Dialog Jumat: Marhaban Ya Muharam

Page 1

REPUBLIKA

JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 / 29 DZULHIJJAH 1432 H n 1

RUSDY NURDIANSYAH/REPUBLIKA

laporan utama

Marhaban Ya Muharam

M

uharam adalah bulan mulia. Meski demikian, tak semua Muslim tahu bagaimana memperlakukannya. Sebagian malah salah memahaminya. Jadi, bagaimana sebaiknya kita menyambut bulan Muharam yang menjadi pertanda datangnya tahun baru Hijriah?

2

EDWIN DWI PUTRANTO

Makna Karamah Sejati

Menyayangi Anak Kecil

Kita terkadang atau bahkan sering mendengar istilah “karamah”. Biasanya hal tersebut dikaitkan dengan kemampuan luar biasa seseorang yang terpandang kesalehannya. Nah, buku ini sangat penting dibaca oleh setiap Muslim agar mampu memahami makna sejati karamah. Terdapat pula kisah-kisah karamah dari orang-orang saleh yang dapat menumbuhkan inspirasi bagi setiap pembaca.

“Sedianya shalatku akan kupanjangkan namun apabila kudengar tangisan bayi, terpaksa kusingkat karena mengetahui betapa gelisah hati ibunya.” Begitu sabda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadis. Begitulah Rasulullah, di mana pun bertemu anak kecil, dengan penuh kasih sayang Beliau akan membelai, mengusap, dan menciumnya.

8 5 DOKPRI

Dr Ulfah Utami MSi

ANCIENTHERB.COM

Merasa Kecil di Hadapan Allah SWT

Kurma Basah, Bisa Juga Beralkohol

Bagi Dr Ulfah Utami MSi, meneliti merupakan salah satu bentuk dari melaksanakan perintah iqra, yakni mempelajari dan memahami ayat-ayat Allah di alam semesta. Maka, semestinya para peneliti semakin dekat dengan Sang Pencipta. Lantas, mengapa ia merasa kian kecil di hadapan Allah SWT?

Banyak orang menyukai kurma basah (ruthab) karena teksturnya yang ‘renyah’ dan tidak terlalu pekat. Namun, Anda perlu berhati-hati terhadapnya. Jika dibiarkan pada suhu ruang (setelah disimpan beku) dalam waktu lebih dari dua hari, kurma basah bisa berubah menjadi kurma dengan kandungan alkohol cukup tinggi. Mengapa bisa begitu?

12 5


REPUBLIKA

2

laporan utama JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

Bawalah semangat itu dalam kehidupan sehari-hari.

Sambut Muharam dengan Semangat Jihad YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Oleh Indah Wulandari

U

mat Islam segera berjumpa dengan Muharam yang menjadi bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Dikategorikan sebagai salah satu bulan mulia, Muharam kerap disambut dengan beragam perayaan, mulai dari pengajian, zikir, sampai pawai obor. Tradisi menyambut Muharam juga tak pernah dilewatkan oleh kalangan masyarakat Jawa. Malam 1 Sura (Muharam) senantiasa diisi dengan beragam ritual dan perayaan unik. Mereka percaya, di malam pergantian tahun inilah tata hubungan antara makhluk gaib dan manusia diharmonisasikan kembali melalui ritual khusus. Sebut saja, misalnya ritual adus kungkum (berendam), penyucian benda-benda keramat, serta bersemedi di tempat-tempat khusus. Bagi umat Islam, hadirnya tahun baru Hijriah didahului oleh dua peristiwa penting, yaitu 1 Syawal sebagai akhir puasa (Idul Fitri) dan 10 Dzulhijah sebagai puncak pelaksanaan ibadah haji (Idul Adha). Nah, setelah berhasil menaklukkan dua ujian itu, berarti kita sudah siap hijrah ke tahun berikutnya. Maka, ketika menyambut 1 Muharam, kita memulai kegiatan dengan bekal yang matang, program yang jelas, dan penuh percaya diri. Dalam pandangan Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof KH Ali Mustafa Yaqub, jihad menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan menjadi semangat utama 1 Muharram. Menurutnya, semangat tersebut jauh lebih bermakna ketimbang hanya menjalankan puasa secara fisik. “Lebih afdal lagi, jika keduanya dilakukan secara bersamaan.” Kiai Ali berharap, umat Islam membawa semangat jihad tadi dalam keseharian mereka. Sebab, hanya kemauan besar untuk menegakkan yang benar dan melawan kebatilan yang bisa mengubah nasib suatu kaum. “Seperti yang pernah tercatat dalam sejarah penegakan kebenaran oleh sahabat Rasulullah SAW,” katanya. Sejatinya, sebut Ali, Muharam dijadikan bulan pertama dalam kalender Islam karena alasan sosiologis dan politis. Penamaan Hijriah menandai perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Sedangkan, peristiwa hijrah sendiri tak terjadi saat bulan Muharam, tapi justru di bulan Maulid (Rabiul Awal). Muharam dalam sejarah Islam justru diwarnai peristiwa kelam pada 10 Muharam. Diawali dengan propaganda dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ke seluruh pelosok negeri untuk mengurangi kepercayaan umat pada khalifah Ali bin Abi Thalib. Ali yang merupakan menantu Rasulullah SAW menjadi bahan caci maki umat. Pengikut serta anak cucunya disiksa dan dihinakan. Salah satu putra Ali, Al-Hasan, bersedia berdamai dengan Muawiyah asal berhenti

mengecam ayahnya. Hasan harus menerima pil pahit karena dikhianati Muawiyah. Saudara Hasan, Al-Husain, bersikap lebih keras. Dia berjanji di depan makam Rasulullah agar diberi kekuatan menegakkan kembali Islam sesuai ajaran sang kakek. Dia juga bertekad menjadikan Islam yang membela kaum mustadh’afin. Keberanian Husain diuji dengan serbuan 4.000 serdadu Yazid Ibnu Muawiyah. Husain dan pengikutnya dihabisi di Padang Karbala. Tepat pada 10 Muharram 61 H, kepala Husain yang terpenggal dibawa menghadap penguasa zalim saat itu. Hari itu menjadi hari berkabung bagi keluarga Rasulullah SAW. Muawiyah kembali melancarkan propaganda politiknya. Dia berhasil meyakinkan rakyat bahwa 10 Muharam merupakan hari kemenangan yang patut disyukuri. “Peristiwa sejarah tadi bisa memberi inspirasi umat Islam serta pemimpin negeri ini agar amanah pemerintahannya menjadi lebih baik dan mewujudkan keadilan bagi rakyat,” kata Kiai Ali. Ia pun mengajak umat Islam untuk menumbuhkan rasa empati bagi sesama. Hal ini perlu dilakukan dari sari pati pelaksanaan puasa fisik yang dijalani. Dengan demikian, semangat jihad fisabilillah dimaknai makin mendalam dalam keseharian umat.

Peradaban nilai Dalam perspektif pembangunan peradaban Islam, Muharam juga merupakan momentum untuk meningkatkan kembali girah untuk memperjuangkan kebangkitan Islam. “Kebangkitan Islam itu tidak lain adalah menggantikan peradaban materi saat ini dengan sebuah peradaban yang bermartabat, yakni peradaban nilai,” tutur Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Prof La Ode Kamaluddin. Berangkat dari pemikiran di atas, Unissula selalu memperingati 1 Muharam dengan menanamkan semangat jihad bagi mahasiswanya. Hal ini sekaligus sebagai sarana untuk mencanangkan dan menguatkan kembali cita-cita membangun peradaban Islam. Untuk menyambut 1 Muharam kali ini, ereka mengusung tema besar, yaitu “Wujud Nyata Unissula dalam Pembangunan Pendidikan Karakter”. Sejumlah agenda akan digelar dalam kegiatan menyambut 1 Muharam di Unissula, antara lain, Unissula Mengaji. Menurut La Ode, kegiatan ini berupa tadarus Alquran yang akan diikuti seluruh civitas akademika di bawah panduan jamaah Quro’ Wal Hufat yang terdiri atas para hafiz dan hafizah terbaik. Ada pula halaqah ulama yang menghadirkan sejumlah ulama Salaf karismatik di Jawa. Mereka akan memberikan pencerahan dan perumusan mengenai pendidikan karakter. Di puncak acaranya akan ada penganugerahan BudAi Award. Ini adalah penghargaan bagi tokoh inspiratif yang secara konsisten berjuang untuk umat dan bangsa serta selalu mengedepankan nilai-nilai keislaman. n ed: wachidah handasah

Hikmah di Balik Hijrah YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Oleh Damanhuri Zuhri

I

slam itu perjuangan. Islam juga perlu pengorbanan. Keimanan pun harus dipertahankan. Jadi, Islam harus dipertahankan walaupun untuk itu harus hijrah atau pindah ke tempat lain, ke negeri lain. “Ini hikmah pertama,” ujar Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr Ahsin Sakho Muhammad, terkait hikmah yang terkandung dari bulan Muharam yang menjadi awal tahun Hijriah. Hikmah kedua, lanjut Ahsin, sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW tak ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Menurut dia, dari peristiwa hijrah ini kita bisa mengambil keteladanan yang sangat bagus dari pribadi Rasulullah SAW. Yakni, ketika menghadapi ancaman yang membahayakan fisik bahkan nyawa, Rasulullah justru meminta umat dan para sahabat untuk terlebih dulu meninggalkan Makkah menuju Yatsrib yang kemudian lebih dikenal sebagai Madinah al-Munawwarah. “Nabi Muhammad SAW adalah orang yang ingin agar supaya sahabat-sabahatnya itulah yang harus diselamatkan terlebih dulu dari pada dirinya sendiri,” kata anggota dewan juri internasional untuk Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Hifdzil Qur’an yang berbasis di Makkah ini. Hikmah ketiga yang bisa diambil dari peristiwa hijrah ini adalah Rasulullah SAW memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap masjid. Sebab, masjid merupakan ruang publik, tempat umat Islam berkumpul, melakukan berbagai aktivitas

ibadah dan sosial. “Karena itu, ini peran yang bagus sekali. Kebangkitan Islam dimulai dari hijrah, dari Masjid Nabawi dan dari sanalah kemudian cahaya Islam memancar ke seantero dunia,” jelasnya. Sementara itu, pakar hadis yang kuliah belasan tahun tentang hadis di Yordania, Suriah, dan Malaysia, Dr Ahmad Lutfi Fathullah MA, mengungkapkan bahwa

bulan Muharam adalah awal bulan perhitungan Hijriah. Maka, semangat tahun baru harus terbawa dalam kehidupan setiap orang Islam. Apalagi hitungannya adalah hijrah, artinya berpindah. “Berpindah dari yang buruk kepada yang baik, dari yang baik kepada yang lebih baik,” jelas Lutfi kepada Republika, Selasa (22/11).

Puasa di bulan Muharam Lebih lanjut, Direktur Pusat Kajian Hadis Jakarta ini mengatakan, tidak ada sunah khusus yang dianjurkan pada bulan ini, kecuali berpuasa di hari kesembilan dan 10. Lebih khususnya lagi, pada 10 Muharam. Ia mengakui, ada sebagian umat Islam di Indonesia yang berpuasa mulai dari

tanggal 1, 2, hingga 10 Muharam. Hal itu, kata dia, boleh dilakukan tapi bukan disunahkan. “Yang disunahkan adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharam,” tegas dia. Sementara di Tanah Air, sambung Lutfi, cukup populer hadis palsu yang menyebutkan fadilah puasa pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 Muharam. “Hadis itu palsu, tidak boleh digunakan dan tidak boleh menjadi acuan,” ujar dosen ilmu hadis pada program pascasarjana di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia ini. Namun, ia membenarkan bahwa puasa di bulan Muharam merupakan yang paling utama setelah puasa Ramadhan. “Betul, karena ia (puasa Muharam) pernah menjadi wajib, bahkan Ibnu Abbas bercerita dalam riwayat Imam al-Bukhari bahwa puasa sunah yang paling dijaga Rasulullah SAW adalah puasa Asyura (10 Muharam). Akan tetapi, puasa Asyura tetap hukumnya sunah,” jelasnya. Mengapa puasa Muharam dianjurkan Rasulullah SAW? Sebab, kata Lutfi, puasa Muharam adalah puasa yang dilakukan Rasulullah sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. “Alhasil, itulah puasa umat Islam. Ketika ternyata umat Yahudi juga berpuasa di tanggal 10 Muharam dengan alasan hari itu adalah hari Musa AS diselamatkan dari kejaran Fir’aun, maka Rasulullah berkomentar bahwa umat Islam lebih berhak untuk bersyukur atas kejadian ini dibanding dengan umat Yahudi. Hal itu karena mereka telah mengkhianati Nabi Musa AS, sedangkan umat Islam tidak.” n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

laporan utama

3 JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

Tak Masalah Jika tak Meriah IMAM BUDI UTOMO/REPUBLIKA

setiap 1 Muharam. Termasuk umat Islam di Indonesia yang mengklaim dirinya Sunni. Berdasarkan hal-hal di atas tidak perlu risau jika perayaan tahun baru Hijriah tidak semeriah perayaan tahun baru agama atau bangsa lain.” Menurut dia, di setiap tahun baru Hijriah hendaknya diadakan seminar, diskusi, dan ceramah-ceramah pendalaman makna Hijratur Rasul (hijrahnya Rasulullah SAW). “Karena di situlah titik kesejarahan dimulainya perubahan besar dan perkembangan Islam ke seluruh dunia.”

Tak ada tuntunan dalam Islam untuk merayakan tahun baru Hijriah.

Oleh Damanhuri Zuhri

D

i Indonesia, hadirnya tahun baru Islam, 1 Muharam, selalu saja kalah meriah dibanding perayaan tahun baru Masehi ataupun tahun Imlek. Namun, tak perlu merisaukan hal ini. “Tak perlu risau jika perayaan tahun baru Islam tidak semeriah tahun baru umat atau agama lain. Memang tidak ada tradisi dalam Islam untuk merayakan tahun baru 1 Muharam,” ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Drs KH Amidhan, kepada Republika, Rabu (23/11). Menurut dia, Khalifah Umar bin Khattab yang menetapkan penanggalan Islam dimulai hari Hijratur Rasul. Hal ini dimaksudkan untuk menandai perubahan besar dalam perkembangan Islam, yaitu hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah. “Sayyidina Umar bin Khattab telah membandingkan dengan kalender Persia dan Romawi, ternyata menurutnya kalender Hijriah lebih baik. Meng-

ikuti sunah Rasul, tidak ada perintah Nabi SAW memperingati atau merayakan tahun baru Hijriah.” Menurut ulama asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini, pada masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam masih menggunakan sistem penanggalan praArab, yaitu campuran penanggalan sistem bulan (qamariah) dan sistem matahari (syamsiah). Rasulullah SAW bahkan melarang meniru budaya bangsa dan umat sebelum Islam, seperti umat Yahudi, bangsa Persia, Romawi, dan umat Nasrani yang merayakan tahun baru mereka. “Rasulullah SAW bersabda: Man tasyabbaha biqaumin fahua minhum. Artinya, ‘Siapa saja yang menyerupai suatu kaum/bangsa maka ia termasuk salah seorang dari mereka,’” jelas Kiai Amidhan. Setelah Khilafah Islam berhasil menaklukkan kekaisaran Persia dan membebaskan wilayah Syam dari kekuasaan Romawi Timur pada 17 H atau 638 M, Umar bin Khattab yang berkedudukan di Irak meresmikan penanggalan Hijriah tersebut. Umar dan umat Islam waktu itu tidak terpikir sedikit pun untuk merayakan tahun baru Hijriah.

B

Bagaimana cara paling tepat dan benar dalam menyambut dan mengisi bulan Muharam? Secara hukum tak ada perintah agama untuk merayakan atau memperingati secara khusus momen pergantian tahun kalender Islam ini. Jadi, sebaiknya umat Islam tak perlu merayakannya secara khusus agar tak meniru kebiasaan kaum lainnya yang menunjukkan secara vulgar

“Umar pada saat itu terfokus untuk mengokohkan syariah Islam dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Lagi pula, perayaan semacam itu tidak dilakukan Rasulullah. Sementara, memuliakan Islam bukan dengan membuat perayaan tahun baru Hijriah, melainkan dengan mengikuti sunah Nabi, berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya, dan menjadikan dasar hukum dan petunjuk untuk menjalani kehidupan,” paparnya. Dalam perjalanan sejarah selanjutya,

ungkap Kiai Amidhan, adalah kaum Syiah, tepatnya kelompok al-‘ubadiyyun dari sekte Ismailiyyah yang lebih dikenal dengan kaum Fathimiyyun menggelar perayaan tahun baru Hijriah. Kelompok ini mendirikan negara di Mesir terpisah dari Khilafah Abassiyah yang berpusat di Baghdad. “Mereka ingin meniru apa yang ada pada umat Nasrani yang merayakan tahun baru mereka. Sejak itu, tahun baru Hijriah dalam kalender Hijriah dirayakan

Pandangan yang sama disampaikan Ketua Umum Persis, Prof Dr Maman Abdurrahman. Guru Besar Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) ini menjelaskan, dalam Islam memang tidak ada aturan-aturan untuk meramaikan tahun baru Islam. “Mengapa demikian? Karena, di dalam Islam itu sudah ada waktu-waktu tertentu untuk melaksanakan momen-momen tentang meramaikan tahun, yaitu pertama dalam Hari Raya Idul Fitri dan kedua Hari Raya Idul Adha. Dari situ letaknya sehingga tidak ada lagi hari raya-hari raya yang lain,” ujar Prof Maman. Menurut Prof Maman, begitu ia akrab disapa, kalau pun harus meramaikan Bulan Muharam, meramaikannya bukan dengan cara sebagaimana yang ada pada agama-agama lain, melainkan dengan ibadah puasa yang dikenal dengan puasa Asyura (10 Muharram). n ed: wachidah handasah

Khalid Zeed Abdullah Basalamah

wawancara ulan Muharam segera hadir. Penanggalan Hijriah pun siap memasuki tahun yang baru. Khalid Zeed Abdullah Basalamah, ustaz muda yang aktif mengisi sejumlah program keagamaan di televisi, memaknai tahun baru Islam ini sebagai pemantik semangat untuk berubah, yakni berubah menjadi lebih baik dan lebih berkualitas dalam beribadah. Dalam sebuah perbincangan dengan wartawan Republika, Indah Wulandari, Ustaz Khalid memaparkan pandangannya tentang Muharam dan cara tepat menyambutnya. Berikut petikannya.

Ramaikan dengan puasa

Jadilah Pribadi Muslim yang Lebih Baik perayaan pergantian tahun. Karena, umat Islam hanya mengenal Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Jumat sebagai hari perayaan atau hari besar agama Islam. Bahasan ini sangat penting karena mayoritas Muslim tidak mengetahui bahwa ternyata setelah bulan Ramadhan terdapat banyak waktu lain yang juga Allah SWT limpahkan rahmat-Nya dan memberi peluang pelipatgandaan pahala. Dalam Alquran surah at-Taubah ayat 36 disebutkan, sesungguhnya jumlah bulan-bulan di sisi Allah ada 12 yang tercatat pada lauhil mahfudz semenjak diciptakannya seluruh langit dan bumi. Dan di antaranya terdapat empat bulan yang dimuliakan. Dari ayat di atas dapat dipastikan bahwa kaum Muslim memiliki perhitungan dan namanama bulan tersendiri yang sudah seharusnya dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kajian ini, terdapat bahasan tersendiri dari sisi hukum syariat. Di antara empat bulan tersebut, ada dua bulan, yaitu Dzulhijah dan Muharam, yang terdapat anjuran amalan tertentu agar dikerjakan.

Amalan seperti apa? Pada bulan Dzulhijah, selain pelipatgandaan amal karena termasuk salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan, juga pada sepuluh hari awalnya adalah waktu di mana amal saleh di dalamnya paling Allah SWT cintai. Dalam sebuah hadis sahih melalui Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada harihari di mana amal saleh lebih Allah SWT cintai dibanding dengan sepuluh hari awal dari bulan Dzulhijah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Walaupun jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad membawa jiwa dan harta kemudian ia tidak membawa pulang keduanya (ia mati syahid dan hartanya habis diinfakkan di medan perang).” (HR Bukhari). Karena itu, sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh khususnya pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijah, mulai dari puasa (yang puncaknya pada hari Arafah), sedekah, zikir, doa, shalat Idul Adha, dan berkurban. Lalu di bulan Muharam, ada pula puasa sunah Asyura di hari ke-10, di samping puasa Tasu’a di hari kesembilan dan selanjutnya hari ke-11. Bagaimana pandangan Ustaz terkait tradisi di masyarakat dalam menyambut Muharam? Kalau umat Islam yang benar-benar mau menjalankan perintah Allah SWT dan ajaran Rasulullah sebaiknya mengembangkan tradisi yang tak menyalahi syari. Misalnya, kegembiraan awal tahun disyukuri dengan melakukan semua jenis ibadah yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah seperti shalat dan berzikir. Kita pun hendaknya

memanjatkan doa untuk meminta kekuatan iman dalam menempuh perjalanan hidup supaya bisa melaksanakan hal-hal yang berguna bagi agama dan umat. Lantas, semangat seperti apa yang perlu ditumbuhkan pada tahun baru Islam ini? Setiap awal tahun Hijriah, hendaknya menjadi sarana pelatihan bagi setiap individu Muslim supaya bisa menjadi sosok Muslim yang sebenarnya, berakhlak mulia, dan jauh lebih baik dari sebelumnya, sebagaimana perintah Allah SWT. Seorang Muslim bila beramal saleh sesuai syariat Allah maka akan mendapatkan pahala. Namun, khusus pada keempat bulan di atas akan ada pelipatgandaan ganjaran pahala bagi yang berbuat segala bentuk amal saleh dan pelipatgandaan ganjaran dosa bagi yang berbuat kesalahan. Allah pun dalam Alquran telah menghapus larangan bagi Muslimin untuk berperang pada keempat bulan yang dimuliakan. Sebagaimana Rasululllah SAW telah memerangi kaum Hawazim di Hunain dan kaum Tsaqif di Thaif pada bulan Syawal dan sebagian dari bulan Dzulqaidah yang merupakan salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan. Setiap Muslim pasti ingin menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT, yaitu seseorang yang mengerjakan seluruh perintah Allah SWT serta meninggalkan seluruh larangan-Nya. Bagi orangorang yang bertakwa kepada Allah, Allah SWT telah menyediakan baginya kebahagiaan dan kemudahan di dunia dan di akhirat. Maka, jadikanlah ini semangat untuk menjadi pribadi Muslim sejati. n ed: wachidah handasah

DOKPRI

! U R A B

Paket

e-Pen GOLD

e-Pen

For Your Qur’anic Life Style

Uk 21,3 x 30.3 cm 1264 Hal kertas Khusus Qur’an Full Color

Dilengkapi buku cara belajar baca Quran step by step dengan panduan e-Pen. Mudah, praktis, pasti cepat bisa! Simpleclick SygmaPublishing SygmaPublishing

Harga satu set lengkap @Rp 1.698.000,Harga berlaku di pulau Jawa diluar ongkos kirim.

YM: manda_sygma

PIN: 261E729B

Pembelian terpisah: Harga Qur’an Miracle @Rp 329.000,Harga e-pen @Rp 1.069.000,- Harga satu set lengkap @Rp 1.398.000,Termasuk: Tas, Charger, Headshet untuk Miracle, Garansi e-pen 1 Tahun Harga berlaku di pulau Jawa diluar ongkos kirim.

Info & Pemesanan ke SMS Center: Pusat: 08579 3344 911 Jakarta : 0815 19600 939 Bandung: 0857 2092 1754 Medan : 0821 6659 5105

Surabaya : 0856 3015 448 Yogyakarta: 0857 2910 5619

Seluruh 22 konten dalam Qur’an Miracle dapat dibunyikan dengan elektronik pen. Inilah mushaf Quran terlengkap yang benar-benar sesuai dengan gaya hidup digital masa kini! (Ratih Sanggarwati)


REPUBLIKA

4

tuntunan JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

MUSIRON/REPUBLIKA

Di mana pun bertemu anak kecil, Rasulullah akan membelai, mengusap, dan menciumnya.

Menyayangi Anak Kecil ’’S DARMAWAN/REPUBLIKA

edianya shalatku akan ku panjang kan namun apabila kudengar tangisan bayi, terpaksa kusingkat karena mengetahui betapa gelisah hati ibunya.” Begitu sabda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Anas dalam sebuah hadis. Begitulah Rasulullah, di mana pun bertemu anak kecil, dengan penuh kasih sayang Beliau akan membelai, mengusap, dan menciumnya. Seperti cerita Aisyah, “Rasulullah menciumi Hasan dan Husain di hadapan Al-Aqra bin Habis yang heran, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, saya mempunyai 10 orang anak, tak seorang pun yang pernah aku cium seperti engkau ini.’ Maka, Rasulullah dengan tajam memandangnya seraya berkata, “Siapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya tidak akan dirahmati Allah.” Bukhari, Muslim, dan Tirmizi meriwayatkan bahwa sahabat Al-Baraa’ bin Azib berkata, “Aku melihat Rasulullah meletakkan cucunya Hasan di atas

IQTISHAD (EKONOMI ISLAM)

Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta www.amikom.ac.id

sama Rasulullah SAW. Setelah selesai shalat Beliau keluar ke tempat keluarganya, aku pun keluar bersama Beliau. Beliau tampak menciumi anak-anak dan mengusap kedua pipi mereka satu per satu.” Kemudian, Jabir bin Samurah melanjutkan ceritanya, “Ketika Beliau mengusap kedua pipiku, aku merasakan tangan Beliau itu dingin dan berbau harum seakan-akan keharuman tersebut keluar dari tas penjual minyak wangi.” (Shahih Muslim, hal VII/81) Dalam kitab Maulidul Barzanjiy dikatakan, “Peluh yang keluar dari tubuh Rasulullah SAW bagaikan mutiara yang baunya lebih semerbak daripada harumnya wewangian minyak kasturi. Apabila Beliau berjabat tangan dengan seseorang, maka akan membekas bau harum pada tangan orang tersebut sampai beberapa hari lamanya. Ketika Beliau membelai (mengusap) kepala anak kecil, dapat diketahui bekas usapannya itu oleh anak-anak yang lain karena aroma wanginya.

Mendoakan Rasulullah juga sering men-

doakan anak-anak agar nanti menjadi manusia berguna bagi agama dan bangsanya. Aisyah ra berkata, “Ketika mendatangani anak-anak, Rasulullah jongkok di hadapan mereka lalu memberikan pengertian dan mendoakan mereka.” Hal serupa juga dikatakan Usamah bin Zaid, “(Sewaktu aku masih kecil) Rasulullah pernah mengambil aku untuk didudukkan di paha Beliau, sedang Husain (cucunya) didudukkan di paha Beliau yang lain. Kemudian kami berdua didekapnya, seraya berdoa: ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya ini karena aku telah mengasihi keduanya.” Usamah bin Zaid juga meriwayatkan, suatu hari berita tentang kematian salah seorang cucu Rasulullah disampaikan kepada Beliau. Maka, jatuh berlinang-linanglah air mata Rasulullah, dan Sa’ad bertanya, “Mengapa sampai demikian, Rasulullah?” Maka, Nabi menjawab, “Inilah rahmat yang dijadikan Allah dalam hati hambahamba-Nya, dan Allah hanya merahmati mereka yang memiliki rasa rahmat dalam hatinya.” (HR Bukhari dan Muslim). n wachidah handasah

KEBIJAKAN MONETER PADA MASA KULAFAUR RASYIDIN (3)

K Oleh: Prof. Dr. M. Suyanto

bahunya, dan berkata, ‘Ya Allah, aku benar-benar mencintainya maka cintailah dia.” At-Tirmidzi dalam sebuah hadis lain meriwayatkan bahwa Anas berkata, “Pernah Rasulullah ditanya, ‘Siapakah dari keluargamu yang paling engkau cintai?’ Dengan tegas, Rasulullah menjawab, ‘Al-Hasan dan AlHusein,’ dan Beliau lalu berkata kepada Fatimah: ‘Panggilah kemari kedua anakku, Al-Hasan dan Al-Husain.’ Maka, kedua cucu Rasulullah pun datang tertatih-tatih, lalu keduanya dipeluk erat-erat dengan mesranya. Tak hanya cucu Beliau, Rasulullah juga selalu berusaha menggembirakan hati anakanak lain. Dalam buku Rasulullah Manusia tanpa Cela disebutkan, bila dalam sebuah majelis datang seseorang membawa bingkisan berupa buahbuahan misalnya, maka yang pertama kali diberinya adalah anak-anak kecil yang kebetulan ada tempat itu. Rasulullah juga suka mengusap pipi anak-anak. Hal ini dikatakan oleh Jabir bin Sa murah ra yang menceritakan tentang masa kecilnya. Ia berkata, “Aku pernah shalat ber-

ebijakan moneter yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab menjelang wafatnya mencakup nasib umat Islam sepeninggalnya nanti, ijtihadnya, kemudian utangnya. Ia tak ingin meninggalkan dunia ini sebelum semua itu dijamin penyelesaiannya. Dia pernah meminjam uang delapan puluh enam ribu dirham dari baitulmal. Abdullah anaknya dipanggilnya, dan setelah itu dikemukakan, ia berkata : “Juallah semua harta Umar. Kalau belum dapat menutupi mintalah kepada Banu Adi, kalau belum juga mencukupi mintalah kepada Kuraisy;

jangan lewatkan mereka.” Abdur-Rahman bin Auf sudah mengetahui, begitu juga Muslimin yang lain, bahwa Khalifah Umar tidak akan meminjam uang itu kalau tidak karena waktunya memang sudah tersita untuk kepentingan umat. Itu sebabnya ia berkata kepadanya: Untuk apa dikembalikan uang yang Anda pinjam dari baitulmal? Dijawab oleh Khalifah Umar: “Semoga Allah menjauhkan Anda dan sahabat-sahabat Anda untuk berkata begini sesudah saya tak ada : “Kami sudah melepaskan bagian kami untuk Umar.” Lalu dengan itu kalian mau memuliakan saya tetapi menimpakan akibatnya kepada saya, dan saya akan terjerumus ke dalam soal yang tidak akan dapat menyelamatkan saya kecuali jika ada jalan keluar dari situ!” Kemudian katanya kepada Abdullan bin Umar: Berikanlah jaminannya. Lalu Abdullah menjamin. Begitu Khalifah Umar dimakamkan, anaknya itu mempersaksikan diri di hadapan majelis syura dan beberapa orang dari Ansar. Begitu berlalu hari Jumat Abdullah bin Umar sudah membawa uang kepad Usman bin Affan atas pelunasan itu dengan mendatangkan saksisaksi waktu penyerahannya (Haekal, 2004:788). Dalam satu sumber disebutkan bahwa Khalifah Umar mewasiatkan seperempat hartanya untuk Ummulmukminin Hafsah, putrinya. Kalau dia juga sudah meninggal maka untuk yang tua-tua dari keluarga Khalifah Umar. Selesai Umar dari perhitungan di dunia, ia mengarahkan pikirannya pada yang

menjadi harapannya sesudah mati. Keinginan nya yang besar sekali agar ia dimakamkan di samping kedua sahabatnya, Rasulullah dan Abu Bakr, di rumah Aisyah. Sebelum itu ia memang sudah meminta izin dari Aisyah dan sudah diizinkan. Menjelang kematiannya itu ia berkata: Kalau saya mati, mintakanlah izin kepadanya kalau tidak diizinkan biarlah sebab saya khawatir dia mengizinkan hanya karena kedudukan saya.” Sebuah sumber menyebutkan, bahwa setelah ditikam itu Umar berpesan kepada anaknya,: “Abdullah, pergilah kepada Aisyah Ummulmukminin dan katakanlah kepadanya: Umar berkirim salam, dan janganlah katakan Amirulmukminin; sekarang saya sudah bukan lagi amir atas mereka. Ia (Abdullah) member salam dan berkata: Umar bin Khattab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua sahabatnya itu. Aisyah menjawab: “Sebenarnya saya menginginkannya untuk saya sendiri. tetapi hari ini saya lebih mengutamakannya daripada saya sendiri!” Setelah Abdullah kembali dan menyampaikan kepada Umar bahwa Aisyah mengizinkan ia berkata: “Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari tempat berbaring itu. Abdullah bin Umar, perhatikanlah, kalau saya mati bawalah saya ke tempat tidurku, dan berdirilah di pintu, katakanlah : Umar bin Khattab meminta izin, jika diizinkan, masukkanlah aku, kalau tidak diizinkan kuburkanlah aku di pekuburan Muslimin.” (Haekal, 2004:789). G Adv.


REPUBLIKA

5

fatwa

JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

Menyaksikan Istri Melahirkan Kehadiran suami di ruang bersalin berpengaruh positif pada istrinya.

YOGI ARDHI/REPUBLIKA

M

elahirkan adalah salah satu fase penting dalam kehidupan seorang wanita. Lewat fase inilah hadir jabang bayi yang merupakan titipan Allah bagi sepasang suami istri. Pada masa kini, cukup jamak suami ikut hadir, menunggui, atau menyaksikan sang istri melahirkan. Masalahnya, apakah Islam memperbolehkan hal ini? Menurut ulama terkemuka, Syekh Dr Yusuf al-Qaradhawi, dalam bukunya Fatwa-fatwa Kontemporer, tak ada larangan syar’i bagi suami untuk ikut melihat atau hadir saat istrinya melahirkan. Dengan syarat, ia memang berkehendak (tidak dipaksa) dan adanya maslahah (kebaikan) untuk itu. Misalnya,ia hadir di ruang bersalin semata-mata demi meringankan beban istrinya, turut merasakan perasaan istrinya, juga untuk berdoa dan menenangkannya. Terkait hal ini, Syekh al-Qaradhawi mengaku, sempat berbincang dengan beberapa pria Muslim yang pernah menyaksikan sang istri melahirkan. Kebanyakan dari mereka tinggal di Eropa. “Mereka (para suami itu) bercerita pada saya bahwa kehadiran mereka sangat berpengaruh positif pada diri istrinya,” katanya. Dengan ikut hadir di ruang bersalin, lanjut Syekh al-Qaradhawi, suami dapat melihat bagaimana perjuangan dan kesakitan yang dirasakan sang istri. Dengan demikian, ia bisa tahu bagaimana pengorbanan ibundanya dahulu saat melahirkannya. Pengalaman menyaksikan langsung proses melahirkan juga bisa dijadikan bahan cerita kepada anak-anaknya kelak agar mereka dapat mengetahui bagaimana keutamaan dan kasih sayang ibu

kepada mereka. Lantas, bagaimana hukum bagi suami menyaksikan proses melahirkan sang istri? Menurut Syekh al-Qaradhawi, hukumnya bolehboleh saja (mubah). “Bukan termasuk wajib, sunah, haram, atau makruh, kecuali karena itu mengakibatkan kerugian material atau spiritual, hukumnya jadi

halalan thayyiban

Kurma Basah, Bisa Juga Beralkohol

H

ari-hari ini cukup banyak keluarga Indonesia, utamanya yang baru kembali dari Tanah Suci, memiliki simpanan kurma basah (ruthab) di lemari es mereka. Selain kurma basah, biasanya mereka juga membawa kurma kering (tamr). Kurma basah kaya akan kandungan kalsium dan zat besi. Karena itulah, seperti termaktub dalam Alquran, Allah SWT menyiapkan kurma bagi para wanita yang sedang nifas. Allah pun memerintahkan Maryam untuk mengonsumsi kurma basah saat nifas. Kadar kalium dan zat besi dalam kurma basah sangat baik untuk membentuk ASI, juga bisa mengganti cairan yang hilang M .CO RB karena persalinan HE NT E I C dan menyusui. AN Kurma mengandung kadar gula sebanyak 70 persen, protein 20 persen, dan minyak tiga persen. Kurma kaya akan garam alkali, seperti kalsium, potasium, dan zat besi. Dia juga mengandung vitamin B dan C. Banyak orang menyukai kurma basah ini karena teksturnya yang renyah dan tidak terlalu pekat. Namun, Anda perlu berhati-hati juga terhadapnya. Seperti dikatakan pakar pangan Dr Anton Apriyantono, kurma segar beku (basah) jika dibiarkan pada suhu ruang (setelah disimpan beku) dalam waktu lebih dari dua hari bisa berubah menjadi kurma dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. “Hal ini akibat terjadinya fermentasi spontan yang dapat terjadi karena kadar air kurma segar basah yang masih tinggi dan tumbuhnya ragi pada kurma tersebut,” katanya dalam buku Halalkah? Umat Bertanya Pak Anton Menjawab. Lantas, bagaimana dengan kurma kering? “Insya Allah, tidak ada sesuatu pun yang patut dicurigai terhadap buah kurma segar kering karena cara pembuatannya hanya melibatkan pengeringan tanpa penambahan bahan apa pun.”

Baik untuk buka puasa Kurma basah juga baik untuk buka puasa. Karena itu, Rasulullah SAW pun biasa menyantapnya saat berbuka. Anas ra berkata, “Rasulullah SAW berbuka sebelum shalat dengan beberapa butir kurma basah. Apabila tidak ada kurma basah, Beliau berbuka dengan beberapa butir kurma kering. Dan apabila tidak ada kurma kering, Beliau menghirup beberapa teguk air.” (HR Ahmad dan Abu Daud). Sementara itu, Salman ibnu Amir alDhabbi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila seorang dari kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kur ma. Sesungguhnya kurma itu berkah. Dan apabila tidak mendapatkan kurma, hendaklah dia berbuka dengan air. Sesungguhnya air itu suci.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Imam Ibnul Qoyyim juga menyebutkan bahwa kurma basah lebih utama dan lebih baik untuk berbuka puasa. Sebab, saat berpuasa lambung kosong dari makanan apa pun sehingga tidak ada sesuatu pun yang paling tepat untuk disuplai langsung ke seluruh organ tubuh serta segera menjadi energi, kecuali kurma dan air. Karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke lever (hati), terutama sekali kurma basah yang masak dan masih segar. Dalam Alquran terdapat setidaknya 20 ayat yang menyebutkan pohon atau buah kurma. Dari jumlah itu, sekitar 15 (ayat) di antaranya menyebut kurma bersama tumbuhan lain, seperti zaitun, anggur, dan delima. Penyebutan berulang kali kurma dalam Alquran menunjukkan betapa buah ini memiliki kandungan dan khasiat istimewa. Keutamaan kurma juga disebutkan di banyak hadis. Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Kurma itu menghilangkan penyakit dan tidak membawa penyakit. Ia berasal dari surga. Dan di dalamnya terkandung obat.” n wachidah handasah

lain.” Memang ada beberapa rumah sakit, dengan alasan dan pertimbangan tertentu, melarang kehadiran suami saat istrinya melahirkan. Mungkin beberapa alasannya adalah karena suami dimungkinkan melihat kemaluan istrinya saat melahirkan. Sebagian kalangan, kata Syeik al-Qaradhawi,

memang menganggap perbuatan ini makruh. Sebab, ada beberapa hadis yang melarang melakukan hal itu. “Padahal, sebenarnya hadis pelarangan itu tidak sah (tidak diterima).” Sebaliknya, lanjut Syekh alQaradhawi, dalam hadis yang sahih banyak disebutkan tentang dibolehkannya seorang suami

melihat kemaluan istrinya. Salah satunya berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mandi bersama istriistrinya di dalam satu tempat. “Kiranya, bunyi hadis tersebut dapat menjawab perbedaan yang ada dan dapat menolak keraguan beberapa orang tentang masalah ini.” n wachidah handasah


REPUBLIKA

6 JUMAT, 25 NOVEMBER 2011


REPUBLIKA

7

komunitas JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

FOTO-FOTO: DOK PA JAKSEL

Ketua MA Sudan Kunjungi PA Jaksel Oleh Damanhuri Zuhri

J

umat (18/11) menjadi hari yang sangat istimewa bagi para hakim dan karyawan di lingkungan Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan (Jaksel). Betapa tidak, hari itu PA yang terletak di kawasan Ragunan, Pasar Minggu, ini kedatangan tamu istimewa dari Sudan, yakni Ketua Mahkamah Agung Sudan, Galaed Dien Mohammed Othman. Ia didampingi wakilnya Abdurrahman AsySyarfi serta Duta Besar Sudan untuk Indonesia Ibrahim Boushra Mohammed. Dalam sambutannya, Ketua PA Jaksel Ahsin Abdul Hamid mengungkapkan rasa syukur atas kunjungan tamu dari Sudan untuk kali pertama ke PA Jakarta Selatan. Ahsin juga mengungkapkan, setiap bulannya tak kurang 250 perkara ditangani PA Jaksel. “Yang menarik, mereka yang beperkara di PA Jaksel kebanyakan top figure, misalnya selebritas dan para politikus,” katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (21/11). Tak hanya orang-orang terke-

nal, menurut Ahsin, PA Jaksel juga melayani orang-orang tak mampu dengan fasilitas beperkara secara prodeo dan layanan Pos Bantuan Hukum (Posbakum). “Untuk manajemen perkara di PA Jaksel sudah berbasis TI (teknologi informasi), di antaranya web-

site, SMS center, dan anjungan informasi mandiri dengan touch screen dan informasi perkara online,” paparnya. Sementara itu, Galaed Dien mengaku sangat terharu ketika sampai di PA Jaksel. “Begitu ramahnya orang-orang PA kepada

kami. Pengadilan Agama merupakan kumpulan orang terhormat dan profesional,” kata Galaed dalam bahasa Arab fushah. Dalam kunjungan ini, Galaed sempat memasuki beberapa ruangan dan berdialog dengan para hakim dan pegawai.

Ruangan yang ia kunjungi adalah ruang sidang, ruang mediasi, ruang tunggu, ruang hakim, dan ruang kesekretariatan. Ia pun meninjau meja informasi, server, ruang TI, hingga mesin antrean sidang. “Ini pengadilan yang luar biasa. Di negara-negara Arab, kami belum pernah melihat pengadilan seperti ini,” tuturnya. Sepanjang kunjungan, delegasi yang didampingi tim penerjemah dari Ditjen Badan Pengadilan Agama Mahkamah Agung RI ini tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan. “Ini ruang kerja hakim perempuan,” jelas Ahsin menunjukkan sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat ibu-ibu berjilbab. Ketua MA Sudan pun memanfaatkan kesempatan ini untuk berdialog. Para tamu pun sempat menengok berbagai fasilitas berbasis teknologi informasi. “Apa

fungsinya alat ini?” tanya Galaed ketika melihat-lihat touch screen informasi perkara. Dengan sigap, pihak PA Jaksel menjelaskan fungsi alat itu sekaligus memeragakan cara menggunakannya. Ketika masuk ke ruang TI, delegasi ini mendapat presentasi singkat mengenai Sistem Administrasi Peradilan Agama dan website pengadilan. Mereka tampak antusias menyimak. Tak pelak, kunjungan ini meninggalkan kesan tersendiri buat delegasi yang baru saja menandatangani MoU dengan Ketua Mahkamah Agung RI itu. Sesaat sebelum berpamitan dan melakukan foto bersama, Ketua MA Sudan mengungkapkan perasaannya, “Kami sangat bahagia dapat berkunjung ke sini dan bertemu dengan saudara-saudara dari pengadilan agama.” n ed: wachidah handasah

FOTO-FOTO: DOK GONTOR PUTRI

Masjid Tallo akan Direnovasi Oleh Irwan Kelana

B

icara kerajaan besar masa lalu di Sulawesi Selatan (Sulsel), orang biasanya hanya menyebut Kerajaan Gowa. Padahal, pada masa kejayaan Kerajaan Gowa di abad ke-16, di Sulsel juga ada kerajaan besar lainnya yang bernama Kerajaan Tallo. Namun sayang, saat ini sisa-sisa kebesaran Kerajaan Tallo hanyalah berupa masjid tua berna-

Gontor Putri 1 Gelar Panggung Gembira Oleh Damanhuri Zuhri

B

ertempat di Auditorium Gontor Putri 1 Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (1/11) malam, para santri kelas akhir angkatan 20 mempersembahkan Panggung Gembira. Acara yang melibatkan 428 santri kelas enam tersebut mengangkat tema “Gontor Putri Tanamkan Karakter Mar’ah Sholihah Optimalkan Potensi Merevolusi Peradaban Dunia”.

Menurut Dhita Ayomi, salah seorang panitia Panggung Gembira, banyak hal unik dan menarik dalam Panggung Gembira tahun ini, di antaranya dekorasi jalan dengan menggunakan teh kotak sebagai pintu masuk menuju auditorium Gontor Putri. “Teh kotak itu terbentang ke atas hingga menutupi jalan, beserta letter PG (Panggung Gembira) dengan menggunakan teh kotak jenis lain,” jelas Dhita dalam siaran pers yang diterima Republika, belum lama ini.

Tak cukup dengan dekorasi jalan, sambung santri yang dipercaya rekan-rekannya menjadi sutradara Panggung Gembira, ada pula dekorasi ruang yang kali ini bertemakan kamar pengantin. Dalam dekorasi ini, terdapat empat sekat dengan nuansa berbeda-beda. Di sekat terakhir tertempel fofo-foto perjuangan yang tak ternilai harganya, meliputi foto yudisium saat kelas lima, pembagian kerudung merah muda oleh ustazah, suasana Idul Fitri tanpa orang tua, hingga fathul kutub (membaca kitab) dan foto angkatan. Tak kalah pentingnya, menurut santri asal Bogor ini, adalah pesan pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 1 Mantingan, Dr KH Ahmad Hidayatullah Zarkasyi MA, yang disampaikan pada acara Panggung Gembira tersebut. Kiai Hidayatullah mengingatkan seluruh santriwati bahwa Panggung Gembira merupakan salah satu metode pembelajaran. “Saya sangat bangga dengan apa yang kalian lakukan. Angkatan yang monumental,” tutur Dhita mengutip pernyataan Pimpinan Gontor Putri 1 itu. Pada rangkaian pergelaran ini, slogan “Kita Bisa!” menjadi magnet yang menyetrum semangat dan optimisme para santriwati dalam setiap kegiatan. Mulai dari paskibra, tari massal, senam kreasi, hingga atraksi pramuka, semua meneriakkan “Kita Bisa!” Tak lupa, Dhita pun mengungkapkan moto akhir perjuangan para santri kelas enam di pondok ini, yaitu Bidu’a wat tafaul naqdir ala husulin najah, six twenty professionals, maximalist and go excellent (Dengan doa dan penuh optimisme, kami akan menggapai kesuksesan). n ed: wachidah handasah

ma Masjid Awaluddin dan makam rajaraja Tallo yang berlokasi di Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Keberadaan masjid dan makam tersebut jauh dari kepantasan untuk sebuah tanda kerajaan besar nusantara di masa silam. Pewaris Kerajaan Tallo, HAA Rauf Maro Marewa (Krg Rewa), mengatakan bahwa pihaknya sudah bertahun-tahun berusaha mengharapkan bantuan pemerintah dan swasta untuk merenovasi masjid tersebut. Namun tak kunjung terwujud. “Alhamdulillah, Allah pertemukan kami dengan pemilik Bosowa Group, Bapak Aksa Mahmud. Beliau menyatakan bersedia merenovasi Masjid Awaluddin,” kata Krg Rewa saat bersama pengurus Masjid Awaluddin menerima kunjungan Aksa Mahmud di Masjid Awaluddin, Senin (21/11). Krg Rewa mengungkapkan, sebetulnya cikal bakal Masjid Awaluddin sudah ada jauh sebelum abad ke-16. Masjid tersebut berawal dari baruga, yakni semacam aula sangat sederhana dengan empat tiang dari pohon pinang di sudut-sudutnya serta satu tiang pohon pinang lainnya di tengah. Dindingnya terbuat dari anyaman daun, sedangkan atapnya terbuat dari daun nipah. “Di situlah dahu-

lu orang-orang Tallo belajar agama Islam,” tutur Krg Rewa. Aksa Mahmud mengatakan, pihaknya terpanggil untuk merenovasi masjid tersebut mengingat nilai sejarah Kerajaan Tallo yang sangat penting. Dia menegaskan, Islam masuk pertama kali ke Sulsel melalui Kerajaan Tallo. Kerajaan Tallo merupakan kerajaan tertua di Sulsel yang mempunyai nama besar pada masanya dan merupakan pasangan kembar Kerajaan Gowa. “Kedua kerajaan tersebut, Tallo dan Gowa, pada FOTO-FOTO: IRWAN KELANA/REPUBLIKA masa lalu mempunyai peran sangat penting terhadap perkembangan Islam di Sulsel. Namun kini, gaung Kerajaan Tallo nyaris kurang terdengar. Karena itu, Bosowa terpanggil untuk merenovasi Masjid Awaluddin,” tutur pendiri dan preskom Bosowa Group tersebut. Aksa menjelaskan, pihaknya akan melakukan renovasi total dan besar-besaran terhadap masjid tersebut, termasuk makam rajaraja Tallo yang berada di

dekat masjid. Masjid tersebut akan diperluas dan dilengkapi dengan sekolah Islam yang bermutu. “Kami berniat melakukan renovasi sebaik mungkin agar masjid tersebut dapat mengembalikan kebesaran Kerajaan Tallo. Kita ingin Masjid Awaluddin ini menjadi tanda masuknya Islam di Tallo, agar generasi mendatang tahu bahwa di Sulsel pernah ada kerajaan besar bernama Tallo yang sangat berpengaruh pada masanya dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan Islam di Sulsel,” papar Aksa Mahmud seraya menambahkan, renovasi tersebut segera dilakukan. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

8

rehal JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

Makna Karamah Sejati D

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: : : : :

125 Kisah Karamah Para Shahabat dan Orang Shalih Syaikh Majdi Muhammad Asy-Syahawi Darus Sunnah II, Agustus 2011 214 halaman

alam keseharian, kita terkadang atau bahkan sering mendengar istilah “karamah”. Biasanya hal tersebut dikaitkan dengan kemampuan luar biasa seseorang di dalam masyarakat yang terpandang kesalehannya. Misalnya dikatakan, ada orang yang bisa berjalan di atas air, atau shalat Jumat secara bersamaan di Indonesia dan Masjidil Haram sekaligus, atau mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Masyarakat sering menyebut orang yang mempunyai kemampuan seperti itu sebagai wali atau wali Allah. Namun, ada yang mengatakan bahwa wali itu tidak ada yang mengetahuinya, kecuali sesama wali atau kalau dia sudah meninggal nanti. Kembali soal karamah tadi, apakah sebetulnya karamah itu? Mungkinkah setiap orang dapat memilikinya? Jika ada seseorang yang memamerkan kejadian luar biasa kepada masayarakat, apakah termasuk kategori orang mempunyai karamah? Mungkinkah orang non-Muslim dapat memiliki karamah? Jika ada orang yang dapat berjalan di atas air, misalnya, bagaimana sikap kita sebagai orang yang beriman kepada Allah? Lalu, apakah seorang wali itu ma’shum (terjaga dari kesalahan)? Buku yang ditulis oleh Syekh Majdi Muhammad

asy-Syahawi ini menjawab berbagai pertanyaan di atas. Penulis memulai dengan menguraikan tiga definisi karamah. Definisi yang ketiga dan paling lengkap adalah kejadian luar biasa yang ditampakkan oleh Allah Ta’ala pada tangan hamba yang nyata-nyata saleh yang komitmen dalam mengikuti Nabi yang ditugasi memikul syariah-Nya disertai kesahihan akidah dan amal saleh, baik ia mengetahui terjadinya karamah maupun tidak. Penulis juga mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, “Di antara hal yang sepatutnya diketahui ialah karamah terkadang terjadi sesuai keadaan seseorang. Jika orang yang lemah imannya membutuhkan karamah, datanglah karamah untuk menguatkan imannya dan memenuhi kebutuhannya. Sementara orang yang loyalitas dan kedekatannya dengan Allah lebih besar tidak membutuhkan karamah seperti itu, maka karamah tersebut tidak terjadi padanya karena ketinggian derajatnya dan ketidakbutuhannya terhadap karamah, bukan karena kurangnya kedekatannya dengan Allah SWT.” Penulis juga mengingatkan bahwa kejadian luar biasa (semacam karamah) semata tidak menjadi bukti atas kesetiaaan dan dukungan seseorang kepada Allah (wali, kekasih Allah). Bisa jadi ia pendukung atau pengikut setan, bukan loyal kepa-

da Allah. Satu hal lagi yang juga diingatkan oleh penulis adalah wali itu tidak ma’shum (terjaga dari berbuat kesalahan). Karena itu, setiap Muslim dilarang taklid (mengikuti atau meyakini membabi buta) terhadap siapa pun, termasuk orang-orang saleh dan mempunyai kemampuan luar biasa yang oleh masyarakat kerap disebut sebagai wali. Setelah menjelaskan secara gamblang dan tegas mengenai karamah, penulis kemudian menyajikan 125 kisah karamah yang bersumber dari para sahabat dan orang-orang saleh. Misalnya, Maryam binti Imran (ibunda Nabi Isa AS), Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Husein bin Ali, Ibnu Umar, dan Muawiyah. Selain itu, Yazid bin Aswad al-Jarasyi, Hasan Basri, Abu Muslim alKhaulani, Uwais al-Qarni, hingga Imam Bukhari. Buku ini sangat penting dibaca oleh setiap Muslim agar mampu memahami makna sejati karamah. Selain itu, kisah-kisah karamah orangorang saleh yang dimuat dalam buku ini dapat memberikan inspirasi bagi setiap pembaca untuk memetik hikmah yang sebaik-baiknya, yakni menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa kepadaNya. n irwan kelana ed: wachidah handasah

Menjadi Muslimah Bahagia S

etiap wanita normal pasti ingin meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Bahkan, sekalipun ia sudah memiliki segalanya (terutama yang bersifat materi), sesungguhnya ia masih tetap ingin mencari kebahagiaan. Fakta penting yang seharusnya diketahui oleh setiap wanita agar bisa menggapai kebahagiaan dalam hidup adalah dia harus mengenal dirinya sendiri secara komprehensif, berimbang, terukur, dan mudah sehingga ia dapat tumbuh menjadi wanita sejati. Buku yang ditulis oleh Dr Sa’ad Riyadh ini memberikan tuntunan bagi setiap wanita untuk mengenal dirinya sendiri dengan sebaik mungkin agar bisa mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup. Dan, karena tuntunan itu berlandaskan Alquran dan

sunah Rasul, kebahagiaan yang dicapai itu bukan hanya kebahagiaan dunia, melainkan juga akhirat. Karena itulah, pembaca yang dituju oleh penulis buku ini terutama adalah kaum Muslimah. Melalui buku ini, penulis menjawab berbagai pertanyaan yang kerap dirasakan, dihadapi, dan ditanyakan oleh para wanita, khususnya wanita Muslimah. Misalnya, cara mengenali diri sendiri, memaknai kebahagiaan, mengatasi kesedihan, menjaga hati, impianimpian seorang wanita, menstruasi dan kaitannya dengan ibadah, makna cinta, apakah cinta itu halal atau haram, cinta dan nikah siri, mengenal tipe-tipe pria, sampai kepada masalah bentuk fisik wanita. Selain itu, berbagai macam problem percintaan wanita masa kini, wanita dan mode, konflik keluarga, wanita dan televisi, wanita dan internet,

rasa malu, merenung, hobi belanja wanita, sampai doa mohon rahmat dan kebahagiaan sejati. Penulis berusaha untuk menawarkan solusi bagi setiap pertanyaan yang diajukan oleh wanita sehingga menjadi tuntunan yang sangat bermanfaat bagi setiap wanita Muslimah untuk menjadi Muslimah yang bahagia. Salah satu prinsip yang ditegaskan oleh penulis adalah bahwa hidup ini begitu indah dan berharga. Karena itu, sudah selayaknya setiap wanita menghargai, mensyukuri, dan menikmati hidup ini dengan sebaik-baiknya. Ujian dan kesulitan merupakan bagian dari kehidupan yang tak perlu membuat seorang wanita merasa sedih dan lemah semangat. Seperti dikemukakan oleh penulis, “Sesungguhnya hidup Anda itu sangat

mahal dan bahwa segala apa yang Anda miliki adalah amanat. Di antara dua hal milik Anda, yang paling utama ialah waktu dan perasaan Anda. Jadi, manfaatkan waktu Anda dengan sebaik mungkin dan jagalah baik-baik perasaan Anda.” n irwan kelana ed: wachidah handasah

Judul buku: Bagaimana Menjadi Wanita? Penulis

: Dr Sa’ad Ryadh

Penerbit

: Akbar Media

Cetakan

: I, Oktober 2011

Tebal

: xiv+305 halaman

FOTO-FOTO: TIMESOFUMMAH.COM

Muslim Rusia Buat Alquran Raksasa ini juga termasuk yang terbesar di dunia.

Lembaga pendidikan Islam

Oleh Agung Sasongko

M

uslim Rusia menorehkan pencapaian penting. Prestasi itu adalah membuat Alquran terbesar di dunia. Alquran itu memiliki bobot 800 kilogram dan berukuran 1,2 x 8 meter dengan total halaman mencapai 632 lembar. Pada sampul depan terdapat motif mahkota yang terbuat dari emas dan perak serta ditutupi motif dasar perunggu berdiame-

ter 14 cm. Proses pembuatan Alquran ini mencapai satu tahun. Pemimpin Spiritual Tatarstan Ildus Faizov menuturkan, Alquran terbesar dunia ini merupakan hadiah istimewa bagi Muslim Rusia. “Melihat dari bentuknya saja, ini merupakan bentuk semangat syiar Islam di Rusia,” kata dia seperti dikutip iqraa.com, belum lama ini. Alquran ini selanjutnya akan ditempatkan di sebuah masjid di Kazan, Tatarstan. Pada musim panas nanti, Alquran raksasa ini

dipindahkan ke Bolgary—wilayah Tatarstan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Selain di Rusia, Alquran berukuran raksasa juga dimiliki umat Islam Palembang. Alquran ini dibuat dari 315 papan kayu berukuran 1,77x 1,4 meter dan

tebalnya mencapai 2,5 cm. Di Jawa Barat, sebuah pesantren juga memiliki Alquran raksasa berukuran 2 x 1,4 meter. Pada 2009, Pekan Buku Abu Dhabi menjual salinan Alquran terjemahan bahasa Indonesia berukuran 1,2 x 8 meter. Alquran

Rusia yang dikenal sebagai negara komunis ternyata memiliki geliat keislaman yang layak dibanggakan. Saat ini, Pemerintah Rusia menganggarkan dana lebih dari 32 juta dolar AS atau sekitar satu miliar rubel guna mendidik Muslim Rusia menjadi ahli sejarah dan budaya Islam. Alokasi dana itu merupakan kebijakan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang dilakukan dalam upaya menyiapkan tenaga profesional dalam menyebarkan nilainilai Islam secara benar. Saat berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para ulama, Medvedev mengatakan, misi penting Rusia adalah meningkatkan pendidikan Islam dan mengintegrasikan lembaga pendidikan Islam dengan sistem pendidikan Rusia. “Rusia untuk kali pertama

menetapkan standar negara untuk lembaga pendidikan tinggi Islam dan mempersiapkan ulama Muslim berkualitas,” kata dia seperti dikutip heraldmalaysia.com, Rabu (23/11). Medvedev mengatakan, Pemerintah Rusia memiliki perhatian khusus untuk menyelenggarakan pendidikan Islam yang efektif di seluruh wilayah Rusia. Harapannya ke depan, kata dia, ulama Muslim Rusia bakal memberikan pengaruh dan contoh ke seluruh dunia. Lebih lanjut, dikatakan Medvedev, Muslim Rusia mengalami pertumbuhan yang begitu pesat. Saat ini, di seluruh wilayah Federasi Rusia terdapat 7.000 ribu lebih masjid. Hanya saja, sayangnya belum ada satu pun lembaga pendidikan Islam. “Harapannya, nanti akan berdiri 96 sekolah dan universitas Islam di negara kita,” pungkasnya. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

9

zakat & wakaf JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 FOTO-FOTO: ARIE LUKIHARDIANTI/REPUBLIKA

KH Abdul Razaq Ma’mun Oleh: Rakhmad Zailani Kiki Koordinator Pengkajian JIC

B Mizan Amanah Latih Ratusan Pedagang Kecil Oleh Arie Lukihardianti

M

engembangkan pengusaha mikro dan kecil tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan modal. Tanpa bimbingan mengelola modal yang ada, kerap kali modal itu habis begitu saja. Bahkan, bisa jadi digunakan untuk keperluan lain semisal membeli berbagai kebutuhan hidup seharihari. Karena itu, Mizan Amanah sebagai sebuah lembaga amil zakat membuat sebuah program pemberdayaan bernama Dhuafa Bangkit. Melalui program ini, Mizan Amanah memberikan pelatihan tentang pengelolaan usaha secara Islami kepada sekitar 150 pedagang kecil dan pengusaha mikro di seluruh Jawa Barat (Jabar), Rabu (23/11). Pelatihan ini mendapat apresiasi dari semua peserta yang berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cimahi, Garut, dan beberapa daerah lain di Jabar. Hal ini karena materi pelatihan sangat menarik dan penting untuk mereka. Para pembicaranya pun bisa menghidupkan suasana dengan berbagai gim yang mereka buat. Selain memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan usaha, para pedagang kecil ini juga akan memperoleh bantuan dari Mizan Amanah. Besarannya bergantung pada jenis dan kondisi usaha mereka. Adapun total dana yang disiapkan Mizan Amanah untuk membantu pedagang kecil ini mencapai Rp 343 juta. “Dulu, kami memberikan bantuan pada usaha mikro dan kecil secara tradisional,

yaitu hanya memberi modal tanpa diawasi,” ujar Direktur Mizan Amanah, Andri Yanto, kepada Republika, Rabu (23/11). Namun setelah merangkul Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) dan Islamic Business School (IBS), program bantuan untuk pedagang kecil ini diubah. Tak hanya memberikan bantuan modal, tapi Mizan Amanah pun membina para pedagang tersebut. Dalam kerja sama ini, kata dia, IIBF dan IBS sudah berkomitmen untuk menjadikan pengusaha mikro binaan Mizan Amanah sebagai pengusaha yang sukses sesuai prinsip Islam. Pelatihan ini diberikan sebulan sekali pada pedagang. Melalui program Dhuafa Bangkit ini, menurut Andri, Mizan Amanah ingin memfasilitasi mereka yang kaya harta dan ilmu untuk beramal kepada pedagang kecil. Karena, sebelum menjadi binaan Mizan Amanah, pengusaha mikro ini menjalankan bisnis tanpa ada perencanaan yang baik. Sehingga, hasil yang mereka peroleh hanya cukup untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari. Selama pelatihan, semua pembicara memotivasi dan melatih mental mereka menjadi pengusaha yang sukses dan Islami. “Usai pelatihan ini, kami membentuk mereka menjadi sebuah komunitas dan ada pertemuan rutin setiap pekannya,” tegas Andri. Andri menargetkan, melalui program ini pada 2020 akan lahir 1.000 pengusaha bangkit, yaitu engusaha sukses yang Islami. Program ini akan terus dijalankan oleh Mizan Amanah tanpa ada batasan waktu sebagai salah satu program unggulan. n ed: wachidah handasah

Ponpes Daarul Qur’an Gelar Doa dan Sarasehan Alquran menjadi pilar penting dalam mendidik anak,” ujar guru besar ilmu Alquran ibuan wali santri dan santri hadir itu. dalam sarasehan dan doa untuk Sementara itu, Syekh Muhammad Ali anak Indonesia di Hall Pondok Jaber, pengajar Daarul Qur’an yang juga Pesantren (Ponpes) Tahfidz menjadi pembicara pada sarasehan terseDaarul Qur’an, Tangerang, Sabtu (19/11). but, menyatakan keprihatinannya atas sikap Sebelum acara dimulai, para santri menunorang tua yang kurang peduli terhadap penjukkan kebolehannya dalam atraksi marchdidikan anak-anaknya, terutama untuk ing band Daqu School. Bahkan, dua santri mempelajari Alquran. asal Papua dan Tegal mempersembahkan ‘’Banyak orang tua di Indonesia yang lebih puisi khusus untuk orang tua mereka yang bangga ketika anaknya bisa berbicara mengisahkan lika-liku menjadi seorang dengan orang- orang hebat, dan tidak bangpenghafal Alquran. ga ketika anaknya bisa berdialog dengan Allah. Padahal, hakikatnya memDOK PONPES DAARUL QUR’QN baca Alquran adalah berdialog dengan Allah. Itulah sesungguhnya yang membahagiakan orang tua,” tegas syaikh asal Arab Saudi itu. Lebih lanjut, Syekh Jaber menguraikan, bagi orang tua yang mendidik anaknya dengan Alquran, Allah akan memberikan keberkahan. Itu karena membaca Alquran tidak sekadar mendapat balasan akhirat, tapi ada balasan kemenangan dunia akhirat. “Orang tua boleh bangga pada keahlian atau kepakarannya, tetapi seharusnya orang tua lebih bangga dengan menjadi ahlul Qur’an.” Kreativitas yang ditunjukkan para santri Syekh Jaber juga menerangkan, tingPonpes Tahfidz Daarul Qur’an itu membukkatan surga ditentukan seberapa besar pertikan bahwa menjadi penghafal Alquran hatian kita terhadap Alquran. Maka, luar tidak mesti menghilangkan kreativitas di biasa manfaat kita membaca, menghafal, bidang lainnya. Hal ini juga dipertegas oleh serta mengamalkan Alquran. “Rugi kalau Prof H Huge Darwis, guru besar Perguruan para orang tua ingin anaknya mempunyai Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), Jakarta, yang keahlian tapi bukan keahlian Alquran. siang itu menjadi salah satu pembicara. Dengan Alquran, kita bisa sukses dunia dan Menurut dia, selama ini penghafal Alquran akhirat,” katanya. kerap dipandang tidak mendukung keberAhmad Jameel, ketua Yayasan Daarul hasilan dalam bidang lain. Padahal, kata Qur’an Indonesia, sependapat dengan apa Prof Huge, banyak orang hebat dan berhasil yang dipaparkan Prof Huge dan Syekh Jaber. dalam kariernya yang dimulai sebagai peng“Semoga ilmu yang didapat anak-anak kita hafal Alquran. tidak hanya mengantarkan sukses dunia, “Pendidikan yang harusnya diberikan tapi juga mengantarkan sukses akhirat dan orang tua kepada anak adalah pendidikan mengantarkan kita ke surga,” harap alumnus yang mempunyai karakter dan kekhasan di Pondok Modern Gontor Jawa Timur ini. n ed: wachidah handasah suatu bidang. Dari sekian bidang itu, Oleh Damanhuri Zuhri

R

agi mereka yang mengetahui sosok dan kiprah KH Abdul Razaq Ma`mun, salah seorang ulama Betawi terkemuka di era tahun 50-an sampai awal tahun 80an, bulan November yang bersanding atau bersinggungan dengan bulan Muharram adalah waktu yang istimewa. Sebab pada waktu tersebut, mereka kembali mengenang kiprah dan karya sosok ulama yang wafat pada 25 Muharam 1404 H bertepatan dengan 1 November 1983 di usia 67 tahun dan dimakamkan di Kompleks Masjid Darussalam, Kuningan, Jakarta Selatan, ini. Ia dimakamkan berdampingan dengan makam ayahnya, Guru H Muhammad Ma`mun bin Jauhari bin Mi`un. Bukanlah sesuatu yang berlebihan jika melalui tulisan ini kita juga turut mengenangnya. Karena, ia adalah salah satu ulama yang sangat berperan dalam mencerdaskan umat Islam di Jakarta melalui lembaga pendidikan yang didirikannya dan mampu mengader murid-muridnya yang datang dari Jakarta dan luar Jakarta sehingga menjadi ulama setangguh dirinya. Nama lengkap beliau adalah KH Abdul Razaq bin Ma`mun. Ia lahir pada bulan Rabiul Awal 1335 H, bertepatan dengan 1916 H. Ia adalah cucu dari Guru Muhammad Mughni, ulama besar Kuningan, Jakarta Selatan, dari garis ibu. Belum diketahui secara pasti riwayat pendidikannya di masa kecil sampai remaja, namun orang mengenalnya dari kiprah dan karya yang diukirnya. Salah satu kiprahnya adalah mendirikan Madrasah Raudhatul Muta’allimin dengan berbadan hukum yayasan. Kisah pendirian madrasah ini bermula ketika pada awal 1945 ia bersama dua kiai Betawi lainnya (KH Ali Syibromalisi dan KH Abd Syakur Khairy) mengikuti muktamar Nahdlatul

Ulama yang diadakan oleh PBNU di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Beberapa hari sebelum keberangkatannya menuju Jawa Timur, mereka bertiga berkumpul di kediaman H Abd Rachim bin Jahip untuk mempersiapkan kepantasan perlengkapan diri dalam acara yang dianggap sangat penting dan besar itu. Sepulangnya dari mengikuti muktamar, ketiga ulama tersebut dengan berbekal ilmu disertai niat luhur, tulus, serta pandangan jauh ke depan dalam bercita-cita dan melaksanakan amanat yang telah diterima dalam rangka memajukan agama, bangsa, dan negara dalam pendidikan dan ajaran-ajaran Islam yang berpaham pada Ahlussunnah wal Jama’ah, maka ketiga ulama tersebut mulai mengembangkan visi dan misinya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Cita-cita mulia tersebut mendapat dukungan dan restu dari para ulama Kuningan, Jakarta Selatan, di antaranya KH Abdulloh bin H Suhaemi, KH Sahrowardi bin Guru Mughni, dan KH Rahmatulloh bin Guru Mughni, serta sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat KuninganMampang. Dan yang lebih menggembirakan lagi, dukungan dari para pengusaha yang ada di Jakarta Selatan khususnya Kuningan-Mampang. Dengan modal awal hasil pembelian tanah di Kuningan-Mampang, para perintis terus melakukan pendekatan kepada para pengusaha untuk perluasan pembelian lahan tanah dan pembangunan sebuah pendidikan madrasah di sekitar lokasi tersebut. Para pendiri telah didukung oleh beberapa orang pengusaha susu di Kuningan dan pengusaha lainnya yang ada di Jakarta Selatan, serta sumbangan moril maupun materiil masyarakat Kuningan dan Mampang yang begitu antusias untuk mendirikan lembaga pendidikan. Ia bukan saja dikenal sebagai pendiri dan pemimpin madrasah, tetapi

juga dikenal sebagai singa podium. Namanya dikenal oleh hampir seluruh penduduk Betawi kala itu. Kiprahnya mulai dikenal orang ketika pada dekade 1950-an dan 1960-an, ia menjadi penceramah utama di Kwitang, di majelis Habib Ali Kwitang, sehingga menjadi kesayangan Habib Ali Kwitang. Kepiawaiannya berpidato mengantarkannya juga sebagai wakil Betawi yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan umum pada Muktamar NU tahun 1936 di Palembang. Begitu pandainya ia merangkai dan mengungkapkan kata-kata sehingga membuat Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy`ari begitu menyukainya. Ia juga sosok ulama yang peduli dengan urusan sosial kemasyarakatan dan juga mendukung program pemerintah, jika program tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Seperti pada tahun 80-an ketika pemerintah menggalakkan program transmigrasi, ia termasuk ulama yang sangat mendukung program tersebut. Dukungannya itu tidak hanya dalam ucapan, tetapi ia pun terjun langsung melihat nasib para transmigran di Lampung. Ia beralasan bahwa para transmigran tersebut kebanyakan adalah umat Islam, jika bukan umat Islam sendiri yang memperhatikan nasib mereka, lalu siapa lagi? Di daerah transmigrasi itu, ia memberikan pembekalan mental kepada para transmigran. Walau usianya sudah lanjut, ia tetap bersemangat. Selain itu, ia sangat peduli pada pendidikan murid-muridnya. Salah satu kepeduliannya adalah mengusahakan dana pendidikan agar murid-muridnya dapat belajar ke Timur Tengah. Di antara murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama terkenal adalah KH Abdul Azdhim Suhami, KH Sidiq Fauzi, KH Salim Jaelani dan adiknya KH Soleh Jaelani, KH Muchtar Ramli, KH Abdul Razak Chaidir, KH Abdul Hayyi, dan KH Abdur Rasyid. n


REPUBLIKA

10

fikih muslimah JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 AGUNG SUPRIYANTO

Haid tak Menjauhkan Muslimah dari Allah Haid merupakan karunia biologis atas kehendak Tuhan dan bukan bentuk kelalaian perempuan.

l

Diperankan model

S

ebagai makhluk yang diberikan karunia dapat melahirkan, wanita mempunyai ciri biologis yang tidak dimiliki laki-laki, yakni rahim dan menstruasi. Siklus haid yang dialami wanita adalah proses alamiah. Namun, pada realitas sejarah bahkan mungkin hingga sekarang, karunia biologis bagi perempuan ini sering dipandang secara keliru. “Wanita haid sering dilekatkan dengan mitos-mitos yang menyudutkannya,” kata Prof Dr Nasaruddin Umar MA dalam buku Fikih Wanita untuk Semua. Sebelum zaman Nabi misalnya, perempuan haid dianggap sebagai sumber kutukan dari Tuhan akibat dosa yang telah dilakukan Hawa. Karena itu, ketika seorang perempuan sedang haid masyarakat mengasingkannya dan tidak diperbolehkan melakukan kontak sosial dengan orang lain. Melihat hal ini, Rasulullah SAW melakukan terobosan dengan menegaskan di berbagai kesempatan mengenai kebolehan melakukan kontak sosial dengan perempuan haid. “Segala sesuatu dibolehkan untuknya, kecuali bersetubuh,” tegas Rasulullah. Rasulullah juga mengamalkan kebolehan itu dalam bentuk praktik. Aisyah, istri Rasulullah, dalam sebuah riwayat mengatakan, dia pernah minum dari satu bejana yang sama dengan Rasulullah dalam keadaan haid. Pernah juga Aisyah menceritakan, Rasulullah melakukan segala sesuatu selain bersetubuh sementara dirinya dalam keadaan haid. Mengenai pembersihan diri (taharah) dari haid, dalam Islam tidak pula dikenal adanya upacara ritual khusus seperti dalam agama Yahudi dan kepercayaankepercayaan sebelumnya. Jumhur ulama, lanjut Nasaruddin, berpendapat bahwa sesudah hari ketujuh wanita sudah dianggap bersih dari haid setelah mandi. “Kecuali Abu Hanifah yang berpendapat tidak harus mandi, tapi cukup membersihkan tempat keluarnya darah haid dan juga

tidak perlu menunggu tujuh hari. Artinya, sekalipun kurang dari tujuh hari kalau sudah merasa bersih sudah dapat melakukan ibadah secara rutin,” kata Rektor PTIQ Jakarta yang juga menjabat sebagai wakil Menteri Agama ini. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Al-Awza’i dan Ibnu Hazm. Ada pandangan bahwa perempuan lantaran haid menjadi kurang agamanya. Sebab, saat haid ia terhalang melakukan ibadah-ibadah seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan, dan thawaf. Sehingga, ketika perempuan haid menjadi berkuranglah pahalanya dan jauh dari Tuhan. “Argumen itu jika kita renungkan sa ngatlah sempit karena hanya memandang bahwa nilai ibadah diukur dari nilai kuantitas saja.” Jika merujuk pada ayat-ayat Alquran, menurut dia, nilai ketakwaan, ibadah, dan kualitas iman seseorang untuk menjadi hamba yang ideal tidak menyebutkan haid sebagai halangannya. Ditegaskan Nasaruddin, siklus haid merupakan karunia biologis atas kehendak Tuhan dan bukan bentuk kelalaian perempuan yang mengakibatkan perempuan tidak dapat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, shalat, dan thawaf. Lagi pula, dalam hal puasa Ramadhan itu pun bisa tergantikan pada bulan lain. Selain itu, perempuan tidak mengalami haid di semua tingkatan usia. Pada masa sekarang, menurut Nasaruddin, sudah sepatutnya haid tidak lagi menjadi halangan bagi perempuan untuk beraktivitas dan tetap produktif. Yang menjadi persoalan justru bagaimana hak yang melekat pada perempuan itu dihargai, seperti peraturan yang memberikan hak dan dapat melindungi perempuan ketika haid yang dialami mengganggu kesehatannya, misalnya dengan pemberian cuti haid. “Hal ini menjadi lebih signifikan karena pada masa sekarang perempuan menjadi bagian penting pada ranah publik yang banyak melibatkan perempuan sebagai pekerja.” I wachidah handasah


REPUBLIKA

11

silaturahim JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

FOTO-FOTO: ADITYA PRADANA PUTRA

BMI–Zakia Foundation

Memberdayakan Muslimah Oleh Indah Wulandari

S

elasa (22/11) pagi, kantor Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, Bogor, dipadati sekitar 216 wanita pene-rima manfaat dari Bakrie Microfinance Indonesia (BMI). Tak sekadar menerima bantuan, para Muslimah ini juga mendapat siraman ilmu keislaman dari Majelis Taklim Zakia yang dikoordinasi oleh lembaga sosial keagamaan Zakia Foundation. “Kita memang menyertakan program pemberdayaan Muslimah dalam setiap pertemuan dengan para penerima manfaat BMI,” kata Executive Director Zakia Foundation, Claudia Massie. Selain menggemakan syiar Islam melalui majelis taklim, Zakia juga menyelipkan pencerahan tentang program pembangunan milenium mendatang. Tujuannya, imbuh Claudia, untuk memberdayakan masyarakat

prasejahtera dengan menggerakkan sektor ekonomi kreatif rumahan. Hal tersebut memang selaras dengan visi lembaga yang didirikan pada 2 Juli 1996 ini. Yakni, membentuk

persatuan umat Islam dan dakwah bil hal untuk menjalankan kebajikan. Program lainnya terkait pengasuhan anak yatim dan anak pengungsi, pendidikan keluarga dan anak, serta pro-

gram kemanusiaan lainnya. Zakia Foundation juga mengelola taman pendidikan Alquran. Head of Operations BMI Achmad Ramdhani menuturkan, pihaknya mendukung penuh permodalan bagi para penerima manfaat. “Kami menganut azas kebermanfaatan dan menyambung silaturahim, bukan hanya memberi akses modal tanpa jaminan,” ujarnya. Dalam program ini, para penerima manfaat diberi waktu 50 minggu untuk memutar modal. Agar konsistensi mereka terjaga, BMI menggandeng Zakia Foundation dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia untuk mengadakan penyuluhan bersama di tiap grup. Selain itu, BMI mengadakan pula pengobatan gratis dan pemberian santunan berupa sembako. Suhaimi, salah satu penerima manfaat BMI yang juga anggota kajian keislaman, mengaku terbantu dengan program ini. Warga Kedunghalang, Tanah Sareal, Bogor, ini bisa meningkatkan produktivitas dan angka penjualan usaha es krim rumahannya. “Selain ngaji, kita dapat ilmu kewirausahaan,” katanya senang. I ed: wachidah handasah

l

Kepala Operasional Bakrie Microfinance Indonesia Achmad Ramdhani memberikan sumbangan kepada seorang warga di Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, Bogor, Senin (22/11).

l

Direktur Eksekutif Zakia Foundation Claudia Massie (kanan) memberikan sumbangan kepada warga di Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, Bogor, Senin (22/11). Pemberian bantuan itu dilakukan juga atas kerja sama dengan Bakrie Microfinance Indonesia dan Harian Republika.


REPUBLIKA

JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 / 29 DZULHIJJAH 1432 H I 12

Dr Ulfah Utami MSi

Merasa Kecil di Hadapan Allah SWT Para peneliti mestinya semakin dekat dengan Sang Pencipta.

Oleh Damanhuri Zuhri

M

erasa kian kecil di hadapan Allah SWT. Itulah yang dirasakan Dr Ulfah Utami MSi setelah sekian lama mengarungi jagat penelitian. “Semakin banyak kita meneliti, semakin merasa kecil di hadapan Allah SWT dan kita tidak pantas untuk menyombongkan diri di hadapan siapa pun,” ujar Ulfah yang sejak 2009 dipercaya menjadi ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang. Bagi wanita kelahiran Kediri, 9 Mei 1965 ini, meneliti merupakan salah satu bentuk dari melaksanakan perintah “iqra”, yakni mempelajari dan memahami ayat-ayat Allah di alam semesta. Karena itu, kata dia, semestinya para peneliti semakin dekat dengan Sang Pencipta. “Contohnya ketika saya meneliti (bidang yang ia tekuni adalah mikroba—Red), saya semakin terkagum-kagum dengan ciptaan Allah SWT yang sangat kecil ini. Tidak tampak oleh mata telanjang, namun setelah dikaji ternyata memiliki potensi sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia,” jelasnya kepada Republika, Selasa (22/11). Istri dari Drs Sukarsono MSi ini menjelaskan, semula ia berprofesi sebagai dosen di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Kemudian, almamaternya memberinya kepercayaan untuk memimpin LPP. “Sebagaimana dosen-dosen yang lain, saya memiliki kewajiban untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.” Lantas, apa pandangannya tentang dunia penelitian di Indonesia? “Saya melihat, kita dan

bangsa ini sering membangun dan berjalan tanpa fondasi dan pijakan yang kuat,” katanya. Menurut dia, pijakan yang kuat ini seharusnya diperoleh dari hasilhasil penelitian. “Jadi, perencanaan dan proyeksi ke depan tentang sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan seharusnya didasarkan atas penelitian demi penelitian, sehingga jelas tahapan dan perkembangannya,” ujar Ulfah yang pernah menjadi ketua peneliti pengembangan pupuk hayati berbahan baku bakteri endofik sebagai antinematoda pada tanaman kentang.

Harus bermakna Menurutnya, penelitian tidak boleh hanya menjadi penelitian itu saja, akan tetapi harus memiliki makna yang besar bagi perkem bangan peradaban umat. “Dari penelitian itu, kita bisa memprediksi ke depan, tahun berapa kita sudah bisa apa dan akan menghasilkan apa, tahun berapa dan berupa apa kita bisa menyumbangkan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas, bangsa, dan negara.” Hasil-hasil penelitian inilah, lanjut Ulfah, yang akan dijadikan bahan pelajaran bagi para mahasiswa. Sebab, mahasiswa tidak boleh menerima ilmu yang itu-itu saja dari tahun ke tahun tanpa ada perkembangan untuk diri dan bangsanya. Ulfah juga berpandangan, dosen mempunyai kewajiban untuk mentransformasikan pengetahuannya dari hasil penelitian tersebut kepada masyarakat. Dengan demikian, kampus tak lagi hanya menjadi ‘menara gading’ yang dikagumi masyarakat, tapi tidak memberi kontribusi apa pun bagi perkembangan peradaban masyarakat. “Dengan posisi kita sebagai dosen dan peneliti, kita wajib menjadi rahmatan lil ‘alamin dengan ilmu yang kita miliki. Bersama masyarakat, ilmu kita bermanfaat dan ilmu kita juga bertambah karena disampaikan.” Ulfah sangat bersyukur, dia menjadi seorang dosen dan peneliti.

BIODATA Nama : Dr Ulfah Utami MSi Lahir : Kediri, 9 Mei 1965 Pendidikan: l S-1, Institut Teknolog Bandung l S-2, Institut Pertanian Bogor l S-3, Universitas Brawijaya, Malang Suami : Drs Sukarsono MSi Anak : 1. Wildan Abiyya S 2. Faza Muhammad S 3. Assyifa Utami S

FOTO-FOTO: DOKPRI

Menjadi peneliti membuatnya memiliki banyak sahabat dan banyak ilmu. Tak hanya itu, jagat penelitian juga membuatnya semakin sadar betapa luasnya ilmu Tuhan, betapa semakin tidak ada apa-apanya dirinya di hadapan Tuhan. “Dengan meneliti, kita semakin mengagumi keagungan Allah SWT dan saya semakin kecil di hadapan-Nya.” I ed: wachidah handasah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.