Dialog Jumat

Page 1

REPUBLIKA

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011 / 22 DZULHIJJAH 1432 H n 1 MUSLIMVILLAGE.COM

laporan utama

Kiprah Ilmuwan Muslim Indonesia

S

ejatinya, Indonesia memiliki cukup banyak ilmuwan Muslim berkapasitas dunia. Meski bertahun-tahun tinggal di luar negeri, orang-orang unggul ini nyatanya tetap cinta Tanah Air dan siap mendarmabaktikan ilmu mereka untuk bangsa dan umat Islam. Jika demikian, bisakah kita berharap bahwa kebangkitan umat Islam akan lahir dari negeri Muslim terbesar ini? 2

ANTARA

Pesan Moral Asbabun Nuzul Tak cukup hanya dibaca, Alquran juga perlu dipahami maknanya, termasuk peristiwa dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, Buku Pintar Asbabun Nuzul karya Dr Muhammad Chirzin layak Anda baca. Buku ini mengungkap peristiwa-peristiwa di balik turunnya ayat-ayat Alquran dan menyarikan pesan moralnya yang terus relevan dengan keadaan umat Islam sekarang.

Doa Bersama

8 5

Di negeri kita, doa bersama cukup sering dilaksanakan dalam acara-acara resmi kemasyarakatan dan kenegaraan. Kegiatan ini menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam terkait status hukumnya. MUI pun telah menerbitkan fatwa tentang hal ini.

GOORME.COM

Dari Sampah Jadi Berkah Sampah identik dengan sesuatu yang kotor dan tak berguna. Namun di tangan Khilda Baiti Rohmah, sampah menjelma menjadi berkah yang dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekaligus membantu menyelamatkan lingkungan. Maka, ia pun dinobatkan sebagai salah satu pejuang kesejahteraan Indonesia.

12

KHILDA BAITI ROHMAH

Rum dalam Tar

5

Kue tar, siapa tak tergoda? Kue lembut dan legit ini kerap hadir dalam momen-momen istimewa. Nah, untuk menambah aroma dan rasa, terkadang produsen menambahkan rum pada kue tar buatannya. Padahal, rum termasuk golongan khamr yang jelas-jelas haram. Adakah cara untuk menghilangkan rum yang telanjur ada pada kue lezat ini?


REPUBLIKA

2

laporan utama JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

FOTO-FOTO: DOKPRI

l

Dr Warsito P Taruno (kanan), penemu paten scanning tiga dimensi yang digunakan NASA.

‘Kami Siap Berkontribusi untuk Bangsa’ Perlu stimulus dari pemerintah untuk mengoptimalkan kiprah para ilmuwan Muslim.

Oleh Indah Wulandari

B

erabad-abad silam, Islam pernah berjaya. Kala itu para ilmuwan Muslim meletakkan dasardasar ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk peradaban dunia. Tak sedikit temuan dan karya mereka yang kemudian dikembangkan oleh ilmuwan Barat. Sekadar contoh, pada sekitar tahun 1000, seorang dokter Muslim, Abu al-Qasim al-Zahrawi, memublikasikan 1.500 halaman ensiklopedi berilustrasi tentang operasi bedah. Selama lebih dari 500 tahun, ensiklopedi ini digunakan oleh kalangan dokter di Eropa sebagai referensi medis. Ada pula Abbas Ibnu Firnas, yang merintis konstruksi pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad kesembilan, dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus dibentuk layaknya

kostum burung. Dalam eksperimennya yang terkenal di Cordoba, Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Ratusan tahun kemudian, desain yang dibuatnya secara tak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia, Leonardo da Vinci. Di samping dua ilmuwan itu, banyak lagi ilmuwan Muslim di abad pertengahan yang menorehkan pencapaian gemilang bahkan monumental, mulai dari Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, sampai Ibnu Hayyan. Setelah sekitar tujuh abad menguasai dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kejayaan umat Islam akhirnya surut hingga saat ini. Namun ternyata, tanpa perlu banyak gembar-gembor, saat ini mulai tampak secercah harapan. Di Tanah Air, lahir banyak ilmuwan dan teknolog Muslim yang brilian. Temuan dan karya mereka tak lagi berkualitas lokal, namun internasional. Salah satunya adalah Eko Fajar Nurprasetyo, pakar

teknik elektro yang menjadi penemu dan pembuat chip Wimax. Keahlian putra bangsa ini didapatkan setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Elektro Universitas Kyushu, Jepang, pada 1996. Ke-mudian, dia melanjutkan S2 di Jurusan Ilmu Komputer pada universitas yang sama. Di universitas ini pula, Eko menyelesaikan pendidikan S3 di bidang ilmu komputer pada 2001. Pada 1998, Eko memulai karier sebagai asisten peneliti pada Institute of System and Information Technologies, Kyushu, Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan S3-nya, dia bekerja sebagai peneliti di perusahaan Sony Lsi, Jepang. Pada 2006, Eko mendirikan Versatile Silicon Technologies sebagai IC Design House pertama di Indonesia dan menjabat sebagai CEO. “Saya kembali ke Tanah Air karena beberapa alasan penting,” katanya. Kemapanan karier ternyata tak menggoda pakar chipset ini untuk terus menetap di Negeri Sakura.

Menurutnya, ada kewajiban seorang ilmuwan yang sukses di negeri orang untuk berkontribusi pada masyarakat di Tanah Airnya. Pertimbangan lain, keempat putranya beranjak baligh, dan Eko menginginkan mereka mendapat pergaulan yang baik dan syari di Indonesia. Di samping itu, ia pun ingin dekat dengan sang bunda yang tinggal sendirian. Tiba di Tanah Air, Eko segera melakukan pengembangan usaha bersama rekan-rekannya dari Institut Teknologi Bandung. “Susah menyadarkan masyarakat di sini pada spesifikasi produk kami karena mereka terbiasa menikmati produk elektronik rakitan,” kata Eko. Tapi ia yakin, dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang, Indonesia akan dapat memproduksi chipset sendiri secara massal. Untuk mewujudkan semua itu, dia membuat industri chip di Kota Depok. Harapannya, Depok bisa menjadi pusat industri teknologi yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warganya. Peraih BJ Habibie Technology Award (BJHTA) 2010 ini mengatakan, selain mendesain chip untuk Wimax, ia juga mendesain chip untuk server, signal, processing, dan scanner. “Kita berharap stimulus dari pemerintah untuk mengembangkan bidang ini,” harap Eko. Ia melihat, potensi teknolog dan ilmuwan Muslim di Indonesia cukup mumpuni. Kemampuan individual dan material juga sudah mencukupi. “Mereka hanya perlu pembekalan mindset keilmuan Islam dan disiplin keilmuwanan. Maka, niscaya kelak lahir penemuan dari Indonesia yang diakui dunia internasional.”

Nanoteknologi menjanjikan Ada pula Nurul Taufiqurohman, pakar nanoteknologi. Nanoteknologi bisa dikatakan sebagai sebuah terobosan dalam dunia

ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang dilakukan, dilihat, dan disentuh manusia diprediksi akan terkena dampak dari perkembangan teknologi berbasis material superkecil itu. Nurul yang kini dipercaya sebagai ketua Masyarakat Nano Indonesia (MNI) meyakinkan bahwa Indonesia kelak menjadi incaran konsumen teknologi ini. “Penelitian nano kini telah mencapai 150 jenis dan berada dalam tahap produksi,” jelas pria yang juga peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini. “Kita minta pemerintah memberi perhatian khusus karena sebenarnya nanoteknologi justru berpeluang dikembangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” tegasnya. Jika telah berkembang, katanya, industri nanoteknologi bakal menghasilkan material sintetis yang murah. Bahkan apabila dimaksimalkan pada suatu perangkat, nilainya dapat naik berkali-kali lipat. Optimalisasi itu dapat dilakukan hanya dengan sebuah sentuhan sederhana. Di samping Eko dan Nurul, masih banyak lagi ilmuwanilmuwan lain yang layak menjadi tumpuan harapan bagi kemajuan bangsa dan umat Islam. Sebut saja, misalnya Dr Warsito P Taruno, penemu paten scanning 3 dimensi yang digunakan NASA. Saat ini Warsito juga menjadi ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI). Ada pula Dr Ratno Nuryadi, penemu mikroskop nano, juga Dr Kaharuddin Jenod, desainer kapal yang patennya selalu digunakan Mitsubishi Shipping Corp. MITI misalnya, kini menghimpun ratusan doktor dengan aneka spesialisasinya, mulai dari ahli botani, kapal, roket, hingga nuklir. Para ilmuwan Muslim yang cukup lama hidup di negeri orang itu kini siap berkiprah untuk bangsa dan negara ini. I ed: wachidah handasah

ICMI dan MITI Dorong Kiprah Ilmuwan Muslim WAHYU PUTRO/ANTARA

Oleh Damanhuri Zuhri

I

katan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) selama ini dikenal sebagai wadah yang menaungi orangorang pintar yang biasa kita sebut ilmuwan khususnya Muslim. Rupanya, selain ICMI, banyak pula ilmuwan yang bergabung pada wadah lain bernama Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI). Apa saja yang dilakukan dua organisasi ini dalam mendorong kiprah para ilmuwan Muslim di Tanah Air? Mantan menristek Suharna Surapranata, salah seorang pendiri MITI, mengungkapkan, MITI berawal dari kepedulian dan perhatian akan berbagai persoalan bangsa, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pada akhir dekade 80-an, sekitar sepuluh aktivis dakwah kampus (ADK) yang berkesempatan menimba ilmu di luar negeri khususnya bidang iptek menggagas berdirinya wadah untuk menghimpun mereka. “Wadah awal hanya berbentuk forum komunikasi SDM Iptek yang sifatnya sudah nasional, karena kami berasal dari berbagai daerah,” katanya kepada Republika, Selasa (15/11). Menurut pria kelahiran Bandung, 13 Desember 1955 ini, sejak berdiri hingga kini MITI telah banyak melakukan kerja yang signifikan bagi pembangunan, khususnya di bidang iptek. Setidaknya ada tiga peran besar yang dijalankan MITI selama ini. Pertama, peran pembinaan dengan melakukan pembinaan profesi di kalangan anggotanya, mulai dari para mahasiswa hingga para doktor yang tersebar di berbagai kampus ataupun laborato-

rium di dalam dan luar negeri. “Kami berikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi. Kami dukung riset-riset dengan hibah MITI. Pembinaan juga dilakukan terhadap lembaga atau asosiasi ilmuwan yang menjadi anggotanya seperti Masyarakat Nano Indonesia,” terangnya. Kedua, peran pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat secara luas. Berbagai aksi sosial dengan memanfaatkan penguasaan teknologi dilakukan para anggota MITI saat bencana terjadi di negeri ini. Tsunami di Aceh, banjir bandang di Jember, atau gempa bumi di Yogya menjadi saksi keterlibatan kuat MITI dalam memberikan solusi teknologi bagi para pengungsi atau korban bencana. “Di tempat-tempat itu, kami buat instalasi-instalasi air bersih dengan teknologi membran dan ozonisasi yang mampu mengubah air sehingga layak minum.” Ketiga, peran memengaruhi kebijakan terkait dengan iptek. Sebagai lembaga nonpemerintah, kata Suharna, MITI berusaha memberi masukan dan mengkritisi kebijakan pemerintah dalam berbagai persoalan iptek. “Masukan secara objektif dan kritis disampaikan kepada para pemangku kebijakan.” Seperti halnya MITI, ICMI pun mendorong para ilmuwan, peneliti, dan teknolog Muslim Indonesia untuk berkiprah lebih nyata dan memberi manfaat bagi orang banyak. “Nah, ini yang kita lakukan selama ini. Pekerjaan saya keliling nusantara selama ini antara lain melakukan hal ini,” ujar Hj Marwah Daud Ibrahim, anggota Presidium ICMI kepada Republika, Rabu (16/11).

Wanita kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, yang juga ketua umum Masyarakat Singkong Indonesia ini menyebut salah satu penelitian dan perhatiannya terhadap singkong. “Kelihatannya sederhana,” cetus doktor komunikasi dari International American University, Washington DC, Amerika Serikat ini. “Teman kita dari Universitas Jember, namanya Prof Ahmad Subagyo, meneliti

ketika dia sekolah di Jepang. Dia menemukan sebuah enzim dalam singkong ketika ditepung sifatnya mirip sekali dengan terigu. Kalau kita misalnya bisa membuat 1,5 juta ton atau 10-20 persen dari yang kita impor, itu kan nilainya Rp 5 triliun. Itu jelas hasil penelitian yang luar biasa,” paparnya. Menurut Marwah, ICMI sangat konsen di situ. “Kita mulai dengan menanam,

kita mulai dengan membuat industri di masyarakat, lalu menghimpun temanteman peneliti. ICMI kan di daerah ada yang jadi bupati atau wakil bupati, orangorang kampus juga rata-rata ICMI, anggota DPRD, dan lain sebagainya. Jadi, bagaimana kita menghimpun serpihan-serpihan menjadi sebuah kekuatan, yang biasanya kita lakukan di pertemuan ICMI.” I ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

laporan utama

3 JUMAT, 18 NOVEMBER 2011 ASHFAQUESHAH.COM

Jalan Masih Panjang Perlu perbaikan sistem pendidikan untuk melahirkan teknokrat dan ilmuwan tangguh. Oleh Indah Wulandari

E

ra kebangkitan peradaban Islam pernah diprediksi muncul pada abad ke-20. Bahkan, banyak kalangan berharap kebangkitan Islam itu lahir dari Indonesia. Ulama terkemuka Syeikh Yusuf Qaradhawi juga mengungkapkan harapan itu saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia dinilai sangat mendukung harapan itu. Dalam pandangan Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bachtiar Effendi, kegemilangan peradaban Islam semestinya memang bisa kembali. “Memang, saat itu (di abad 20) beberapa individu cendekiawan Muslim dari Mesir meraih nobel, tapi setelah itu tak muncul lagi,” kata Bachtiar kepada Republika, Selasa (15/11). Di Tanah Air pun, kata Bachtiar, muncul sosok BJ

Habibie yang pakar di bidang teknologi kedirgantaraan. Namun ternyata, mereka belum cukup kuat untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam seperti berabad-abad lampau. Dalam perkembangannya, di abad ke21 ini, Bachtiar melihat munculnya beberapa sosok teknokrat serupa Habibie. Sayangnya, karena isu politik dan ekonomi, peran serta potensi mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah. “Jalan ilmuwan Muslim di Indonesia belum terbuka di abad ini. Jalan masih panjang diretas,” ujarnya. Padahal, dia telanjur berharap kalangan ilmuwan Muslim di Indonesia kelak mampu memengaruhi perkembangan teknologi modern. Dengan begitu, bangsa Barat tak lagi menguasai sepenuhnya kemajuan teknologi di peradaban milenium ini. Bachtiar melihat ada beberapa hambatan yang masih menggelayuti Indonesia untuk meraih impian tadi. Indikatornya, kata dia, salah satunya tampak pada peringkat perguruan tinggi Indonesia yang

wawancara

M

eski cukup banyak ilmuwan dan teknolog Muslim Indonesia yang betah di luar negeri, namun tak sedikit pula yang sudah kembali ke Tanah Air dan mengabdi untuk masyarakat Indonesia. Dr Marwah Daud Ibrahim MA, anggota Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) ini menyaksikan hal itu. “Nah, Indonesia ini, menurut saya, unik. Karena, mewakili penduduknya yang mayoritas beragama Islam. Ini ditunggu dunia. Apa kontribusi para peneliti atau ilmuwan atau cendekiawan Muslim dalam kiprahnya di negaranya dan di dunia?” ujar Marwah dalam perbincangan dengan wartawan Republika, Damanhuri Zuhri, Rabu (16/11). Berikut petikan lengkap perbincangan dengan sosok yang dikenal juga sebagai pemerhati pendidikan karakter bangsa itu. Bagaimana Anda melihat kiprah ilmuwan Muslim di Indonesia? Memang, kalau kita lihat masih perlu ditingkatkan lebih optimal lagi. Walaupun dibandingkan tahuntahun sebelumnya sudah mulai banyak hal, menurut saya, yang bisa kita temui di lapangan sebagai aksi dari teman-teman kita, para peneliti Muslim. Saya kebetulan banyak ke lapangan. Sering saya lihat, asistensi di bidang, misalnya, pengembangan teknologi yang aplikatif di desa. Saya ketemu temanteman dari LIPI, BPPT, bahkan dari universitas juga untuk pengembangan seperti rumput laut, singkong, dan cokelat yang selama ini kita mengekspor dalam bentuk gelondongan. Sekarang sudah ada beberapa yang sifatnya teknologi yang lebih aplikatif. Menurut saya, ini kelihatannya sederhana, tapi itu menyentuh banyak untuk masyarakat.

masih berada di kisaran angka ratusan di antara perguruan-perguruan tinggi dunia. “Ada tanda kemunduran kualitas dari program pendidikan pascasarjana dan doktoral di Indonesia,” ungkap dia. Kondisi ini, menurutnya, bakal memengaruhi kualitas lulusan. Dalam hal ini, lulusan yang dihasilkan menjadi kurang kompeten. Hal ini tentu saja akan menghambat lahirnya cendekiawan-cendekiawan yang mumpuni. Karena itu, ia berpendapat, hal penting yang lebih dulu harus dilakukan adalah memperbaiki sistem pendidikan. Dari perbaikan sistem pendidikan itu diharapkan terbentuk fondasi kuat bagi lahirnya para teknokrat dan ilmuwan tangguh. “Secara individu, banyak cendekiawan Muslim Indonesia yang dikagumi karena berpengetahuan tinggi. Tapi, itu tak menggambarkan kondisi keseluruhan kualitas bangsa ini,” tegas Bachtiar. Dia pun berharap umat Islam di Indonesia mengubah cara pandangnya pada Alquran. Menurutnya, selama ini Alquran hanya dipandang sebatas perintah Allah yang diturunkan melalui Rasulullah SAW untuk hamba-Nya. Sejatinya, di dalam Alquran banyak isyarat-isyarat yang membuka tabir penciptaan Allah SWT pada tiap makhluk-Nya. Begitu pula kunci rahasia ilmu pengetahuan tersirat di dalamnya. “Umat Islam harus melewati masa pemikiran bahwa Alquran bukanlah petunjuk hidup saja untuk menggenggam kejayaan kembali,” jelas Bachtiar.

Kebangkitan spiritualitas Sisi keilmuan harus pula dibarengi oleh kekuatan spiritualitas. “’Kebangkitan spiritualitas yang utama,” ujar Ketua Ikatan Dai Indonesia, Prof KH Ahmad Satori Ismail. Menurutnya, bangsa Indonesia bisa meretas kejayaan peradaban Islam jika memiliki kekuatan akidah. Dia menilai, sisi spiritualitas ada dalam pribadi setiap Muslim. Jika dibangkitkan, hal itu bakal mendorong munculnya semua potensi positif dalam dirinya. Bila potensi ini bangkit, ia yakin umat Islam bakal mampu membendung dampak buruk teknologi modern, seperti tele-

visi dan internet. Problema umat Islam di Indonesia, kata dia, sering kali tak memanfaatkan waktunya dengan akidah yang baik. Akibatnya, sebagian besar umat masih sering melanggar aturan dan norma, termasuk membahas hal-hal yang tidak penting dalam kesehariannya. Tak ayal, tingkat produktivitas dan performa kinerja umat menurun. Prestasi pun sulit diraih. “Perbuatan setan membuat umat tak semangat belajar. Maka, mantapkan akidah, tingkatkan stabilitas hidup, dan fokus pada rancangan hidup.” n ed: wachidah handasah

Dr Marwah Daud Ibrahim MA

Kiprah Mereka Ditunggu Dunia Ke depan, apa yang perlu ditingkatkan? Yang diperlukan saat ini adalah sebuah pendekatan yang sifatnya komprehensif, berencana, dan fokus. Jadi, harus nyambung dari berbagai pihak. Lembaga penelitian ini kan ada di mana-mana. Ada di industri, di universitas, dan ada yang sifatnya individual. Jadi, harus jelas. Fokusnya apa. Coba kita bandingkan dengan Jepang, misalnya. Fokus otomotif dan elektronik. Thailand, misalnya, jadi produsen makanan dunia. Kemudian, Malaysia fokus di sawit. Indonesia, menurut saya, harus membuat suatu terobosan karena mayoritas penduduknya Muslim. Ini juga tantangan. Karena saya lihat, terobosan dari para ilmuwan itu bukan hanya dari sisi ilmunya ansich, melainkan, menurut saya banyak di antaranya lebih pada karakter. Karakter ini banyak sekali diwarnai atau dipengaruhi oleh aplikasi dari nilai-nilai ajaran agama. Menurut Anda, apa tantangan para ilmuwan itu dalam menyumbangkan darma baktinya kepada bangsa? Menurut saya, tantangannya bagaimana seoYOGI ARDHI/REPUBLIKA

rang peneliti dan ilmuwan mampu melahirkan sebuah inovasi yang memberi manfaat bagi orang banyak. Memang yang sering disebut-sebut berkaitan dengan peneliti ini adalah bagaimana dengan penghasilan mereka? Harus dipahami, hasil penelitian itulah yang memberi nilai tambah yang tak terhingga untuk sebuah produk. Semakin ke hilir, semakin tinggi. Kalau sistemnya mendukung, bagi-bagi hasilnya juga harus jelas. Di sini mungkin kita harus diskusi banyak. Artinya, kendala bagi para ilmuwan Muslim dalam berkiprah cukup banyak? Kendalanya cukup banyak, tapi peluangnya juga cukup banyak. Sekarang di Kementerian Pendidikan kita mulai bicara perlunya pendidikan karakter. Lalu, kalau kita dengar dari perindustrian sudah mulai bicara perlunya hilirisasi. Itu kan butuh teknologi yang luar biasa.

Nah, juga dengan alat-alat militer sudah lebih banyak diproduksi dalam negeri. Jadi, ada upaya ke sana. Tapi, menurut saya, ini memang harus sangat sistematis dilakukan. Sekarang itu serpihan-serpihannya sepertinya ada, tapi belum terhimpun. Sehingga, apa yang dilakukan suatu lembaga, misalnya, belum nyambung. Saya lebih bicara tentang penelitian yang aplikatif, yang betul-betul meningkatkan produktivitas, inovasi kreativitas, dan nilai tambah di negeri ini. Itu peluangnya luar biasa. Anda sedang di Jawa Timur saat ini, apa yang Anda lihat di sana? Di sini, saya melihat bagaimana peneliti kita turun ke masyarakat. Biasanya kan bioteknologi harus di tengah laboratorium yang canggih, nah ini mereka turun ke tengah-tengah desa dan bekerja sama dengan industri yang dikelola anak muda. Mereka menggandakan tanaman dengan pola biotek, tapi di luar ruangan. Saya tanya, adakah penghargaan buat penelitinya? Karena, peneliti itu PNS, yang tugasnya meneliti, mereka tidak mendapat apa-apa dari hasil penelitiannya. Tidak mendapatkan bonus dari hasil penelitiannya. Menurut saya, itu juga harus fair. Saya mendapat informasi, ternyata setiap bibit dari yang dikembangkannya, peneliti mendapatkan Rp 500. Tapi, kalau jumlahnya banyak, bisa sampai jutaan bibit. Maka, akan besar bonus yang diperoleh peneliti. Kalau modelnya seperti ini, kehidupan para peneliti akan sejahtera. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

4

tuntunan

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Etika Berkhotbah l

K

Ilustrasi

Agar tak membosankan, Rasulullah tidak pernah menyampaikan khotbah yang terlalu panjang.

hotbah merupakan salah satu media penting dalam dakwah Islam. Sayangnya, tak semua khatib, ustaz, atau dai mampu berkhotbah dengan baik. Para khatib shalat Jumat, misalnya, sering kali berkhotbah de ngan materi yang membosankan, cenderung berputar-putar, alias itu-itu saja. Akibatnya, materi khotbah hanya ‘masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri’. Selain materi yang kurang mengena, khatib sering kali juga tampil dengan gaya bicara yang tidak menarik. Alhasil, jangankan menyimak, para jamaah lebih banyak yang mengantuk bahkan tertidur. Para khatib yang demikian tampaknya perlu belajar lebih banyak lagi mengenai adab atau etika berkhotbah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Dalam buku Rasulullah, Manusia tanpa Cela diterangkan, saat berkhotbah Beliau berusaha agar pengarahan, wejangan, dan nasihat-nasihatnya bukan

saja didengar oleh telinga, tetapi langsung menembus lubuk hati. Beliau mengucapkan kalimat demi kalimat secara jelas, dengan susunan bahasa yang indah dan arti yang terang. Sering pula Rasulullah memakai tamsil ibarat dan perumpamaan-perumpamaan yang menarik. Meski menggunakan kata-kata yang indah, Beliau tidak bersajak tapi bicara sewajarnya. Sebelum dibuatkan mimbar di masjid, Beliau selalu berkhotbah sambil berdiri di tempat yang tinggi. Rasulullah tak segan mengulangi kalimat hingga tiga kali sebagai isyarat bahwa apa yang diulang itu memerlukan perhatian serius. Agar tak membosankan, Rasulullah juga tidak pernah menyampaikan khotbah yang terlalu panjang. Ath-Thabrani RA meriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata: “Apabila Rasulullah mengutus seorang Amir, Beliau berpesan: ‘Pendekkanlah khotbah(mu) dan sedikitlah berbicara. Sesungguhnya datangnya sihir itu akibat dari pembicaraan’.” (AlJami’u ash-Shaghir, hal 244).

Setiap kali berkhotbah, Rasulullah tidak pernah lupa untuk mengucapkan puja dan puji kepada Allah SWT. Begitu pula dua kalimat syahadat yang senantiasa menjadi kata pengantar dalam setiap khotbahnya. Terkadang, di tengah berkhotbah Rasulullah menyempatkan untuk menyapa seseorang. Misalnya, ada seseorang yang baru memasuki masjid kala Beliau berkhotbah Jumat. Biasanya, Beliau berhenti sejenak lalu bertanya: “Sudahkah engkau shalat dua rakaat (tahiyyatul masjid)?” Jika jamaah itu menjawab belum, Rasulullah akan memintanya shalat dua rakaat setelah itu meneruskan khotbahnya. Dalam berkhotbah, Rasulullah juga memperhatikan situasi dan kondisi saat itu. Dalam hal ini, Beliau memerintahkan suatu amalan jika telah ada yang mengabaikannya, atau menyeru untuk mencegah suatu perbuatan mungkar jika sudah ada tanda-tanda atau diketahui bahwa ada sementara orang yang mendekati atau

sudah melakukannya. Tak jarang, saat sedang berkhotbah tiba-tiba seorang jamaah meminta Beliau berdoa. Rasulullah sama sekali tidak marah khotbahnya dipotong di tengah jalan, bahkan Beliau mengabulkan usulan tersebut. Hal ini sebagaimana keterangan hadis yang diriwayatkan oleh Anas RA. Ia berkata: “Ketika Rasulullah sedang khotbah Jumat, tiba-tiba seseorang berdiri, seraya berkata: ‘Ya Rasulullah, (banyak) kuda dan domba telah mati, maka berdoalah kepada Allah agar Ia menurunkan hujan kepada kita.’ Rasulullah SAW pun menengadahkan kedua tangannya lalu berdoa.” (Shahih Bukhari, hal: I/66). Demikianlah cara Rasulullah berkhotbah. Ada kalanya Beliau berkhotbah dengan sikap yang tegas dan suara yang tinggi, namun pada kesempatan lain menampilkan suara yang lemah lembut. Sangat fleksibel. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. I wachidah handasah ADITYA PRADANA PUTRA

JUDAICAART.COM

ensiklopedi

Yerusalem Y

erusalem adalah salah satu dari tiga kota suci Islam. Awalnya, kota ini merupakan permukaan Kanaan kuno, tempat Daud, raja Israel, mendirikan ibu kota dan putranya, Sulaiman, mendirikan kuil. Nama Yerusalem, lazim disebut “yang suci” (al-Quds) saja oleh kaum Muslim, tidak tertera dalam Alquran. Namun, tradisi Muslim sepakat melihat rujukannya pada isyarat dalam QS al-Isra (17): 1, yang di dalamnya disebutkan bahwa Muhammad diperjalankan oleh Allah dari Makkah ke “masjid yang terjauh” (Al-Masjid AlAqsha) pada malam hari. Tentara Muslim menduduki Yerusalem tanpa perlawanan pada 563 M dan segera memutuskan untuk memugar tempat suci utama ini. Pertama, mereka membangun masjid Jami’ (al-Aqsha) pada sisi selatan, dan pada 692 diselesaikanlah tempat paling suci yang disebut Kubah Batu yang berada di bagian tengahnya. Sejarah kota ini, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Dunia Islam Modern, bisa dibilang tidak begitu

menonjol hingga Perang Salib. Kota ini dihuni oleh orang-orang Kristen serta Yahudi yang diperbolehkan kembali ke kota itu oleh kaum Muslim untuk pertama kalinya sejak mereka dilarang oleh Romawi pada 135 M. Penguasa Mesir al-Hakim bi Amr Allah membakar Gereja Makam Suci Kristen pada 1009, salah satu insiden yang menggerakkan serangan Eropa terhadap Palestina dan pendudukan atas Yerusalem pada 1099. Periode kekuasaan Kristen Latin di Yerusalem berlangsung sekitar seabad sebelum Shalah al-Din mengusir mereka pada 1187. Jangka waktu ini cukup lama bagi tentara Salib untuk mengubah Kubah Batu menjadi gereja dan al-Aqsha menjadi markas Ksatria Penjaga Kuil . Di bawah Shalah al-Din, tempat-tempat suci Muslim itu dikembalikan kepada fungsinya semula. Dia pula—dibantu oleh para pengkhotbah—meningkatkan apresiasi kaum Muslim terhadap apa yang disebut sebagai tempat suci Islam ketiga setelah Makkah dan Madinah. Perang Salib tampaknya telah mengejutkan kaum Muslim, tetapi setelah itu

mereka sadar akan maksud bangsa Eropa terhadap Yerusalem. Shalah al-Din juga ingin menjadikan Yerusalem sebagai kota Sunni yang aman. Tujuannya terwujud semasa Kerajaan Mamluk. Sejak menduduki Yerusalem pada 1250, mereka menanamkan banyak pengaruh di wilayah itu. Mereka membangun banyak sekolah fikih (madrasah) Sunni dan pondok sufi (khanaqah) di dekat perbatasan sebelah barat dan utara. Penguasaan Utsmaniyah yang mewarisi kota itu pada 1517 dari Kerajaan

Mamluk melanjutkan perlindungan dan dukungan yang murah hati dari para pendahulunya bagi kota suci tersebut. Dinding-dinding yang sekarang ini masih berdiri tegak memisahkan “kota tua” ini dibangun oleh orang Utsmaniyah. Pada abad ke-19, Yerusalem mulai dibanjiri para konsulat Eropa, misionaris Eropa, juga misi arkeologis Eropa. Sebagian besar dari mereka merupakan alat kebijakan nasional negara masingmasing dan semuanya berada jauh di luar jangkauan para penguasa Utsmaniyah, yang kelak mengakibatkan

kota ini sedemikian mundur. Bahkan, orang Yahudi yang sebelumnya kurang diperhitungkan dan paling tersisih di antara penduduk Yerusalem, mendapati kenyataan bahwa mereka pun mempunyai kawan dan pelindung yang kuat di Eropa. Dengan bantuan para pelindung tersebut—khususnya keluarga Montefiores dan Rothschild—jumlah orang Yahudi di Yerusalem terus meningkat. Pada 1990, jumlah mereka masih 35 ribu (orang Kristen dan Muslim masing-masing 10 ribu) dari total penduduk 55 ribu. I


REPUBLIKA

5

fatwa

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011 YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Doa Bersama Orang Islam haram mengikuti dan mengamini doa yang dipimpin non-Muslim.

B

agi umat Islam, doa bersama bukan sesuatu yang baru. Sejak belasan abad silam, bahkan sejak agama Islam disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW hingga sekarang, mereka sudah terbiasa melakukannya, baik setelah shalat berjamaah maupun pada acara-acara tertentu. Doa adalah suatu bentuk kegiatan berupa permohonan manusia kepada Allah SWT semata (lihat antara lain QS al-Naml [27]: 62). Dalam sejumlah ayat Alquran (antara lain surah al-Mu’min [40]: 60), Allah memerintahkan hambaNya untuk berdoa. Karena itu, kedudukan doa dalam ajaran Islam adalah ibadah. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai otak atau intisari ibadah

(mukhkh al-ibadah). Sebagai sebuah ibadah, pelaksanaan doa wajib mengikuti ketentuan atau aturan yang digariskan Islam. Di antara ketentuan yang paling penting dalam berdoa adalah doa hanya dipanjatkan kepada Allah SWT. Dengan demikian, di dalam doa sebenarnya terkandung juga unsur akidah, yakni hal yang paling fundamental dalam agama. Di Indonesia, dalam acaraacara resmi kemasyarakatan dan kenegaraan, umat Islam terkadang melakukan doa bersama dengan pemeluk agama lain pada satu tempat yang sama. Doa dengan bentuk seperti itulah yang dimaksud dengan doa bersama. Sedangkan, doa yang dilakukan hanya oleh umat Islam sebagaimana disinggung di atas tidak masuk dalam pengertian ini.

Kegiatan doa bersama menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam, terutama tentang status hukumnya. Atas dasar itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa tentang doa bersama. Fatwa tersebut terbagi dalam enam butir. Pertama, doa bersama yang dilakukan oleh orang Islam dan non-Muslim tidak dikenal dalam Islam. Karena itu termasuk bid’ah. Kedua, doa bersama dalam bentuk setiap pemuka agama berdoa secara bergiliran, maka orang Islam haram mengikuti dan mengamini doa yang dipimpin oleh non-Muslim. Mengapa haram mengamini doa non-Muslim? Sebab, menurut MUI, mengamini sama dengan berdoa. Dan ketika yang berdoa adalah nonMuslim, orang Islam yang mengamini tersebut berarti ia berdoa kepada Tuhan yang kepadanya non-Muslim berdoa. Padahal, konsep dan akidah mereka tentang Tuhan, menurut Alquran, berbeda dengan akidah orang Islam (lihat antara lain dalam QS al-Maidah [5]: 73). Dengan demikian, menurut MUI, orang Islam yang mengamini doa yang dipanjatkan oleh non-Muslim dapat dikategorikan kafir atau musyrik. Lantas, bagaimana dengan

orang Islam yang karena alasan tertentu harus mengikuti doa bersama? “Maka ketika non-Muslim memanjatkan doa, ia wajib dalam hati haram mengamininya,” lanjut MUI dalam penjelasannya atas fatwa doa bersama. Ketiga, doa bersama dalam bentuk Muslim dan non-Muslim berdoa secara serentak (misalnya, mereka membaca teks doa bersama-sama), hukumnya haram. Artinya, orang Islam tak boleh melakukannya. Sebab, doa seperti ini dipandang telah mencampur-

adukkan antara ibadah (dalam hal doa) yang haq (sah, benar) dengan ibadah yang batil. Hal ini dilarang oleh agama (lihat antara lain dalam QS al-Baqarah [2]: 42). MUI juga menilai, doa bersama bentuk ini sangat berpotensi mengancam akidah orang Islam yang awam. Cepat atau lambat mereka akan menisbikan status doa yang dalam ajaran Islam merupakan ibadah, serta dapat pula menimbulkan anggapan bagi mereka bahwa akidah ketuhanan non-Muslim sama dengan akidah

ICHOCOLATECAKERECIPES.COM

halalan thayyiban

K

hilang,” kata ibu dua anak ini. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, benarkah cara tersebut bisa menghilangkan kandungan alkohol dalam kue tar? Tentang hal ini, pakar pangan halal Dr Anton Apriyantono mengatakan, rum termasuk golongan khamr. Jika sudah termasuk khamr tidak boleh dimanfaatkan sama sekali untuk apa pun. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis tentang khamr. Dalam buku Umat Bertanya Pak Anton Menjawab dijelaskan, khamr tidak boleh digunakan untuk apa pun juga. Hal tersebut didasarkan atas hadis-hadis yang melarang khamr untuk membuat cuka, dijadikan penghangat badan, obat, bahkan dijual ke orang Yahudi sekali

n wachidah handasah

ada sisa rum di tar itu yang membuat tarnya tetap haram.”

Ragam jenis rum

Rum dalam Tar, Bisakah Dihilangkan? ue tar, siapa tak tergoda? Kue legit dan lembut ini kerap hadir dalam momen-momen istimewa seperti ulang tahun atau pesta pernikahan. Sayangnya, tak semua produsen kue tar paham dan mementingkan kehalalan produknya. Maka, dipakailah rum sebagai salah satu bahan. Rahmi Haryani, Muslimah asal Bogor, mengaku pernah berusaha menghilangkan rum yang sudah telanjur ada dalam kue tar. Ceritanya, ia pernah mendapat kiriman kue tar saat Lebaran. Dari aromanya, ia tahu bahwa kue itu mengandung rum. “Merasa sayang membuang tar itu, saya lantas berinisiatif memanaskan kembali kue tersebut dengan harapan alkohol dari rum itu akan

ketuhanan orang Islam. Keempat, doa bersama dalam bentuk seorang non-Islam memimpin doa. Dalam doa bersama seperti ini, orang Islam haram mengikuti dan mengamininya. Kelima, doa bersama dalam bentuk seorang tokoh Islam memimpin doa. Doa bersama bentuk ini hukumnya mubah. Keenam, doa dalam bentuk setiap orang berdoa menurut agama masing-masing. Yang ini hukumnya juga mubah.

pun. “Hal ini menunjukkan bahwa khamr tidak boleh digunakan untuk apa pun juga, termasuk mengambil manfaat darinya,” ujar Anton. Khamr, lanjut dia, tidak boleh digunakan untuk membuat makanan atau minuman karena makanan dan minuman yang terkena khamr statusnya menjadi haram. Hal ini didasarkan atas kaidah, jika bercampur (secara merata atau homogen) yang halal dengan yang haram maka akan dimenangkan yang haram. Kaidah ini didasarkan atas hadis yang menjelaskan tentang keju yang digerogoti tikus. Nabi Muhammad SAW berkata: “Jika keju itu keras, buanglah tikus itu dan keju di sekitarnya, dan makanlah (sisa) keju tersebut. Jika keju itu cair, tumpahkanlah.” (HR Bukhari, Ahmad,

dan Nasa’i dari Maimunah, istri Nabi Muhammad SAW). Lebih lanjut, mantan menteri pertanian ini menegaskan, khamr jika jumlahnya banyak memabukkan, sedikitnya juga haram. “Coba pertimbangkan, khamr itu tidak boleh digunakan untuk apa pun juga, masak iya boleh digunakan untuk membuat sus?” tanya Anton retoris. Selain itu, jika rum sudah tercampur ke dalam tar mustahil untuk bisa dihilangkan sama sekali. “Selalu

Rum adalah minuman beralkohol hasil fermentasi dan distilasi dari molase (tetes tebu) atau air tebu yang merupakan produk samping industri gula. Rum hasil distilasi berupa cairan berwarna bening dan biasanya disimpan untuk mengalami pematangan di dalam tong yang dibuat dari kayu ek atau kayu jenis lainnya. Produsen rum terbesar di dunia adalah negara-negara Karibia dan sepanjang aliran Sungai Demerara di Guyana, Amerika Selatan. Pabrik rum juga ada di negara-negara lain di dunia, seperti Australia, India, dan Kepulauan Reunion. Terdapat beragam jenis rum dengan kadar alkohol yang berbeda-beda. Di luar dunia Islam, rum putih biasanya digunakan sebagai pencampur koktail. Rum berwarna cokelat keemasan dan gelap dipakai untuk memasak, membuat kue, dan juga pencampur koktail. Hanya rum berkualitas tinggi saja yang biasa diminum polos tanpa pencampur atau ditambah es batu. n wachidah handasah


REPUBLIKA

6 JUMAT, 18 NOVEMBER 2011


REPUBLIKA

7

komunitas JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

FOTO-FOTO: DOK PCNU

PCNU Tebar Hewan Kurban A l lahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Tepat pukul 09.00 WIB, Ahad, 10 Dzulhijah 1432 H, bertepatan dengan 6 November 2011, gema takbir berkumandang mengiringi prosesi pemotongan hewan kurban Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor. Pemotongan hewan kurban berupa puluhan ekor sapi dan kambing merupakan hasil kerja sama PCNU dengan masyarakat Kabupaten Bogor dan perusahaan minuman berenergi, Extrajoss. Secara khusus perusahaan ini menitipkan empat ekor

sapi ke PC NU Kabupaten Bogor untuk disalurkan kepada masyarakat yang berhak menerimanya. Keempat ekor sapi dari Extrajoss tersebut disalurkan dan dipotong di empat tempat yang berbeda. Penyebaran pemotongan itu, menurut Ketua PCNU Kabupaten Bogor, KH Romdon MAg, yang akrab disapa Kang Doni, merupakan upaya pemerataan agar masyarakat yang menerima daging kurban tidak menumpuk di satu titik. “Sekaligus pula sebagai upaya perbaikan gizi kepada masyarakat secara merata,” katanya.

Dalam kata sambutannya sebelum dilakukan prosesi pemotongan hewan kurban di halaman kantor PCNU Kabupaten Bogor, Kang Doni menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada Extrajoss, warga NU, dan masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada PCNU Kabupaten Bogor untuk menyalurkan hewan kurban. Ia berharap kerja sama ini dapat berlanjut terus, bahkan dapat ditingkatkan serta dikembangkan dalam program yang lain. Sebab, menurutnya, masih banyak program corporate social responsibility (CSR) dari Extrajoss yang bisa

dikerjasamakan dengan PCNU dan lembaga-lembaga di bawahnya. Sebagai contoh, kata Kang Doni, jika Extrajoss hendak mengadakan penelitian atau Diklat bisa menggandeng Lakpesdam, dan jika ingin mengembangkan pendidikan bisa menggandeng LP Ma’arif. “Jika Extrajoss ingin mengadakan bakti sosial atau berdakwah bisa kerja bareng dengan LDNU, dan kalau Extrajoss mau menyalurkan zakat karyawannya dapat bersinergi dengan LAZISNU. Pokoknya masih banyak lembaga NU yang dapat diajak kerja bareng,” ujarnya.

Siap kerja sama PCNU, lanjut Kang Doni, siap bekerja sama dengan siapa pun dan perusahaan mana pun asal untuk kemaslahatan umat. “Kalau sekarang Extrajoss, mudah-mudah dalam kesempatan yang berbeda perusahaan lain bergabung dengan PCNU Kabupaten Bogor.” Khusus ibadah kurban, selain mengandung nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, menurut kiai muda ini, juga mengandung dimensi nilai-nilai sosial yang luar biasa. Yang paling sederhana, kata dia, adalah perbaikan gizi bagi kaum dhuafa yang jarang menikmati daging dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, menurut dia, ibadah kurban juga membiasakan jiwa rela berkorban untuk kepentingan masyarakat. Orang yang berkurban, kata dia, harus benar-benar ikhlas karena Allah, tidak boleh ada pamrih apa

pun selain karena Allah. “Orang yang berkurban tidak pernah berpikir siapa yang akan menikmati daging hewan yang dikurbankan, apa itu temannya atau mungkin lawan politiknya, kaya atau miskin.” Berkurban juga meningkatkan rasa solidaritas dan toleransi. Sebagai contoh, hewan kurban boleh dibagi kepada siapa pun termasuk bagi saudara kita yang non-Muslim. Selain itu, masih kata Kang Doni, berkurban juga meningkatkan silaturahim dan kebersamaan serta gotong-ro-

yong. Itu bisa dibuktikan bahwa semua orang yang memotong hewan kurban tidak perlu diundang atau dibayar. Mereka dengan sukarela bahu-membahu melaksanakan pemotongan, pengelolaan, dan penyaluran daging kurban kapada yang berhak menerima. “Yang jelas, menyembelih hewan kurban berdampak meningkatkan baik kesalehan pribadi maupun kesalehan sosial dan juga sejalan dengan program CSR bagi perusahaan-perusahaan.” n ed: wachidah handasah

DOK SMA HAYATAN THAYYIBAH

Jumatan Pertama di RS Grha Kedoya FOTO-FOTO: IRWAN KELANA/REPUBLIKA

Oleh Irwan Kelana

R

S Grha Kedoya yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat, menggelar grand opening, Jumat (11/11). Acara peresmian itu juga ditandai dengan dimulainya shalat Jumat pertama di RS tersebut. Shalat Jumat tersebut dilaksanakan di basement, dengan khatib dan imam Ustaz Subki al-Bughury. “Alhamdulillah, mulai minggu ini RS Grha Kedoya mengadakan shalat Jumat. Insya Allah, kegiatan shalat Jumat ini akan dilaksanakan secara rutin. Sebelumnya, RS Grha Kedoya sudah mempunyai mushala untuk mengerjakan shalat lima waktu,” kata Anggota Komite Pengembangan Etik dan Disiplin Profesi RS Grha Kedoya, Dr Briliantono M Soenarwo. Ia menambahkan, RS Grha Kedoya menyelenggarakan shalat Jumat sebagai bagian dari layanan baik kepada para karyawan maupun pasien Muslim dan keluarganya. “Seperti ditegaskan oleh Direktur RS Grha Kedoya, Dr Wibowo S, penyediaan fasilitas ibadah Jumat ini sesuai visi RS Grha Kedoya untuk menjadi rumah sakit swasta terfavorit di Jakarta dengan memberikan mutu layanan medis terbaik di kelasnya dan yang sangat didambakan oleh masyarakat untuk tercipta masyarakat yang sehat,” papar Dr Briliantono. Dalam kesempatan khotbah tersebut, Ustaz Subki al-Bughury menekankan tentang pentingnya syukur dan sabar dalam hidup ini. Ia mengutip

hadis Rasulullah SAW yang mengemukakan bahwa segala urusan orang Mukmin itu indah. Kalau diberi nikmat dia bersyukur, dan itu baik bagi dia. Kalau diberi cobaan dia bersabar, dan itu juga baik bagi dia. Ustaz Subki menyambut baik diadakannya shalat Jumat di RS Grha Kedoya. “Pelaksanaan shalat Jumat di gedung perkantoran dan rumah sakit yang memiliki karyawan ratusan orang sangat penting dan merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini menciptakan suasana kondusif bagi para karyawan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai Muslim, yakni menegakkan shalat Jumat dengan sebaik-baiknya. Demikian pula shalat-shalat fardhu lainnya. Terlebih lagi di RS, di mana para karyawan dituntut untuk selalu siap siaga memberikan layanan kepada para pengunjung dan pasien,” tutur Ustaz Subki al-Bughury. n ed: wachidah handasah

SMA Hayatan Thayyibah Studi Banding ke Singapura dan Malaysia Oleh Damanhuri Zuhri

G

una memberikan wawasan internasional kepada para siswa, SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah, Sukabumi, Jawa Barat, mengadakan educational field trip ke Singapura dan Malaysia. Kegiatan yang diikuti 18 siswa, dua pembimbing, dan seorang pimpinan rombongan tersebut berlangsung selama tiga hari, 14-16 November 2011. “Educational field trip ke Singapura dan Malaysia ini juga dimaksudkan untuk melakukan studi banding ke sesama SMA yang bertaraf internasional di Singapura dan Malaysia,” kata Ustaz Drs H Ahmad Dzaki Salim MAg, pimpinan rombongan, kepada Republika, Senin (14/11). Selain itu, sambung Dzaki yang juga kepala SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah ini, kegiatan ke Singapura dan Malaysia bertujuan mengunjungi universitas-universitas bertaraf internasional di dua negara jiran tersebut. “Sekaligus kita ingin melatih kemampuan bahasa asing para siswa,” ujar alumni Pondok Modern Gontor, Jawa Timur, ini. Dzaki dan rombongan yang bertolak dari Jakarta, Senin pagi, langsung menuju kampus National University of Singapore (NUS). Menurut dia, kunjungan para siswa dan guru ke berbagai lembaga pendidikan di Malaysia dan Singapura bertujuan untuk menjajaki kemungkinan kerja sama internasional antara SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah dan lembaga-lembaga pendidikan yang dikunjungi. “Sekaligus menjalin sister school,”

ungkap Dzaki menambahkan. Lewat kegiatan ini, lanjut dia, diharapkan para siswa juga memiliki rasa memiliki yang semakin tinggi terhadap Hayatan Thayyibah. “Lebih dari itu, diharapkan para siswa memberikan masukan yang konstruktif ke sekolah setelah melakukan kunjungan ke SMA di Singapura dan Malaysia.” Selain National University of Singapore, lembaga-lembaga pendidikan yang dikunjungi adalah Wak Tanjong College, Sekolah Indonesia Singapura (SIS), Nanyang University di Singapura, International Islamic School (IIS) di Malaysia, serta International Islamic University of Malaysia (IIUM). SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah adalah sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Amal Ikhlas yang berlokasi di Jalan Karamat, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Saat ini, SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah sudah menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

8

tasawuf JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

Relasi Guru-Murid Prof Dr Nasaruddin Umar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Wakil Menteri Agama RI

K

etika Nabi Musa berjumpa dengan guru yang dicarinya dan memohon kepadanya agar diterima menjadi murid, persyaratan yang diminta gurunya ialah kesabaran untuk menjaga tata krama seorang guru, yakni bersabar menanti tahapan pelajaran tanpa mendesak atau mempertanyakan sesuatu yang belum dibahas, tidak menentang, dan tidak memprotes gurunya. Dalam Alquran dibahasakan Nabi Musa menaruh harapan besar untuk diterima menjadi murid, Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS al-Kahfi [18]: 66). Lalu sang guru menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.” (QS al-Kahfi 67). Musa agak tercengang sejenak sambil berpikir bagaimana mungkin calon guru yang baru dijumpai-nya mengerti kalau dia tidak sanggup untuk bersabar. Musa kembali menjawab: “Insya Allah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” (Ayat 69). Akhirnya Musa diterima sebagai murid, namun ketentuan pertama yang harus dipenuhi Musa dari gurunya ialah: “Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun sampai aku sen-

diri menerangkannya kepadamu.” (70). Keduanya berangkat ke sebuah tempat yang tidak jelas, dan keduanya tiba di sebuah tempat di pinggir pantai. Di pantai sang guru melakukan sesuatu yang sangat aneh bagi Musa, yaitu melubangi perahu-perahu nelayan miskin di tempat itu. Musa spontan menyatakan keberatannya: “Mengapa kamu melobangi perahu itu, yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.” (71). Pertanyaan Musa yang walaupun diyakini secara akal normal tidak ada yang salah, namun sang guru menganggap sikap batin yang mendorong Musa mengeluarkan pertanyaan dan tanggapan belumlah mencerminkan murid yang pantas untuk memperoleh ilmu ladunni (65), lalu gurunya memberikan teguran: “Bukankah aku telah berkata: ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.” (72). Menyadari kekeliruan dengan kelancangannya mempertanyakan kebijakan sang guru, Musa memohon maaf kepada gurunya: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku, dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.” (73). Apa yang dialami Musa mengingatkan kita kepada sikap malaikat yang mempertanyakan kebijakan Tuhan untuk menciptakan pendatang baru yang bernama Adam dari jenis manusia: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS al-Baqarah [2]: 30). Menanggapi tanggapan balik Allah di ujung ayat tersebut, ma-

suatu yang mungkar.” (74). Gurunya dengan tenang menegur muridnya dengan bahasa yang sama: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?” (75). Musa berusaha untuk bersabar dan meminta maaf kepada gurunya. Ia meyakinkan gurunya dengan mengatakan: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.” (75). Akhirnya, sang guru mengizinkan Musa mengikutinya. Perjalanan keduanya dilanjutkan ke suatu arah yang tidak jelas. Musa mulai kelihatan keraguan di dalam dirinya terhadap keabsahan gurunya. Seolah-olah ia ragu apakah ia tidak salah pilih guru. Keduanya akhirnya berhenti di sebuah reruntuhan bangunan tua. Sang guru memintanya untuk membangun reruntuhan gedung ini. Musa dengan penuh semangat mengerjakannya dengan harapan mungkin di gedung inilah nanti akan mulai diajar, setelah sekian lama Musa belum pernah merasa diajar dari gurunya. Alangkah

laikat juga memohon ampun terhadap kelancangannya: “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (32). Seandainya Musa menyadari dan belajar apa ending dari cerita malaikat ini tentu tidak akan terjadi teguran dari gurunya. Seperti kita ketahui, pada akhirnya malaikat memahami rahasia besar yang terkandung di dalam diri manusia mengapa ia diciptakan (lihat artikel penciptaan mikrokosmos edisi lalu). Permohonan sang murid diterima, dan keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Ujian kedua terjadi bagi Musa ketika keduanya menjumpai kerumunan anak-anak kecil sedang bermain dan gurunya tiba-tiba dengan membunuh salah seorang di antaranya. Alangkah kagetnya Musa dan spontanitas memprotes dan menyatakan penyesalan perbuatan gurunya dengan mengatakan: “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan

rehal

Mengungkap Pesan Moral Asbabun Nuzul

A

da fenomena yang menggembirakan dewasa ini. Generasi abad ini adalah generasi Alquran. Kecintaan kepada Alquran terkadang mencapai tingkat ekstrem ketika sebagian orang menganggap Alquran saja sudah cukup. Mereka menolak sunah Rasul, yang dipandang selain tidak otentik juga membingungkan. Sebagian lagi dengan bebas menafsirkan Alquran tanpa bantuan ilmu Alquran. Tak jarang mereka menghasilkan penafsiran yang aneh-aneh dan akhirnya menafikan tafsir-tafsir yang lain. Sebagian lagi mengusulkan penafsiran kontekstual. Kita harus memahami ayat dengan melihat latar belakang historisnya. Kita harus melihat bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya memahami ayat-ayat itu. Hampir semua orang setuju dengan cara ini, tetapi mereka kekurangan rujukan. Nah, buku yang ditulis oleh Dr Muhammad Chirzin—dai dan dosen yang menyelesaikan S1, S2, dan S3 di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan mengikuti Post Doctoral di Universitas al-Azhar, Kairo, serta visiting professor di Universitas Kebangsaan Malaysia—hadir untuk menjawab kekurangan di atas. Melalui buku ini, penulis yang juga anggota Tim Penyusun Tafsir Tematik Alquran Kementerian Agama RI ini mengungkap peristiwa-peristiwa di balik turunnya ayat-ayat Alquran (asbabun nuzul) dan menyarikan pesan moralnya yang terus relevan dengan keadaan umat Islam sekarang. Selain itu, buku ini diperkaya de-

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: : : : :

Buku Pintar Asbabun Nuzul Dr Muhammad Chirzin Zaman I, 2011 384 halaman

ngan indeks ayat dan disusun secara tematik sehingga memudahkan kaum Muslim mencari dan menikmati asbabun nuzul sesuai dengan topik yang dibutuhkan. Penulis menegaskan bahwa asbabun nuzul menggambarkan bahwa ayat-ayat Alquran memiliki hubungan dialektis dengan fenomena sosiokultural masyarakat. “Namun perlu ditegaskan bahwa asbabun nuzul tidak berhubungan secara kausal dengan materi yang bersangkutan. Artinya,

tidak bisa diterima pernyataan bahwa jika suatu sebab tidak ada, maka ayat itu tidak akan turun.” (hlm 17) Penulis juga mengemukakan bahwa studi tentang asbabun nuzul akan selalu menemukan relevansinya sepanjang perjalanan peradaban manusia. Hal itu mengingat asbabun nuzul menjadi tolok ukur dalam upaya kontekstualisasi teksteks Alquran pada setiap ruang dan waktu serta psikososio historis yang menyertai derap langkah manusia. Setidaknya ada empat manfaat seseorang mempelajari asbabun nuzul, yakni mengetahui hikmah di balik syariat yang diturunkan melalui sebab tertentu; mengetahui perilaku atau orang yang terlibat dalam peristiwa yang mendahului turunnya suatu ayat; menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam keadaaan bagaimana ayat itu mesti diterapkan; mengetahui bahwa Allah selalu memberikan perhatian kepada Rasulullah SAW dan selalu bersama hamba-Nya. Secara keseluruhan, buku ini dibagi menjadi sembilan bab. Bab pertama adalah Nabi Muhammad SAW, diikuti bab berikutnya tentang sahabat Nabi, lalu kaum Mukmin, kaum kafir, kaum munafik, kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bab kedelapan berbicara mengenai kaum wanita, sedangkan bab terakhir mengupas tentang perang. Sesuai dengan judulnya, buku ini akan sangat membantu kaum Muslim untuk mengerti peristiwa dan pesan moral di balik ayat-ayat suci Alquran. n irwan kelana

IMAM BUDI UTOMO/REPUBLIKA

Penjelasan terakhir mengenai pemugaran bangunan tua itu: “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatanperbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (82). Nabi Musa hanya bisa tercengans sesaat setelah gurunya meninggalkannya. Akhirnya Nabi Musa sadar bahwa pelajaran tidak mesti harus di dalam sebuah ruangan yang dilakukan dengan cara-cara pengajaran konvensional. Belajar kearifan ternyata tidak mesti membutuhkan media yang lengkap. Pelaranan kearifan itu melekat di dalam pengalaman setiap derap langkah dan turun naiknya napas seorang anak manusia. Pengalaman hidup adalah guru kearifan paling sejati. Selamat belajar. n

kagetnya Musa setelah bangunan tua ini selesai dipugar lantainya, sang guru memintanya untuk meninggalkan tempat itu. Musa akhirnya bertanya untuk apa kita menghabiskan waktu dan energi membangun bangunan ini setelah selesai lalu ditinggalkan begitu saja. Mendengarkan pertanyaan yang bernada protes ini, sang guru akan meninggalkan muridnya. Musa pun kelihatannya tidak keberatan karena yang diperoleh selama sekian lama hanyalah berbagai keanehan yang kontriversi. Namun sebelum keduanya berpisah, sang guru sejenak memberikan penjelasan kepada muridnya: “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiaptiap bahtera.” (79). Sedangkan, pembunuhan anak kecil dijelaskan: “Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu, dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” (81).

Menjadi Istri Dambaan Suami

W

anita adalah penentu manis dan pahitnya kehidupan. Wanita merupakan kehidupan yang manis saat ia memberikan segalanya kepada pasangan tercintanya tanpa memikirkan imbalan dan pamrih. Saat ia sepenuh hati dalam menyerahkan dirinya kepada suaminya seraya mengembuskan kehidupan cinta, kasih sayang, kesetiaan, dan keikhlasan. Dan saat ia menazarkan kecantikannya, kemolekannya, dan kehidupannya hanya untuknya semata, tidak membaginya untuk orang lain. Sebaliknya, wanita menjadi selilit kehidupan saat sang suami merasa bahwa wanita pendampingnya menjadi tirai hitam yang menghalanginya dari mentari dan sinar kehidupan; saat sang wanita menuntut cinta, kasih sayang, dan perhatian kepadanya. Buku yang ditulis oleh Shafa Syamandi ini merupakan upaya untuk menuntun pembaca, utamanya kaum wanita, agar dapat mengekspresikan ketulusan cinta dan kasih sayang kepada suaminya tercinta sehingga mampu untuk mendampingi suaminya sebagai sosok istri yang ideal, elegan, saba, dan istimewa di mata suami. Penulis menyajikan berbagai tips bagi para wanita untuk menjadi istri dambaan suami. Sebelum berbicara lebih jauh bagaimana menjadi istri yang istimewa, penulis mengingatkan para wanita atau istri agar memerhatikan kesehatan jiwanya. Termasuk, di dalamnya optimisme, kecakapan, keselarasan, fleksibilitas, mau belajar dari pengalaman, ketenangan jiwa, menerima keadaan diri, memiliki keseim-

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: : : : :

Menjadi Istri yang Istimewa Shafa Syamandi Darus Sunnah I, 2011 xiii+286 halaman

bangan emosional, memiliki penilaian positif terhadap diri, jangan iri hati kepada orang lain, jangan bersedih hati, dan lain-lain. Bab-bab berikutnya merupakan tips-tips yang sangat menarik untuk diperhatikan dan diaplikasikan oleh para istri. Misalnya, bagaimana kiat menjadi istri yang perkasa; bagaimana kiat menjadi istri yang kuat; bagaimana kiat menjadi istri yang romantis; bagaimana menjadi wanita yang unik; bagaimana menjadi istri yang menawan; bagaimana kiat menjadi istri yang lembut. Jangan lupakan pula tips meluluhkan hati suami yang kasar; menghadapi suami yang manja; menghadapi suami yang kasar; menghadapi suami yang selalu merindukan keluarganya; membahagiakan suami saat istri sedang hamil; menjadi istri yang cantik; dan menjadikan kehidupan bersama suami bulan madu yang langgeng. Masih banyak tips lainnya yang tidak kalah penting, terutama tentang seni bersanggama, menjaga kecantikan, menjaga bobot badan, sampai masalah osteoporosis. Pendek kata, berbagai hal yang amat perlu diketahui oleh para istri dikupas dalam buku ini. Karena itu, buku ini sangat perlu dibaca oleh setiap wanita, terutama yang sudah menikah maupun yang akan menikah. n irwan kelana ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

9

zakat & wakaf JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

FOTO-FOTO: DOK LAZIS DEWAN DAKWAH

LAZIS Dewan Dakwah Gulirkan Wakaf Sumur Sebagian besar dana berasal dari Global Peace Mission (GPM) Malaysia.

Oleh Damanhuri Zuhri

M

enyadari tingginya kebutuhan masyarakat akan air bersih, seperti yang terjadi di Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,

maka Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS) Dewan Dakwah menggulirkan Program Wakaf Sumur untuk Sedulur. Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah, H Ade Salamun MA, mengungkapkan, pembangunan sumur air Bumiharjo menelan biaya sekitar Rp 1,2 miliar. Sebagian besar dananya merupakan bantuan dari Global Peace Mission (GPM) Malaysia melalui LAZIS Dewan Dakwah. Sumur yang dikerjakan oleh Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN ini diresmikan penggunaannya pada Maret 2011, bertepatan dengan Peringatan Hari Air Dunia. Sumur berkedalaman 210 meter dengan debit 5,5 liter per detik itu telah beroperasi sejak sebelum erupsi Merapi November 2010. “Sejak sebelum meletusnya Gunung Merapi sampai sekarang, warga sangat terbantu dengan suplai air dari Warung Air Dewan Dakwah. Airnya bersih dan bisa langsung diminum,” tutur Tohir, tokoh warga Bumiharjo Ungkapan syukur atas hadirnya sumur LAZIS Dewan Dakwah juga dinyatakan Pak Mul, warga lainnya. “Alhamdulillah, barokah, barokah,” ucap Pak Mul saat mengambil air dari Sumur Air Dewan Dakwah di Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang. Sebagaimana ribuan warga Kemalang lainnya, Pak Mul sangat bersyukur atas kehadiran sumur tersebut, terutama di musim kemarau panjang tahun 2011, yang membuat puluhan ribu warga

BMM Resmikan Enam Mitra Pengelola Zakat Baru

B

ersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) melalui Baitulmaal Muamalat (BMM), menggandeng enam mitra pengelola zakat (MPZ). Sinergi ini ditujukan untuk mengoptimalkan penghimpunan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan masyarakat. Pengukuhan enam MPZ ini digelar di gedung Kementerian Koperasi dan UKM, pekan lalu. Enam MPZ itu adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) Al-Fallah; KJKS KUM3 Rahmat; KJKS Intan Sejahtera; KJKS Matahari; Baitul Maal wa Tamwil (BMT) An-Najah; dan BMT Husnayain. Setelah menjadi MPZ, penghimpunan zakat, infak, dan sedekah oleh KJKS/BMT sah secara hukum. Selain itu, dengan menjadi MPZ, KJKS, ataupun BMT tidak hanya berorientasi pada keuntungan melalui kegiatan simpan pinjam serta pembiayaan. Dalam rangka pengembangan, diharapkan KJKS dan BMT tersebut bisa berfungsi sebagai pengelola dan pendaya guna zakat, sedekah, dan infak. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa selain memiliki fungsi tamwil (keuntungan), KJKS juga dapat melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat, sedekah, dan infak. Kerja sama BMM dan keenam MPZ di atas diharapkan dapat membantu para pengusaha mikro pemula yang termasuk mustahik (orang yang berhak menerima zakat) dalam mengembangkan usahanya. Sampai saat ini, sedikitnya 51 KJKS atau unit jasa keuangan syariah (UJKS) telah mengajukan kerja sama dengan BMM untuk menjadi MPZ. Sementara itu, BMM juga telah menjalankan program kemitraan Kementerian Koperasi dan UKM bersama 1.550 KJKS/UJKS. Sepert diungkapkan Isnaini Mufti Aziz, direktur eksekutif BMM, pembentukan MPZ ini sebenarnya merupakan salah satu upaya pemerataan pendapatan melalui penyaluran zakat, infak, dan sedekah kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya. “Kami berharap melalui upaya ini dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum mustahik agar mereka dapat memanfaatkannya untuk keperluan yang lebih bersifat produktif,” kata Isnaini. Pada kesempatan sama, BMM mulai menyalurkan dana amanah kepada 1.875 UKM di 15 provinsi di Indonesia dengan plafon biaya Rp 3,75 miliar. Simbolisasi penyaluran dana ini dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Pariaman Sinaga. Di tahun ini pula, BMM mencanangkan untuk menginisiasi 11 KJKS KUM3 di delapan provinsi dengan plafon biaya Rp 2 miliar. Sementara itu, di tempat terpisah, Iwan A Fuad, general manager BMM menyatakan, pengembangan KJKS KUM3 di delapan provinsi merupakan langkah strategis untuk memberdayakan umat, melalui pembiayaan dan bantuan produktif, dalam rangka pengentasan kemiskinan. DOK BMM

Lembaga nonprofit Baitulmaal Muamalat (BMM) merupakan lembaga nonprofit yang didirikan oleh Bank Muamalat dan berkonsentrasi pada bidang pemberdayaan masyarakat. BMM berdiri pada 16 Juni 2000 dan sampai saat ini telah melakukan sejumlah kegiatan dengan terus memfokuskan diri pada pemberdayaan ekonomi yang meliputi tiga bidang, yaitu keuangan mikro, dana sosial Islam, dan pembangunan masyarakat. Sampai dengan 2010, BMM telah menyalurkan dana ziswaf sebesar Rp 20,2 miliar melalui program sosial Rp 6,4 miliar, program pendidikan Rp 1,8 miliar, program Kafala Rp 8,5 miliar, program Islamic Solidarity School Rp 1,1 miliar, orogram CSR Rp 622 juta, program non-ZIS Rp 228 juta, serta program kurban Rp 309 juta. I ed: wachidah handasah

Klaten krisis air. Menurut Camat Kemalang, Suradi, selama ini warga Kemalang yang kekeringan setiap musim kemarau mencapai sekitar 35 ribu jiwa. “Musim kemarau 2011 ini kekeringan cukup parah karena sumber air dari mata air Bebeng yang tadinya mengaliri Kemalang telah mati tertimbun material vulkanis hasil erupsi Merapi tahun 2010,” tutur Suradi. Pemerintah Kabupaten Klaten tahun ini menganggarkan Rp 34 juta untuk suplai air bersih. Namun hingga akhir Juli lalu, anggaran itu telah habis digunakan. Untuk kelanjutan suplai air bersih, Kecamatan Kemalang telah mengajukan anggaran Rp 100 juta melalui APBD-Perubahan. Namun, yang disetujui hanya Rp 30 juta. Suradi bersyukur atas kehadiran Sumur Air Dewan Dakwah, di samping empat sumur bor lainnya di Kemalang. Kelima sumur ini, katanya, mampu memenuhi kebutuhan sekitar 20 persen (atau sekitar 7.300 jiwa) penduduk yang mengalami kekeringan.

Jadi posko pengungsi Ketua Dewan Dakwah Klaten, M Rifa’i Saleh Haryono, mengatakan, dalam masa tanggap darurat Merapi pada Oktober-November 2010, Sumur Air yang dikelolanya sempat dijadikan posko pengungsi. Waktu itu, selain me-

layani pengungsi di posko, para relawan Dewan Dakwah juga menyuplai air bersih buat warga dengan jeriken. “Ketika zona bahaya dinaikkan jadi 20 km, posko dan para pengungsi kami evakuasi ke Manisrenggo,” kata Rifa’i. Selanjutnya, dengan mobil tangki sewaan, Sumur Air Dewan Dakwah terus melayani warga lima desa di Kecamatan Kemalang. Warga sekadar dipungut iuran transport. “Malahan air gratis kalau mengambil sendiri di keran sumur air,” katanya. Sejak musim kemarau tahun ini, tambah Rifa’i, pihaknya telah mendistribusikan sekitar lima juta liter air untuk mengisi tangki milik masjid, madrasah, dan rumah-rumah penduduk. Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ustaz Syuhada Bahri, mengajak masyarakat untuk berjihad bil maal (dengan harta) mewujudkan sumur-sumur berikutnya di berbagai daerah di nusantara yang krisis air. Di Kemalang saja, seperti kata Camat Suradi, idealnya ada 26 sumur untuk 13 desa. “Melalui Program Wakaf Sumur buat Sedulur, kami mengajak kaum Muslim menanggulangi krisis air yang melanda umat di sejumlah daerah binaan para dai Dewan Dakwah,” tandas Ustaz Syuhada dalam siaran persnya belum lama ini. I ed: wachidah handasah

Majelis Al-Bahtsi Wattahqiq Assalam Oleh: Rakhmad Zailani Kiki Koordinator Pengkajian JIC

P

ada 2008, Lembaga Jakarta Islamic Centre (JIC) bekerja sama dengan penerbit Hikmah menerbitkan satu buku yang penting dalam khazanah Islam, bukan saja di Indonesia, tapi juga di dunia. Buku tersebut adalah buku terjemahan yang berjudul Ensiklopedia Imam Syafi’i. Judul aslinya adalah Al-Imam As-Syafi’i fi Madzabihi al-Qadim wal alJadid. Buku ini merupakan desertasi seorang ulama Betawi, Syaikh Dr Ahmad Nahrawi Abdus Salam alIndunisi dalam meraih gelar Doktor Perbandingan Mazhab Universitas Al-Azhar, Kairo. Menurut Prof Syaikh Abdul Ghani Abdul Khaliq, Guru Besar di universitas tersebut, disertasi itu merupakan karya yang monumental, luar biasa, dan sangat bermanfaat karena membahas semua aspek yang berkaitan dengan Imam Syafi’i. Karena isinya yang berharga, sebuah penerbitan di Malaysia mengajukan permohonan kepada JIC untuk menerbitkan buku tersebut dalam bahasa Malaysia. Namun, sedikit yang tahu bahwa buku aslinya ini sebelum diterbitkan oleh JIC telah menjadi kitab yang dikaji oleh banyak ulama di Betawi yang juga dihadiri oleh para pejabat, khususnya pejabat di Pemprov DKI Jakarta sejak 1993. Pengkajian kitab ini melalui sebuah majelis taklim, yaitu Majlis Al-Bahtsi Wattahqiq Assalam yang jika diterjemahkan bisa diartikan sebagai majelis pembahasan dan penjelasan ‘Assalaam’. Namun, pengertian tahkik atau penjelasan dari majelis ini adalah mendalami kitab dengan seksama dan memperjelas hal-hal yang kurang jelas dari kitab. Kitab yang dimaksud adalah tentu saja kitab Imam Syafi’i fi Mazhabaihi, Al-Qadim wal Jadid sehingga nama majelis taklim ini sangat erat dengan penulis kitab tersebut. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ustaz Imam Syarifuddin, salah seorang pengurusnya bahwa nama majelis taklim ini terbentuk melalui musyawarah yang dihadiri ulama dan dipimpin oleh Syaikh Dr Ahmad Nahrawi Abdus Salam al-Indunisi yang sekaligus sebagai penggagas dan pendirinya. Peserta musyawarah sepakat untuk mengambil nama majelis ini dari nama akhir pendirinya (salam). Majelis taklim ini memiliki kekhasan, yaitu ia merupakan pengajian keliling dari masjid ke masjid, setiap dua minggu sekali, yaitu hari Sabtu, waktunya Subuh berjamaah. Sejak 1993 sampai saat ini pengajian sudah diadakan sebanyak 377 kali dengan jumlah lebih kurang sebanyak 21 kali tiap tahunnya dengan tiga kali pergantian guru. Guru perintis adalah Almarhum Syaikh Dr Ahmad Nahrawi Abdus Salam alIndunisi lalu dilanjutkan oleh guru penerus pertama Almarhum KH Abd Mu’thi, Lc dan kemudian oleh guru penerus kedua dan masih mengajar sampai saat ini, yaitu KH A Kazruny Ishak, MA. Kitab yang dibaca tetap kitab Imam Syafi’i fi Mazhabaihi, Al-Qadim wal Jadid. Selain ulama dan para ustaz, Pejabat pemprov DKI Jakarta yang sampai saat ini aktif mengikuti majelis taklim ini adalah Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Dr Ing H Fauzi Bowo yang sekarang ini juga menjabat sebagai

pembinanya. Ia aktif dalam pengajian ini sejak belum menjabat sebagai wakil gubernur. Lainnya adalah mantan sekda DKI Jakarta yang sekarang menjabat sebagai Kepala Lembaga JIC, Drs H Muhayat. Sedangkan jamaahnya umumnya datang dari daerah Jakarta Selatan, yaitu Mampang Prapatan dan sekitarnya. Namun, tidak sedikit yang datang dari daerah Jakarta Timur dan lain sebagainya dengan jumlah sekitar 1.000 orang. Alasan majelis ini diadakan keliling, dari masjid ke masjid, bertujuan untuk ta’mirul masajid dan agar syiar dan dakwah tidak hanya terfokus di satu tempat saja hingga manfaat dan faedah dari pengajian ini bisa dirasakan oleh orang banyak dan tali silaturahim antara umat Islam, khususnya di Jakarta, dapat terjalin lebih luas, tidak monoton di satu tempat saja. Karena kekhasan ini, maka majelis ini tidak memiliki tempat atau bangunan. Alamat yang tertera dalam kop surat hanya alamat untuk koordinasi jadwal pengajian dan pembuatan undangan. Yaitu, alamat kediaman pribadi pengurus harian dengan telepon dan mesin faksimile milik pribadi yang dapat digunakan sebagai alat koordinasi. Sedangkan masjid-masjid yang mau menerima pengajian didaftarkan oleh pengurus harian dan dijadwalkan sesuai dengan permintaan. Bahkan, ada pula masjid yang memang sudah komitmen akan mengambil pengajian di tempatnya setiap tahun. Majelis ini tidak terbatas untuk ulama dan asatiz saja, tapi untuk masyarakat secara umum. Siapa saja yang ingin mendalami mazhab Imam Syafi’i boleh mengikuti pengajian ini. Satu minggu sebelum pengajian, pengurus harian dari majelis ini mencetak undangan kurang lebih sebanyak 630 lembar dan disebarkan ke masjid-masjid dan mushala agar diumumkan kepada para jamaahnya. Ada pula undangan yang ditujukan kepada pribadi, yaitu alim ulama dan asatiz dan tokoh masyarakat. Masih menurut Ustaz Imam Syarifuddin, alasan dikajinya terus menerus kitab Al-Imam As-Syafi’i fi Madzabihi al-Qadim wal al-Jadid karena mayoritas umat Islam di Indonesia, khususnya di Jakarta, adalah bermazhab Syafi’i. Maka, sudah sewajarnya Mazhab Syafi’i dikaji dan dipelajari lebih mendalam oleh masyarakat umum agar mereka tidak menjadi muqallid ‘amiy, yaitu pengikut yang buta—dalam fikih diumpamakan seperti burung beo yang hanya bisa berucap, tapi tidak tahu maknanya—yang hanya ikutikutan bermazhab Syafi’i. Pengikut seperti ini sangat rentan ditipu dan dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang menyimpang, aliran-aliran sesat atau bid’ah yang sesat dan menyesatkan. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui dan mengikuti kajian kitab Al-Imam As-Syafi’i fi Madzabihi al-Qadim wal al-Jadid melalui Majlis Al-Bahtsi Wattahqiq Assalam pada Sabtu ini, 19 November 2011, dapat mengikutinya di Masjid Raya Provinsi JIC, Jl Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara dengan datang sebelum shalat Subuh dilaksanakan. Di pengajian ini, peserta juga dapat memiliki terjemahan dari kitab ini yang telah diterbitkan oleh JIC bekerja sama dengan Penerbit Hikmah, yaitu Ensiklopedia Imam Syafi’i. I


REPUBLIKA

10

mujahidah

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011 ALUMNI.GMU.ED

Anousheh Ansari Muslimah Pertama ke Luar Angkasa Lewat aktivitas bisnisnya, ia menjadi salah satu sosok berpengaruh di AS.

Oleh Indah Wulandari

’’S

aya ingin bisa menginspirasi setiap orang, terutama kaum muda, wanita, dan para gadis. Saya ingin katakan bahwa perempuan juga punya kesempatan yang sama (dengan pria) untuk menggapai impian.” Adalah Anoushe Ansari yang mengucapkan kalimat penuh optimisme ini. Wanita berusia 45 tahun asal Iran ini memang selalu memiliki sekaligus menggaungkan semangat untuk maju. Berbekal semangat pantang menyerah itu pulalah ia sukses menaklukkan Amerika Serikat (AS) lewat aktiES.WIKIPEDIA.ORG

vitas bisnisnya. Menjelajah AS sejak remaja, Ansari menapaki kehidupan yang sarat perjuangan. Lantaran tak menguasai bahasa Inggris, awalnya ia sulit beradaptasi di negeri ini. Namun, bukan Ansari namanya jika menyerah dan putus asa. Dengan terus memupuk optimisme, ia mampu melewati masa sulit itu. Bersosialisasi dengan orang-orang di AS tak lagi masalah. Begitupun untuk urusan sekolah, tak menemui hambatan. Didorong oleh keluarga yang mencintai pendidikan, ia berhasil meraih gelar sarjana komputer dari George Mason University. Sementara dari George Washington University, ia menggondol gelar master di bidang teknik elektro. Gelar master teknik elektro ini memberi jalan baginya untuk bekerja di sebuah perusahaan listrik raksasa, MCI. Jenjang sosialnya pun meningkat. Tak mau terus-terusan jadi karyawan, Ansari dan suaminya mendirikan perusahaan telekomunikasi, Telecom Technologies Inc, pada 1993. Tujuh tahun kemudian, perusahaan ini merger dengan nilai besar ke Sonus Network Inc. Di jagat bisnis, Ansari juga dikenal sebagai pendiri dan pemilik perusahaan informasi dan teknologi, Prodea Systems. Di kalangan kolega dan orangorang dekatnya, Ansari dikenal dengan kepribadiannya yang hangat. Ia juga selalu mengutamakan kepuasan konsumen. Hal inilah yang mendorong perkem-

Selamat Datang Kembali, Para Tamu Allah

P

ada minggu-minggu terakhir ini umat Islam Indonesia disibukkan dengan acara menyambut kembalinya saudara, kerabat, teman, atau relasinya yang baru pulang dari Tanah Suci. Anggota keluarga senang karena telah berpisah sebulan lebih lamanya dengan orang tuanya. Para teman kerja gembira akan ketemu lagi dengan teman sekerjanya. Ada juga teman atau kerabat yang sedang membayangbayangkan oleh-oleh apa yang akan diterimanya nanti. Yang jelas semuanya bergembira menyambut kedatangan para tamu Allah dari Tanah Suci itu. Begitu istimewanya mereka. Lalu, sebetulnya apa saja sih yang para jemaah haji lakukan di Tanah Suci selama sebulan lebih di kota Mekah, Madinah, itu? Rasanya kita perlu meneropong juga, bagaimana aktivitas para calon haji berkelana di tanah kelahiran Muhammad SAW, sang Nabi Akhir Zaman. Jamaah haji Indonesia umumnya tinggal di Tanah Suci selama 5 minggu untuk melakukan ibadah haji, kecuali jemaah haji plus yang biasanya lebih singkat. Padahal ibadah haji yang rukun itu sebetulnya bisa dilakukan dalam seminggu saja. Ketika baru tiba di kota Mekah, calon haji harus melakukan ibadah umrah dulu selama satu hari. Lalu tanggal 9 Zulhijjah semua jamaah harus berkumpul di Arofah untuk wukuf. Nanti diteruskan ke Muzdalifah, dan Mina untuk mabit dan melempar Jumrah. Seluruh kegiatan Ibadah rukun haji di gurun pasir itu memakan waktu sekitar 5 hari. Diakhiri tawaf ifadah dan Sa’i sehari di Masjidilharam, dan mengerjakan tawaf Wada ketika mau pulang meninggalkan Mekah. Jadi, kenapa mesti 5 minggu? Sebabnya, kalau semua jemaah haji Indonesia ingin beribadah hanya seminggu lamanya di Tanah Suci maka ketika mau pulang ke Tanah air harus rebutan mendapatkan kapal terbang yang jumlahnya terbatas. Dalam masa menunggu itu, sebagian jamaah memanfaatkannya untuk memperbanyak ibadah sunat, seperti itikaf di Masjidil haram/Nabawi, zikir, membaca Qur’an, umrah sunat, berziarah ke berbagai tempat bersejarah seperti ke Jabal Uhud, mengunjungi pasar kurma, rumah penyembelihan hewan, tempat pembuatan kiswah (kain tutup Kabah), peternakan unta, ataupun percetakan Alquran dll . Banyak jamaah yang mengisi waktu menunggu kepulangan itu dengan sungguh-sungguh, Mereka menyadari, betapa mahalnya biaya perjalanan ke Mekah. Oleh karena itu, kesempatan sebulan di Tanah Suci itu digunakan betul-betul untuk beribadah.. Jemaah lain ada juga yang bersikap berbeda. Selesai melakukan ibadah rukun haji di Arafah, mereka banyak menghabiskan wak-

tunya untuk berbelanja di Pasar kaki lima (dulu Pasar Seng, sebelum dibongkar) atau toko-toko lainnya untuk mengumpulkan aneka tanda mata. Dan yang dibeli tentu saja terbatas hanya seberat bagasi yang diperbolehkan (sekitar 25 kg) karena kalau lebih berat mesti bayar denda kelebihan barang yang cukup mahal. Jamaah yang cerdik biasanya hanya membeli barang-barang yang khas Arab saja, Adapun barang-barang lainnya seperti kurma, pistachio, kacang arab, kismis, sajadah, tasbeh dan aneka oleh-oleh lainnya termasuk rumput Fatimah mereka bisa beli di Tanah air saja, seperti di Toko Bursa Sajadah Aartijaya. Aneka jenis Oleh-oleh sudah tersedia di Toko ini, dan istimewanya tersedia sepanjang tahun, bukan hanya ketika musim haji saja. Biar ibadah hajinya lebih khusyu, tidak terlalu banyak memikirkan yang macam-macam diluar urusan ibadah. Selamat Datang Haji Mabrur Selanjutnya, apa yang diharapkan para jamaah haji selama dan setelah selesai beribadah haji ini? Yang paling populer adalah: ”Semoga kami mendapatkan pahala haji mabrur…”. Setiap jamaah haji sangat mendambakan memperoleh predikat haji yang mabrur. Tapi ternyata sangat tidak mudah untuk mendapatkanya Apakah itu Haji Mabrur? “Dan haji mabrur itu, tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari). Haji mabrur adalah haji yang diterima (makbul). Di antara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari ibadah haji dan tidak membiasakan diri melakukan berbagai maksiat Haji yang diterima oleh Allah SWT adalah ibadah haji yang dilaksanakan tidak dicampuri dengan perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah SWT, bebas dari riya’ karena ingin dipangil “Pak Haji” atau “Bu Haji”, dan tidak di nodai dengan perbuatan rafats (berkata kotor), fusuq (melanggar perintah Allah atau agama). Semua pelaksanaan hajinya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Yang lebih penting, Haji Mabrur mengantarkan pelakunya kelak menjadi lebih baik dibanding sebelumnya. Perilakunya setelah pulang haji menjadi lebih bagus, ibadahnya lebih menigkat, gemar berbuat baik terhadap sesama, lebih sabar, jujur dan berakhlak mulia. Mudah-mudahan musim haji 1432 H ini akan menghasilkan para haji dan hajjah yang mabrur sehingga kualitas keberagamaan Indonesia akan semakin meningkat. Amiin. Selamat datang para Tamu Allah… G /Adv.

bangan jejaring bisnisnya. Selain berbisnis, Ansari juga giat dalam kegiatan sosial. Pada 2004, misalnya, ia dan keluarganya mendonasikan dana 10 juta dolar AS kepada X Prize Foundation, sebuah LSM yang peduli pada masalah lingkungan dan sosial. Sebagai wujud terima kasih atas sumbangan itu, lembaga ini mengabadikan nama Ansari dalam penghargaan bagi karya desain pesawat luar angkasa dan eksplorasi angkasa. Nama penghargaan itu adalah Ansari X Prize. Beragam kegiatan sosial Ansari rupanya menarik perhatian berbagai pihak. Maka, beberapa kali dia meraih penghargaan, di antaranya World Economic Forum Young Global Leader, the Working Woman’s National Entrepreneurial Excellence Award, George Mason University’s Entrepreneurial Excellence Award, George Washington University’s Distinguished Alumni Achievement Award, dan The Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award for Southwest Region. Di bawah kepemimpinannya,

Telecom Technologies pernah ditahbiskan sebagai salah satu dari 500 perusahaan teknologi dengan perkembangan bisnis tercepat versi majalah Deloitte & Touche’s. Ia pun pada 2001 dinobatkan oleh Fortune Magazine sebagai salah satu orang berpengaruh di AS.

Belajar astronomi Pada September 2006, Ansari kian populer di AS. Selama beberapa hari, nama dan wajahnya menghiasi halaman depan surat kabar AS. Kali ini bukan lantaran geliat bisnisnya, melainkan penerbangannya ke luar angkasa. Ya, dialah Muslimah pertama yang melancong ke antariksa. Terbang bersama Soyuz TMA-9, Ansari menjadi orang sipil keempat yang membiayai perjalanannya sendiri ke luar angkasa. Namun, kepada siapa pun Ansari selalu menyebut dirinya sebagai orang Iran pertama yang terbang ke luar angkasa. Ini menunjukkan betapa ia tak pernah melupakan Tanah Airnya. Pengalamannya mengangkasa bersama International Space Station, ia

tuliskan dalam sebuah blog yang dibuat saat berada di antariksa. Kesempatan bertualang di antariksa membuatnya jatuh hati pada dunia astronomi. Maka, ia pun memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah dan belajar astronomi. Pilihannya jatuh pada pendidikan master bidang astronomi di Swinburne University. Ia juga menjadi anggota Association of Space Explorers (Asosiasi Penjelajah Luar Angkasa) dan terlibat dalam beberapa proyek sosial yang terkait dengan penjelajahan luar angkasa, antara lain, proyek Teacher’s in Space. Setelah ini semua, pencapaian apa lagi yang akan dibuat Ansari? Yang pasti, Ansari ingin berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi bagi orang banyak. Ia punya prinsip, selagi mampu dan masih muda, dia ingin mengubah dunia menjadi tempat terbaik bagi generasi selajutnya. “Kuncinya ada pada pendidikan dan teladan dari orang tua,” ujarnya. Dia juga mengagumi kata-kata kondang milik Mahatma Gandhi: “Ubahlah apa yang ingin engkau ubah dari dunia ini.” n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

11

silaturahim JUMAT, 18 NOVEMBER 2011

Milad ke-25, Kelompok Pengajian Namira Ajak Berbagi D

FOTO-FOTO AGUNG SUPRIYANTO

ua puluh lima tahun bukanlah usia yang singkat untuk sebuah kelompok pengajian. Dilandasi rasa kekeluargaan yang tinggi, kelompok pengajian Namira membuktikan bahwa umur panjang hingga 25 tahun sangatlah mungkin bagi sebuah kelompok pengajian. Berdiri pada 1986 dengan 30 anggota, kelompok pengajian yang bermarkas di Jalan Brawijaya 1A No 14, Jakarta Selatan, ini sekarang memiliki lebih dari 1.000 anggota tetap. Rasa kekeluargaan inilah barangkali yang membuat Namira hanya memiliki satu ketua kelompok pengajian sejak berdirinya. Dialah Tini Firdaus. “Nggak ada yang mau menggantikan,” kata dia di acara Tasyakur Milad ke-25 di Menara 165, Jakarta Selatan, Selasa (15/11). Berdirinya Namira tak lepas

dari inisiatif Tini dan sejumlah rekannya. Tini yang beberapa tahun sebelumnya pernah menderita sakit keras hingga koma sampai tiga hari, didesak oleh salah seorang kawannya untuk berbuat dan memberikan sesuatu karena masih dikaruniai umur panjang oleh Allah. Tini pun berpikir apa kira-kira yang bisa ia berikan untuk masyarakat. Lalu, tercetuslah ide membentuk kelompok pengajian. Saat itu, ia merancang aktivitas pengajian seperti arisan modern. “Dibuat seperti coffee morning di London. Kita ingin ngasih lihat kalau orang yang beragama tidak hanya orang kampung dan tidak harus kampungan,” kata dia. Ia mengaku tak ada trik khusus hingga mampu mempertahankan kelompok pengajian ini begitu lama. Yang pasti, kata Tini, ia hanya melakukan hal-hal yang mendatangkan kasih sayang terhadap sesama. “Jika engkau mengasihi penduduk bumi, penduduk langit menyayangimu,” begitu kurang lebih filosofi yang dipakainya.

Kegiatan sosial Dari mulut ke mulut, anggota yang awalnya hanya berjumlah 30 orang terus bertambah hingga mencapai sekitar 1.000 orang seperti sekarang. Tak hanya melakukan kajian rutin setiap sebulan sekali, mereka juga banyak melakukan kegiatan sosial. Pada tahun pertamanya, Namira memiliki program membantu biaya pendidikan anak-

MILAD KE 25: Anggota kelompok pengajian Namira berfoto bersama dengan motivator Ary Ginanjar Agustian (baju putih), Ibu Mufidah Jusuf Kalla (tengah) dan Ketua kelompok pengajian Namira, Tini Firdaus. saat tasyakur Milad ke-25 kelompok pengajian ini di Jakarta, Selasa (15/11). anak yang kurang mampu. Ada sekitar 300 anak yang telah dibantu biaya pendidikannya hingga kini banyak yang sudah bekerja di per usahaan ternama. Yang cukup mengharukan, cerita Tini, pernah ada salah seorang mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, yang mendapat bantuan wesel senilai Rp 200 ribu. Mahasiswa ini memiliki lima teman lain yang juga kekurangan biaya. Oleh mahasiswa itu, uang dari Namira kemudian dibagi pula untuk lima temannya. “Saya nggak tahu bagaimana caranya, tapi semuanya kini telah lulus,” tambahnya. Bantuan biaya pendidikan ini

diberikan kepada anak yang berprestasi. “Setidaknya anak itu masuk sepuluh besar di kelas ketika di SMP atau SMA, kalaupun mahasiswa harus kuliah di universitas negeri,” kata Endang Gunarno, salah seorang pengurus Namira yang bertugas memilih siswa penerima santunan pendidikan. Selain memberikan bantuan biaya pendidikan, Namira juga sering memberikan santunan dhuafa dan pengobatan gratis. “Anggota pengajian yang suaminya dokter banyak membantu,” sambung Tini. Banyaknya program yang dijalankan, menurutnya, tak lepas dari

jaringan yang sudah dibangun selama bertahun-tahun. Fuad Hasan, mahasiswa semester 10 Universitas Negeri Jakarta, adalah salah seorang penerima santunan pendidikan dari Namira. Santunan itu ia terima sejak duduk di bangku kelas dua SMA dan masih berlanjut sampai sekarang. “Tidak seluruhnya dibiayai, tapi Namira telah membantu begitu banyak,” ujar mahasiswa jurusan olahraga yang kelak ingin menjadi PNS ini. Ully Hary Rusady, seniman dan aktivis lingkungan, juga sangat mengapresiasi kelompok pengajian Namira. n c23 ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

JUMAT, 18 NOVEMBER 2011 / 22 DZULHIJJAH 1432 H I 12

Khilda Baiti Rohmah

Dari Sampah Jadi Berkah

S

Oleh Indah Wulandari

Dia dinobatkan sebagai salah satu pejuang kesejahteraan Indonesia.

ampah identik dengan sesuatu yang kotor dan tak berguna. Namun berkat ide-ide kreatif Khilda Baiti Rohmah, sampah bisa menjadi berkah. Dara kelahiran Bandung, 14 Juli 1988 ini memang sosok Muslimah muda yang istimewa. Tak hanya tekun menimba ilmu di Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan, Bandung, ia juga dikenal sebagai trainer yang giat mengajak dan menyemangati masyarakat lewat program Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat. “Seorang kakek yang sudah mengabdi 35 tahun sebagai pengangkut sampah menginspirasi saya untuk mencari berbagai inovasi dari sampah,” ungkapnya. Khilda berkisah, meski telah 35 tahun bergumul dengan sampah, kakek itu tetap saja miskin. Penghasilannya hanya berkisar Rp 350 ribu per bulan untuk menghidupi seorang istri dan delapan anak. Fakta inilah yang memunculkan ide di benak Khilda untuk membuat inovasi dari sampah yang tidak hanya dapat membantu menyelamatkan lingkungan, tapi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Gadis berjilbab ini mengawali aksi-

nya pada 2007, saat ia mulai menapaki bangku kuliah. Namun sejatinya, pengetahuan tentang sampah telah dia dapatkan sejak SMU, ketika ia aktif di sebuah LSM yang bergerak di bidang pengelolaan sampah, yakni Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi, Bandung. Pada 2007 itu, ia mendampingi petugas sampah di Cimahi sebagai fasilitator. Kepada mereka, ia membagi ilmu mengenai pengelolaan sampah. Mereka pun diajak memilah sampah organik dan nonorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos dan nonorganik dibuat aneka kerajinan yang memiliki nilai ekonomi. Beranjak dari Cimahi, Khilda menjadi relawan kegiatan sosial kampusnya di Kelurahan Baros dan Kelurahan Cigundul, Sukabumi. Di sana kini berkembang sejumlah kelompok ibu-ibu rumah tangga pengrajin sampah. Bahan bakunya berasal dari kemasan bungkus kopi yang disulap menjadi tas, dompet kecil, atau bros. Primadonanya adalah bros dari kertas kalende dan produk daur ulang botolbotol plastik. Aneka produk unik dari sampah ini mengantarkan Kota Sukabumi sebagai salah satu wilayah unggulan di Jawa Barat dalam hal pengolahan sampah. Berkat produk olahan dari sampah pula, Sukabumi sukses menyabet Government Award dari Kementerian Dalam Negeri.

Peran Khilda tentu tak bisa diabaikan dalam perolehan penghargaan itu. Berkat perjuangan itu dan aksi-aksi sebelumnya, Khilda mendapatkan penghargaan pertamanya di Ashoka Young Changemaker Award pada 2009 di bidang water and sanitation. Lalu pada awal 2010, ia menjadi salah satu pemenang Sampoerna Pejuang 9 Bintang. Kesempatan lainnya didapat saat bertemu akademisi Herman Riyadi dari Universitas Ciputra Jakarta. Herman menawarkan ide untuk mengolah sampah penangkaran kera di Tangerang. Sampah itu berupa kulit pisang yang bobotnya mencapai empat ton per bulan. Oleh Khilda dan sejumlah rekannya, kulit pisang itu diolah hingga menghasilkan minyak. Saat ini, proyek ‘minyak sampah’ ini masih dalam tahap uji coba dan desain proyeknya sedang dikerjakan. Akhir 2011, diharapkan proyek ini sudah bisa berjalan. “Ini bisa menjadi bahan bakar alternatif dan bakal bermanfaat sekali untuk mengatasi masa krisis energi,” ujar Khilda. Bagi orang lain, gelimang sampah boleh jadi sangat menjijikkan. Tapi tidak bagi Khilda, yang sepertinya tak pernah kehabisan ide dalam hal mengelola sampah. Ia misalnya diminta mengelola sampah di sebuah mal di bilangan Cikarang Barat. Dia juga mengerjakan proyek pengolahan sampah pertambangan di Ternate.

BIODATA Nama : Khilda Baiti Rohmah Lahir : Bandung, 14 Juli 1988 Pendidikan: Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan, Bandung Penghargaan: l Ashoka Young Changemaker 2009 l Pemenang III Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010 l Pemenang Favorit Danamon Award 2011

Berkat kegigihannya, ‘pejuang sampah’ ini terpilih menjadi pemenang favorit dalam anugerah Danamon Award 2011, akhir Oktober lalu. Dia pun dinobatkan sebagai salah satu dari lima pejuang kesejahteraan Indonesia. Penghargaan ini tak membuat Khilda berpuas diri. Ke depan, ia ingin melibatkan lebih banyak lagi masyarakat dalam pengelolaan sampah sehingga tanggung jawab mengelola sampah tak dibebankan pada petugas sampah. “Saya ingin mengajak orang-orang untuk mengelola sampah. Jangan sampai sampah menjadi masalah. Ayo jadikan berkah,” ajaknya. I ed: wachidah handasah

MENGENALKAN NILAI-NILAI ISLAM KEPADA BALITA Oleh: Dr. H. Briliantono M. Soenarwo, SpOT

A

nak adalah amanah Allah. Keberadaannya di tengahtengah keluarga kita merupakan anugerah besar yang patut selalu disyukuri. Mensyukuri keberadaan anak tidak cukup hanya dengan mengucapkan kalimat “Alhamdulillah”, tapi harus dengan tindakan nyata, yaitu mendidik anak dengan baik dan benar. Rasulullah SAW mengingatkan para orang tua tentang kewajiban mereka terhadap anak-anak yang Allah anugerahkan kepada mereka. Dalam sebuah sabdanya, Rasul menyatakan bahwa hak anak atas orang tuanya adalah: Memberinya nama yang baik. Karena nama adalah identitas diri yang akan terus dibawanya sampai mati. Nama juga bisa menjadi doa. Maka berikanlah nama yang baik kepada anak agar dia merasa bangga dengan namanya. Hikmah diberikannya nama yang baik kepada anak adalah memberi motivasi kepada anak untuk menjadi orang yang seperti arti namanya. Mengaqiqahkannya dengan menyembelih kambing atau domba. Untuk anak laki-laki, dua ekor kambing/domba, sedangkan perempuan satu ekor kambing/domba. Hikmah aqiqah adalah mengajarkan kepada anak sejak dini bahwa pengorbanan hanya kepada atau untuk Allah. Bukan untuk atau kepada yang lain. Memberinya pendidikan yang baik. Memberi pendidikan yang baik merupakan upaya orang tua membekali anak-anak dengan pengetahuan dan keterampilan agar mereka menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan berakhlak mulia. Sebab anak-anak itu akan hidup pada masa yang berbeda dengan masa orang tuanya. Mengajarinya olahraga. Rasulullah SAW ternyata tidak hanya peduli dengan pendidikan ruhani anak-anak, tapi juga pendidikan jasmaninya. Orang tua dianjurkan agar mengajari anak-anak mereka berenang, memanah dan berkuda. Pada dasarnya, Rasul menyuruh orang tua memperhatikan juga perkembangan jasmani anakanak melalui permainan yang menyenangkan.

Menikahkannya ketika datang jodohnya. Menikahkan anak adalah kewajiban puncak orang tua. Setelah itu orang tua lepas tanggungjawab secara sosial, tapi dia tetap ber tanggungjawab secara moral. Orang tua sebaiknya tidak mengulur-ngulur waktu pernikahan anaknya bila memang sudah saatnya si anak menikah. Itulah lima dari sekian banyak kewajiban orang tua kepada anakanak mereka. Tapi yang tidak kalah penting dari itu adalah menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak sejak anak berusia di bawah lima tahun. Sesungguhnya, pendidikan untuk seorang anak sudah dimulai ketika dia masih berupa jabang bayi di dalam perut ibunya. Misalnya dengan cara memperdengarkannya lantunan ayat-ayat Al-Qur’an, dan memberinya asupan nutrisi berupa makanan yang halal dan baik (dalam hal ini cara memperoleh rezekinya juga halal). Dan yang paling penting adalah menjaga emosi serta perilaku kedua orang tuanya. Balita adalah masa-masa produktivitas meniru. Apa yang didengar dan dilihat oleh anak-anak balita, dengan mudah diserap dan kemudian ditirunya. Masa ini dapat menjadi masa-masa kritis, tapi juga bisa menjadi kesempatan emas bagi orang tua untuk menanamkan nilainilai spiritual, dalam hal ini nilai-nilai Islam. Dan yang paling efektif adalah dengan memberinya contoh nyata. Misalnya:

Membiasakan mengaji/membaca Al-Qur’an di dekat mereka, agar mereka terbiasa mendengarkannya dan meniru lafazhnya. Mengajak mereka menunaikan shalat, agar mereka tidak asing dengan aktivitas ini, sehingga tertanam dalam benak mereka bahwa mereka juga mempunyai “hak” yang sama dengan orang tua mereka nanti. Mengajari mereka berbicara yang baik dan benar, agar mereka tumbuh menjadi anak yang penuh kasih sayang dan tidak berangasan. Mengajari mereka bersedekah dengan cara langsung bersentuhan dengan fakir miskin, agar timbul empati dan kesadaran di hati mereka sejak kecil bahwa berbagi itu sangat menyenangkan. Membiasakan mereka hormat kepada orang yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda. Misalnya dengan bicara yang baik kepada pembantu di rumah. Beri mereka mainan kreatif yang bisa menjadi jembatan bagi mereka untuk mengenal Allah dan ciptaanNya. Sekali lagi, anak-anak adalah titipan dan amanah Allah yang harus dijaga kefitrahannya. Sebab dia lahir dalam keadaan fitrah (suci), oleh karena itu ketika anak-anak itu nanti kembali kepada Allah, Pemilik sebenarnya, upayakan mereka kembali dalam keadaan suci. Walaupun untuk mencapai kondisi itu bukan persoalan yang mudah. G


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.