia sekarang, Komodo juga tidak akan tahu,” begitulah seloroh Jusuf Kalla, Duta Komodo, saat menyampaikan hasil perolehan polling SMS untuk mengikutkan Komodo sebagai New 7 Wonders of Nature atau tujuh keajaiban dunia untuk kategori alam. 11-11-2011 lalu, di penanggalan yang disebutsebut sebagai nomor cantik itu, diumumkanlah hasil perhitungan suara untuk pemilihan tujuh keajaiban dunia kategori alam. Dan komodo pun berhasil masuk. “Ini kemenangan bagi kita semua untuk memenangkan Komodo. Dan yang terpenting adalah Komodo menang dia tidak merasakan apa-apa. Yang akan merasakan adalah masyarakat Pulau Komodo, masyarakat NTT, dan wilayah-wilayah di sekitar, seperti Bali, Surabaya, Jakarta, dan sebagainya,” ujar JK panjang lebar. Ya, komodo memang tak peduli dengan namanya yang diketik berkali-kali oleh pengguna telepon seluler dan mengirimkannya ke nomor 9818. Tapi dengan satu tujuan untuk vote komodo, setidaknya ada satu bukti nyata jika masyarakat bisa bergerak dan bersatu jika digerakkan dan tujuannya jelas. JK sebagai ketua Duta Komodo, berkali-kali menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang telah mengirimkan ratusan juta SMS. Menurutnya, masa kampanye yang hanya 26 hari saja menjadi sangat luar biasa. “Kita bangsa yang mudah bersatu asal memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang bermanfaat bagi semua dan tak ada yang mengambil manfaat secara pribadi,” ujar JK. Menurutnya, Komodo akan menjadi ikon baru Indonesia yang cukup membanggakan. Masuknya komodo dalam New 7 Wonders of Nature pun disambut langsung dengan menjadikannya maskot SEA Games XXIV dengan nama Modo dan Modi. Tentu, ini adalah langkah awal promosi yang cukup tepat untuk sebuah event berskala internasional. Sebagai ikon baru Indonesia, JK mengatakan, hal terbaik yang bisa dilakukan oleh masyarakat, khususnya di NTT, adalah bersiap-siap menyambut kedatangan tamu yang akan banyak berkunjung ke sana. Selain itu, upaya perlindungan terhadap binatang itu juga harus selalu diperhatikan seiring dengan banyaknya turis yang datang. Gubernur NTT, Frans Leburaya, dengan optimis menyatakan arus kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Taman Nasional Komodo tahun ini dipastikan meningkat. Apalagi, setelah binatang peninggalan zaman dinosaurus itu masuk dalam tujuh keajabaian dunia baru versi Yayasan New 7 Wonder. Menurut Frans, pada 2010 kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut khususnya ke Pulau Komodo mencapai 40 ribu orang. “Saya optimistis tahun ini jumlahnya akan bertambah. Target awal 50 ribu wisatawan, tetapi kemungkinan angka itu akan terlampaui karena akan banyak wisatawan yang ingin melihat langsung salah satu keajaiban dunia tersebut,” ujar Frans. Lantas, apa kesiapan yang dilakukan Pemprov NTT menyambut tamu-tamu yang akan melihat si Komodo yang ajaib itu? Salah satu pekerjaan terbesar pemerintah, menurutnya, mempersiapkan fasilitas pelayanan umum serta membangun infrastruktur yang memadai. Akses jalan dan jembatan, fasilitas listrik, air bersih, tata kota yang sejuk, serta jaringan internet akan segera dibangun.

Selain itu, menurut Gubernur, pemerintah akan membangun rumah sakit di dalam kawasan Taman Nasional komodo. Fasilitas ini cukup dibutuhkan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya serangan binatang purba ini terhadap pengunjung. Dan yang tak kalah penting adalah memperpanjang landasan pacu Bandar Udara Labuanbajo untuk bisa didarati pesawat berbadan besar. Optimisme Gubernur NTT dengan terpilihnya Komodo menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia juga akan membawa dampak positif pada masyarakat sekitar. Pemerintah, kata Frans, terus mendorong masyarakat untuk mengasah kreativitas dan menangkap peluang bisnis dari keberhasilan hasil vote Komodo yang dilakukan seluruh masyarakat Indonesia. “Silakan membuat beragam suvenir khas Komodo, makanan khas NTT, dan kerajinan tangan lainnya. Pelaku bisnis lain yang ingin berinvestasi pun silakan datang ke sini,” ujar Frans. Begitu Komodo dinyatakan menang dan sejajar dengan enam keajaiban dunia lainnya versi Yayasan New 7 Wonders, berbagai pihak memang langsung melirik Pulau Komodo. Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Harry Warganegara meminta anggotanya untuk berinvestasi di pulau tersebut. “Mumpung komodo lagi naik daun,” ujar Harry. Harry mengatakan, beberapa bidang investasi yang memungkinkan bagi pengusaha di Pulau Komodo adalah hotel, restoran, pelabuhan, transportasi, sampai hiburan. Pola investasi yang memungkinkan adalah kemitraan dengan investor asing dan lokal. Namun, semangat investasi di Pulau Komodo oleh sejumlah pengusaha menyambut hasil vote Komodo itu justru disambut negatif oleh aktivis Pro Fauna. Koordinator Pro Fauna Indonesia, Rosek Nursahid, mengungkapkan kekhawatirannya, semangat untuk mengomersialkan komodo akan berdampak negatif terhadap habitat hewan purba itu. Menurutnya, pengalaman buruk dengan perlakuan komersialisasi terhadap binatang sudah terjadi pada orang utan di Bohorok. Rosek mengatakan, komersialisasi terhadap orang utan berdampak negatif karena orang utan kini harus menjalani rehabilitasi akibat ketergantungan dari pemberian makanan dari pengunjung. “Kami dari Pro Fauna, khawatir hal yang sama terhadap orang utan bisa saja terjadi pada komodo nantinya,” ujar Rosek. Masuknya komodo dalam New 7 Wonder of Nature, menurut Rosek, sebetulnya tidak memberi dampak yang signifikan. Karena terpilih atau tidak, dari dulu komodo sudah dikenal di dunia ada di Pulau Komodo. Kekhawatiran tersebut didasari oleh lemahnya manajemen konservasi yang terjadi di Indonesia. Saat ini, terpilihnya Komodo dalam New 7 Wonders sudah terlihat lebih kepada semangat untuk meningkatkan devisa, turis, dan sebagainya. “Belum ada terdengar disinggung masalah konservasinya. Dikhawatirkan yang terjadi nanti New 7 Wonders itu adalah komodo yang punah,” ujarnya. Pro Fauna mengisyaratkan agar Kementerian Kehutanan dalam hal ini pengelola Taman Nasional Komodo agar lebih mempersiapkan perencanaan yang lebih baik. Tentu saja jika tak ingin si ajaib komodo tetap bisa bertahan di wilayah konservasi yang hanya ada satu-satunya di di dunia itu. ■

Hidup Berdampingan dengan Sang Pemangsa

K

ata ‘modo’ artinya orang Modo. Begitulah sebutan bagi penghuni Pulau Komodo, selain reptil raksasa serta sejumlah spesies unik lainnya. Tak ada sumber pasti yang menyebutkan sejak kapan orang Modo mendiami pulau tersebut. Namun diketahui pada 1930, jumlah orang Modo di Pulau Komodo berjumlah 140-an jiwa. Orang Modo hidup berdampingan dengan kadal buas ini. Menetap dan bermukim di satu pulau dengan binatang yang setiap saat bisa saja menyerang dan memangsa mereka, tentu sebuah pilihan yang sulit. Tapi bagi orang Modo, hal itu bukan masalah. Terbukti, dari tahun ke tahun jumlah populasi orang Modo pun semakin meningkat. Selain orang Modo, pembauran etnis yang berdatangan di Pulau ini juga membuat populasi penduduk terus bertambah. Kini, di pulau tersebut cukup banyak pendatang dari Bima (Manggarai) dan suku Bugis (Bajo). Pulau ini dikenal dengan sebutan Komodo setelah di pulau tersebut pernah mendarat seorang ahli Biologi asal Belanda yang kapalnya terdampar di pulau tersebut. Owens menemukan kadal raksasa dan kemudian menyebutnya Komodo Dragon, yang dianggapnya sebagai ‘cucu naga’. Kadal raksasa tersebut kemudian tenar dengan nama Komodo dan diberi nama latin Varanus komodoensis. Bersamaan dengan penemuan komodo tersebut, pulau ini pun kemudian mendapat sebutan yang sama, yakni Pulau Komodo. Bagi masyarakat Kampung Komodo, sejarah pulau ini lekat dengan legenda Genong dan Orah. Cerita rakyat ini mengisahkan tentang persaudaraan antara komodo dan manusia karena lahir dari seorang ibu yang sama. Sebelum dikenal dengan nama Komodo, kampung itu disebut Kampung Najo. Dikisahkan, Najo memiliki anak perempuan yang hendak melahirkan. Persalinannya

dibantu seorang dukun yang membedah perut dengan menggunakan kulit bambu. Dari persalinan itu, lahirlah dua mahluk hidup, seorang bayi laki-laki dan seekor bayi kadal. Bayi laki-laki diberi nama Gerong dan bayi kadal diberi nama Orah. Kedua anak kembar ini tumbuh semakin besar. Namun, si kadal Orah makin besar semakin ganas. Semua hewan peliharaan dimakannya. Akibatnya, warga kampung marah dan mengusir Orah hingga ke hutan. Sesekali, Orah datang ke kampung mengunjungi saudara dan orang tuanya. Masyarakat dengan binatang komodo, menurut Amir, salah seorang warga Pulau Komodo, dahulu memang sangat dekat dengan penduduk asli. Amir mengatakan, memang orang luar sulit merasakannya. Bahkan, menurutnya, halaman kampung warga kerap didatangi binatang tersebut namun belum pernah ada kasus binatang tersebut menyerang warga. Sebagai penghormatan terhadap komodo yang dianggap sebagai leluhur, masyarakat keturunan Najo sesekali masih menggelar ritual adat yang disebut Aru Gele. Dalam ritual ini, warga secara bersama-sama akan menumbuk buah pohon yang tumbuh di kawasan tersebut untuk dijadikan persembahan makanan. Tapi sejak ditetapkannya Pulau Komodo sebagai kawasan taman nasional pada 1980 lalu, pelan-pelan kehidupan penduduk asli pun mulai terusik. Pulau yang luasnya 1.817 kilometer persegi ini terus meningkat populasinya. Namun dengan penetapan Pulau Komodo sebagai taman nasional, hal itu membuat pemerintah setempat menyerukan mereka untuk pindah ke lokasi lain di luar kawasan Taman Nasional Pulau Komodo. Namun, orang Modo tak bersikukuh. Mereka enggan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Mereka tetap memilih tinggal di pulau itu, hidup berdampingan dengan sang kadal raksasa, komodo. Antisipasi menghadapi kemungkinan binatang tersebut menyerang pun sudah dilakukan. Salah satunya, membangun rumah panggung yang berlokasi di pinggir pantai. ■ andi nur aminah


Teraju

REPUBLIKA JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

24

FOTO-FOTO YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Sensitif dengan Penciuman

T

REPTIL RAKSASA

yang Masih Tersisa Oleh Andi Nur Aminah

Nama Komodo mulai mendunia setelah Peter Ouwens dari Museum Zoologi Bogor membuat paper tentang Komodo pada 1912.

S

erombongan pengelana dari Eropa merapat di Nusa Tenggara Timur. Satu di antaranya adalah Baron Rudolf von Reding Biberegg. Lelaki asal Swiss itu sudah berusia 78 tahun. Namun, usianya yang sudah senja itu tak menghalangi langkahnya ke Pulau Komodo, tempat yang sudah lama diimpikannya. Pulau Komodo adalah tempat unik dan ganas ke sekian yang dikunjunginya. Baron dan rekannya suka memacu adrenalinnya dengan mendatangi berbagai lokasi di sejumlah negara yang dinilainya ganas. Mereka menuju Ponceng, sebuah kawasan puncak di Pulau Komodo. Tak diketahui mengapa tiba-tiba Baron terpisah dari rombongannya. Di tengah savana yang luas, terlihat di kejauhan, Baron duduk di sebuah bukit. Ia melambaikan tangan kepada rekannya dan setelah itu ia lenyap. Hari itu, 18 Juli 1974, para pawang bersama rekan-rekan Baron melakukan pencarian. Namun, jejak Baron tak nampak. Yang ditemukan hanya tripot, kamera, dan sepatunya yang berlumuran darah tak jauh dari bukit tempat Baron

duduk dan kemudian menghilang. Di bukit tempat Baron menghilang, warga Pulau Komodo mendirikan salib. Di situ ditulis: “Untuk mengenang Baron Rudolf von Reding Biberegg, lahir di Swiss 1895 dan hilang di pulau ini, 18 Juli 1974.” Kisah menghilangnya Baron Rudolf di Pulau Komodo ini, 37 tahun silam, selalu dikenang warga Pulau ini. Cerita ini pun selalu menjadi bahan yang dikisahkan para pawang kepada pawang-pawang muda agar mereka lebih berhati-hati memandu turis ke hutan. “Jika melanggar aturan memang bisa fatal dan nyawa taruhannya,” ujar Abdullah, salah satu pawang senior di Pulau Komodo. Salah satu larangan memasuki kawasan hutan tempat hidup Komodo adalah perempuan yang sedang menstruasi. Menurut Abdullah, Komodo akan sangat buas jika mencium bau darah. Sebuah peristiwa pada 1986, saat ia membawa sekelompok turis, juga asal Swiss, nyaris merenggut jiwanya dan turis yang dipandunya. Saat mereka memasuki hutan untuk melihat hewan langka itu, tiba-tiba muncul seekor komodo. Mereka berlarian. Beruntung, tak jauh dari situ terdapat pohon Bidara yang cukup banyak tumbuh di Pulau Komodo. Mereka pun memanjat pohon itu. Bertengger di atas pohon yang memiliki buah kecil-kecil dan rasanya manis itu, tak menenangkan mereka. Pasalnya, sang kadal raksasa itu pun ikut memanjat. Dengan tubuh bergetar dan wajah pias, ia dan dua orang turis yang naik di pohon Bidara itu tak mampu berkutik. Mereka merasa kehidupannya akan segera berakhir dalam terkaman makhluk purba

bernama Komodo. Tapi, ternyata belum. Ajal mereka belum ditentukan berakhir saat itu. Komodo itu memang sudah merangkak naik ke pohon Bidara. Namun, ranting yang dipijaknya tak mampu menopang bobotnya yang cukup berat. Kraaaak....! Sisi ranting yang dinaiki Komodo itu patah. Kadal raksasa itu pun roboh ke tanah bersama ranting pohon. Beberapa pawang yang mengikuti mereka lantas menghalau Komodo tersebut dengan tongkat pawangnya. Tongkat pawang adalah benda yang menjadi tameng para pawang dan cukup bisa membuat Komodo ‘patuh’. Tapi, Abdullah merasa aneh, mengapa hewan besar itu tak lagi takluk dengan tongkat pawangnya. Setelah peristiwa itu, turis perempuan yang dibawa Abdullah mengaku jika dirinya sedang datang bulan. Abdullah pun meradang. Sebelum masuk hutan, ia sudah mengingatkan hal itu bahwa perempuan haid tak boleh ikut masuk hutan. Abdullah menyebut peristiwa itu adalah pengalaman terburuknya menjadi pawang dan membuatnya semakin hatihati membawa turis ke dalam hutan. Kisah-kisah yang menyeramkan seputar hewan purba yang masih tersisa ini menjadi daya tarik tersendiri. Cukup banyak turis-turis asing maupun lokal, peneliti, orang-orang penting dari berbagai belahan dunia datang ke Pulau Komodo untuk menyaksikan hewan langka ini. Selain di Pulau Komodo, spesies kadal terbesar di dunia ini juga bisa ditemukan di Rinca, Flores, Gili Motang, Nusa Tenggara Timur. Oleh penduduk setempat, ko-

ahukan Anda, jika binatang kadal raksasa atau komodo tidak memiliki indera pendengaran meskipun memiliki lubang telinga? Tapi, komodo sangat sensitif dengan penciuman. Ketajaman penciumannya bisa menjangkau radius hingga sembilan kilometer. Dia bisa mengendus bau bangkai sejauh itu dan memburunya. Penglihatan biawak raksana ini pun mampu melihat hingga sejauh 300 meter. Tapi, di saat malam tiba, penglihatannya sedikit kurang awas karena retinanya memiliki sel kerucut. Komodo mampu membedakan warna, namun tidak cukup mampu membedakan objek yang tak bergerak. Karena itu, jika berada di dekat komodo, biasanya gerakan dilakukan dengan perlahan dan jangan membuat gerakan tiba-tiba. Bantuan angin di wilayah savana terbuka, tempat habitat binatang ini hidup, cukup membantu daya endus hewan ini. Kebiasaannya menelengkan kepala ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, membuat komodo bisa mendeteksi di mana daging bangkai atau makanannya berada. Hewan karnivora ini, meskipun kebanyakan makan daging bangkai, tapi juga kerap berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap. Setelah cukup dengan korbannya, ia bisa tiba-tiba menyerang korban dari sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging, lalu menelannya bulat-bulat. Mangsa berukuran kecil seperti kambing bisa dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan, biasanya diabaikan. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang, yakni sekitar 15 hingga 20 menit. Hewan ini memiliki lambung yang bisa melar luar biasa. Karena itu, tidak mengherankan jika binatang ini bisa menyantap mangsa yang hingga 80 persen bobot tubuhnya sendiri. Untuk mempercepat proses menelan korban, biasanya komodo menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon. Saking kerasnya, tak jarang pohon

modo dikenal nama lokal Ora. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh seorang Eropa pada 1910. Namanya meluas setelah 1912 ketika Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi Bogor, menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Nama komodo kemudian makin meluas dan membuat sejumlah peneliti dari Eropa terdorong melakukan ekspedisi ke pulau Komodo. Ekspedisi pertama dilakukan W Douglas Burden pada 1926. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama ‘Komodo dragon’ kepada hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang ditemukan kini diawetkan dan menjadi pajangan yang sampai saat ini berada di Museum Sejarah Alam di Amerika.

Binatang buas Komodo adalah binatang buas. Seorang peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyebutkan, gaya membunuh binatang ini hampir sama dengan manuver yang dilakukan ikan hiu pada mangsanya. Manuver yang dilakukan adalah mencengkeram dan merobek saat menggigit korban. Gigitan komodo sangat beracun. Bryan Fry, peneliti dari Australia, menyebut, racun dari mulut komodo bisa menyebabkan shock dan menurunkan tekanan darah. Racun tersebut bisa menyebabkan keram yang hebat pada bagian perut dan mengakibatkan hypothermia. Para ahli sebelumnya menduga, air liur komodo memiliki berjuta bakteri. Sehingga, jika seorang digigit komodo dalam waktu sekejap ribuan bakteri di air liur yang bercampur luka gigitan itu akan

yang ditempati membenturkan korbannya ikut rubuh dibuatnya. Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Jika tidak berjemur, makanan yang dimakannya bisa membusuk dalam perut dan meracuni tubuhnya sendiri. Metabolisme dalam tubuh komodo berlangsung cukup lamban. Karena itu, jika habis menyantap makanan dalam porsi cukup besar, komodo bisa tidak makan dalam berminggu-minggu lamanya. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo akan memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut, dan gigi mangsanya dalam bentuk gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk. Binatang ini adalah hewan penyendiri. Mereka baru berkumpul dan berkelompok saat makan atau berkembang biak. Meski berbobot cukup besar dan berat, namun reptil raksasa ini bisa bergerak cepat. Dia bisa berlari hingga kecepatan 20 kilometer per jam. Binatang ini pun bisa berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam empat meter. Komodo juga piawai memanjat pohon dengan bantuan cakarnya yang mencengkeram kuat. Jika mangsanya berada di luar jangkauannya, komodo bisa berdiri dengan ditopang kaki belakang serta memakai ekornya sebagai penunjang. Aktifitas komodo kebanyakan dilakukan di siang hari. Umumnya mereka berburu pada siang hingga sore hari. Untuk berlindung, biasanya komodo menggali lubang selebar satu hingga tiga meter dengan menggunakan tungkai depan dan cakarnya yang besar. Tidur di dalam lubang membuat komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Lubang tempat persembunyian komodo biasanya berada di daerah perbukitan yang terbuka. Di kawasan seperti ini, semilir angin laut cukup keras dan biasanya binatang-binatang seperti rusa yang kerap menjadi mangsa komodo banyak berkeliaran. ■ andi nur aminah

sangat membinasakan. Air liur komodo sering kali bewarna merah karena bercampur darah. Gigi komodo hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva yang tercabik selama makan. Hal ini membuat bakteri yang mematikan bisa tumbuh subur karena menemukan kondisi ideal di dalam mulut komodo. Bakteri-bakteri tersebut membawa dampak mematikan pada korbannya. Seorang yang digigit komodo, jika tidak langsung mati atau mangsa tersebut berhasil melarikan diri, umumnya akan meregang nyawa dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan pada air liur komodo adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan. Ini pernah diujicobakan pada tikus laboratorium. Telah banyak penelitian yang dilakukan dan dikembangkan untuk mencari molekul antibakteri dari air liur komodo, dengan harapan kelak bisa digunakan untuk pengobatan manusia. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Untuk membedakan komodo jantan dan betina bisa dilihat dari panjang tubuh dan warna kulitnya. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina. Kulitnya pun berwarna lebih gelap, yakni abu-abu gelap sampai merah batu bata. Sedangkan komodo betina lebih berwarna hijau tua dan umumnya memiliki warna kuning di sekitar leher dan tenggorokannya. Sementara itu, komodo yang masih belia warna kulitnya lebih muda lagi. Punggungnya cenderung berwarna kuning, hijau, dan kelabu muda. ■


Teraju

REPUBLIKA JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

25

SALAH KAPRAH tentang Keajaiban Dunia Oleh Andi Nur Aminah

Keajaiban dunia dan warisan budaya adalah dua hal yang memiliki prinsip penilaian berbeda.

D

i tengah ramai-ramainya masyarakat di Indonesia diimbau untuk vote Komodo agar tercatat dalam New 7Wonders of Nature beberapa waktu lalu, hampir bersamaan muncul pula wacana yang mengemuka tentang dicoretnya Candi Borobudur dari daftar warisan budaya dunia oleh UNESCO. Suara-suara sumbang pun bermunculan di tengah euforia vote komodo. “Ah, jangan-jangan nanti nasib komodo akan sama dengan Borobudur yang tidak berhasil masuk dalam tujuh keajaiban dunia,” tulis sejumlah pemilik blog yang tergabung dalam bloger nusantara. Tapi, tampaknya ada salah kaprah yang perlu diluruskan. Candi Borobudur memang tak pernah masuk dalam tujuh keajaiban dunia versi Yayasan New 7 Wonder. Sementara, ajakan untuk memvote Komodo memang melalui Yayasan tersebut. Namun, Candi Borobudur, Candi Prambanan, situs prasejarah Sangiran masuk dalam kategori World Cultural Heritage atau warisan budaya dunia. Sementara itu, Taman Nasional Komodo, sama dengan Candi Borobudur, juga dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia dan Manusia dan Biosphere Reserve oleh UNESCO pada 1986. Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Marsis Sutopo mengatakan, hanya di Indonesia yang menyatakan Borobudur adalah satu dari tujuh keajaiban dunia. “Ada perbedaan prinsip, di sini harus dibedakan,” ujar Marsis. Ancaman bakal dicoretnya Borobudur sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO membuat pengelola Candi Borobudur membantah kabar tersebut. Presiden Direktur PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Purnamo, menyatakan, setelah kejadian erupsi Merapi, justru UNESCO bersama dengan Bal-

ai Konservasi Candi Borobudur dengan PT Taman Wisata terus melakukan kerja sama untuk penyelamatan Borobudur. “Justru kami bersama UNESCO ingin menyelamatkan salah satu warisan budaya dunia ini,” ujar Purnomo. Setelah terjadi erupsi Merapi setahun yang lalu, lantai tiga hingga lantai tujuh kawasan Borobudur dipenuhi pasir. Akibat timbunan pasir tersebut, kawasan ini membutuhkan penanganan khusus untuk pembersihan candinya. Sedangkan, lantai satu dan dua tak perlu penanganan khusus karena areanya merupakan saluran air. Kini, kondisi pembersihan terakhir Borobudur sudah rampung seluruhnya. Bahkan, rencananya, Sabtu (19/11) besok, perwakilan UNESCO akan berkunjung dan menyaksikan langsung kondisi terakhir Borobudur setelah pembersihan abu erupsi Merapi. Menurut Marsis, pihak UNESCO memberikan apresiasi besar karena pembersihan Borobudur dilakukan dalam waktu relatif singkat. Marsis mengatakan, UNESCO pun ikut andil mencarikan dana dari donatur luar negeri guna pembersihan Borobudur serta pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang hidup di kawasan Candi Borobudur. Pembersihan sisa abu material Merapi yang berada di candi memang bukan hal mudah. Pembersihannya butuh keahlian khusus serta peralatan khusus agar relief-relief candi yang bernilai sejarah tinggi itu tidak rusak. Menurut Marsis, sejumlah relawan yang membersihkan candi terlebih dahulu dibekali pengetahuan khusus. Ada batu yang harus dibongkar untuk memastikan pori-pori batu tidak tersumbat abu sehingga air bisa mengalir. “Jika masih tersumbat, akan merusak batu-batu candi, bahkan bisa merapuhkan batu candi,” ujarnya. Sementara itu, ketua Keluarga Public Relation Kapurel, Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono mengaku, banyak wisatawan dari domestik dan luar negeri memang sering mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pengelola Candi Borobudur. Pascaterpapar abu akibat erupsi Merapi, Candi Borobudur memang sempat ditutup untuk umum. Selang beberapa bulan kemudian baru dibuka kembali. Namun, kondisi yang belum sepenuhnya bersih membuat Borobudur terlihat kumuh dan kotor. Banyak turis yang berkunjung, menurut Deddy, mengeluhkan candi kotor,

banyak sampah, debu, dan bau pesing dari MCK di lokasi Borobudur.

Warisan Dunia Situs warisan dunia UNESCO merupakan tempat khusus, seperti hutan, pegunungan, danau, gurun pasir, bangunan, kompleks, atau kota yang telah dinominasikan untuk program Warisan Dunia Internasional yang dikelola UNESCO World Heritage Committee. Di dunia ini terdapat ratusan tempat yang tercatat sebagai warisan dunia. Warisan dunia itu berupa 689 warisan budaya, 176 warisan alam, dan 25 campuran antara warisan budaya dan warisan alam. Dari jumlah terse-

but, 11 di antaranya berada di Indonesia, yakni empat ditetapkan sebagai situs alam, tiga situs budaya, dan empat karya budaya nonbenda. Candi Borobudur, Candi Prambanan, situs prasejarah Sangiran adalah situs budaya. Sedangkan, situs alam meliputi Taman Nasional Komodo (NTT), Taman Nasional Ujung Kulon (Banten), Taman Nasional Lorentz (Papua), dan Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra (Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan). Dan, karya budaya bukan benda yang diakui UNESCO adalah wayang (2003), keris (2005), batik (2009), dan angklung (2010). Upaya penyelamatan warisan bu-

daya dunia telah dilakukan UNESCO. Pada 1954, misalnya, Pemerintah Mesir memutuskan membangun Bendungan Besar Aswan (Aswan Dam). Pembangunan tersebut akan menenggelamkan sebuah pegunungan yang berisi harta benda dari zaman mesir kuno, seperti kuil Abu Simbel. UNESCO kemudian meluncurkan kampanye perlindungan secara besar-besaran di seluruh dunia. Tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk proyek tersebut. Tak kurang dari 80 juta dolar AS berhasil dikumpulkan UNESCO dari 50 negara untuk proyek tersebut. Proyek penyelamatan warisan dunia lainnya yang dilakukan UNESCO terhadap Venesia dan danaunya di Italia, Kuil Mohenjo-daro di Pakistan, dan Candi Borobudur di Indonesia. ■

YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia Candi Borobudur Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Borobudur Indonesia ditetapkan sebagai warisan dunia (situs budaya) pada 1991. Candi ini tersusun dalam tiga tingkatan, yang meliputi dasar piramida dengan lima teras persegi konsentris, batang kerucut dengan tiga platform sirkular, dan sebuah stupa besar di bagian atas. Candi seluas 2.500 meter persegi ini dipugar pada masa Hindia Belanda dan pada 1970-an dipugar total dengan melibatkan UNESCO.

Candi Prambanan, di Yogyakarta Ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada 1991. Candi yang dibangun pada abad ke-10 ini adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara yang ditemukan pertama kali oleh CA Lons, seorang berkebangsaan Belanda pada 1733. Candi ini terdiri atas delapan candi utama dan lebih dari 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut “Trisakti”, yang merupakan persembahan kepada tiga dewa Hindu, yaitu Siwa (sang penghancur), Wisnu (sang pemelihara), dan Brahma (sang pencipta).

Situs Manusia Purba Sangiran Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa dengan area seluas 48 kilometer persegi. Letaknya di lembah Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif, Sangiran terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Pada 1996, situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada1934, antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus Erectus (“Manusia Jawa”). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya juga ditemukan di kawasan ini.

Taman Nasional Komodo (NTT) Taman Nasional ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia (situs alami) pada 1991. Taman Nasional Komodo merupakan sebuah kawasan yang terdiri atas pulau-pulau vulkanis, yaitu

tiga pulau besar (Komodo, Rinca, dan Padar) seluas 603 kilometer persegi (luas daratan). Di kawasan yang ditetapkan sebagai taman nasional pada 1980 ini dihuni oleh biawak terbesar, biawak komodo.

Terletak di Provinsi Banten, kawasan ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia (situs alam) pada 1991. Taman Nasional Ujung Kulon luasnya 1,203 km persegi, konon merupakan daerah pertanian yang kemudian hancur lebur dan musnah penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883. Letusan tersebut kemudian mengubah kawasan ini menjadi hutan. Taman nasional ini menjadi habitat berbagai satwa dan flora, termasuk badak jawa yang merupakan mamalia terlangka di dunia.

Taman Nasional Lorentz (Papua) Terletak di Papua dengan luas wilayah sebesar 25.000 km persegi. Lorentz merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara. Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi, dan banyak terdapat tanaman asli, hewan, dan budaya. Pada 1999, taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Di wilayahnya juga terdapat persediaan mineral. Operasi pertambangan berskala besar juga aktif di sekitar taman nasional ini. Taman nasional terbesar di Asia Tenggara ini terletak di titik pertemuan dua lempeng benua. Taman Nasional Lorentz menjadi daerah yang memiliki geologi kompleks dengan pembentukan gunung serta patung besar dengan glasiasi dan akresi pantai yang telah membentuk sebagian besar daerah dataran rendah. Proses-proses ini membuat kawasan ini memiliki tingkat endemisme dan keanekaragaman hayati tertinggi. Daerah ini juga mengandung situs fosil yang merekam evolusi kehidupan di Papua dan New Guinea.

Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra adalah tempat pelestarian bagi hutan hujan tropis di Sumatra. Di sana terdapat habitat beberapa spesies yang hampir punah, seperti harimau Sumatra, gajah Sumatra, dan badak Sumatra yang merupakan spesies badak terkecil dan memiliki dua cula. Luas dari Hutan Hujan Tropis Sumatra seluruhnya adalah 2,5 juta hektare yang terdiri atas tiga taman nasional di Sumatra, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tempat ini juga tempat berbagai jenis tumbuhan endemis, seperti kantong semar, bunga terbesar di dunia Rafflesia Arnoldi, dan bunga tertinggi Amorphophallus. Di kawasan ini pula bermukim beberapa suku asli di Sumatra, seperti suku Mentawai dan suku Anak Dalam. ■

M. HARI ATMOKO/ANTARA


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.